Rabu, 15 Desember 2010

Life Goes On

Tadi malam, insomnia saya sedikit kambuh. Jadilah saya browsing gak jelas, dan setelah sekian lama, akhirnya saya membuka kembali blognya salah satu penulis favorit saya ini. Tadinya sih saya ngakak jaya aja pas baca imajinasi dia tentang komentator pertandingan bola yang baru diputusin (read it here). Tapi lalu, postingan dia yang ini membuat saya diem, dan mikir.

Tiba-tiba saja saya inget gimana saya waktu SMA dulu. Generally, saya bisa dikategorikan jadi siswa yang cupu. Beneran.Saya yang kurus dan berkacamata. Not to be snobbish, tapi saya hitungannya termasuk siswa yang selalu masuk rangking di kelas. Bukannya memang niatan pengen jadi siswa paling pinter atau gimana sih, yang pasti pola pikir saya dulu itu sederhana. Kalau saya gak belajar, saya gak bisa jawab ulangan. Kalau saya gak bisa jawab ulangan. Kalau saya gak bisa jawab ulangan, nanti nilai saya jelek. Kalau nilai saya jelek, saya gak dapat rangking. Kalau gak dapet rangking, saya gak bisa daftar PMDK. Kalau gak daftar PMDK, saya sulit masuk PTN. Kalau ujung-ujungnya saya gagal masuk PTN, terpaksa masuk PTS. Padahal di jaman saya itu dulu yang namanya PTS itu adalah cara legal untuk jadi bangkrut dengan alasan akademik.

Aaaanyway… Here I am rite now. I don’t know how other people see me rite now, but overall, I’m happy enough with who I am. But still, that piece of writing makes me wonder, apakah saya yang sekarang ini sama dengan ekspektasi orang terhadap saya waktu saya SMA dulu? This, is a question that I find hard to answer. For I never really know what do people think of me, how they see me.
Kemudian saya jadi inget temen-temen saya dulu. Mengingat image mereka waktu SMA dulu. Dan membandingkannya dengan mereka saat ini. Truth to say, sebagian besar tidak terlalu mengejutkan. Sebagian besar punya pola hidup yang sama setelah lulus SMA. You know, going to college, find a job, get married and now having a family. Not really much surprises there.

Lalu saya mikir lagi, life does not just go on. From time to time, life offers choices. And which choices being chosen that makes a difference. Contoh paling dekat, adik saya sendiri. Teman-temannya sebagian besar memilih untuk tetap tinggal di Banjarmasin, for it seems that they kinda afraid to move out from their comfort zone. Sementara adik saya memilih untuk mengejar cita-citanya, meskipun dia harus menjadi seekor ikan kecil dalam kolam yang besar. And look at her right now, a lady with bright path ahead of her. A person that we would talk about proudly as a member of our family.

Baru-baru ini, salah seorang sahabat saya juga membuat pilihan penting itu. Dia meninggalkan posisinya yang sudah cukup mapan di salah satu bank di Jakarta (dia sudah jadi Pincapem), dan memilih untuk jadi PNS di kota tempat suaminya bekerja di Bangka sana. Now, that’s a choice that people would question about. But I won’t. I know her, that’s why I know that she only chose what she thinks is best for her.

Adik kelas saya juga membuat pilihan yang sama, setelah berada dalam posisi manager di salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar di dunia, she resigned from her job to be a full time mom.

Teman saya yang lain malah memutuskan untuk menitipkan anaknya pada orang tuanya, dan terus mengejar karirnya, meskipun untuk itu dia harus ditempatkan di pulau lain, dan berpisah tempat tinggal dari suami dan anaknya.

See? Kinda same situation, different kind of choices taken.

The bottom line is, it’s the choice that you make in this life that makes a difference :)

Choices is everywhere. Bahkan saat membuka mata, kita langsung dihadapkan pada pilihan: get up and have a big yawn, atau dengan mata tertutup mematikan alarm sambil membatin ’five more minutes..and I’ll get up’ *walopun biasanya end up terbangun 30 menit kemudian*

Me myself juga beberapa kali harus menghadapi berbagai pilihan itu. Setiap kali harus menghadapi berbagai pilihan itu, pertimbangan utama saya: pilihan mana yang kelak tidak akan saya sesali? And so far, most of my choices are not something for me to regret for :)

Minggu, 05 Desember 2010

That Mistake

Wuhuuu…

It’s been so very long. Too long. Seperti biasa, saya tenggelam dalam kesibukan akhir semester. Day off dua hari seminggu itu juga berasa becanda banget, secara tetep saja selama waktu dua hari yang kosong itu saya masih harus jungkir balik menyiapkan materi kuliah.

Nah, pernah nih saking jungkir baliknya saya, akhirnya saya melakukan kesalahan yang cukup..eh… bersifat aib.

Jadi ceritanya hari itu Jum’at, saya seharusnya ngajar Kimia Dasar I untuk pertama kalinya, setelah dari awal sampe mid semester yang ngajar Pak Budi. Saya udah bilang ke mahasiswa lewat SMS, kalo jadwalnya saya mundurkan dari jam 08.00 pagi jadi jam 08.30. Pas jam 08.30, naiklah saya ke lantai 2. Dengan penuh percaya diri saya maen masuk aja ke ruangan aula yang BIASANYA dipake untuk tempat kuliah. Saya bahkan sempet nanya kok sama mahasiswa: “Kimia dasar kan?”. Si mahasiswa yang ditanya juga ngangguk aja. Ya udah, saya dengan santai meletakkan buku-buku di meja. Dan langsung menuliskan materi hari itu di papan tulis. Nah, pas satu papan tulis sudah full dan saya mulai menulisi papan tulis keduaa….

“Ami?”

Saya langsung nengok ke pintu, dan bengong menatap Rosy yang lagi ngeliatin saya dengan wajah shock.

“Ha? Kenapa Ros?”

“Kamu ngapain disini? Bukannya kamu ngajar yang kelas Prodi Kimia sama Biologi?”

Saya mengangguk, masih bingung, Sedetik kemudian, baru saya nyadar. Saya lalu nengok ke mahasiswa dan nanya.

“Ini prodi apa sih?”

“Matematika sama Ilmu Komputer Bu…”.

Oh. Great.

“Jadi? Saya salah masuk kelas dong?”

“Oh, oke. Sorri, saya salah masuk…”

Jadi ya gitu. Saya. Salah masuk kelas. How embarassing -_-

Rabu, 27 Oktober 2010

Pray for Indonesia

Condolences for Mentawai,
Prayers for Merapi and surroundings area


Dear God,

I faithfully believe that whatever language that we're using to talk to You, to whisper our prayers.
Whatever name that we use to call You.
I strongly believe that You hear each and every prayers from us.

So I will keep on praying.
Ya Alloh...
My Almighty God,
please bless Indonesia.
Please protect us, our family, and the people that we love.

Amin.


Kamis, 14 Oktober 2010

Alih Jenjang oh Alih Jenjaaaaangg...

Semester ganjil selalu jadi cobaan bagi kami para staf dosen PS Kimia. Kenapa oh mengapa? Karena entah apa yang ada di pikiran kami waktu menyusun kurikulum, di semester ganjil ini beban mengajar kami selalu bikin istigfar saking full-nya. Sebenernya mungkin bukan cuma masalah ngajar di PS sendiri sih. Yang pasti, ada yang harus ngajar Kimia Dasar untuk 6 PS di FMIPA. Dan tentu saja, selalu ada permintaan untuk mengajar mata kuliah Kimia Dasar dari Fakultas Teknik dan Fakultas Pertanian. Untuk jatah ngajar di FT tuh biasanya yang kami suka lempar-lemparan. Secara ya, udah mahasiswanya banyak, kadang-kadang beban emosi ngajar di fakultas lain itu lebih berat dibandingkan ngajar di fakultas sendiri.

Mulai tahun akademik ini, beban ngajar kami juga bertambah secara signifikan. Karena FMIPA mulai membuka program alih jenjang untuk PS Kimia. Alih jenjang itu ya kayak kelas ekstensi gitu. Jadi ditujukan untuk para lulusan D3 yang ingin melanjutkan hingga dapet gelar S1. Nah, karena rata-rata peminat alih jenjang ini adalah yang sudah bekerja, tentu aja susah banget kalo jadwal kuliah mereka harus mengikuti mahasiswa program reguler. Jadi mau gak mau, mereka digabung dalam satu kelas khusus tersendiri.

Frankly speaking, sebagian besar staf dosen sempet agak pesimis dengan program ini. Karena saat ini, ada 4 orang dosen yang lagi studi lanjut. Pak Taufiq dan Pak Abdullah ngelanjutin S3, sementara Dewi dan Kamil ngambil S2. Jadi, kalo diitung, staf dosen yang stand by dan siap diberdayagunakan di PS Kimia tinggal SEMBILAN orang.

Yak. Betul. Sembilan orang untuk sekitar 300 mahasiswa. Go figure.

But the show must go on. Jadilah pas rapat pembagian mata kuliah, adegan lempar melempar dan hindar menghindar dari lemparan tugas mengajar mata kuliah berlangsung dengan gegap gempita dan penuh huru hara.
Dan saya kebagian mengajar TIGA mata kuliah untuk kelas alih jenjang.

Kenapa ini jadi agak big deal untuk saya?

Karenaaaa… para mahasiswa alih jenjang itu SEMUANYA lebih tua daripada saya.
Di satu sisi, saya salut dengan semangat mereka untuk kuliah lagi. Terharu deh membayangkan mereka yang paginya masih harus kerja di instansi masing-masing, dan sorenya kuliah. Belum lagi ngerjain tugas dari dosen.
Di sisi lain, kebayang gak sih betapa rikuhnya saya harus mengajar mahasiswa yang seharusnya saya panggil Bapak dan Ibu?

Pas pertama kali masuk untuk ngajar Kimia Unsur tuh, para mahasiswanya juga duduk dengan santai aja di koridor waktu saya jalan dari ruang PS ke ruang kuliah. Saya juga mau manggil mereka untuk masuk ke kelas juga kan ga enaaaaakkk :-(. Untunglah salah satu mahasiswa adalah teknisi Lab Dasar yangd engan penuh semangat langsung menunjuk-nunjuk saya, dan memberi tahu temen-temennya: “Itu dosennya lhooo! Yuk masuk yuk!”.

Sampai sekarang saya masih keinget ekspresi bengong mereka begitu sadar si anak culun inilah yang bakal jadi dosen mereka.

So be it.
Si dosen adalah orang paling muda yang ada di ruangan kelas pada saat perkuliahan berlangsung.

Salah satu hal yang agak lucu ya karena beberapa mahasiswanya adalah pegawai di MIPA juga, termasuk trio teknisi Riza-Rina-K’Hasnah. Mungkin karena dari awal saya juga udah lumayan akrab sama mereka, yaa… lucu aja berdiri di hadapan mereka dengan posisi sebagai pengajar. Padahal lho kalo di lab kan saya suka nanya-nanya mereka soal teknik analisis.

Pernah ni sebelum masa perkuliahan, jadi masih masa KRS-an gitu, Riza ketemu saya dan dengan santainya ngomong gini: “Mi! Nanti kamu dosenku untuk Kimia Unsur sama Kimia Tanah kan? Ntar soal jadwal kita SMS-an aja yaa…
Pernah juga dia nelfon, ngomong gini: “Mi! Hari ini kuliah kan? Kita udah nungguin nih di ruangan!

Ngeeeekk…

Bu Radna dan Bu Maria langsung ngakak jaya begitu denger saya cerita.
Pernah juga waktu ke lab, saya malah ditodong sama mereka untuk bantuin mereka ngerjain tugas. Hahahaha… Saya sih fine-fine aja. Saya seneng kok :D. Sekalian sayanya belajar lagi…hehehehe.. Kan soal Kimia Kuantum saya udah banyak lupa.

Nah, yang juga bikin agak canggung adalah soal profesi mereka. Jadi karena mereka memang rata-rata lulusan D3 Kimia, mereka udah kerja sebagai teknisi dan analis di laboratorium departemen gitu.
Eh masa, ternyata ada 5 dari mereka yang ngambil mata kuliah Kimia Dasar berikut PRAKTIKUM nya???

Beuh.

Berasa menjelaskan bahaya merokok kepada seorang dokter spesialis paru-paru.

Asisten saya untuk Praktikum Kimia Dasar juga pada merasa jengah semua.
“Bu, bukannya yang alih jenjang itu malah lebih terampil dibanding kita Bu??? Gimana coba kita mau jadi asistennya mereka?”
Percaya deh, saya juga bingung mesti gimana.

Anyway, saya berusaha menikmati ini semua. Apalagi juga, justru para mahasiswa alih jenjang ini yang bis alebih ngerti kenapa saya cenderung bersifat tegas terhadap peraturan. Kalau mahasiswa reguler mungkin pada nganggep saya galak, killer dan semacamnya kalo saya udah mulai cerewet.

There’s always a bright side on everything, I’m sure about that :)

Udah ah, ni mau browsing buat nyari materi kuliah untuk ngajar Kimia Unsur di kelas alih jenjang besooook ^_^

Selasa, 21 September 2010

Hello, Haters!

Ada suatu kalimat yang pernah diucapkan guru kursus saya di LIA dulu: “You can’t win everyone. Face it…”. Dan entah kenapa, semakin lama saya semakin menyadari kebenaran kalimat itu.

Tak peduli sebaik apapun kita berusaha to be a nice person, tetap akan ada orang yang ga suka sama kita. Sebaik apapun niat kita, tetap tidak menutup kemungkinan ada yang salah menanggapi.

Like what happened to me a few days ago.


Awalnya adalah ketika saya iseng membaca salah satu FF. It’s a short story. Nah, si penulis sudah menyebutkan bahwa cerpen itu menurut dia ‘frontal’. Setelah saya baca, baru setengah saya sudahberhenti membaca. Nope, bukan masalah deskripsinya yang frontal. Temanya mungkin agak ‘frontal’ kali yee… Tentang sex before marriage gitu.

Seandainya… seandainya lho ya… cerpen yang saya baca itu adalah cerpen biasa, bukan FF, mungkin ga akan jadi masalah. The problem is, it’s a fanfiction. Cerita fiksi yang menggunakan nama orang-orang yang non fiktif. Walaupun ceritanya sendiri fiktif.

