TAPI…
Saya gak punya bayangan apa-apa tentang Philly ini. Entah kenapa, kalau denger Philadelphia, yang terbayang bagi saya malah lagunya Bruce Springsteen zaman dulu, yang judulnya Streets of Philadelphia. Dan dari lagu itu, kok Philly kesannya suram banget yak?
South Station |
Dengan kebutaan kami soal Philly, Alhamdulillah banget, ada temen saya dari Panama waktu Pre Academic dulu, Cristina, yang dengan sungguh baik hati sekali nge-guide kami. Padahal pas awalnya saya gak kepikir lho untuk menghubungi Cristina ini. I even forgot that she is in Philly. Cuma lewat komen di FB, she told me to contact here once we arrive there. Begitu nyampe di Philly, dia nyamperin kita ke South Station. Betewe, karena sudah sempet terbiasa dengan Penn Station yang agak kumuh, South Station ini berasa gede dan baguuuussss banget.
Begitu Cristina dateng sekitar jam 11.30, dia langsung mengeluarkan selembar kertas berisikan daftar nama tempat. Dia ngomong gini, “Okay, since you only have about 6 hours, I have made this list about places that we can go within that 6 hours.”. Sumpah kita langsung merasa terharu. Apalagi dia yang bener-bener ngatur rutenya supaya kita bisa sekali jalan, termasuk naik transportnya apa aja. Kalo nggak ada dia, entah gimana nasib kami para taveler polos ini :”)
Tujuan pertama, adalah The Liberty Bell, the iconic symbol of US Independence. Dan karena lokasinya berdekatan, kita juga sempet liat-liat Indepence Hall.
Yustika, Eka, Ifa, saya dan Cristina. By seeing the Liberty Bell, we have officially visited Philadelhia! |
The Independence Hall |
Carpenter's Hall |
Kemudian kita ke ke daerah pusat kota, where we could see the City Hall. Sodara-sodara, saya jatuh cinta pada kota ini. Bangunan-bangunannya yang klasik, entah kenapa, somehow membuat saya merasa seperti di Jogja. Ambience-nya saya suka. Berasa beda benget dengan hiruk pikuknya New York. Saya, Ifa dan Eka (yang kebetulan sekali kita bertiga dulu sama-sama S-1 nya di UGM) jadi merasa kalo ini adalah versi USAnya dari Jogja. The city is just so beautiful.
Merah Putih di langit Philadelphia |
Karena dimanapun saya berada, Merah Putih selalu di jiwa |
The Rocky Statue |
Philadelphia Art of Museum |
After the museum, we went to Franklin Square. Karena sudah mulai gelap, di Franklin Square ini ada light show gitu dalam rangka Natal dan Tahun Baru. It was a niiiice shooow! And one of the thing that I was fascinated about, ada bapak-bapak bertopi lucu yang ngider setiap kali selesai satu sesi pertunjukan, just greeted people and asked them about how they felt about the light show. Dia juga yang berhalo-halo di mikrofon setiap kali pertunjukannya mau mulai atau baru selesai.
si Bapak bertopi lucuuuu |
After the show, kita balik ke South Station where the bus would depart, tapi sama Cristina kita diajak lewat China Town Station, biar bisa liat suasananya China Town di Philly.
Jam 6.30an nyampe di South Station. Capek. Tapi puas banget. Cuma dalam waktu beberapa jam, kita udah liat how beautiful Philly is. Kita jadi agak nyesel, kenapa justru lebih lama di NY ya daripada di Philly? Hahahahaha…. Oh well. Dan tentu saja, we were so grateful that we had Cristina. She was not just a guide, dia lebih jadi bidadari penyelamat perjalannya kita :”). Betewe, Cristina ini juga dari Panama. And yes, I had the trip to Pittsburgh, Chicago and Indianapolis with other friends that are also Panamanians. NYAHAHAHAHAHA…
Maybe in a parallel world I am actually a Panamanian or something.
So yeah, anyway, I put this city in the list that I still want to visit again :).
Ternyata Pilly kotanya tenang ya :) kira2 kalo sbg tempat tinggal asik juga ga mbak? Sayang saya ga dpt ijin milih kampus dikota ini :(
BalasHapus