Rabu, 06 Juli 2011

Books I Grew up With

Beberapa hari yang lalu baru saja bikin akun di Goodreads. (iya, saya tau betapa telatnya sayaaaa….). Dan jadi keasyikan meng-add buku-buku di dhelf-nya saya, membaca review dan komentar orang tentang beberapa buku, menahan rasa ingin beli buku lagi melihat begitu banyak buku yang sepertinya seru banget…

Tapi yang pasti, saya jadi keinget beberapa buku yang dulu saya baca waktu saya masih kecil dan imut serta menggemaskan (yah, sampe sekarang juga masih sih ;p)

I am lucky enough that I have parents that love reading. Pertama kali bisa baca umur 3 tahun, dan mulai umur 5 tahun sudah baca buku sendiri. Jadi jujur saja, sampai sekarang saya masih suka agak heran kalau tahu ada orangyang tidak suka membaca.

Dulu, zaman Banjarmasin masih kota kecil, jumlah toko buku masih sangat sedikit. Yang saya ingat, dulu ada Sampaga. Dan saya masih ingat judul buku pertama yang saya pilih sendiri untuk dibelikan Abah disana: Sama’a sang penjaga Mata Air. I even still remember the cover. Terus ada juga Toko Buku Hasanu di deket Bundaran Air Mancur. Sayang sekali, semenjak ada Gramedia, toko-toko buku itu tidak bisa bertahan.
Terus, setiap kali Abah tugas ke Jakarta, saya pasti akan bikin daftar buku yang saya inginkan untuk dititipkan pada Abah.

Anyway, I grew up reading these kind of books

Lima Sekawan


Siapa sih yang gak pernah baca buku ini? Julian, Dick, George, Ann, dan tentu saja, Timmy! Yakin deh, yang baca buku ini waktu jaman kecil dulu pasti pernah berjhayal untuk berpetualang seperti mereka.

Seri Rumah Kecil di Padang Rumput


Baca ini pas kelas 1 SD gitu.Tapi yang Tahun-tahun Bahagia baca pas sudah kelas 4 SD gitu kali yaaa… Terhanyut banget dengan kehidupan sehari-hari Laura. Dan saya baru sadar belasan tahun kemudian, bahwa mungkin saya menyukai Laura di buku itu karena dia terasa begitu nyata, just like my reflection on the mirror. Sedikit nakal, selalu ingin tahu, diam-diam iri pada orang lain karen aberbagai alasan yang sebetulnya konyol. I even gave the name Charlotte to one of my dolls, just like Laura named her doll.

Taman Rahasia, Putri Mungil, Pangeran yang Hilang, Little Lord Fauntleroy



Semuanya karya Frances H. Burnett. Dan menurut saya, these books are evergreen classics.

Serial Malory Towers dan St. Clare




Aaaa…. Dulu ngoleksi buku ini tapi dipinjem kakak kelas dan gak balik :(. Jadi kemaren beli box setnya, dan maraton menghabiskan masing-masing 6 buku dalam serial ini. Saking sukanya sama serial ini, saya sama adek saya waktu kecil dulu suka berpura-pura menjadi tokoh dalam buku ini.

Serial Girl Talk, The Baby Sitter Club, Dear Diary


Yang ini waktu udah mulai ABG nih, pas kelas 5-6 SD, sama SMP gitu. Di Girl Talk,paling suka sama tokoh Allison. Pengen aja jadi kayak dia :D.

Penjelajah Antariksa (Bencana di Planet Poa, Sekoci Penyelamat, Kunin Bergolak)


Buku science-fiction pertama yang saya baca , bacanya waktu saya kelas 3 SD. Dan buku pertama dari serial ini saya baca sambil duduk di pojokan toko Gramedia di Bandung. Selesai dalam waktu dua jam. Ahahaha… waktu itu soalnya saya gak mau ikut belanja di toko lain sama Mama, jadi aja saya ditinggal sendirian di Gramedia selama hampir 4 jam. Yang masih tersisa di rak buku saya sekrang tinggal yang jilid 2 dan 3. Sebenernya agak kesel sama buku ini, karena nanggung. Di buku ketiga sih tulisannya bersambung ke buku keempat yang berjudul Lembah Api. Tapi sepertinya buku itu gak pernah terbit =(

Komik Mahabharata, Bratayudha, Ramayana
Aaaa…kangen sama komik wayang iniii! Saya dulu sampe hafal lho silsilah keluarga Pandawa dan Kurawa! Sayang ya model kayak ginian gak diterbitkan lagiii…


Sebenernya sih masih banyak lagi. Serial Pilih Sendiri Petualanganmu, Kelompok 2&1, Tro Detektif, whuaaa…kangen buku-buku jaman dulu ituuuu!

Komik terbitan Elex dulu jugaaa… Saya suka banget ngumpulin Serial Misteri. Apalagi kalo Yoko Matsumoto, pasti langsung beli. Sama yang Yu Asagiri. Bagus-baguuuus! Gambarnya bagus, ceritanya juga, mulai dari konyol (favorit saya Time Limit, Empat Sekawan, sama SOS), so sweet (Ring Memory, School, dll). Kalau komik jaman sekarang? Jujur, saya ngerasanya terlalu vulgar. Beda dengan cerita romantis di komik jaman dulu, yang plos tapi malah simply sweet and romantic.

Kalau dipikir-pikir, cerita jaman dulu itu karakternya sedikit beda dengan novel remaja zaman sekarang ya? Ceritanya lebih sederhana, bahasanya lebih lugas.
Makanya, seneng banget liat Taman Rahasia, A Little Princess dan beberapa buku klasik semacam itu dicetak ulang lagi :’).

Aaahh… Jadi kepengen membaca ulang kembali beberapa buku yang dulu menjadi penghias masa kecil saya :p

Jumat, 01 Juli 2011

The Lost Hero – Rick Riordan

I am a HUGE fans of the Percy Jackson series. Lagian semenjak kecil, I always have the soft spot for Greek Mythology. Makanya, begitu liat novel ini di Periplus Istana Plaza Bandung, tanpa mikir lagi saya langsung ngambil aja. Dan mendekapnya erat-erat di dada. Dengan wajah yang berbinar-binar dan mata berkaca-kaca. Tapi kalau dibandingkan betapa lebainya saya dalam adegan pembelian buku ini, anehnya buku ini baru saya baca sekitar dua minggu yang lalu.


Belinya sebenernya udah lama, Desember 2010 gitu. Dan saya selalu menunda-nunda membaca buku ini. Saya dengan absurdnya berpikir, nanti kalo saya baca, habis baca itu saya gak punya bacaan lagi dong? Dan tentu saja saya menutup mata pada kenyataan bahwa sampai saat ini ada lebih dari 15 novel yang segel plastiknya aja belum dibuka.

Aannnyway… Akhirnya saya baca juga… AND I LOVE IT :D!

Yes, The Heroes of Olympus series is the sequel from Percy Jackson series. Bagi yang ngikutin Percy Jackson, inget dong that the last book ended with a prophecy? Dan novel ini merupakan perwujudan dari ramalan itu.

Tokoh sentralnya sebenernya baru. Jason, Leo, dan Piper. Obviously, they are demigods. Beberapa tokoh lama juga sempet muncul disini, Annabeth, Thalia, Chiron… Well, Percy, in one way or another, was also mentioned in this book. Was mentioned, not showed up.

Mirip dengan seri pendahulunya, ketiga remaja ini tadinya gak nyadar kalo mereka adalah blasteran dewa-manusia. Sekali lagi, mirip dengan seri pendahulunya, mereka baru sadar that there is something way so unusual about them, karena mereka harus berantem dengan monster. Geez, kenapa sih gak bisa ya mereka tahu bahwa mereka itu half-bloods in a more conveninet way? Ya, misalnya pas lagi duduk-duduk minum teh, tau-tau ada yang dateng, terus bilang, “Nice weather, huh? And by the way, do you know that you’re the daughter of Aphrodite?”.

Ngeeeniweeeeii…

Salah satu hal yang sangat beda, adalah point of view yang dipake. Di novel ini, Riordan pake point of view orang ketiga. Dan KETIGA tokoh dipake. Jadi dua bab pertama adalah POV Jason, trus dua bab selanjutnya dari POV Piper, trus dua bab lagi POV Leo. Dan gitu lagi. Not bad. Dan saya ngerasa, karakter tokoh jadi muncul banget disini. Oh, oke, yang Jason mungkin gak begitu ya… Tapi si Leo ini, asli, saya langsung jatuh cinta sama Leo. I mean, he’s funny, tapi di sisi lain, he has a soft spot too. Apalagi tentang betapa sayangnya dia sama ibunya, dan betapa dia merasa bersalah terhadap apa yang menimpa ibunya. Lagipula, si Leo ini yang paling lucuuuu. Komentar-komentarnya suka ajaib aja. Apalagi waktu dia naksir sama Ratu Es itu…

Another different thing, is the age. Buku pertama Percy Jackson waktu dia berusia 12 tahun. Nah, seri ini dimulai waktu tokohnya sudah remaja semua. Jadi ya… pergolakan batinnya model-model galaunya anak remaja gitu. Terutama antara Jason dan Piper -_-“. Toh, setiap tokoh punya konflik batin masing-masing.

Kemudian temanya juga..agak sedikit…beda. Inti utamanya masih sama, peperangan antar dewa gitu. Cuma di buku ini, tidak hanya mitologi Yunani, tapi juga ada mitologi Romawi. Kalau dipikir-pikir, memang sebagian besar dewa-dewi dari kedua mitologi itu sama sih. Cuma namanya aja yang beda-beda. You know, Aphrodite in the Greek myths, Venus in the Roman. Greek people call him as Ares, and Roman people know him as Mars. Kemudian mitologi yang ada di buku ini juga diceritakan lebih detail. Misalnya aja, soal kelahiran Aphrodite. Eh, tapi saya sempet agak bingung soal Medea deh… Saya sampe sempet brenti baca sebentar cuma untuk googling tentang siapa itu Medea ._.

As usual, Riordan punya cara sendiri untuk membuat pembaca terhanyut. Apalagi cerita sudah diawali dengan suatu misteri, Jason yang tiba-tiba saja sudah lupa tentang identitasnya sendiri. Dan tentu saja, the thing that I always find fascinating about Riordan’s writing, cara dia membuat tokoh-tokoh mitologi itu hidup kembali dengan latar dekade ini. Favorit saya? Aeolous, the master of winds, yang malah menjadi anchor untuk berita ramalan cuaca.

However, ada beberapa hal yang di bawah ekspektasi saya. First of all, it’s such a damn thick book! Hampir 600 halamaaaaan…. Dan itu karena there are so many things happened in the book. So.many.things. Kemudian, gak tau kenapa, saya suka berasa datar aja kalo pas POV nya Jason. Walaupun sepertinya dia yang jadi leader dari ketiga remaja ini, bagi saya dia jadi terasa…membosankan. Beda dengan bab dimana POV yang dipakai adalah POV nya Leo. Joke-nya selalu bikin saya ketawa. Ikut berasa nyesek waktu akhirnya dia ketemu sama ayahnya yang dewa. Pengen nangis waktu dia, untuk kesekian kalinya, merindukan ibunya dan merasa bersalah atas kematian ibunya. And somehow, the feeling that Leo was trying to hide. That he actually often feels like a square peg in a round hole. That he belongs nowhere. That he’s the odd one out. A very familiar feeling.

And one thing that I found a bit weird, kok jaraknya berasa terlalu singkat ya antara kejadian dimana seri ini dimulai dengan kejadian dimana Percy Jackson series berakhir? Saya malah merasanya kenapa para dewa-dewi itu tidak betah hidup damai???

Novel The Lost Hero ini adalah buku pertama dari seri The Heroes of Olympus, yang akan menjadi tetralogi. And guess what? Setiap buku akan diterbitkan tiap tahun. The Lost Hero was published in October 2010. The next one, The Son of Neptune, will be released in October 2011. KENAPA COBA YA MESTI SELAMA ITU???

Anyway, I give 4.5 out of 5 for this book =).

Rabu, 06 Juli 2011

Books I Grew up With

Beberapa hari yang lalu baru saja bikin akun di Goodreads. (iya, saya tau betapa telatnya sayaaaa….). Dan jadi keasyikan meng-add buku-buku di dhelf-nya saya, membaca review dan komentar orang tentang beberapa buku, menahan rasa ingin beli buku lagi melihat begitu banyak buku yang sepertinya seru banget…

Tapi yang pasti, saya jadi keinget beberapa buku yang dulu saya baca waktu saya masih kecil dan imut serta menggemaskan (yah, sampe sekarang juga masih sih ;p)

I am lucky enough that I have parents that love reading. Pertama kali bisa baca umur 3 tahun, dan mulai umur 5 tahun sudah baca buku sendiri. Jadi jujur saja, sampai sekarang saya masih suka agak heran kalau tahu ada orangyang tidak suka membaca.

Dulu, zaman Banjarmasin masih kota kecil, jumlah toko buku masih sangat sedikit. Yang saya ingat, dulu ada Sampaga. Dan saya masih ingat judul buku pertama yang saya pilih sendiri untuk dibelikan Abah disana: Sama’a sang penjaga Mata Air. I even still remember the cover. Terus ada juga Toko Buku Hasanu di deket Bundaran Air Mancur. Sayang sekali, semenjak ada Gramedia, toko-toko buku itu tidak bisa bertahan.
Terus, setiap kali Abah tugas ke Jakarta, saya pasti akan bikin daftar buku yang saya inginkan untuk dititipkan pada Abah.

Anyway, I grew up reading these kind of books

Lima Sekawan


Siapa sih yang gak pernah baca buku ini? Julian, Dick, George, Ann, dan tentu saja, Timmy! Yakin deh, yang baca buku ini waktu jaman kecil dulu pasti pernah berjhayal untuk berpetualang seperti mereka.

Seri Rumah Kecil di Padang Rumput


Baca ini pas kelas 1 SD gitu.Tapi yang Tahun-tahun Bahagia baca pas sudah kelas 4 SD gitu kali yaaa… Terhanyut banget dengan kehidupan sehari-hari Laura. Dan saya baru sadar belasan tahun kemudian, bahwa mungkin saya menyukai Laura di buku itu karena dia terasa begitu nyata, just like my reflection on the mirror. Sedikit nakal, selalu ingin tahu, diam-diam iri pada orang lain karen aberbagai alasan yang sebetulnya konyol. I even gave the name Charlotte to one of my dolls, just like Laura named her doll.

Taman Rahasia, Putri Mungil, Pangeran yang Hilang, Little Lord Fauntleroy



Semuanya karya Frances H. Burnett. Dan menurut saya, these books are evergreen classics.

Serial Malory Towers dan St. Clare




Aaaa…. Dulu ngoleksi buku ini tapi dipinjem kakak kelas dan gak balik :(. Jadi kemaren beli box setnya, dan maraton menghabiskan masing-masing 6 buku dalam serial ini. Saking sukanya sama serial ini, saya sama adek saya waktu kecil dulu suka berpura-pura menjadi tokoh dalam buku ini.

Serial Girl Talk, The Baby Sitter Club, Dear Diary


Yang ini waktu udah mulai ABG nih, pas kelas 5-6 SD, sama SMP gitu. Di Girl Talk,paling suka sama tokoh Allison. Pengen aja jadi kayak dia :D.

Penjelajah Antariksa (Bencana di Planet Poa, Sekoci Penyelamat, Kunin Bergolak)


Buku science-fiction pertama yang saya baca , bacanya waktu saya kelas 3 SD. Dan buku pertama dari serial ini saya baca sambil duduk di pojokan toko Gramedia di Bandung. Selesai dalam waktu dua jam. Ahahaha… waktu itu soalnya saya gak mau ikut belanja di toko lain sama Mama, jadi aja saya ditinggal sendirian di Gramedia selama hampir 4 jam. Yang masih tersisa di rak buku saya sekrang tinggal yang jilid 2 dan 3. Sebenernya agak kesel sama buku ini, karena nanggung. Di buku ketiga sih tulisannya bersambung ke buku keempat yang berjudul Lembah Api. Tapi sepertinya buku itu gak pernah terbit =(

Komik Mahabharata, Bratayudha, Ramayana
Aaaa…kangen sama komik wayang iniii! Saya dulu sampe hafal lho silsilah keluarga Pandawa dan Kurawa! Sayang ya model kayak ginian gak diterbitkan lagiii…


Sebenernya sih masih banyak lagi. Serial Pilih Sendiri Petualanganmu, Kelompok 2&1, Tro Detektif, whuaaa…kangen buku-buku jaman dulu ituuuu!

Komik terbitan Elex dulu jugaaa… Saya suka banget ngumpulin Serial Misteri. Apalagi kalo Yoko Matsumoto, pasti langsung beli. Sama yang Yu Asagiri. Bagus-baguuuus! Gambarnya bagus, ceritanya juga, mulai dari konyol (favorit saya Time Limit, Empat Sekawan, sama SOS), so sweet (Ring Memory, School, dll). Kalau komik jaman sekarang? Jujur, saya ngerasanya terlalu vulgar. Beda dengan cerita romantis di komik jaman dulu, yang plos tapi malah simply sweet and romantic.

Kalau dipikir-pikir, cerita jaman dulu itu karakternya sedikit beda dengan novel remaja zaman sekarang ya? Ceritanya lebih sederhana, bahasanya lebih lugas.
Makanya, seneng banget liat Taman Rahasia, A Little Princess dan beberapa buku klasik semacam itu dicetak ulang lagi :’).

Aaahh… Jadi kepengen membaca ulang kembali beberapa buku yang dulu menjadi penghias masa kecil saya :p

Jumat, 01 Juli 2011

The Lost Hero – Rick Riordan

I am a HUGE fans of the Percy Jackson series. Lagian semenjak kecil, I always have the soft spot for Greek Mythology. Makanya, begitu liat novel ini di Periplus Istana Plaza Bandung, tanpa mikir lagi saya langsung ngambil aja. Dan mendekapnya erat-erat di dada. Dengan wajah yang berbinar-binar dan mata berkaca-kaca. Tapi kalau dibandingkan betapa lebainya saya dalam adegan pembelian buku ini, anehnya buku ini baru saya baca sekitar dua minggu yang lalu.


Belinya sebenernya udah lama, Desember 2010 gitu. Dan saya selalu menunda-nunda membaca buku ini. Saya dengan absurdnya berpikir, nanti kalo saya baca, habis baca itu saya gak punya bacaan lagi dong? Dan tentu saja saya menutup mata pada kenyataan bahwa sampai saat ini ada lebih dari 15 novel yang segel plastiknya aja belum dibuka.

Aannnyway… Akhirnya saya baca juga… AND I LOVE IT :D!

Yes, The Heroes of Olympus series is the sequel from Percy Jackson series. Bagi yang ngikutin Percy Jackson, inget dong that the last book ended with a prophecy? Dan novel ini merupakan perwujudan dari ramalan itu.

Tokoh sentralnya sebenernya baru. Jason, Leo, dan Piper. Obviously, they are demigods. Beberapa tokoh lama juga sempet muncul disini, Annabeth, Thalia, Chiron… Well, Percy, in one way or another, was also mentioned in this book. Was mentioned, not showed up.

Mirip dengan seri pendahulunya, ketiga remaja ini tadinya gak nyadar kalo mereka adalah blasteran dewa-manusia. Sekali lagi, mirip dengan seri pendahulunya, mereka baru sadar that there is something way so unusual about them, karena mereka harus berantem dengan monster. Geez, kenapa sih gak bisa ya mereka tahu bahwa mereka itu half-bloods in a more conveninet way? Ya, misalnya pas lagi duduk-duduk minum teh, tau-tau ada yang dateng, terus bilang, “Nice weather, huh? And by the way, do you know that you’re the daughter of Aphrodite?”.