Nah, disinilah saya mulai merasa gak sreg, karena nama tokoh yang dipakai disitu adalah anak-anak yang masih berusia pra-remaja / remaja. Disitu saja saya sudah merasa ga enak. Karena menurut saya menulis FF itu punya tanggung jawab moril yang lebih besar. Saya ingat, dulu pernah ada forum diskas soal ada anak IC yang gak mau namanya dipakai untuk FF. waktu itu saya termasuk gencar berkomentar, karena menurut pendapat saya, selama jalan ceritanya masih wajar, karakternya, meskipun antagonis, masih ‘normal’, it shouldn’t be a problem. Lagipula banyak anak IC lainnya yang tidak keberatan kok. Nah, tapi kalo di cerita itu, saya kok merasa mulai over the line ya? I mean, disitu karakter mereka adalah cowok berandalan yang suka nidurin cewek. Geez…


Masalah kedua adalah medianya. Fansite tempat cerita itu dimuat, membernya ada juga yang masih SD, yang menurut saya kok ya belum antas membaca cerita semacam itu.


Saya mulai mikir, ini apa saya aja yang sensitif, atau gimanaaa… Lewat twit, sepertinya ada beberapa yang berpendapat sama dengan saya. Lalu saya pikir, ya udah, kenapa ga dibuka diskas aja soal itu?


Jadi begitulah. Saya posting sebuah topik diskusi baru tentang itu. Tentang apakah beberapa tema yang termasuk kontroversial atau ‘frontal’, masih wajar atau tidak untuk dimasukkan dalam fansite itu. Saya tidak punya maksud apapun, selain pengen share pendapat. Siapa tahu memang saya aja yang sensitif ;p…

Melihat respon yang masuk, ternyata cukup banyak juga yang ternyata sependapat dengan saya. Bahwa tema semacam itu kurang pantas untuk dimuat di fansite.

TAAAPIIIII…


Ada beberapa pihak yang merasa tersindir. Bukan cuma tersindir sih kekna, tapi TERSINGGUNG. Komentar dia di diskas itu sih masih pake embel-embel ‘salam damai’. Walaupun dia sudah mengetik beberapa kalimat dengan caps lock menyala. Tapi di fansite dia ber’damai-damai’ gitu, di Twit dong, nge twitnya langsung pake CAPS nyala. Emosi banget dia. Saya sampai geleng-geleng kepala. Mau nanggepin juga males…


Menurut dia, dia cuma gak mau muna, toh anak jaman sekarang pacarannya gayanya udah frontal. Terus emang apa yang salah dengan tema kontroversial semacam itu. And all of those self-defences.


Oh dear, she didn’t get the idea of my discussion. Bukan temanya yang saya permasalahkan. Tapi mediumnya, dan penggunaan nama tokohnya.


Terdorong rasa penasaran, saya telusuri timeline dia, dan hasilnya membuat saya mengangkat sebelah alis. Ternyata tidak hanya soal diskas saya itu, she actually takes this thing personally. For some reasons that I can’t understand, she hates me. Ga cuma dia sih, ada dua temennya lagi yang juga benci sama saya.


Mereka bilang, begitu liat siapa yang bikin diskas, udah bikin ilfil duluan. Mereka bilang, mentang-mentang saya punya nama, saya lalu seenaknya sendiri. Mereka bilang, toh yang nge-reply diskas saya itu cuma teman-teman saya.


And I was like, huh?
Lalu saya ketawa.


Oh dear… I don’t even know you girls…

And you obviously don’t know me either.

Pertama, saya tidak pernah merasa sudah punya nama. Nama saya Utami Irawati. That’s it. Nama apa yang mereka maksud? Senioritas? Helloooo… Saya juga baru belajar menulis FF kok. Baru 6 bulan. Saya tidak pernah sama sekali merasa sebagai seorang senior. Dan saya bikin diskas itu bukan seenaknya sendiri. Saya sudah bilang di awal, tujuan saya cuma untuk share. Kalau perlu mencari solusi bersama-sama. Dan percayalah, saya sama sekali tidak menyebut nama siapapun di diskas itu. Untuk apa?


Yang saya tahu, mereka juga sama-sama nulis FF. Tulisan mereka juga bagus, but not just my cup of tea. Makanya saya gak pernah baca juga sampe tuntas. For the same reason why I choose Coelho instead of Picoult. Bagus, tapi bukan tipe yang saya suka. Mereka ga suka tulisan saya? Monggo :). Saya juga gak masalah. Saya tahu, selera setiap orang berbeda, dan sangat tidak mungkin saya berharap SEMUA orang menyukai tulisan saya. Dan ya sudah. Apa yang mau dipermasalahkan dari situ???

Saya merasa tidak pernah berkomunikasi dengan mereka secara langsung, jadi saya juga heran, what on earth are the reasons for them to hate me?


Kedua, yang membuat saya sedikit miris adalah cara mereka menanggapi saran dan kritikan. Langsung defensif gitu, tanpa berusaha melihat, apa pelajaran yang bisa diambil dari masukan itu. Girls, when will you learn to be better if you think that you don’t need critiques anymore?


Saya juga pernah dikritik. Dan saya selalu berusaha menghadapinya dengan tenang. Saya lihat, ada benernya ga kritik itu. Kalo iya, ya saya berusaha memperbaiki. Kalo enggak, ya saya anggap terpaan angin :). Pernah sih saya merasa down karena kritik. Tapi lebih karena itu datang dari orang yang saya anggap paling dekat dengan saya. Jadi saya langsung mengasosiasikannya dengan tidak adanya dukungan. Then I realized that I was wrong.


Saya lalu mikir, apa mereka benci sama saya karena melihat kalau saya komentar di FF orang saya suka ngasih saran dan terkesan sok tahu ya?
Hmmm… Saya juga milih-milih kaliiiii…

Gini lho, ada beberapa temen yang memang secara khusus bilang ke saya kalo mereka perlu masukan, kritik dan saran. Dan saya anggap itu karena mereka sama seperti saya, ingin terus belajar lewat berbagai masukan dari orang lain.

Dan mereka pun sering kali memberi saran dan kritik terhadap tulisan saya, which I really appreciate. Tyaa, Tash, Anin, Tri, dan temen-temen lain adalah teman-teman yang selalu open minded terhadap berbagai saran, dan komentar serta saran mereka terhadap tulisan saya juga selalu saya tunggu. Saya menganggap mereka adalah partner saya untuk sama-sama belajar menulis.


Lalu komentar mereka bahwa yang nge-reply diskas itu cuma teman-teman saya? Oh wow. At least I still have people around me called as friends ^_^.


Apa mereka menganggap saya sombong? Oh my… untuk apa saya sombong? Saya, seperti yang berkali-kali saya tekankan, saya sendiri masih harus banyak belajar.


Jadi sambil tersenyum sendiri, saya cuma menggeleng-gelengkan kepala sambil mikir, is this really the way you behave? Oh dear… La?bil…


Don’t take me wrong. I’m not angry. I don’t even hate them for hating me. What for? I don’t even know them personally.

Jadi ya, sekali lagi saya anggap mereka cuma selingan dalam kehidupan saya, yang selalu penuh warna.

So this is my message for them


Dear my haters. I have my style. I have my own reason. And I don’t expect you to understand it. From the way you behave, obviously my style is way beyond your comprehension.


Warmest,

The one that you hate, and still don’t care about it :)
= Ami =

Selasa, 14 September 2010

Maafin Saya Yak!

Yuhuuuuu! Akhirnya Lebaran jugaa… Dan kali ini kompakan ya, gak pemerintah, ga Muhammadiyah, lebarannya pada tanggal 10 semua. Ah, senangnyaaaa :D.

Saya tahu, saya suka nyolot dan berkomentar secara sarkastik.

Maap yaaa...

Saya tahu, kelakuan saya suka ajaib.

Maap yaaa…

Aku memang manusia biasaaaa… yang tak sempurna, dan kadang salaaaahhh… *Mas Yovie, saya pinjem lagunya*

And as I have always told people, I’m not white, not as pure as angel, so I know that there are so many mistakes that I might not even realize…

But I’m not black either. So let me say this, again, and again….

I DO APOLOGIZE FOR EVERYTHING.

All the stupid things that I said

All the stupid things that I did

All the stupid thoughts that crossed my mind

Selamat Lebaran semuanyaaaa :D


Jumat, 03 September 2010

Welcome, New Semester!

Akhirnya, tahun akademik baru udah mulai lagi. Dua hari yang lalu, begitu saya nyampe di kampus Banjarbaru, saya disambut dengan barisan mahasiswa berjas kuning. Yang cowok bercepak ria, yang cewek memakai pita.

Saya bengong sebentar, lalu ketawa sendiri.

Iya ya? Udah semester baru lagi ya?

Beuh, rasanya baru kemaren saya menjelaskan pengisian KRS ke mahasiswa 2009 yang perwalian ke saya, sekarang udah dapet mahasiswa baru lagi. How time flies…


Satu September, katanya perkuliahan resmi dimulai. Yang saya sambut dengan protes. Nanggung amaaaaat? Coba ya, kalo tanggal 10 udah Lebaran, kenapa sih gak diliburkan aja sekalian?


Dan seperti biasa, di Prodi Kimia, hari pertama semester diisi dengan perkenalan mahasiswa baru dengan para staf dosen. Termasuk saya, tentunya.

Garing.

Hehehe… I don’t know, saya cuma tidak merasa ada yang baru. Apalagi KaPS yang sekarang ya..gitu…


Dan seperti tahun lalu, pada saat giliran saya diperkenalkan, saya sudah mantap berdiri dong, dengan senyum dipentangkan selebar-lebarnya. Then it happened again. Ketua Prodi kami terdiam waktu hendak menyebutkan tempat dimana saya ngambil S2.

Haha.

Jadi terpaksa saya dengan senyum yang dibikin semanis mungkin, untuk mengelabui kekejaman saya sebagai seorang dosen, dalam satu tarikan nafas menyebutkan nama universitas dan jurusan yang saya ambil waktu S2 kemaren.


Yang rada beda untuk tahun akademik sekarang ini adalah, mulai tahun akademik ini PS Kimia mulai menerima mahasiswa untuk program alih jenjang. Jadi lulusan D3 yang mau ngambil S1 gitu. Nah, yang lucu adalah, banyak dari mahasiswa alih jenjang itu adalah teknisi dan karyawan di MIPA. Tentu saja, tiga serangkai Fahriza-Fahrina-K’Hasnah termasuk di antara mereka. Saya udah ngakak jaya aja ngeliat mereka waktu pada nyamperin ruangan dosen untuk perwalian. Fahriza udah kesel aja ngeliat saya ketawa-ketawa gitu.


OMG! Gak kebayang aja saya…jadi dosennya mereka!!

BHUAHAHAHAHA!!!

I mean, selama ini kan saya sama mereka cenderung ke arah temenan banget. Cuma K’Rina aja yang kadang-kadang manggil saya pake sebutan “Ibu”.

Lha, Fahriza? Dia mah gak pernah formil gitu ke saya. Malah kalo di lab, lebih sering dia yang ngomelin saya. Jiahahahaha XDD

Anyway, seperti yang sudah saya duga, Fahriza dinobatkan sebagai sekretaris angkatannya dia. Dan K’layla, jadi bendahara. Good choice. Secara memang K’Layla itu bendaharawan di MIPA kok :D.

Saya jadi inget waktu pertama kali jadi mahasiswa baru di Jogja dulu.

Kesepian, karena gak ada satupun yang berasal dari kota yang sama dengan saya. Afraid, for being a stranger. Bingung sendiri dengan istilah-istilah perkuliahan yang aneh itu.

But hey, akhirnya toh semuanya terjalani kan :D? Saya bertemu teman-teman baru, and some of them are still my bestfriends up until now ^_^.


So, welcome, new students :D!


Oh iya, satu lagi yang selalu berkaiotan dengan semester baru: PEMBAGIAN MATA KULIAH!


Hiks, tahun ini saya… bakalan pontang panting. Saya dapet jatah ngajar Kimia Dasar (PS Kimia-Biologi), Kimia Lingkungan, Kimia Tanah, dan Kimia Unsur. Plus Kimia Dasar untuk Faperta. Dan jangan lupa, ngajar di alih jenjang untuk Kimia Lingkungan, Kimia Unsur dan Kimia Tanah.

Beuh.

Udah… jeblosin aja saya ke sumur sekalian. Jeblosin daaaahhhhh!!!

Wish me luck for this semester :)

Selasa, 17 Agustus 2010

Berbicara tentang Indonesia

Sudah 65 tahun berlalu, semenjak atas nama bangsa Indonesia, Bung Karno memproklamasikan bahwa Indonesia MERDEKA.

Dan lihat, betapa panjangnya sudah jalan yang dilalui Ibu Pertiwi, meskipun sambil tertatih-tatih.

Bercerita tentang Indonesia, banyak orang yang akan dengan pahit menunjukkan betapa korupsi masih menjadi penyakit yang belum tertaklukkan di negeri ini. Betapa semua urusan di negeri ini menjadi lebih licin dengan uang sebagai pelumas.

Tapi tolong, ceritakanlah juga tentang keramahan bangsa ini, meskipun hanya dari senyuman para mbok penjual sayur di pinggir jalan yang menyapa kami.

Bercerita tentang Indonesia, ada yang dengan sinis berkata, sekolah di negeri ini hanya untuk yang kaya saja.

Tapi mari juga bercerita tentang putra bangsa, yang rela keluar masuk kolong jembatan untuk mengajari anak jalanan membaca. Atau para guru yang setiap hari menempuh belasan kilometer untuk mengajar di kelas yang hanya dibatasi tiang reot untuk menopang atap rumbia.

Bercerita tentang Indonesia, banyak yang menitikkan air mata ketika bercerita betapa rakyat kecil terus tertindas para kapitalis.

Dengarlah, akan kuceritakan padamu betapa orang-orang kecil itulah yang terus menjadi inspirasi mengenai semangat dan harapan untuk terus bertahan hidup, untuk tetap mensyukuri apa yang ada.

Bercerita tentang Indonesia, banyak yang melengos, dan memilih untuk diam saja.

Bukankah masih banyak cerita tentang betapa kaya budaya kita? Alunan gamelan. Ratusan langgam bahasa yang berbeda dari ujung Barat hingga ke timur. Alunan lagu-lagu daerah itu. Dinamisnya tarian. Berwarnanya upacara adat yang masih setia diritualkan. Senyuman cerah dalam balutan busana adat yang begitu beragam. Lihat, betapa kayanya Indonesia akan warna budaya. Mari terus kita ceritakan pada anak cucu kita kelak… Agar mereka tahu. Warna bendera Indonesia hanya dua, merah dan putih. Tapi warna budaya yang Indonesia miliki, jauh lebih cantik daripada saputan warna pelangi.

Bercerita tentang Indonesia, banyak yang dengan lantang berkata malu menjadi orang Indonesia.

Tapi masih ada anak bangsa yang tegak berdiri membawa nama bangsa. Lihat, betapa cerahnya wajah anak-anak yang menjadi juara di kancah internasional itu. Apakah mereka malu menjadi anak Indonesia ketika menjadi juara Olimpiade Fisika Internasional? Bukankah mereka bersorak girang sebagai anak Indonesia ketika nama Indonesia disebut sebagai juara di berbagai kompetisi Internasional itu?

Bercerita tentang Indonesia, ada yang mengutuk betapa di negeri ini kekerasan atas nama agama masih terus saja terjadi.

Yakinlah, tak ada satupun agama yang mengajari untuk saling menghujat. Dan kawan, bukankah di negeri ini pula umat Nasrani dengan tulus ikut mengucapkan Selamat Idul Fitri? Dan masih banyak umat Islam yang ikut tersenyum cerah sambil mengucapkan selamat merayakan hari Natal. Itu hanya sebagian kecil dari betapa agama tak perlu menjadi alasan untuk perpecahan. Bukankah dari mesjid, gereja, pura, wihara dan semua tempat ibadah itu, selalu mengalir doa untuk damainya Indonesia kan?

Bercerita tentang Indonesia, banyak yang akan menceritakan tentang betapa jutaan luka telah mengoyak negeri ini.

Tapi cerita tidak akan berhenti disitu kan? Masih ada cerita tentang semangat anak bangsa untuk mengobati luka itu. Untuk mengembalikan kehormatan Ibu Pertiwi sehingga kembali tegak berdiri.

Maka bercerita tentang Indonesia, adalah cerita tentang sejuta warna. Air mata, tawa, keluhan, harapan, cita-cita dan mimpi anak bangsa.

Bercerita tentang Indonesia, adalah bercerita tentang negeri saya. Negeri anda. Negeri kita.


DIRGAHAYU INDONESIAKU!

Minggu, 15 Agustus 2010

Ramadhan Kali Ini

Ini sudah hari keberapa puasa sih? Lima ya? Hmmm… Belum sampe seminggu puasa artinya. Ga telat kan kalo saya bilang, “Selamat Menjalankan Ibadah Puasa”.

Iya euy… Ga kerasa sudah masuk bulan puasa lagi.

Jadi malu.
Secara kayaknya semenjak bulan puasa tahun lalu kok ya saya belum berkembang jauh dari segi keimanan dan ketakwaan (kenapa bahasa saya jadi resmi begini yak?). Anyway, it’s just a simple proof that times won’t wait for you.

Ah, Ramadhan…


Selalu ada nuansa berbeda yang dibawa bulan suci ini. Aktivitas-aktivitas tambahan, mulai dari buka puasa, tarawih, sahur…


Dan bukan cuma dari segi yang sifatnya agamis semacam itu sih. Salah stau hal yang saya seneng dari bulan puasa adalah, iklan di TV jadi bagus-bagus. Hehehe… Perhatiin deh, jadi banyak iklan di TV yang lebih mengingatkan kita pada hal-hal semacam menahan diri, saling menolong, and all those sort of things. Dan saya yang lebe ini dengan gampangnya mulai etrisak-isak melihat iklan PT. Djarum soal kesabaran itu. Itu lhooo.. Yang pasangan suami-istri terburu-buru mau berangkat, terus ternyata Ibunya si suami tertatih-tatih mempersiapkan diri. Duh… Simpel, tapi nohok banget.


Satu lagi kebiasaan yang muncul menjelang bulan puasa: saling bermaaf-maafan. Iya juga sih, logikanya adalah, biar kita memasuki bulan suci ini dengan sesedikit mungkin beban. Cara yang paling umum sih, ya via SMS. Saya? Beuh, sebagai anak ghaul getto lhooo (apa banget deh -_-) saya lebih memilih memanfaatkan situs jejaring sosial. Pasang status aja deh di FB :D, sama via Twitter. Nah, soal SMS ini, bukannya gak menghargai sih, tapi akan sangaaaat lebih baik kalo SMS semacam ini dikirim dengan pertimbangan atas beberapa hal tertentu. Like what happened with me.


Jadi gini. Besok dini hari sahur untuk pertama kalinya, dan saya sebagai tipe orang yang hobinya insomnia, agak sulit bagi saya untuk memaksa diri tidur lebih awal. Nah, di saat saya mulai berhasil untuk tidur *buat saya tidur sebelum jam 12 itu perjuangan lho -_-*, sekitar jam 12 lewat dikit, ada SMS masuk.

Saya bangun dengan kaget dong… Dengan kepala rada pusing karena kaget itu, saya bacalah SMS itu. You know, tipe-tipe SMS masal yang dikirim ke banyak orang sekaligus. Menjelang Ramadhan..bla bla bla… Maka maafkan..bla bla bla… Semoga bla bla bla…. Yang ngirim mantan mahasiswa saya.


Gini deh, bukannya saya gak menghargai yaaaa… Tapi bisa kali ya ngirim SMS kayak gitu pada jam normal? Bukannya pada jam tidur?


Maka dengan kepala yang terasa berputar saya balaslah SMS itu


“Sama-sama. But do you know what? It would be much more nicer if you send this message in a more appropriate time, instead of this late at night that it woke me up.”


Ya gitu deh.. I mean, don’t blame me to be so sarcastic, tapi sunnguh berbahaya membangunkan naga yang sedang tidur.

Eh, ga nyampe lima menit kemudian, si mantan mahasiswa saya itu malah mengirimkan balasannya.
Isinya singkat: ‘You’re welcome ^_^”

Saya tambah migren.


Oh well…


Anyway, sekali lagi… Selamat berpuasa ya semuanyaaa…


Semoga puasa kali ini membawa berkah bagi kita semua. Menjadi salah satu langkah awal bagi kita untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi.

Saling memaafkan, peduli kepada sesama, dan terutama selalu ingat sama Alloh SWT, itu memang seharusnya setiap saat. Tapi paling tidak, Ramadhan selalu menjadi momentum yang paling tepat bagi kita semua untuk kembali memantapkan langkah ke arah situ.

Amin… =)

Sabtu, 07 Agustus 2010

Dari Mau Dibawa Kemana, sampai ke C.I.N.T.A. hingga ke Aishiteru,

Kemaren waktu tugas ke Malang, saya dong sempet maen ke rumah salah satu sahabat saya waktu kost di Jogja dulu: Nanik, alias burung gagak hitamku tersayang (yang selalu memanggil saya burung hantu buruk rupa nya ;p).

Nah, seperti biasa, salah satu hal penting tingkat dewa yang kami bahas adalah: betapa banyaknya grup band yang bertebaran saat iniii!!! Seriusan.

With all respect, dari sekian banyaknya grup band itu, yang bener-bener qualified enough, sad to say, ga semuanya.
Beberapa memang bagus sih. Lyla, misalnya. Saya suka tuh. Terus Nidji, Samsons… Nah, itu memang bener-bener bagus.

Tapi beberapa band lain yang.. Umm… Gimana yaaaa… Kayaknya kok ya banyak tipe band yang cuma asal masuk rekaman aja. Tapi begitu mereka manggung di acara-acara gitu. Elah. Jaraaang banget ada yang mau bener-bener nyanyi live. Males banget dah liatnya. Mana walopun nyanyinya cuma lip-synch gitu, gayanya udah yang kayak apaaa gitu lho. Megang mikrofonnya aja suka lebay banget. Ditempelin ke mulut kayak mau ditelen bulet-bulet. Hadeh.
Lagu-lagu mereka pun… I am just being honest when I say that most of the songs just don’t fit me and my taste.

HOOOOWEEEEVEEEEERRRRR…
Mari. Akui saja. Beberapa lagu mereka itu… ANNOYINGLY HAUNTING!

Entah kenapa, ada beberapa lagu mereka yang terdengar dimana-mana, dan melekat bagai kutukan di otak saya.

Mulai dari lagu yang satu ini..

“Maaau dibaaaaawa kemaaaanaaaaa… hubungan kiiiitaaaaaaa….”

Euh. Saya sebenernya juga tadinya ga tau ini aslinya siapa sih yang nyanyi. Akhirnya setelah pengamatan mendalam, saya menemukan bahwa lagu ini dibawakan oleh suatu grup band bernama Armada. Nama yang mengingatkan saya pada sepasukan tentara angkatan laut. Vokalisnya, setiap kali saya liat, pasti pake ikat kepala. Kasian ya dia? Migren ga sembuh-sembuh, sampe harus pake ikat kepala terus.

Anyway, lagu ini masih lumayan. Dalam versi lain. Akhir-akhir ini, lagu tersebut seringakli dinyanyikan ulang dengan aransemen yang lebih jazzy. Termasuk dalam acara Harmoni SCTV. Nice one. Versi favorit saya tentu saja versi yang dinyanyikan oleh Citra di Panggung Spektakuler Indonesian Idol.

Next. Another annoyingly-haunting song. Yang lebih fenomenal lagi.

Siap?

Oke.

“Luka luka luka yang kau berikaaaaan… Bertubi-tubi tubi aku rasakaaaaannn… Cintaku brtepuk sebelah tangan.. Namun kubalas senyum keindahaaaaan…”

Got it?
Belum?
Oh, well…
Here it is.

“Bertahan satu CIIIIINTAAAAA… Bertahan satu Ce- I – eN – Te – A…”

There. Lagu yang dinyanyikan oleh.. D’Bagindaz. Geez, I really want to know their reason to pick that word for the name of their groups.

Lagu ini…lagu yang sebenernya.. enggak banget buat saya. Mulai dari liriknya. Melodinya. Tapi itulah. Lagu ini bagai kutukan. Sekali mendengar, melekat selama 40 hari di kepala. And even worse, Citra dapat jatah untuk nyanyi lagu ini di Indonesian Idol.

Phew! What is it with Citra that she has to sing all those “cupu” song?

Nah, satu lagu lagi yang berpotensi besar nempel di otak saya meskipun saya mati-matian menolaknya adalah lagu ini…

“A.. A.. A… A.. Aishiteru….”

Dan A itu tidak dilafalkan satu huruf Aaaaaa panjaaaaang. Tapi dieja satu persatu hurufnya.

Satu, I HAVE NO IDEA what Aishiteru means. Bahasa Jepang ya?
Kedua, nama bandnya. Zivilia. Mengucapkannya aja udah susah. Saingan sama kata-kata “redenominasi”. Zililia? Vilizia? Lebih gampang ngomong Vuvuzuela deh kayaknya -_-
Ouch.

Frankly speaking, saya jadi kangen dengan band-band jaman saya masih kuliah dulu. Kayaknya waktu itu memang band itu jarang. Tapi sekali ngetop, ya bener-bener bagus. Mulai dari Sheila On 7.(teteuuuup… ;p), Padi. Dewa. Dan oh, Peter Pan. Untuk yang disebut terakhir ini, despite their vocalist, I have to admit that they have some brilliant songs. Makanya saya jejeritan sendiri pas dapet video ini di YouTube.



Now THEY are those whom I would call real band!
Keren yaaaaaaaa…. :DDD

Kamis, 05 Agustus 2010

Sekali Lagi: Cakepnya versi Saya

Percaya ato nggak, ini adalah posting ketiga saya mengenai topik yang satu ini. Ga papa kali yeee… Secara beberapa minggu yang lalu, salah seorang temen pernah agak sedikit rada menyinggung-nyinggung soal ini ke saya. Dan setelah melalui perenungan yang mendalam, jadilah saya tiba-tiba kepikir buat nulis soal ginian lagi. Yang artinya akan memperbanyak list posting-posting ga pentingnya saya ;pOke. Waktu kuliah dulu satu hal yang seringkali diragukan oleh teman-teman saya adalah kalo saya ngomong gini: “Eh, liat deh… cowok yang itu cakep yaaaa…!”. Kenapa? Karena menurut mereka, selera saya suka lain dari umat kebanyakan yang normal kalo sudah mengenai definisi dan penjabaran tentang cowok cakep. Jadi supaya tidak melawan arus dan anda-anda tidak begitu shock mengenai selera saya, saya akan fokus kepada selebritis yang menurut saya cakep.
Setahun ini, ada tiga cowok yang selalu sukses bikin saya histeris sambil meluk TV kalau mereka muncul di TV. (entah apa jadinya kalau mereka muncul di depan saya).

Urutan pertama… Siapapun yang mengenal saya tentunya tahu bahwa semenjak berbelas-belas tahun (oke, yang ini rada lebe mungkin) urutan pertama ini selalu ditempati oleh… siapa lagi kalau bukaaaannn… AKHDIYAT DUTA MODJO alias Duta Sheila On Seven!

Ga tau kenapa, pokoknya dia bagi saya ganteng seganteng-gantengnya seleb. Dan selalu, salah satu statement saya untuk memverifikasi kalo vokalis yang satu ini ganteng adalah: Siapa lagi coba yang bisa tetep keliatan ganteng walopun dalam kondisi habis digebukin? Haha. Inget dong video klipnya Sheila On 7 yang Pejantan Tangguh.

Urutan kedua… VIDI ALDIANO! Hehehe… Iya euy, ga tau kenapa… Saya ngefans banget sama cowok bersuara bening ini. Kalo ga salah dia mulai ngetop tahun 2008 ya? Waktu itu saya ga terlalu ngeh. Tahun 2008 itu kan saya masih sekolah. Jadi cuma sekedar tau kalo ada yang nyanyi ulang Nuansa Bening. Ga pernah merhatiin siapa yang nyanyi sih. Waktu itu malah saya taunya sama Afgan. Karena kakaknya Afgan temen sejurusan housemate saya, dan kalo lagi di dapur, kita suka sok-sokan ngegosipin dia… Hahahaha… Pas udah selesai sekolah, baru saya merhatiin. Eh, ni anak cakep juga ya? Manis banget. Apalagi dia hobi banget senyum. Ihik.
Cakep dah. Ga tau yaaa.. bagi saya mah, senyum dia itu yang purely a smile, not just the kind of smile that comes out because he thinks that he HAS to smile. But a smile that comes out because he WANTS to smile. Lagian, suaranya emang bagus. Kalo dibandingkan dengan vokalis berbagai band-band yang lagi booming banget belakangan ini, yakin deh, Vidi memang bener-bener head above shoulders among them. Ya nggak? Ya nggak?

Urutan ketiga… euh. Oke. AHMAD FAUZI ADRIANSYAH! Iya. Si Ozy itu. Yang juara 5 Idola Cilik 3. Hehehehe… Terseraaaah deh mau dibilang freak atau apa kek. Tapi ya gimana lagi, emang anak kecil yang satu ini punya bakat jadi ganteng kok. Ahahaha… Pas awal ikut IC masih keliatan imut.Eh, tambah kesini, kok ya imutnya malah mulai ilang yaa… Malah jadi..ganteng… Elaaahhh… Hahahaha… Ih, si adek kecil yang satu ini tapi lucu banget emang kok. Senyumnya itu lhooo… Bikin melting. Dan saya dengan keukeuhnya suka bilang kalo Ozy itu adalah versi kecil dari Vidi Aldiano.

Yak! Dari ketiga nama tersebut, mari dideretkan… Apakah ada persamaan di antara mereka bertiga? Kalo menurut Ratih, temen saya semenjak kuliah, a person who knows me so very well (that sometimes it freaks me out), saya punya kecenderungan untuk suka sama cowok yang… kurus.. dan.. berleher panjang. Mari dilihat, apakah ketiga orang tersebut memang berleher panjang? Tidak juga kan? Hahaha…

Sabtu, 31 Juli 2010

Berantem soal Plagiarisme

Dulu nih ya, waktu sekolah kemaren, saya pontang-panting memahami apa itu plagiarisme dan bagaimana menghindarinya. Walaupun dari dulu memang berusaha menghindari yang namanya menjiplak, baru pas sekolah kemaren saya semakin nyadar that plagiarism is a real serious issue.

Nah, pas balik kesini, saya nyoba perlahan-lahan untuk menanamkan kebiasan menghindari plagiarism itu. Believe me, it’s not an easy task. Not easy at all. Berusaha menanamkan kebiasaan mensitasi secara benar saja kepada mahasiswa berasa bikin migren 21 keliling. Itu baru untuk tugas mata kuliah. Nah, kalo skripsi? Saya hitungannya dosen yang rese. Biasanya saya cocokin satu-satu kutipan dalam teksnya dengan daftar pustaka dia. Dan saya suka sebel kalo dalam satu kelompok penelitian, dasar teori dan tinjauan pustakanya setali tiga uang sepuluhribu ceban seratus cepek. Alias sama aja.

Soal plagiarisme, memang susah sih. Sepertinya di Indonesia belum dianggap terlalu serius. Coba deh ya, kemaren banget saya pernah nyari buku panduan Twitter (waktu itu saya baru bikin account di Twitter). Kok bisa ya ada DUA buku dengan judul berbeda, pengarang berbeda, dan diterbitkan oleh penerbit yang berbeda, tapi isinya SAMA persis?

Beberapa bulan yang lalu juga semepet ribut kan, kaus soal artikel ilmiah salah satu dosen PT terkemuka di Indonesia yang ternyata adalah hasil plagiarisme juga. Elah. Ini lho yang saya ga habis pikir. Secara nih ya, pelakunya adalah orang dari kalangan akademisi.
Fiuuhh…

Dan sodara-sodara.. Ternyata lho ya, saya juga jadi korban plagiarisme!
Beuh. Oke lah, memang salah satu resiko terbesar nulis virtual, adalah masalah penjiplakan ini. Tinggal block teksnya, tekan Ctrl+C, lalu tekan Ctrl+V. Udah, selesai.

Kebetulan banget, temen-temen saya berhasil mendeteksi bahwa ada seseorang yang menjiplak cerita saya. Kalo mengcopas cerita sih mungkin saya masih bisa terima, toh Nanda juga copas cerita saya. Tapi itu atas izin saya, dan dia jelas-jelas mencantumkan kalo itu adalah buatan orang lain. Lha, anak yang satu ini lho… Cuma mengkopas satu part dari cerbung pertama saya.
DAN DIA MENGAKU-NGAKU KALO ITU BIKINAN DIA SENDIRI.

Beuh. #lemparlemari.

Padahal sebenernya dideteksinya gampang. Anak ini tipe anak ghA03lZ a.k.a salah seroang 4laY3Rs. You know lah, yang nulis “iya” pake “eea”, nulis “aku” jadi “aqhoe”. Aneh banget aja tiba-tiba dia bisa bikin tulisan segitu rapinya. Saya add dia di FB saya. Saya tanya apa notes itu dia sendir yang bikin. Aduh ampun dah, ga tau bebal ga tau gimana, dia bilang IYA! Pada saya, si penulis asli! #lemparkulkas.

Mula-mula saya berusaha nempuh jalan baik-baik. Saya kirim message. Tidak ada tanggapan. Saya nge-wall sekali. Masih ga ada tanggapan. Saya ngewall lagi, masih dong saya dicuekin. Eh, setelah saya ngewall lagi..baru dia bales ngewall, bilang kalo dia ga tau apa-apa. Ga tau apa-apa pale looo???

Ya udah. Saya ladenin. Untungnya temen-temen saya juga pada kesel sama dia. Abis dah tu anak diserang. Tapi ya gitu… sekali lagi, ga tau bebal ga tau gengsi.. SUSAAAAH banget ngaku. Mungkin agak lebe sih, ngapain sih saya berantem sama anak SMA? Oh, well, karena saya ga pengen ini kejadian ke orang lain.

Saya pengen biar si pelaku yang satu ini nyadar, betapa yang sudah dia lakukan itu bener-bener ga ada etikanya. Parah. Menyebalkan.

Anyway, setelah hampir seminggu berbalas wall dan komen dengan nada yang semakin lama semakin tajem dan pedas… akhirnya dia menyerah.

Saya anggap kasus ini selesai. Dengan satu harapan, semoga saja si anak yang satu ini bener-bener sadar, dan ga akan mengulangi perbuatannya lagi.

JADI, AYO KITA PERANGI BERSAMA PLAGIARISME!

Selasa, 27 Juli 2010

After TWO months: Me and My Mumbling :)

WAYOLO! Astaga… itu terakhir kali aku posting kapan? Bulan Mei? Tanpa posting sedikit pun di bulan Juni? Dan ini pun...udah akhir Juli.. Elaaaahh.. blogger macam apa saya iniiii? (jawab: blogger lebe yang pemalas ;p)

Frankly speaking, banyak banget nih padahal yang bisa saya posting di blog ini, karena berasa lagi banyak hal yang sering saya komentari. Dan tentu saja, komentar-komentar ga jelas saya soal berbagai hal yang ga penting itu sangat selaras dengan visi dan misi blog ini. Secara posting saya memang jarang banget (kalo ga bisa dibilang ga pernah) isinya serius. Maap ya, saya dari dulu blogging adalah untuk bermumbling ria, memvisualisasikan ocehan yang ada di kepala saya dalam bentuk tulisan di dunia virtual.

Saya sebenernya ga kemana-mana sih. Cuma lagi juggling dengan berbagai sisi kehidupan saya. Elah, kayak apa aja. Let me explain. Inget ga waktu saya cerita tentang personal project saya untuk menulis fanfiction? Fiksi dengan tokoh berupa anak-anak kontestan Idola Cilik? Bhuahahaha… Saya akhirnya menulis TIGA cerita bersambung, dn satu cerita pendek. Jadi bayangkan aja. Di pagi hari saya bergabung dengan kaum komuter untuk menempuh jarak beberapa puluh kilometer ke Banjarbaru. Siangnya saya mesti berhadapan dengan mahasiswa dan temen-temen sesama staf dosen, sambil berusaha supya ucapan dan ekspresi wajah saya terdengar cukup akademis. Di sore dan menjelang malam hari, jadi tante yang baik buat ponakan saya dan anak yang setia mendengarkan obrolan orang tuanya. Di tengah malam, saya menjelma menjadi orang yang dengan lebay tralalanya ngegombal lewat berbagai macam dialog di cerita yang saya tulis. Oh, well that’s my life :). And I’m loving every ups and downs of it… Lagipula saya tidak menyesal menulis FF itu. Saya jadi punya banyak temen yang seruuuu…

Satu lagi yang membuat saya jadi ga pernah nengokin blogspot saya. PIALA DUNIAAAA!! My God… One of the most spectacular sport event that you just can’t miss!! Beberapa hari sebelum upacara pembukaan aja saya udah sempet heboh sendiri. Jagoan saya?… Hohoho.. Semenjak tahun 2002 pun saya udah jagoin Spanyol. Karena mereka mainnya cantik. Dan terutamaaa… saya jatuh cinta sama kipernyaaaa!! Ampun dah, itu saya inget banget., waktu pertama kali liat Casillas, dunia saya berbunga-bunga seketika… Jadilah sepanjang momen Piala Dunia, jam tidur saya semakin berkurang dengan signifikan… Dan saya sangaaat bersyukur punya akun di Twit. Bukannya apa-apa, di rumah saya ga ada temen nonton, jadilah histeria massa saya adalah lewat Twitter… Hahahaha… :DD
Eh, tapi serius deh, betapa betenya saya dengan orang maupun non-orang (in this case..an octopus) yang bikin ramalan soal siapa yang menang. NGERUSAK MOOD WOI!! I always hate spoiler -_-.

Ah, tapi untunglah… SPANYOL MENANG!! *berasa telat banget ya? Biarin ah…*. Sepanjang pertandingan saya mual-mual, migren dan gatel-gatel. Psikosomatis deh pokoknya. Tapi teteup, tiap kali Casillas dishoot, saya… histeris.. Kangmas Casillas emang gantengnya GAS POL ABIS LAH ITU MAH! Aku padamu Casillaaaaaasss… *meluk pohon*.

Terus, apa lagi ya? Oh iyaaa… saya jadi suka ngegosip di tengah malam. Hahaha… Saya entah kenapa, jadi punya temen-temen yang dengan ga pentingnya suka ngomongin artis-artis tertentu dengan gaya sarkastik yang sinis dan sadis mengiris… Mulai dari mencela nick twit yang suka ganti-ganti, ngurusin BB anak orang, membahas lagu-lagu keramat, sampe ngebahas soal follow-unfollow. Dan atas dasar kesamaan hobi ga penting itu, we’re forming an unofficial group: called Midnight Inpoh Crew. Commonly known as.. #MIC!

Cerita apa lagi ya? Oh iyaaa… Indonesian Idooolll… Buhauahaha… Maap ya, tapi saya emang hobi banget nonton talent contest kayak gini. Daripada nonton sinetron? Jagoan saya semenjak awal memang Citra. Karena dia sangat unik. Dan seperti yang pernah dibilang Agnes, layu secupu apapun kalo Citra yang nyanyiin, jadinya beda dan enak buat didenger. Thanks to Citra, selama hampir DUA MINGGU, lagu C.I.N.T.A yang tadinya bikin saya langsung ganti channel kalo ada di TV malah jadi terngiang-ngiang mulu di kepala saya. Berasa kutukan banget.
Tadinya sempet jagoin Fendi. Eh, keburu out. Pas audisi, sempet dukung Rio. Tapi lama-lama merasa saaaangaaaat terganggu dengan anting di telinganya. Nah, pas minggu kedua Spekta, mulai tertarik dan berminat untuk jagoin Igo. Lama-lama, ngejagoinnya jadi serius. Apalagi ternyata suaranya emang kereeeen banget. And in addition, he’s so damn goodlooking. Walopun… baru lulus SMA. TUHAAAANNN… Kenapa aku mesti dilahirkan terlalu cepaaaat?? *sesenggukan*

Dan akhirnya, Igo dan Citra masuk Grand Final. Yeah! Siapapun yang menang, saya senaaangg..! Baru kali ini deh jagoan saya bisa menang. Hahaha… Dulu kan sampai adek saya sendiri menuduh bahwa dukungan saya adalah kutukan. Soalnya biasanya siapapun yang minggu itu saya dukung, malah ujung-ujungnya bakal tereliminasi dengan suksesnya. Paling cuma pas jagoin Ihsan doang di Idol 2007 :D.

Pas ngetik ini, saya tiba-tiba aja ngelirik buku yang lagi saya baca. Apa coba? Semester Pertama di Malory Towers. Jiahahaha… Itu bacaan saya waktu kelas 1-2 SD gitu. Dulu koleksi saya lengkap. Tapi dipinjem kakak kelas waktu SD, dan ga balik. Jadi betapa bahagianya saya begitu serial ini dicetak ulang, malah dibikin box-setnya. Gapapa deh uang makan dari Fakultas untuk bulan ini ga bersisa. Yang penting saya bisa bernostalgia dengan Darrel, Alicia, Irene dan teman-teman. Say ajuga beli box set yang St. Clare. Huhuhu.. jadi inget, dulu saking sukanya sama serial ini, saya sama adek saya suka berkahayal jadi siswa di sekolah berasrama ini, dan mengalami berbagai petualangan mereka.

Ahahaha… Jadi pengen mengulas beberapa buku lama yang pernah saya baca di zaman saya kecil dulu. Banyak karya klasik sebetulnya sih, dan menurut saya, seharusnya cerita cerita semcam itulahyang dibaca oleh anak-anak. Saya penyuka karya Frances Hodgson Burnett. Mulai dari Secret Garden, Little Princess, Little Lord Fauntleroy. Serial Lima Sekawan. Kemudian juga bukunya Susan Coolidge, yang judulnya Katy. Matilda nya Roald Dahl, tentu saja jadi salah satu buku favorit saya.

Oh well, for the next posting aja deh… :D. For now, enough with me and my mumblings
I’ll see you again, fellows. Pretty soon, I hope :)

Rabu, 15 Desember 2010

Life Goes On

Tadi malam, insomnia saya sedikit kambuh. Jadilah saya browsing gak jelas, dan setelah sekian lama, akhirnya saya membuka kembali blognya salah satu penulis favorit saya ini. Tadinya sih saya ngakak jaya aja pas baca imajinasi dia tentang komentator pertandingan bola yang baru diputusin (read it here). Tapi lalu, postingan dia yang ini membuat saya diem, dan mikir.

Tiba-tiba saja saya inget gimana saya waktu SMA dulu. Generally, saya bisa dikategorikan jadi siswa yang cupu. Beneran.Saya yang kurus dan berkacamata. Not to be snobbish, tapi saya hitungannya termasuk siswa yang selalu masuk rangking di kelas. Bukannya memang niatan pengen jadi siswa paling pinter atau gimana sih, yang pasti pola pikir saya dulu itu sederhana. Kalau saya gak belajar, saya gak bisa jawab ulangan. Kalau saya gak bisa jawab ulangan. Kalau saya gak bisa jawab ulangan, nanti nilai saya jelek. Kalau nilai saya jelek, saya gak dapat rangking. Kalau gak dapet rangking, saya gak bisa daftar PMDK. Kalau gak daftar PMDK, saya sulit masuk PTN. Kalau ujung-ujungnya saya gagal masuk PTN, terpaksa masuk PTS. Padahal di jaman saya itu dulu yang namanya PTS itu adalah cara legal untuk jadi bangkrut dengan alasan akademik.

Aaaanyway… Here I am rite now. I don’t know how other people see me rite now, but overall, I’m happy enough with who I am. But still, that piece of writing makes me wonder, apakah saya yang sekarang ini sama dengan ekspektasi orang terhadap saya waktu saya SMA dulu? This, is a question that I find hard to answer. For I never really know what do people think of me, how they see me.
Kemudian saya jadi inget temen-temen saya dulu. Mengingat image mereka waktu SMA dulu. Dan membandingkannya dengan mereka saat ini. Truth to say, sebagian besar tidak terlalu mengejutkan. Sebagian besar punya pola hidup yang sama setelah lulus SMA. You know, going to college, find a job, get married and now having a family. Not really much surprises there.

Lalu saya mikir lagi, life does not just go on. From time to time, life offers choices. And which choices being chosen that makes a difference. Contoh paling dekat, adik saya sendiri. Teman-temannya sebagian besar memilih untuk tetap tinggal di Banjarmasin, for it seems that they kinda afraid to move out from their comfort zone. Sementara adik saya memilih untuk mengejar cita-citanya, meskipun dia harus menjadi seekor ikan kecil dalam kolam yang besar. And look at her right now, a lady with bright path ahead of her. A person that we would talk about proudly as a member of our family.

Baru-baru ini, salah seorang sahabat saya juga membuat pilihan penting itu. Dia meninggalkan posisinya yang sudah cukup mapan di salah satu bank di Jakarta (dia sudah jadi Pincapem), dan memilih untuk jadi PNS di kota tempat suaminya bekerja di Bangka sana. Now, that’s a choice that people would question about. But I won’t. I know her, that’s why I know that she only chose what she thinks is best for her.

Adik kelas saya juga membuat pilihan yang sama, setelah berada dalam posisi manager di salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar di dunia, she resigned from her job to be a full time mom.

Teman saya yang lain malah memutuskan untuk menitipkan anaknya pada orang tuanya, dan terus mengejar karirnya, meskipun untuk itu dia harus ditempatkan di pulau lain, dan berpisah tempat tinggal dari suami dan anaknya.

See? Kinda same situation, different kind of choices taken.

The bottom line is, it’s the choice that you make in this life that makes a difference :)

Choices is everywhere. Bahkan saat membuka mata, kita langsung dihadapkan pada pilihan: get up and have a big yawn, atau dengan mata tertutup mematikan alarm sambil membatin ’five more minutes..and I’ll get up’ *walopun biasanya end up terbangun 30 menit kemudian*

Me myself juga beberapa kali harus menghadapi berbagai pilihan itu. Setiap kali harus menghadapi berbagai pilihan itu, pertimbangan utama saya: pilihan mana yang kelak tidak akan saya sesali? And so far, most of my choices are not something for me to regret for :)

Minggu, 05 Desember 2010

That Mistake

Wuhuuu…

It’s been so very long. Too long. Seperti biasa, saya tenggelam dalam kesibukan akhir semester. Day off dua hari seminggu itu juga berasa becanda banget, secara tetep saja selama waktu dua hari yang kosong itu saya masih harus jungkir balik menyiapkan materi kuliah.

Nah, pernah nih saking jungkir baliknya saya, akhirnya saya melakukan kesalahan yang cukup..eh… bersifat aib.

Jadi ceritanya hari itu Jum’at, saya seharusnya ngajar Kimia Dasar I untuk pertama kalinya, setelah dari awal sampe mid semester yang ngajar Pak Budi. Saya udah bilang ke mahasiswa lewat SMS, kalo jadwalnya saya mundurkan dari jam 08.00 pagi jadi jam 08.30. Pas jam 08.30, naiklah saya ke lantai 2. Dengan penuh percaya diri saya maen masuk aja ke ruangan aula yang BIASANYA dipake untuk tempat kuliah. Saya bahkan sempet nanya kok sama mahasiswa: “Kimia dasar kan?”. Si mahasiswa yang ditanya juga ngangguk aja. Ya udah, saya dengan santai meletakkan buku-buku di meja. Dan langsung menuliskan materi hari itu di papan tulis. Nah, pas satu papan tulis sudah full dan saya mulai menulisi papan tulis keduaa….

“Ami?”

Saya langsung nengok ke pintu, dan bengong menatap Rosy yang lagi ngeliatin saya dengan wajah shock.

“Ha? Kenapa Ros?”

“Kamu ngapain disini? Bukannya kamu ngajar yang kelas Prodi Kimia sama Biologi?”

Saya mengangguk, masih bingung, Sedetik kemudian, baru saya nyadar. Saya lalu nengok ke mahasiswa dan nanya.

“Ini prodi apa sih?”

“Matematika sama Ilmu Komputer Bu…”.

Oh. Great.

“Jadi? Saya salah masuk kelas dong?”

“Oh, oke. Sorri, saya salah masuk…”

Jadi ya gitu. Saya. Salah masuk kelas. How embarassing -_-

Rabu, 27 Oktober 2010

Pray for Indonesia

Condolences for Mentawai,
Prayers for Merapi and surroundings area


Dear God,

I faithfully believe that whatever language that we're using to talk to You, to whisper our prayers.
Whatever name that we use to call You.
I strongly believe that You hear each and every prayers from us.

So I will keep on praying.
Ya Alloh...
My Almighty God,
please bless Indonesia.
Please protect us, our family, and the people that we love.

Amin.


Kamis, 14 Oktober 2010

Alih Jenjang oh Alih Jenjaaaaangg...

Semester ganjil selalu jadi cobaan bagi kami para staf dosen PS Kimia. Kenapa oh mengapa? Karena entah apa yang ada di pikiran kami waktu menyusun kurikulum, di semester ganjil ini beban mengajar kami selalu bikin istigfar saking full-nya. Sebenernya mungkin bukan cuma masalah ngajar di PS sendiri sih. Yang pasti, ada yang harus ngajar Kimia Dasar untuk 6 PS di FMIPA. Dan tentu saja, selalu ada permintaan untuk mengajar mata kuliah Kimia Dasar dari Fakultas Teknik dan Fakultas Pertanian. Untuk jatah ngajar di FT tuh biasanya yang kami suka lempar-lemparan. Secara ya, udah mahasiswanya banyak, kadang-kadang beban emosi ngajar di fakultas lain itu lebih berat dibandingkan ngajar di fakultas sendiri.

Mulai tahun akademik ini, beban ngajar kami juga bertambah secara signifikan. Karena FMIPA mulai membuka program alih jenjang untuk PS Kimia. Alih jenjang itu ya kayak kelas ekstensi gitu. Jadi ditujukan untuk para lulusan D3 yang ingin melanjutkan hingga dapet gelar S1. Nah, karena rata-rata peminat alih jenjang ini adalah yang sudah bekerja, tentu aja susah banget kalo jadwal kuliah mereka harus mengikuti mahasiswa program reguler. Jadi mau gak mau, mereka digabung dalam satu kelas khusus tersendiri.

Frankly speaking, sebagian besar staf dosen sempet agak pesimis dengan program ini. Karena saat ini, ada 4 orang dosen yang lagi studi lanjut. Pak Taufiq dan Pak Abdullah ngelanjutin S3, sementara Dewi dan Kamil ngambil S2. Jadi, kalo diitung, staf dosen yang stand by dan siap diberdayagunakan di PS Kimia tinggal SEMBILAN orang.

Yak. Betul. Sembilan orang untuk sekitar 300 mahasiswa. Go figure.

But the show must go on. Jadilah pas rapat pembagian mata kuliah, adegan lempar melempar dan hindar menghindar dari lemparan tugas mengajar mata kuliah berlangsung dengan gegap gempita dan penuh huru hara.
Dan saya kebagian mengajar TIGA mata kuliah untuk kelas alih jenjang.

Kenapa ini jadi agak big deal untuk saya?

Karenaaaa… para mahasiswa alih jenjang itu SEMUANYA lebih tua daripada saya.
Di satu sisi, saya salut dengan semangat mereka untuk kuliah lagi. Terharu deh membayangkan mereka yang paginya masih harus kerja di instansi masing-masing, dan sorenya kuliah. Belum lagi ngerjain tugas dari dosen.
Di sisi lain, kebayang gak sih betapa rikuhnya saya harus mengajar mahasiswa yang seharusnya saya panggil Bapak dan Ibu?

Pas pertama kali masuk untuk ngajar Kimia Unsur tuh, para mahasiswanya juga duduk dengan santai aja di koridor waktu saya jalan dari ruang PS ke ruang kuliah. Saya juga mau manggil mereka untuk masuk ke kelas juga kan ga enaaaaakkk :-(. Untunglah salah satu mahasiswa adalah teknisi Lab Dasar yangd engan penuh semangat langsung menunjuk-nunjuk saya, dan memberi tahu temen-temennya: “Itu dosennya lhooo! Yuk masuk yuk!”.

Sampai sekarang saya masih keinget ekspresi bengong mereka begitu sadar si anak culun inilah yang bakal jadi dosen mereka.

So be it.
Si dosen adalah orang paling muda yang ada di ruangan kelas pada saat perkuliahan berlangsung.

Salah satu hal yang agak lucu ya karena beberapa mahasiswanya adalah pegawai di MIPA juga, termasuk trio teknisi Riza-Rina-K’Hasnah. Mungkin karena dari awal saya juga udah lumayan akrab sama mereka, yaa… lucu aja berdiri di hadapan mereka dengan posisi sebagai pengajar. Padahal lho kalo di lab kan saya suka nanya-nanya mereka soal teknik analisis.

Pernah ni sebelum masa perkuliahan, jadi masih masa KRS-an gitu, Riza ketemu saya dan dengan santainya ngomong gini: “Mi! Nanti kamu dosenku untuk Kimia Unsur sama Kimia Tanah kan? Ntar soal jadwal kita SMS-an aja yaa…
Pernah juga dia nelfon, ngomong gini: “Mi! Hari ini kuliah kan? Kita udah nungguin nih di ruangan!

Ngeeeekk…

Bu Radna dan Bu Maria langsung ngakak jaya begitu denger saya cerita.
Pernah juga waktu ke lab, saya malah ditodong sama mereka untuk bantuin mereka ngerjain tugas. Hahahaha… Saya sih fine-fine aja. Saya seneng kok :D. Sekalian sayanya belajar lagi…hehehehe.. Kan soal Kimia Kuantum saya udah banyak lupa.

Nah, yang juga bikin agak canggung adalah soal profesi mereka. Jadi karena mereka memang rata-rata lulusan D3 Kimia, mereka udah kerja sebagai teknisi dan analis di laboratorium departemen gitu.
Eh masa, ternyata ada 5 dari mereka yang ngambil mata kuliah Kimia Dasar berikut PRAKTIKUM nya???

Beuh.

Berasa menjelaskan bahaya merokok kepada seorang dokter spesialis paru-paru.

Asisten saya untuk Praktikum Kimia Dasar juga pada merasa jengah semua.
“Bu, bukannya yang alih jenjang itu malah lebih terampil dibanding kita Bu??? Gimana coba kita mau jadi asistennya mereka?”
Percaya deh, saya juga bingung mesti gimana.

Anyway, saya berusaha menikmati ini semua. Apalagi juga, justru para mahasiswa alih jenjang ini yang bis alebih ngerti kenapa saya cenderung bersifat tegas terhadap peraturan. Kalau mahasiswa reguler mungkin pada nganggep saya galak, killer dan semacamnya kalo saya udah mulai cerewet.

There’s always a bright side on everything, I’m sure about that :)

Udah ah, ni mau browsing buat nyari materi kuliah untuk ngajar Kimia Unsur di kelas alih jenjang besooook ^_^

Selasa, 21 September 2010

Hello, Haters!

Ada suatu kalimat yang pernah diucapkan guru kursus saya di LIA dulu: “You can’t win everyone. Face it…”. Dan entah kenapa, semakin lama saya semakin menyadari kebenaran kalimat itu.

Tak peduli sebaik apapun kita berusaha to be a nice person, tetap akan ada orang yang ga suka sama kita. Sebaik apapun niat kita, tetap tidak menutup kemungkinan ada yang salah menanggapi.

Like what happened to me a few days ago.


Awalnya adalah ketika saya iseng membaca salah satu FF. It’s a short story. Nah, si penulis sudah menyebutkan bahwa cerpen itu menurut dia ‘frontal’. Setelah saya baca, baru setengah saya sudahberhenti membaca. Nope, bukan masalah deskripsinya yang frontal. Temanya mungkin agak ‘frontal’ kali yee… Tentang sex before marriage gitu.

Seandainya… seandainya lho ya… cerpen yang saya baca itu adalah cerpen biasa, bukan FF, mungkin ga akan jadi masalah. The problem is, it’s a fanfiction. Cerita fiksi yang menggunakan nama orang-orang yang non fiktif. Walaupun ceritanya sendiri fiktif.

Nah, disinilah saya mulai merasa gak sreg, karena nama tokoh yang dipakai disitu adalah anak-anak yang masih berusia pra-remaja / remaja. Disitu saja saya sudah merasa ga enak. Karena menurut saya menulis FF itu punya tanggung jawab moril yang lebih besar. Saya ingat, dulu pernah ada forum diskas soal ada anak IC yang gak mau namanya dipakai untuk FF. waktu itu saya termasuk gencar berkomentar, karena menurut pendapat saya, selama jalan ceritanya masih wajar, karakternya, meskipun antagonis, masih ‘normal’, it shouldn’t be a problem. Lagipula banyak anak IC lainnya yang tidak keberatan kok. Nah, tapi kalo di cerita itu, saya kok merasa mulai over the line ya? I mean, disitu karakter mereka adalah cowok berandalan yang suka nidurin cewek. Geez…


Masalah kedua adalah medianya. Fansite tempat cerita itu dimuat, membernya ada juga yang masih SD, yang menurut saya kok ya belum antas membaca cerita semacam itu.


Saya mulai mikir, ini apa saya aja yang sensitif, atau gimanaaa… Lewat twit, sepertinya ada beberapa yang berpendapat sama dengan saya. Lalu saya pikir, ya udah, kenapa ga dibuka diskas aja soal itu?


Jadi begitulah. Saya posting sebuah topik diskusi baru tentang itu. Tentang apakah beberapa tema yang termasuk kontroversial atau ‘frontal’, masih wajar atau tidak untuk dimasukkan dalam fansite itu. Saya tidak punya maksud apapun, selain pengen share pendapat. Siapa tahu memang saya aja yang sensitif ;p…

Melihat respon yang masuk, ternyata cukup banyak juga yang ternyata sependapat dengan saya. Bahwa tema semacam itu kurang pantas untuk dimuat di fansite.

TAAAPIIIII…


Ada beberapa pihak yang merasa tersindir. Bukan cuma tersindir sih kekna, tapi TERSINGGUNG. Komentar dia di diskas itu sih masih pake embel-embel ‘salam damai’. Walaupun dia sudah mengetik beberapa kalimat dengan caps lock menyala. Tapi di fansite dia ber’damai-damai’ gitu, di Twit dong, nge twitnya langsung pake CAPS nyala. Emosi banget dia. Saya sampai geleng-geleng kepala. Mau nanggepin juga males…


Menurut dia, dia cuma gak mau muna, toh anak jaman sekarang pacarannya gayanya udah frontal. Terus emang apa yang salah dengan tema kontroversial semacam itu. And all of those self-defences.


Oh dear, she didn’t get the idea of my discussion. Bukan temanya yang saya permasalahkan. Tapi mediumnya, dan penggunaan nama tokohnya.


Terdorong rasa penasaran, saya telusuri timeline dia, dan hasilnya membuat saya mengangkat sebelah alis. Ternyata tidak hanya soal diskas saya itu, she actually takes this thing personally. For some reasons that I can’t understand, she hates me. Ga cuma dia sih, ada dua temennya lagi yang juga benci sama saya.


Mereka bilang, begitu liat siapa yang bikin diskas, udah bikin ilfil duluan. Mereka bilang, mentang-mentang saya punya nama, saya lalu seenaknya sendiri. Mereka bilang, toh yang nge-reply diskas saya itu cuma teman-teman saya.


And I was like, huh?
Lalu saya ketawa.


Oh dear… I don’t even know you girls…

And you obviously don’t know me either.

Pertama, saya tidak pernah merasa sudah punya nama. Nama saya Utami Irawati. That’s it. Nama apa yang mereka maksud? Senioritas? Helloooo… Saya juga baru belajar menulis FF kok. Baru 6 bulan. Saya tidak pernah sama sekali merasa sebagai seorang senior. Dan saya bikin diskas itu bukan seenaknya sendiri. Saya sudah bilang di awal, tujuan saya cuma untuk share. Kalau perlu mencari solusi bersama-sama. Dan percayalah, saya sama sekali tidak menyebut nama siapapun di diskas itu. Untuk apa?


Yang saya tahu, mereka juga sama-sama nulis FF. Tulisan mereka juga bagus, but not just my cup of tea. Makanya saya gak pernah baca juga sampe tuntas. For the same reason why I choose Coelho instead of Picoult. Bagus, tapi bukan tipe yang saya suka. Mereka ga suka tulisan saya? Monggo :). Saya juga gak masalah. Saya tahu, selera setiap orang berbeda, dan sangat tidak mungkin saya berharap SEMUA orang menyukai tulisan saya. Dan ya sudah. Apa yang mau dipermasalahkan dari situ???

Saya merasa tidak pernah berkomunikasi dengan mereka secara langsung, jadi saya juga heran, what on earth are the reasons for them to hate me?


Kedua, yang membuat saya sedikit miris adalah cara mereka menanggapi saran dan kritikan. Langsung defensif gitu, tanpa berusaha melihat, apa pelajaran yang bisa diambil dari masukan itu. Girls, when will you learn to be better if you think that you don’t need critiques anymore?


Saya juga pernah dikritik. Dan saya selalu berusaha menghadapinya dengan tenang. Saya lihat, ada benernya ga kritik itu. Kalo iya, ya saya berusaha memperbaiki. Kalo enggak, ya saya anggap terpaan angin :). Pernah sih saya merasa down karena kritik. Tapi lebih karena itu datang dari orang yang saya anggap paling dekat dengan saya. Jadi saya langsung mengasosiasikannya dengan tidak adanya dukungan. Then I realized that I was wrong.


Saya lalu mikir, apa mereka benci sama saya karena melihat kalau saya komentar di FF orang saya suka ngasih saran dan terkesan sok tahu ya?
Hmmm… Saya juga milih-milih kaliiiii…

Gini lho, ada beberapa temen yang memang secara khusus bilang ke saya kalo mereka perlu masukan, kritik dan saran. Dan saya anggap itu karena mereka sama seperti saya, ingin terus belajar lewat berbagai masukan dari orang lain.

Dan mereka pun sering kali memberi saran dan kritik terhadap tulisan saya, which I really appreciate. Tyaa, Tash, Anin, Tri, dan temen-temen lain adalah teman-teman yang selalu open minded terhadap berbagai saran, dan komentar serta saran mereka terhadap tulisan saya juga selalu saya tunggu. Saya menganggap mereka adalah partner saya untuk sama-sama belajar menulis.


Lalu komentar mereka bahwa yang nge-reply diskas itu cuma teman-teman saya? Oh wow. At least I still have people around me called as friends ^_^.


Apa mereka menganggap saya sombong? Oh my… untuk apa saya sombong? Saya, seperti yang berkali-kali saya tekankan, saya sendiri masih harus banyak belajar.


Jadi sambil tersenyum sendiri, saya cuma menggeleng-gelengkan kepala sambil mikir, is this really the way you behave? Oh dear… La?bil…


Don’t take me wrong. I’m not angry. I don’t even hate them for hating me. What for? I don’t even know them personally.

Jadi ya, sekali lagi saya anggap mereka cuma selingan dalam kehidupan saya, yang selalu penuh warna.

So this is my message for them


Dear my haters. I have my style. I have my own reason. And I don’t expect you to understand it. From the way you behave, obviously my style is way beyond your comprehension.


Warmest,

The one that you hate, and still don’t care about it :)
= Ami =

Selasa, 14 September 2010

Maafin Saya Yak!

Yuhuuuuu! Akhirnya Lebaran jugaa… Dan kali ini kompakan ya, gak pemerintah, ga Muhammadiyah, lebarannya pada tanggal 10 semua. Ah, senangnyaaaa :D.

Saya tahu, saya suka nyolot dan berkomentar secara sarkastik.

Maap yaaa...

Saya tahu, kelakuan saya suka ajaib.

Maap yaaa…

Aku memang manusia biasaaaa… yang tak sempurna, dan kadang salaaaahhh… *Mas Yovie, saya pinjem lagunya*

And as I have always told people, I’m not white, not as pure as angel, so I know that there are so many mistakes that I might not even realize…

But I’m not black either. So let me say this, again, and again….

I DO APOLOGIZE FOR EVERYTHING.

All the stupid things that I said

All the stupid things that I did

All the stupid thoughts that crossed my mind

Selamat Lebaran semuanyaaaa :D


Jumat, 03 September 2010

Welcome, New Semester!

Akhirnya, tahun akademik baru udah mulai lagi. Dua hari yang lalu, begitu saya nyampe di kampus Banjarbaru, saya disambut dengan barisan mahasiswa berjas kuning. Yang cowok bercepak ria, yang cewek memakai pita.

Saya bengong sebentar, lalu ketawa sendiri.

Iya ya? Udah semester baru lagi ya?

Beuh, rasanya baru kemaren saya menjelaskan pengisian KRS ke mahasiswa 2009 yang perwalian ke saya, sekarang udah dapet mahasiswa baru lagi. How time flies…


Satu September, katanya perkuliahan resmi dimulai. Yang saya sambut dengan protes. Nanggung amaaaaat? Coba ya, kalo tanggal 10 udah Lebaran, kenapa sih gak diliburkan aja sekalian?


Dan seperti biasa, di Prodi Kimia, hari pertama semester diisi dengan perkenalan mahasiswa baru dengan para staf dosen. Termasuk saya, tentunya.

Garing.

Hehehe… I don’t know, saya cuma tidak merasa ada yang baru. Apalagi KaPS yang sekarang ya..gitu…


Dan seperti tahun lalu, pada saat giliran saya diperkenalkan, saya sudah mantap berdiri dong, dengan senyum dipentangkan selebar-lebarnya. Then it happened again. Ketua Prodi kami terdiam waktu hendak menyebutkan tempat dimana saya ngambil S2.

Haha.

Jadi terpaksa saya dengan senyum yang dibikin semanis mungkin, untuk mengelabui kekejaman saya sebagai seorang dosen, dalam satu tarikan nafas menyebutkan nama universitas dan jurusan yang saya ambil waktu S2 kemaren.


Yang rada beda untuk tahun akademik sekarang ini adalah, mulai tahun akademik ini PS Kimia mulai menerima mahasiswa untuk program alih jenjang. Jadi lulusan D3 yang mau ngambil S1 gitu. Nah, yang lucu adalah, banyak dari mahasiswa alih jenjang itu adalah teknisi dan karyawan di MIPA. Tentu saja, tiga serangkai Fahriza-Fahrina-K’Hasnah termasuk di antara mereka. Saya udah ngakak jaya aja ngeliat mereka waktu pada nyamperin ruangan dosen untuk perwalian. Fahriza udah kesel aja ngeliat saya ketawa-ketawa gitu.


OMG! Gak kebayang aja saya…jadi dosennya mereka!!

BHUAHAHAHAHA!!!

I mean, selama ini kan saya sama mereka cenderung ke arah temenan banget. Cuma K’Rina aja yang kadang-kadang manggil saya pake sebutan “Ibu”.

Lha, Fahriza? Dia mah gak pernah formil gitu ke saya. Malah kalo di lab, lebih sering dia yang ngomelin saya. Jiahahahaha XDD

Anyway, seperti yang sudah saya duga, Fahriza dinobatkan sebagai sekretaris angkatannya dia. Dan K’layla, jadi bendahara. Good choice. Secara memang K’Layla itu bendaharawan di MIPA kok :D.

Saya jadi inget waktu pertama kali jadi mahasiswa baru di Jogja dulu.

Kesepian, karena gak ada satupun yang berasal dari kota yang sama dengan saya. Afraid, for being a stranger. Bingung sendiri dengan istilah-istilah perkuliahan yang aneh itu.

But hey, akhirnya toh semuanya terjalani kan :D? Saya bertemu teman-teman baru, and some of them are still my bestfriends up until now ^_^.


So, welcome, new students :D!


Oh iya, satu lagi yang selalu berkaiotan dengan semester baru: PEMBAGIAN MATA KULIAH!


Hiks, tahun ini saya… bakalan pontang panting. Saya dapet jatah ngajar Kimia Dasar (PS Kimia-Biologi), Kimia Lingkungan, Kimia Tanah, dan Kimia Unsur. Plus Kimia Dasar untuk Faperta. Dan jangan lupa, ngajar di alih jenjang untuk Kimia Lingkungan, Kimia Unsur dan Kimia Tanah.

Beuh.

Udah… jeblosin aja saya ke sumur sekalian. Jeblosin daaaahhhhh!!!

Wish me luck for this semester :)

Selasa, 17 Agustus 2010

Berbicara tentang Indonesia

Sudah 65 tahun berlalu, semenjak atas nama bangsa Indonesia, Bung Karno memproklamasikan bahwa Indonesia MERDEKA.

Dan lihat, betapa panjangnya sudah jalan yang dilalui Ibu Pertiwi, meskipun sambil tertatih-tatih.

Bercerita tentang Indonesia, banyak orang yang akan dengan pahit menunjukkan betapa korupsi masih menjadi penyakit yang belum tertaklukkan di negeri ini. Betapa semua urusan di negeri ini menjadi lebih licin dengan uang sebagai pelumas.

Tapi tolong, ceritakanlah juga tentang keramahan bangsa ini, meskipun hanya dari senyuman para mbok penjual sayur di pinggir jalan yang menyapa kami.

Bercerita tentang Indonesia, ada yang dengan sinis berkata, sekolah di negeri ini hanya untuk yang kaya saja.

Tapi mari juga bercerita tentang putra bangsa, yang rela keluar masuk kolong jembatan untuk mengajari anak jalanan membaca. Atau para guru yang setiap hari menempuh belasan kilometer untuk mengajar di kelas yang hanya dibatasi tiang reot untuk menopang atap rumbia.

Bercerita tentang Indonesia, banyak yang menitikkan air mata ketika bercerita betapa rakyat kecil terus tertindas para kapitalis.

Dengarlah, akan kuceritakan padamu betapa orang-orang kecil itulah yang terus menjadi inspirasi mengenai semangat dan harapan untuk terus bertahan hidup, untuk tetap mensyukuri apa yang ada.

Bercerita tentang Indonesia, banyak yang melengos, dan memilih untuk diam saja.

