Belinya sebenernya udah lama, Desember 2010 gitu. Dan saya selalu menunda-nunda membaca buku ini. Saya dengan absurdnya berpikir, nanti kalo saya baca, habis baca itu saya gak punya bacaan lagi dong? Dan tentu saja saya menutup mata pada kenyataan bahwa sampai saat ini ada lebih dari 15 novel yang segel plastiknya aja belum dibuka.
Aannnyway… Akhirnya saya baca juga… AND I LOVE IT :D!
Yes, The Heroes of Olympus series is the sequel from Percy Jackson series. Bagi yang ngikutin Percy Jackson, inget dong that the last book ended with a prophecy? Dan novel ini merupakan perwujudan dari ramalan itu.
Tokoh sentralnya sebenernya baru. Jason, Leo, dan Piper. Obviously, they are demigods. Beberapa tokoh lama juga sempet muncul disini, Annabeth, Thalia, Chiron… Well, Percy, in one way or another, was also mentioned in this book. Was mentioned, not showed up.
Mirip dengan seri pendahulunya, ketiga remaja ini tadinya gak nyadar kalo mereka adalah blasteran dewa-manusia. Sekali lagi, mirip dengan seri pendahulunya, mereka baru sadar that there is something way so unusual about them, karena mereka harus berantem dengan monster. Geez, kenapa sih gak bisa ya mereka tahu bahwa mereka itu half-bloods in a more conveninet way? Ya, misalnya pas lagi duduk-duduk minum teh, tau-tau ada yang dateng, terus bilang, “Nice weather, huh? And by the way, do you know that you’re the daughter of Aphrodite?”.
Ngeeeniweeeeii…
Salah satu hal yang sangat beda, adalah point of view yang dipake. Di novel ini, Riordan pake point of view orang ketiga. Dan KETIGA tokoh dipake. Jadi dua bab pertama adalah POV Jason, trus dua bab selanjutnya dari POV Piper, trus dua bab lagi POV Leo. Dan gitu lagi. Not bad. Dan saya ngerasa, karakter tokoh jadi muncul banget disini. Oh, oke, yang Jason mungkin gak begitu ya… Tapi si Leo ini, asli, saya langsung jatuh cinta sama Leo. I mean, he’s funny, tapi di sisi lain, he has a soft spot too. Apalagi tentang betapa sayangnya dia sama ibunya, dan betapa dia merasa bersalah terhadap apa yang menimpa ibunya. Lagipula, si Leo ini yang paling lucuuuu. Komentar-komentarnya suka ajaib aja. Apalagi waktu dia naksir sama Ratu Es itu…
Another different thing, is the age. Buku pertama Percy Jackson waktu dia berusia 12 tahun. Nah, seri ini dimulai waktu tokohnya sudah remaja semua. Jadi ya… pergolakan batinnya model-model galaunya anak remaja gitu. Terutama antara Jason dan Piper -_-“. Toh, setiap tokoh punya konflik batin masing-masing.
Kemudian temanya juga..agak sedikit…beda. Inti utamanya masih sama, peperangan antar dewa gitu. Cuma di buku ini, tidak hanya mitologi Yunani, tapi juga ada mitologi Romawi. Kalau dipikir-pikir, memang sebagian besar dewa-dewi dari kedua mitologi itu sama sih. Cuma namanya aja yang beda-beda. You know, Aphrodite in the Greek myths, Venus in the Roman. Greek people call him as Ares, and Roman people know him as Mars. Kemudian mitologi yang ada di buku ini juga diceritakan lebih detail. Misalnya aja, soal kelahiran Aphrodite. Eh, tapi saya sempet agak bingung soal Medea deh… Saya sampe sempet brenti baca sebentar cuma untuk googling tentang siapa itu Medea ._.
As usual, Riordan punya cara sendiri untuk membuat pembaca terhanyut. Apalagi cerita sudah diawali dengan suatu misteri, Jason yang tiba-tiba saja sudah lupa tentang identitasnya sendiri. Dan tentu saja, the thing that I always find fascinating about Riordan’s writing, cara dia membuat tokoh-tokoh mitologi itu hidup kembali dengan latar dekade ini. Favorit saya? Aeolous, the master of winds, yang malah menjadi anchor untuk berita ramalan cuaca.
However, ada beberapa hal yang di bawah ekspektasi saya. First of all, it’s such a damn thick book! Hampir 600 halamaaaaan…. Dan itu karena there are so many things happened in the book. So.many.things. Kemudian, gak tau kenapa, saya suka berasa datar aja kalo pas POV nya Jason. Walaupun sepertinya dia yang jadi leader dari ketiga remaja ini, bagi saya dia jadi terasa…membosankan. Beda dengan bab dimana POV yang dipakai adalah POV nya Leo. Joke-nya selalu bikin saya ketawa. Ikut berasa nyesek waktu akhirnya dia ketemu sama ayahnya yang dewa. Pengen nangis waktu dia, untuk kesekian kalinya, merindukan ibunya dan merasa bersalah atas kematian ibunya. And somehow, the feeling that Leo was trying to hide. That he actually often feels like a square peg in a round hole. That he belongs nowhere. That he’s the odd one out. A very familiar feeling.
And one thing that I found a bit weird, kok jaraknya berasa terlalu singkat ya antara kejadian dimana seri ini dimulai dengan kejadian dimana Percy Jackson series berakhir? Saya malah merasanya kenapa para dewa-dewi itu tidak betah hidup damai???
Novel The Lost Hero ini adalah buku pertama dari seri The Heroes of Olympus, yang akan menjadi tetralogi. And guess what? Setiap buku akan diterbitkan tiap tahun. The Lost Hero was published in October 2010. The next one, The Son of Neptune, will be released in October 2011. KENAPA COBA YA MESTI SELAMA ITU???