Ngeeeniweeeeii…

Salah satu hal yang sangat beda, adalah point of view yang dipake. Di novel ini, Riordan pake point of view orang ketiga. Dan KETIGA tokoh dipake. Jadi dua bab pertama adalah POV Jason, trus dua bab selanjutnya dari POV Piper, trus dua bab lagi POV Leo. Dan gitu lagi. Not bad. Dan saya ngerasa, karakter tokoh jadi muncul banget disini. Oh, oke, yang Jason mungkin gak begitu ya… Tapi si Leo ini, asli, saya langsung jatuh cinta sama Leo. I mean, he’s funny, tapi di sisi lain, he has a soft spot too. Apalagi tentang betapa sayangnya dia sama ibunya, dan betapa dia merasa bersalah terhadap apa yang menimpa ibunya. Lagipula, si Leo ini yang paling lucuuuu. Komentar-komentarnya suka ajaib aja. Apalagi waktu dia naksir sama Ratu Es itu…

Another different thing, is the age. Buku pertama Percy Jackson waktu dia berusia 12 tahun. Nah, seri ini dimulai waktu tokohnya sudah remaja semua. Jadi ya… pergolakan batinnya model-model galaunya anak remaja gitu. Terutama antara Jason dan Piper -_-“. Toh, setiap tokoh punya konflik batin masing-masing.

Kemudian temanya juga..agak sedikit…beda. Inti utamanya masih sama, peperangan antar dewa gitu. Cuma di buku ini, tidak hanya mitologi Yunani, tapi juga ada mitologi Romawi. Kalau dipikir-pikir, memang sebagian besar dewa-dewi dari kedua mitologi itu sama sih. Cuma namanya aja yang beda-beda. You know, Aphrodite in the Greek myths, Venus in the Roman. Greek people call him as Ares, and Roman people know him as Mars. Kemudian mitologi yang ada di buku ini juga diceritakan lebih detail. Misalnya aja, soal kelahiran Aphrodite. Eh, tapi saya sempet agak bingung soal Medea deh… Saya sampe sempet brenti baca sebentar cuma untuk googling tentang siapa itu Medea ._.

As usual, Riordan punya cara sendiri untuk membuat pembaca terhanyut. Apalagi cerita sudah diawali dengan suatu misteri, Jason yang tiba-tiba saja sudah lupa tentang identitasnya sendiri. Dan tentu saja, the thing that I always find fascinating about Riordan’s writing, cara dia membuat tokoh-tokoh mitologi itu hidup kembali dengan latar dekade ini. Favorit saya? Aeolous, the master of winds, yang malah menjadi anchor untuk berita ramalan cuaca.

However, ada beberapa hal yang di bawah ekspektasi saya. First of all, it’s such a damn thick book! Hampir 600 halamaaaaan…. Dan itu karena there are so many things happened in the book. So.many.things. Kemudian, gak tau kenapa, saya suka berasa datar aja kalo pas POV nya Jason. Walaupun sepertinya dia yang jadi leader dari ketiga remaja ini, bagi saya dia jadi terasa…membosankan. Beda dengan bab dimana POV yang dipakai adalah POV nya Leo. Joke-nya selalu bikin saya ketawa. Ikut berasa nyesek waktu akhirnya dia ketemu sama ayahnya yang dewa. Pengen nangis waktu dia, untuk kesekian kalinya, merindukan ibunya dan merasa bersalah atas kematian ibunya. And somehow, the feeling that Leo was trying to hide. That he actually often feels like a square peg in a round hole. That he belongs nowhere. That he’s the odd one out. A very familiar feeling.

And one thing that I found a bit weird, kok jaraknya berasa terlalu singkat ya antara kejadian dimana seri ini dimulai dengan kejadian dimana Percy Jackson series berakhir? Saya malah merasanya kenapa para dewa-dewi itu tidak betah hidup damai???

Novel The Lost Hero ini adalah buku pertama dari seri The Heroes of Olympus, yang akan menjadi tetralogi. And guess what? Setiap buku akan diterbitkan tiap tahun. The Lost Hero was published in October 2010. The next one, The Son of Neptune, will be released in October 2011. KENAPA COBA YA MESTI SELAMA ITU???

Anyway, I give 4.5 out of 5 for this book =).