Bukankah masih banyak cerita tentang betapa kaya budaya kita? Alunan gamelan. Ratusan langgam bahasa yang berbeda dari ujung Barat hingga ke timur. Alunan lagu-lagu daerah itu. Dinamisnya tarian. Berwarnanya upacara adat yang masih setia diritualkan. Senyuman cerah dalam balutan busana adat yang begitu beragam. Lihat, betapa kayanya Indonesia akan warna budaya. Mari terus kita ceritakan pada anak cucu kita kelak… Agar mereka tahu. Warna bendera Indonesia hanya dua, merah dan putih. Tapi warna budaya yang Indonesia miliki, jauh lebih cantik daripada saputan warna pelangi.

Bercerita tentang Indonesia, banyak yang dengan lantang berkata malu menjadi orang Indonesia.

Tapi masih ada anak bangsa yang tegak berdiri membawa nama bangsa. Lihat, betapa cerahnya wajah anak-anak yang menjadi juara di kancah internasional itu. Apakah mereka malu menjadi anak Indonesia ketika menjadi juara Olimpiade Fisika Internasional? Bukankah mereka bersorak girang sebagai anak Indonesia ketika nama Indonesia disebut sebagai juara di berbagai kompetisi Internasional itu?

Bercerita tentang Indonesia, ada yang mengutuk betapa di negeri ini kekerasan atas nama agama masih terus saja terjadi.

Yakinlah, tak ada satupun agama yang mengajari untuk saling menghujat. Dan kawan, bukankah di negeri ini pula umat Nasrani dengan tulus ikut mengucapkan Selamat Idul Fitri? Dan masih banyak umat Islam yang ikut tersenyum cerah sambil mengucapkan selamat merayakan hari Natal. Itu hanya sebagian kecil dari betapa agama tak perlu menjadi alasan untuk perpecahan. Bukankah dari mesjid, gereja, pura, wihara dan semua tempat ibadah itu, selalu mengalir doa untuk damainya Indonesia kan?

Bercerita tentang Indonesia, banyak yang akan menceritakan tentang betapa jutaan luka telah mengoyak negeri ini.

Tapi cerita tidak akan berhenti disitu kan? Masih ada cerita tentang semangat anak bangsa untuk mengobati luka itu. Untuk mengembalikan kehormatan Ibu Pertiwi sehingga kembali tegak berdiri.

Maka bercerita tentang Indonesia, adalah cerita tentang sejuta warna. Air mata, tawa, keluhan, harapan, cita-cita dan mimpi anak bangsa.

Bercerita tentang Indonesia, adalah bercerita tentang negeri saya. Negeri anda. Negeri kita.


DIRGAHAYU INDONESIAKU!

Minggu, 15 Agustus 2010

Ramadhan Kali Ini

Ini sudah hari keberapa puasa sih? Lima ya? Hmmm… Belum sampe seminggu puasa artinya. Ga telat kan kalo saya bilang, “Selamat Menjalankan Ibadah Puasa”.

Iya euy… Ga kerasa sudah masuk bulan puasa lagi.

Jadi malu.
Secara kayaknya semenjak bulan puasa tahun lalu kok ya saya belum berkembang jauh dari segi keimanan dan ketakwaan (kenapa bahasa saya jadi resmi begini yak?). Anyway, it’s just a simple proof that times won’t wait for you.

Ah, Ramadhan…


Selalu ada nuansa berbeda yang dibawa bulan suci ini. Aktivitas-aktivitas tambahan, mulai dari buka puasa, tarawih, sahur…


Dan bukan cuma dari segi yang sifatnya agamis semacam itu sih. Salah stau hal yang saya seneng dari bulan puasa adalah, iklan di TV jadi bagus-bagus. Hehehe… Perhatiin deh, jadi banyak iklan di TV yang lebih mengingatkan kita pada hal-hal semacam menahan diri, saling menolong, and all those sort of things. Dan saya yang lebe ini dengan gampangnya mulai etrisak-isak melihat iklan PT. Djarum soal kesabaran itu. Itu lhooo.. Yang pasangan suami-istri terburu-buru mau berangkat, terus ternyata Ibunya si suami tertatih-tatih mempersiapkan diri. Duh… Simpel, tapi nohok banget.


Satu lagi kebiasaan yang muncul menjelang bulan puasa: saling bermaaf-maafan. Iya juga sih, logikanya adalah, biar kita memasuki bulan suci ini dengan sesedikit mungkin beban. Cara yang paling umum sih, ya via SMS. Saya? Beuh, sebagai anak ghaul getto lhooo (apa banget deh -_-) saya lebih memilih memanfaatkan situs jejaring sosial. Pasang status aja deh di FB :D, sama via Twitter. Nah, soal SMS ini, bukannya gak menghargai sih, tapi akan sangaaaat lebih baik kalo SMS semacam ini dikirim dengan pertimbangan atas beberapa hal tertentu. Like what happened with me.


Jadi gini. Besok dini hari sahur untuk pertama kalinya, dan saya sebagai tipe orang yang hobinya insomnia, agak sulit bagi saya untuk memaksa diri tidur lebih awal. Nah, di saat saya mulai berhasil untuk tidur *buat saya tidur sebelum jam 12 itu perjuangan lho -_-*, sekitar jam 12 lewat dikit, ada SMS masuk.

Saya bangun dengan kaget dong… Dengan kepala rada pusing karena kaget itu, saya bacalah SMS itu. You know, tipe-tipe SMS masal yang dikirim ke banyak orang sekaligus. Menjelang Ramadhan..bla bla bla… Maka maafkan..bla bla bla… Semoga bla bla bla…. Yang ngirim mantan mahasiswa saya.


Gini deh, bukannya saya gak menghargai yaaaa… Tapi bisa kali ya ngirim SMS kayak gitu pada jam normal? Bukannya pada jam tidur?


Maka dengan kepala yang terasa berputar saya balaslah SMS itu


“Sama-sama. But do you know what? It would be much more nicer if you send this message in a more appropriate time, instead of this late at night that it woke me up.”


Ya gitu deh.. I mean, don’t blame me to be so sarcastic, tapi sunnguh berbahaya membangunkan naga yang sedang tidur.

Eh, ga nyampe lima menit kemudian, si mantan mahasiswa saya itu malah mengirimkan balasannya.
Isinya singkat: ‘You’re welcome ^_^”

Saya tambah migren.


Oh well…


Anyway, sekali lagi… Selamat berpuasa ya semuanyaaa…


Semoga puasa kali ini membawa berkah bagi kita semua. Menjadi salah satu langkah awal bagi kita untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi.

Saling memaafkan, peduli kepada sesama, dan terutama selalu ingat sama Alloh SWT, itu memang seharusnya setiap saat. Tapi paling tidak, Ramadhan selalu menjadi momentum yang paling tepat bagi kita semua untuk kembali memantapkan langkah ke arah situ.

Amin… =)

Sabtu, 07 Agustus 2010

Dari Mau Dibawa Kemana, sampai ke C.I.N.T.A. hingga ke Aishiteru,

Kemaren waktu tugas ke Malang, saya dong sempet maen ke rumah salah satu sahabat saya waktu kost di Jogja dulu: Nanik, alias burung gagak hitamku tersayang (yang selalu memanggil saya burung hantu buruk rupa nya ;p).

Nah, seperti biasa, salah satu hal penting tingkat dewa yang kami bahas adalah: betapa banyaknya grup band yang bertebaran saat iniii!!! Seriusan.

With all respect, dari sekian banyaknya grup band itu, yang bener-bener qualified enough, sad to say, ga semuanya.
Beberapa memang bagus sih. Lyla, misalnya. Saya suka tuh. Terus Nidji, Samsons… Nah, itu memang bener-bener bagus.

Tapi beberapa band lain yang.. Umm… Gimana yaaaa… Kayaknya kok ya banyak tipe band yang cuma asal masuk rekaman aja. Tapi begitu mereka manggung di acara-acara gitu. Elah. Jaraaang banget ada yang mau bener-bener nyanyi live. Males banget dah liatnya. Mana walopun nyanyinya cuma lip-synch gitu, gayanya udah yang kayak apaaa gitu lho. Megang mikrofonnya aja suka lebay banget. Ditempelin ke mulut kayak mau ditelen bulet-bulet. Hadeh.
Lagu-lagu mereka pun… I am just being honest when I say that most of the songs just don’t fit me and my taste.

HOOOOWEEEEVEEEEERRRRR…
Mari. Akui saja. Beberapa lagu mereka itu… ANNOYINGLY HAUNTING!

Entah kenapa, ada beberapa lagu mereka yang terdengar dimana-mana, dan melekat bagai kutukan di otak saya.

Mulai dari lagu yang satu ini..

“Maaau dibaaaaawa kemaaaanaaaaa… hubungan kiiiitaaaaaaa….”

Euh. Saya sebenernya juga tadinya ga tau ini aslinya siapa sih yang nyanyi. Akhirnya setelah pengamatan mendalam, saya menemukan bahwa lagu ini dibawakan oleh suatu grup band bernama Armada. Nama yang mengingatkan saya pada sepasukan tentara angkatan laut. Vokalisnya, setiap kali saya liat, pasti pake ikat kepala. Kasian ya dia? Migren ga sembuh-sembuh, sampe harus pake ikat kepala terus.

Anyway, lagu ini masih lumayan. Dalam versi lain. Akhir-akhir ini, lagu tersebut seringakli dinyanyikan ulang dengan aransemen yang lebih jazzy. Termasuk dalam acara Harmoni SCTV. Nice one. Versi favorit saya tentu saja versi yang dinyanyikan oleh Citra di Panggung Spektakuler Indonesian Idol.

Next. Another annoyingly-haunting song. Yang lebih fenomenal lagi.

Siap?

Oke.

“Luka luka luka yang kau berikaaaaan… Bertubi-tubi tubi aku rasakaaaaannn… Cintaku brtepuk sebelah tangan.. Namun kubalas senyum keindahaaaaan…”

Got it?
Belum?
Oh, well…
Here it is.

“Bertahan satu CIIIIINTAAAAA… Bertahan satu Ce- I – eN – Te – A…”

There. Lagu yang dinyanyikan oleh.. D’Bagindaz. Geez, I really want to know their reason to pick that word for the name of their groups.

Lagu ini…lagu yang sebenernya.. enggak banget buat saya. Mulai dari liriknya. Melodinya. Tapi itulah. Lagu ini bagai kutukan. Sekali mendengar, melekat selama 40 hari di kepala. And even worse, Citra dapat jatah untuk nyanyi lagu ini di Indonesian Idol.

Phew! What is it with Citra that she has to sing all those “cupu” song?

Nah, satu lagu lagi yang berpotensi besar nempel di otak saya meskipun saya mati-matian menolaknya adalah lagu ini…

“A.. A.. A… A.. Aishiteru….”

Dan A itu tidak dilafalkan satu huruf Aaaaaa panjaaaaang. Tapi dieja satu persatu hurufnya.

Satu, I HAVE NO IDEA what Aishiteru means. Bahasa Jepang ya?
Kedua, nama bandnya. Zivilia. Mengucapkannya aja udah susah. Saingan sama kata-kata “redenominasi”. Zililia? Vilizia? Lebih gampang ngomong Vuvuzuela deh kayaknya -_-
Ouch.

Frankly speaking, saya jadi kangen dengan band-band jaman saya masih kuliah dulu. Kayaknya waktu itu memang band itu jarang. Tapi sekali ngetop, ya bener-bener bagus. Mulai dari Sheila On 7.(teteuuuup… ;p), Padi. Dewa. Dan oh, Peter Pan. Untuk yang disebut terakhir ini, despite their vocalist, I have to admit that they have some brilliant songs. Makanya saya jejeritan sendiri pas dapet video ini di YouTube.



Now THEY are those whom I would call real band!
Keren yaaaaaaaa…. :DDD

Kamis, 05 Agustus 2010

Sekali Lagi: Cakepnya versi Saya

Percaya ato nggak, ini adalah posting ketiga saya mengenai topik yang satu ini. Ga papa kali yeee… Secara beberapa minggu yang lalu, salah seorang temen pernah agak sedikit rada menyinggung-nyinggung soal ini ke saya. Dan setelah melalui perenungan yang mendalam, jadilah saya tiba-tiba kepikir buat nulis soal ginian lagi. Yang artinya akan memperbanyak list posting-posting ga pentingnya saya ;pOke. Waktu kuliah dulu satu hal yang seringkali diragukan oleh teman-teman saya adalah kalo saya ngomong gini: “Eh, liat deh… cowok yang itu cakep yaaaa…!”. Kenapa? Karena menurut mereka, selera saya suka lain dari umat kebanyakan yang normal kalo sudah mengenai definisi dan penjabaran tentang cowok cakep. Jadi supaya tidak melawan arus dan anda-anda tidak begitu shock mengenai selera saya, saya akan fokus kepada selebritis yang menurut saya cakep.
Setahun ini, ada tiga cowok yang selalu sukses bikin saya histeris sambil meluk TV kalau mereka muncul di TV. (entah apa jadinya kalau mereka muncul di depan saya).

Urutan pertama… Siapapun yang mengenal saya tentunya tahu bahwa semenjak berbelas-belas tahun (oke, yang ini rada lebe mungkin) urutan pertama ini selalu ditempati oleh… siapa lagi kalau bukaaaannn… AKHDIYAT DUTA MODJO alias Duta Sheila On Seven!

Ga tau kenapa, pokoknya dia bagi saya ganteng seganteng-gantengnya seleb. Dan selalu, salah satu statement saya untuk memverifikasi kalo vokalis yang satu ini ganteng adalah: Siapa lagi coba yang bisa tetep keliatan ganteng walopun dalam kondisi habis digebukin? Haha. Inget dong video klipnya Sheila On 7 yang Pejantan Tangguh.

Urutan kedua… VIDI ALDIANO! Hehehe… Iya euy, ga tau kenapa… Saya ngefans banget sama cowok bersuara bening ini. Kalo ga salah dia mulai ngetop tahun 2008 ya? Waktu itu saya ga terlalu ngeh. Tahun 2008 itu kan saya masih sekolah. Jadi cuma sekedar tau kalo ada yang nyanyi ulang Nuansa Bening. Ga pernah merhatiin siapa yang nyanyi sih. Waktu itu malah saya taunya sama Afgan. Karena kakaknya Afgan temen sejurusan housemate saya, dan kalo lagi di dapur, kita suka sok-sokan ngegosipin dia… Hahahaha… Pas udah selesai sekolah, baru saya merhatiin. Eh, ni anak cakep juga ya? Manis banget. Apalagi dia hobi banget senyum. Ihik.
Cakep dah. Ga tau yaaa.. bagi saya mah, senyum dia itu yang purely a smile, not just the kind of smile that comes out because he thinks that he HAS to smile. But a smile that comes out because he WANTS to smile. Lagian, suaranya emang bagus. Kalo dibandingkan dengan vokalis berbagai band-band yang lagi booming banget belakangan ini, yakin deh, Vidi memang bener-bener head above shoulders among them. Ya nggak? Ya nggak?

Urutan ketiga… euh. Oke. AHMAD FAUZI ADRIANSYAH! Iya. Si Ozy itu. Yang juara 5 Idola Cilik 3. Hehehehe… Terseraaaah deh mau dibilang freak atau apa kek. Tapi ya gimana lagi, emang anak kecil yang satu ini punya bakat jadi ganteng kok. Ahahaha… Pas awal ikut IC masih keliatan imut.Eh, tambah kesini, kok ya imutnya malah mulai ilang yaa… Malah jadi..ganteng… Elaaahhh… Hahahaha… Ih, si adek kecil yang satu ini tapi lucu banget emang kok. Senyumnya itu lhooo… Bikin melting. Dan saya dengan keukeuhnya suka bilang kalo Ozy itu adalah versi kecil dari Vidi Aldiano.

Yak! Dari ketiga nama tersebut, mari dideretkan… Apakah ada persamaan di antara mereka bertiga? Kalo menurut Ratih, temen saya semenjak kuliah, a person who knows me so very well (that sometimes it freaks me out), saya punya kecenderungan untuk suka sama cowok yang… kurus.. dan.. berleher panjang. Mari dilihat, apakah ketiga orang tersebut memang berleher panjang? Tidak juga kan? Hahaha…

Sabtu, 31 Juli 2010

Berantem soal Plagiarisme

Dulu nih ya, waktu sekolah kemaren, saya pontang-panting memahami apa itu plagiarisme dan bagaimana menghindarinya. Walaupun dari dulu memang berusaha menghindari yang namanya menjiplak, baru pas sekolah kemaren saya semakin nyadar that plagiarism is a real serious issue.

Nah, pas balik kesini, saya nyoba perlahan-lahan untuk menanamkan kebiasan menghindari plagiarism itu. Believe me, it’s not an easy task. Not easy at all. Berusaha menanamkan kebiasaan mensitasi secara benar saja kepada mahasiswa berasa bikin migren 21 keliling. Itu baru untuk tugas mata kuliah. Nah, kalo skripsi? Saya hitungannya dosen yang rese. Biasanya saya cocokin satu-satu kutipan dalam teksnya dengan daftar pustaka dia. Dan saya suka sebel kalo dalam satu kelompok penelitian, dasar teori dan tinjauan pustakanya setali tiga uang sepuluhribu ceban seratus cepek. Alias sama aja.

Soal plagiarisme, memang susah sih. Sepertinya di Indonesia belum dianggap terlalu serius. Coba deh ya, kemaren banget saya pernah nyari buku panduan Twitter (waktu itu saya baru bikin account di Twitter). Kok bisa ya ada DUA buku dengan judul berbeda, pengarang berbeda, dan diterbitkan oleh penerbit yang berbeda, tapi isinya SAMA persis?

Beberapa bulan yang lalu juga semepet ribut kan, kaus soal artikel ilmiah salah satu dosen PT terkemuka di Indonesia yang ternyata adalah hasil plagiarisme juga. Elah. Ini lho yang saya ga habis pikir. Secara nih ya, pelakunya adalah orang dari kalangan akademisi.
Fiuuhh…

Dan sodara-sodara.. Ternyata lho ya, saya juga jadi korban plagiarisme!
Beuh. Oke lah, memang salah satu resiko terbesar nulis virtual, adalah masalah penjiplakan ini. Tinggal block teksnya, tekan Ctrl+C, lalu tekan Ctrl+V. Udah, selesai.

Kebetulan banget, temen-temen saya berhasil mendeteksi bahwa ada seseorang yang menjiplak cerita saya. Kalo mengcopas cerita sih mungkin saya masih bisa terima, toh Nanda juga copas cerita saya. Tapi itu atas izin saya, dan dia jelas-jelas mencantumkan kalo itu adalah buatan orang lain. Lha, anak yang satu ini lho… Cuma mengkopas satu part dari cerbung pertama saya.
DAN DIA MENGAKU-NGAKU KALO ITU BIKINAN DIA SENDIRI.

Beuh. #lemparlemari.

Padahal sebenernya dideteksinya gampang. Anak ini tipe anak ghA03lZ a.k.a salah seroang 4laY3Rs. You know lah, yang nulis “iya” pake “eea”, nulis “aku” jadi “aqhoe”. Aneh banget aja tiba-tiba dia bisa bikin tulisan segitu rapinya. Saya add dia di FB saya. Saya tanya apa notes itu dia sendir yang bikin. Aduh ampun dah, ga tau bebal ga tau gimana, dia bilang IYA! Pada saya, si penulis asli! #lemparkulkas.

Mula-mula saya berusaha nempuh jalan baik-baik. Saya kirim message. Tidak ada tanggapan. Saya nge-wall sekali. Masih ga ada tanggapan. Saya ngewall lagi, masih dong saya dicuekin. Eh, setelah saya ngewall lagi..baru dia bales ngewall, bilang kalo dia ga tau apa-apa. Ga tau apa-apa pale looo???

Ya udah. Saya ladenin. Untungnya temen-temen saya juga pada kesel sama dia. Abis dah tu anak diserang. Tapi ya gitu… sekali lagi, ga tau bebal ga tau gengsi.. SUSAAAAH banget ngaku. Mungkin agak lebe sih, ngapain sih saya berantem sama anak SMA? Oh, well, karena saya ga pengen ini kejadian ke orang lain.

Saya pengen biar si pelaku yang satu ini nyadar, betapa yang sudah dia lakukan itu bener-bener ga ada etikanya. Parah. Menyebalkan.

Anyway, setelah hampir seminggu berbalas wall dan komen dengan nada yang semakin lama semakin tajem dan pedas… akhirnya dia menyerah.

Saya anggap kasus ini selesai. Dengan satu harapan, semoga saja si anak yang satu ini bener-bener sadar, dan ga akan mengulangi perbuatannya lagi.

JADI, AYO KITA PERANGI BERSAMA PLAGIARISME!

Selasa, 27 Juli 2010

After TWO months: Me and My Mumbling :)

WAYOLO! Astaga… itu terakhir kali aku posting kapan? Bulan Mei? Tanpa posting sedikit pun di bulan Juni? Dan ini pun...udah akhir Juli.. Elaaaahh.. blogger macam apa saya iniiii? (jawab: blogger lebe yang pemalas ;p)

Frankly speaking, banyak banget nih padahal yang bisa saya posting di blog ini, karena berasa lagi banyak hal yang sering saya komentari. Dan tentu saja, komentar-komentar ga jelas saya soal berbagai hal yang ga penting itu sangat selaras dengan visi dan misi blog ini. Secara posting saya memang jarang banget (kalo ga bisa dibilang ga pernah) isinya serius. Maap ya, saya dari dulu blogging adalah untuk bermumbling ria, memvisualisasikan ocehan yang ada di kepala saya dalam bentuk tulisan di dunia virtual.

Saya sebenernya ga kemana-mana sih. Cuma lagi juggling dengan berbagai sisi kehidupan saya. Elah, kayak apa aja. Let me explain. Inget ga waktu saya cerita tentang personal project saya untuk menulis fanfiction? Fiksi dengan tokoh berupa anak-anak kontestan Idola Cilik? Bhuahahaha… Saya akhirnya menulis TIGA cerita bersambung, dn satu cerita pendek. Jadi bayangkan aja. Di pagi hari saya bergabung dengan kaum komuter untuk menempuh jarak beberapa puluh kilometer ke Banjarbaru. Siangnya saya mesti berhadapan dengan mahasiswa dan temen-temen sesama staf dosen, sambil berusaha supya ucapan dan ekspresi wajah saya terdengar cukup akademis. Di sore dan menjelang malam hari, jadi tante yang baik buat ponakan saya dan anak yang setia mendengarkan obrolan orang tuanya. Di tengah malam, saya menjelma menjadi orang yang dengan lebay tralalanya ngegombal lewat berbagai macam dialog di cerita yang saya tulis. Oh, well that’s my life :). And I’m loving every ups and downs of it… Lagipula saya tidak menyesal menulis FF itu. Saya jadi punya banyak temen yang seruuuu…

Satu lagi yang membuat saya jadi ga pernah nengokin blogspot saya. PIALA DUNIAAAA!! My God… One of the most spectacular sport event that you just can’t miss!! Beberapa hari sebelum upacara pembukaan aja saya udah sempet heboh sendiri. Jagoan saya?… Hohoho.. Semenjak tahun 2002 pun saya udah jagoin Spanyol. Karena mereka mainnya cantik. Dan terutamaaa… saya jatuh cinta sama kipernyaaaa!! Ampun dah, itu saya inget banget., waktu pertama kali liat Casillas, dunia saya berbunga-bunga seketika… Jadilah sepanjang momen Piala Dunia, jam tidur saya semakin berkurang dengan signifikan… Dan saya sangaaat bersyukur punya akun di Twit. Bukannya apa-apa, di rumah saya ga ada temen nonton, jadilah histeria massa saya adalah lewat Twitter… Hahahaha… :DD
Eh, tapi serius deh, betapa betenya saya dengan orang maupun non-orang (in this case..an octopus) yang bikin ramalan soal siapa yang menang. NGERUSAK MOOD WOI!! I always hate spoiler -_-.

Ah, tapi untunglah… SPANYOL MENANG!! *berasa telat banget ya? Biarin ah…*. Sepanjang pertandingan saya mual-mual, migren dan gatel-gatel. Psikosomatis deh pokoknya. Tapi teteup, tiap kali Casillas dishoot, saya… histeris.. Kangmas Casillas emang gantengnya GAS POL ABIS LAH ITU MAH! Aku padamu Casillaaaaaasss… *meluk pohon*.

Terus, apa lagi ya? Oh iyaaa… saya jadi suka ngegosip di tengah malam. Hahaha… Saya entah kenapa, jadi punya temen-temen yang dengan ga pentingnya suka ngomongin artis-artis tertentu dengan gaya sarkastik yang sinis dan sadis mengiris… Mulai dari mencela nick twit yang suka ganti-ganti, ngurusin BB anak orang, membahas lagu-lagu keramat, sampe ngebahas soal follow-unfollow. Dan atas dasar kesamaan hobi ga penting itu, we’re forming an unofficial group: called Midnight Inpoh Crew. Commonly known as.. #MIC!

Cerita apa lagi ya? Oh iyaaa… Indonesian Idooolll… Buhauahaha… Maap ya, tapi saya emang hobi banget nonton talent contest kayak gini. Daripada nonton sinetron? Jagoan saya semenjak awal memang Citra. Karena dia sangat unik. Dan seperti yang pernah dibilang Agnes, layu secupu apapun kalo Citra yang nyanyiin, jadinya beda dan enak buat didenger. Thanks to Citra, selama hampir DUA MINGGU, lagu C.I.N.T.A yang tadinya bikin saya langsung ganti channel kalo ada di TV malah jadi terngiang-ngiang mulu di kepala saya. Berasa kutukan banget.
Tadinya sempet jagoin Fendi. Eh, keburu out. Pas audisi, sempet dukung Rio. Tapi lama-lama merasa saaaangaaaat terganggu dengan anting di telinganya. Nah, pas minggu kedua Spekta, mulai tertarik dan berminat untuk jagoin Igo. Lama-lama, ngejagoinnya jadi serius. Apalagi ternyata suaranya emang kereeeen banget. And in addition, he’s so damn goodlooking. Walopun… baru lulus SMA. TUHAAAANNN… Kenapa aku mesti dilahirkan terlalu cepaaaat?? *sesenggukan*

Dan akhirnya, Igo dan Citra masuk Grand Final. Yeah! Siapapun yang menang, saya senaaangg..! Baru kali ini deh jagoan saya bisa menang. Hahaha… Dulu kan sampai adek saya sendiri menuduh bahwa dukungan saya adalah kutukan. Soalnya biasanya siapapun yang minggu itu saya dukung, malah ujung-ujungnya bakal tereliminasi dengan suksesnya. Paling cuma pas jagoin Ihsan doang di Idol 2007 :D.

Pas ngetik ini, saya tiba-tiba aja ngelirik buku yang lagi saya baca. Apa coba? Semester Pertama di Malory Towers. Jiahahaha… Itu bacaan saya waktu kelas 1-2 SD gitu. Dulu koleksi saya lengkap. Tapi dipinjem kakak kelas waktu SD, dan ga balik. Jadi betapa bahagianya saya begitu serial ini dicetak ulang, malah dibikin box-setnya. Gapapa deh uang makan dari Fakultas untuk bulan ini ga bersisa. Yang penting saya bisa bernostalgia dengan Darrel, Alicia, Irene dan teman-teman. Say ajuga beli box set yang St. Clare. Huhuhu.. jadi inget, dulu saking sukanya sama serial ini, saya sama adek saya suka berkahayal jadi siswa di sekolah berasrama ini, dan mengalami berbagai petualangan mereka.

Ahahaha… Jadi pengen mengulas beberapa buku lama yang pernah saya baca di zaman saya kecil dulu. Banyak karya klasik sebetulnya sih, dan menurut saya, seharusnya cerita cerita semcam itulahyang dibaca oleh anak-anak. Saya penyuka karya Frances Hodgson Burnett. Mulai dari Secret Garden, Little Princess, Little Lord Fauntleroy. Serial Lima Sekawan. Kemudian juga bukunya Susan Coolidge, yang judulnya Katy. Matilda nya Roald Dahl, tentu saja jadi salah satu buku favorit saya.

Oh well, for the next posting aja deh… :D. For now, enough with me and my mumblings
I’ll see you again, fellows. Pretty soon, I hope :)