Anyway, I give 4.5 out of 5 for this book =).
Aannnyway… Akhirnya saya baca juga… AND I LOVE IT :D!
Yes, The Heroes of Olympus series is the sequel from Percy Jackson series. Bagi yang ngikutin Percy Jackson, inget dong that the last book ended with a prophecy? Dan novel ini merupakan perwujudan dari ramalan itu.
Tokoh sentralnya sebenernya baru. Jason, Leo, dan Piper. Obviously, they are demigods. Beberapa tokoh lama juga sempet muncul disini, Annabeth, Thalia, Chiron… Well, Percy, in one way or another, was also mentioned in this book. Was mentioned, not showed up.
Mirip dengan seri pendahulunya, ketiga remaja ini tadinya gak nyadar kalo mereka adalah blasteran dewa-manusia. Sekali lagi, mirip dengan seri pendahulunya, mereka baru sadar that there is something way so unusual about them, karena mereka harus berantem dengan monster. Geez, kenapa sih gak bisa ya mereka tahu bahwa mereka itu half-bloods in a more conveninet way? Ya, misalnya pas lagi duduk-duduk minum teh, tau-tau ada yang dateng, terus bilang, “Nice weather, huh? And by the way, do you know that you’re the daughter of Aphrodite?”.
Ngeeeniweeeeii…
Salah satu hal yang sangat beda, adalah point of view yang dipake. Di novel ini, Riordan pake point of view orang ketiga. Dan KETIGA tokoh dipake. Jadi dua bab pertama adalah POV Jason, trus dua bab selanjutnya dari POV Piper, trus dua bab lagi POV Leo. Dan gitu lagi. Not bad. Dan saya ngerasa, karakter tokoh jadi muncul banget disini. Oh, oke, yang Jason mungkin gak begitu ya… Tapi si Leo ini, asli, saya langsung jatuh cinta sama Leo. I mean, he’s funny, tapi di sisi lain, he has a soft spot too. Apalagi tentang betapa sayangnya dia sama ibunya, dan betapa dia merasa bersalah terhadap apa yang menimpa ibunya. Lagipula, si Leo ini yang paling lucuuuu. Komentar-komentarnya suka ajaib aja. Apalagi waktu dia naksir sama Ratu Es itu…
Another different thing, is the age. Buku pertama Percy Jackson waktu dia berusia 12 tahun. Nah, seri ini dimulai waktu tokohnya sudah remaja semua. Jadi ya… pergolakan batinnya model-model galaunya anak remaja gitu. Terutama antara Jason dan Piper -_-“. Toh, setiap tokoh punya konflik batin masing-masing.
Kemudian temanya juga..agak sedikit…beda. Inti utamanya masih sama, peperangan antar dewa gitu. Cuma di buku ini, tidak hanya mitologi Yunani, tapi juga ada mitologi Romawi. Kalau dipikir-pikir, memang sebagian besar dewa-dewi dari kedua mitologi itu sama sih. Cuma namanya aja yang beda-beda. You know, Aphrodite in the Greek myths, Venus in the Roman. Greek people call him as Ares, and Roman people know him as Mars. Kemudian mitologi yang ada di buku ini juga diceritakan lebih detail. Misalnya aja, soal kelahiran Aphrodite. Eh, tapi saya sempet agak bingung soal Medea deh… Saya sampe sempet brenti baca sebentar cuma untuk googling tentang siapa itu Medea ._.
As usual, Riordan punya cara sendiri untuk membuat pembaca terhanyut. Apalagi cerita sudah diawali dengan suatu misteri, Jason yang tiba-tiba saja sudah lupa tentang identitasnya sendiri. Dan tentu saja, the thing that I always find fascinating about Riordan’s writing, cara dia membuat tokoh-tokoh mitologi itu hidup kembali dengan latar dekade ini. Favorit saya? Aeolous, the master of winds, yang malah menjadi anchor untuk berita ramalan cuaca.
However, ada beberapa hal yang di bawah ekspektasi saya. First of all, it’s such a damn thick book! Hampir 600 halamaaaaan…. Dan itu karena there are so many things happened in the book. So.many.things. Kemudian, gak tau kenapa, saya suka berasa datar aja kalo pas POV nya Jason. Walaupun sepertinya dia yang jadi leader dari ketiga remaja ini, bagi saya dia jadi terasa…membosankan. Beda dengan bab dimana POV yang dipakai adalah POV nya Leo. Joke-nya selalu bikin saya ketawa. Ikut berasa nyesek waktu akhirnya dia ketemu sama ayahnya yang dewa. Pengen nangis waktu dia, untuk kesekian kalinya, merindukan ibunya dan merasa bersalah atas kematian ibunya. And somehow, the feeling that Leo was trying to hide. That he actually often feels like a square peg in a round hole. That he belongs nowhere. That he’s the odd one out. A very familiar feeling.
And one thing that I found a bit weird, kok jaraknya berasa terlalu singkat ya antara kejadian dimana seri ini dimulai dengan kejadian dimana Percy Jackson series berakhir? Saya malah merasanya kenapa para dewa-dewi itu tidak betah hidup damai???
Novel The Lost Hero ini adalah buku pertama dari seri The Heroes of Olympus, yang akan menjadi tetralogi. And guess what? Setiap buku akan diterbitkan tiap tahun. The Lost Hero was published in October 2010. The next one, The Son of Neptune, will be released in October 2011. KENAPA COBA YA MESTI SELAMA ITU???
Anyway, I give 4.5 out of 5 for this book =).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar