Selasa, 25 September 2007

Lagi Suka Niiihhh…

Sekarang aku lagi suka:
  • Denger lagunya Float - 3 Hari Untuk Selamanya
    Ga pengen nonton filmnya sih... Tapi sumpah, lagu ini enak banget. Aku ga ngerti soal genre musik, tapi iramanya rada jazz plus swing gitu kali ya.... liriknya rada puitis-puitis gimana gitu... Tapi aku suka senyum kalo denger lirik ini : ”Tumbuh sejuta rasa di hati...yang dulu diingkari. Mungkinkah cinta itu disana? Dua hari merekah... bagai mimpi, terwujud tak disadari...”.
    Iramanya juga enak, bisa bikin semangat, tapi yang lagi ngerasa jatuh cinta juga kayaknya pas juga dengerin lagu ini...
  • Baca blog-nya orang
    Seneng aja ngeliat perspektif orang yang beda-beda soal dunia. Walopun tetep aja, aku suka ilfil kalo baca blog orang-orang yang ngeliat hidup ini lewat kacamata kelabu yang berkabut. Suka ngiri liat tampilan blog oranglain yang keren-keren, sementara punya aku tetap dengan tampilan standar. Jadi pengen eeeuyyyy.... Tapi kapan ya sempetnya? Eniwei, paling suka baca blog orang yang isinya lucu-lucu. Ga serius banget, tapi memberikan pencerahan.... Yah, paling enggak memberikan pencerahan dalam bentuk tersenyum kembali.
  • Nonton Ensiklomedi di Trans7
    Ada Desta dan Vincent nya Club 80’s!!! Gilaaa... dua orang ini emang ancur abis... Kocak banget. Sumpah, ketawanya ga abis-abis kalo liat kenorakan mereka berdua. Aduh, semoga ratingnya bagus terus yaa.......

Sweetest Goodbye - Maroon 5

”How does it feel to know you’ll never have to be alone...when you get home...”
A short, simple, yet sweet one from Maroon 5. Dan tiap kali denger lagu ini (usually on my way home), aku bakal inget lagi salah satu alasan why I love my job. Aku ga usah jauh dari keluarga. Apapun yang terjadi di hari itu, kelakuan mahasiswa yang ajaib, kejadian-kejadian membetekan, para atasan yang seperti reinkarnasi para tirani dari zaman feodal… kekusutan apapun yang aku alami di suatu hari itu, at the end of the day…aku tetap bisa pulang. Menatap wajah-wajah yang familiar. Melihat Abah, yang lagi duduk membaca salah satu bukunya. Mama yang lagi mendandani Dian setelah memandikannya. Dian yang dengan centilnya menyambutku dengan teriakannya : “Tante Amiiii….”.
I always have my family. It’s all that matters. No matter how hard the day was, I’ll never be alone when I get home…

Blacklist

(Written on 25 September)

Kalo dibandingkan sama PNS yang seangkatan, alias TMTnya 1 Januari 2005, aku mungkin yang paling grusa grusu, paling tidak pantes sebagai dosen. Malah kadang-kadang, aku suka yakin, bahwa sebetulnya B’Ninis dan P’Taufiq suka menyesal, kenapa dari 24 pelamar waktu itu, harus aku yang keterima… Jadi aku juga ga bakalan kaget kalo dibandingkan temen-temen se-angkatan, aku berada di urutan akhir favoritnya kalangan Dekanat.
Tapi...Rapat Evaluasi EXPO kemaren kayaknya bikin nama aku semakin naik posisinya dalam list orang-orang yang di blacklist deh. Karena aku merasa bahwa yang paling terlibat waktu EXPO kemaren adalah diriku, rasanya gemes banget waktu P’Taufiq menyampaikan laporan yang menurut aku tidak begitu relevan dengan kejadian dan kendala yang sebenernya dihadapi waktu itu. Jadi aja, waktu P’Taufiq mengakhiri laporannya, dengan hiperbolisnya aku yang duduk di deret belakang melambai-lambai, berusaha menarik perhatian untuk bisa dikasih kesempatan ngomong. Daaaannn...jadi aja aku langsung mengomel tentang ketidakjelasan sarana transportasi, plus misteri hilangnya nasi bungkus jatah mahasiswa. Iya, aku paling emosi terutama waktu menyebutkan tentang janji-janji surganya PD II soal angkutan, yang ternyata ga beda jauh kualitasnya dengan gosip semata. Ngomongnya doang kalo soal angkutan bakal beres, nyatanya tetep aja kami mesti ribut nyari pick-up sendiri. Bayar sendiri. Huh. Udah gitu, tau ga siiihhhh...menurut Dekan, itu adalah kesalahan kami karena tidak berkoordinasi dengan baik. SIALAAAAAANNNNN!!!! Maksudnya di waktu yang sama aku harus menghadiri acara pembukaan, stand by di stand yang jaraknya 5 menit lari-lari dari lokasi pembukaan, plus ngurusin konsumsi yang lokasinya juga secara ajaib terpusat di suatu tempat yang baru ketahuan hari ini? Ah, aku mah mikir, bodo ah...terserah deh aku mau dibilang tidak bisa berkoordinasi waktu pelaksanaan acara, mau dibilang ngeyel atau gimana...yang jelas aku melepaskan uneg-unegku langsung di depan Dekan. Dan, kata-kata terakhirku di forum rapat : ”Kayaknya harus diselidiki ya Bu...saya kok merasa di antara Gedung Farmasi yang baru dengan Lab Analitik itu ada Lobang Hitam. Jadi kayaknya nasinya kejeblos disana...”.
Pas pulang, K’Rasjidah juga mengomentari : ”Ami ya...memperjuangkan sekali sih kamu”. Hehehe... Aku sih tidak memperjuangkan diriku, sebenernya. Cuma aku ga rela aja inget betapa mahasiswa udah pada capek gitu kerja, kok malah staf dekanat kayaknya ga ngasih penghargaan apapun. Huuuuu... Siapa coba dari mereka yang rela nginep di lab kayak para mahasiswa? Emang ada dari mereka seperti para mahasiswa yang bisa dengan perkasanya ngangkat meja ukuran ½ biro cuma naik sepeda motor (Sumpah, sampe sekarang pun aku masih terkagum-kagum...)? Mereka sadar ga sih, EXPO tuh bisa jalan karena kerja kerasnya mahasiswa!!!
Sempet malu juga sih waktu P’Tomo ngomong gini ke aku setelah aku melampiaskan kekesalanku : ”Ga usah nangis gitu dong Bu...”. Hehehe..Bukan nangis sih sebenernya, cuma karena rapatnya jam 2 siang di bulan puasa, dan aku udah dehidrasi buangeeeetttt.... Ya jadinya suaraku gemeteran gitu....
Hemmmm.... Aduh, P’Taufiq, P’Noer...maafkan daku ya...kayaknya staf yang satu ini masuk blacklist lagi deh....

Appreciation

(Ditulis tanggal 24 September)

Waktu kuliah Kimia Dasar I
Aku : Oke, jadi materi hari ini segitu dulu aja ya. Kita ketemu lagi minggu depan, dengan acara yang sama, kuliah Kimia Dasar I bersama saya.
Mahasiswa : Ya Bu...!!
Salah satu mahasiswa : Pasti Bu! Kuliah Ibu yang paling rame soalnya...

Waktu rapat Evaluasi EXPO
P’Noer (Sekretaris PS Kimia) : PS Kimia sendiri sangat berterima kasih pada Ibu Utami, yang sudah bekerja keras untuk EXPO kali ini. Bukan bekerja keras malah, bekerja sangat keras

Waktu habis buka puasa
My Enigma : Waduh Mie, aq kalo membaca sms mu, selalu pengen senyum, habis lucu sih, haha… Jangan dihitung dulu, masih lama lebarannya Non…

Komentar singkat. Kadang-kadang mungkin tidak relevan dan signifikan. But those kind of appreciations that really make my day. Yang bisa bikin aku semangat lagi. Bikin aku percaya, that my life really worth to live in, not just for me, but also for other people…
Wah, kan minggu lalu tuh aku yang bete abis entah dengan alasan apa, dan minggu ini Tuhan menunjukkan padaku, that what I have done is worth enough to be done…

PS : Oh iya... satu lagi... Tuhan, terima kasih...setelah satu mingguan gitu kami diem-dieman...dia muncul lagi...Seneng...Hehe...

Bentrokan, Tabrakan, Clash, Apapun lah...

(Ditulis tanggal 22 September)

Awal semester yang menjengkelkan. Bukannya apa-apa... Semenjak kurikulum baru itu, secara ajaib jadwal jadi banyak yang bentrok gituuuu!!! Sebel deh. Gila aja, aku kan udah dengan rapinya menyusun jadwalku secara terstruktur. Trus, karena jumlah mahasiswa PS Kimia Angkatan 2007 yang memecahkan rekor dengan mencapai angka 59 (Iya, keren ya? Farmasi aja cuma 56), aku pikir ga enak banget praktikum hanya dengan memakai satu ruangan. Waduh, membayangkan Kimia III dijejali 30 mahasiswa sekaligus kok malah bikin bete ya... Jadilah aku bernegosiasi dengan K’Riza, supaya pada hari itu aku juga bisa memakai ruangan Kimia I. Tadinya sih, dengan baik hatinya K’Riza ngomong : ”Ya udah, gapapa. Selama memang pada jam tersebut kosong, pake aja...”. Tapi kemudian, aku mengingatkan dirinya akan fakta pemakaian ruang Kimia I pada hari Kamis itu : 08.00 - 10.30 : Praktikum Kimia Dasar I (PS Kimia), 11.00 - 13.30: Praktikum Biokimia PS Kimia, 14.00 - 16.30: Praktikum Kimia dasar PS Ilmu Komputer, ekspresi wajahnya berubah menjadi tidak ikhlas... Hahaha... Sorry ya Ka... Lembur, lembur deh sana dirimu...
Tapi, pas aku minta tanda tangan P’Taufiq untuk izin pemakaian ruangan (udah tinggal formalitasnya sih...kan udah nego), salah satu staf administrasi kami dengan cueknya ngomong gini: ”Bu, ini harus diundur jadwal praktikumnya dari jam 8 ke jam 10, soalnya pas jam 08.00-09.40 mereka kuliah Kalkulus’. Gimana gua ga meradang???? Apalagi si staf admin itu dengan penuh percaya dirinya menganggap bahwa hal itu ga bakalan jadi masalah. Ih, ya udah atuh, dia aja yang jadi koordinator praktikum. Sebel. Jadi aja aku balik lagi ke Lab dengan wajah kusut bertekuk-tekuk, memandangi matriks pemakaian lab dengan tatapan hampa... wah, untungnya ternyata setelah nego sama P’Noer, aku bisa dengan sukses menggeser jadwal praktikum Biokimia ke hari Selasa...jadilah Kimia I masih bisa dipake. Asyik asyik asyik. Senang lagi. Dan kayaknya K’Riza ikut senang deh...karena tanggungan dia di hari Kamis malah jadi berkurang, kan Praktikum Biokimia digeser ke hari Selasa, pindah ke Kimia II pula.
Tapi.... kebahagiaanku yang berbunga-bunga itu ternyata semu semata... waktu kuliah perdana Kimia Dasar dan aku dengan penuh percaya diri mengumumkan jadwal praktikum ke mahasiswa PS Fisika, mereka ngomong gini: ”Lho Bu, kami kan pas jam segitu kuliah Ilmu Kealaman Dasar”. Gubrak!!! Sialaaaannnnn!!!! Jadi maksudnya bentrok lagi nih? Aku langsung sakit kepala lagi. Cemberut lagi. Balik ke lab lagi. Memandangi matriks lagi. Daaan... tersenyum lagi!!! Eh, masih bisa, kan hari Jum’at di Kimia III kosong tuh, pas dengan jadwal yang diusulkan para mahasiswa itu. Dan, K’Rudi yang pegang Kimia III juga ga masalah tuuuhhh....
Dan hari ini...tiba-tiba muncul pengumuman, bahwa kuliah Ilmu Kealaman Dasar-nya mahasiswa PS Kimia dipindah (lagi) ke hari Kamis, jam 10.00 - 11.40. Yang artinya, BENTROK LAGI sama jadwal praktikum!!! Arrrrggghhhh...... gua tiba-tiba pengen brenti aja ah jadi dosen. Untungya, K’Pujo, staf akademik di Fakultas dengan baik hatinya memahami ketidakrelaan diriku mengubah jadwal praktikum. Ya iya lah Ka..... Kalo jadwal praktikum kan negonya banyak...
Ih, perasaan tahun-tahun kemaren tuh ga seribet ini deh. Jadwal perasaan baik-baik saja selama ini, kenapa tiba-tiba jadi kacau balau begini ya? Tadi siang juga aku dan K’Nur membahas (mengeluhkan, lebih tepatnya) betapa awal tahun akademik ini jadwal perkuliahan tiba-tiba saja jadi ruwet gitu.

Kenapa Dia yang Nelfooon!!!!

(aslinya ditulis tanggal 19 September)

Tuhan memang suka becanda yaaa…… Udah nyaris seminggu aku dan ‘seseorang’ (itu lhoooo..... My Enigma yang satu ituuuuu....) dengan alasan yang entah kenapa, memutuskan untuk saling cuek dan mendiamkan satu sama lain…Hiks… Sediiihhh… Tapi ya mau gimana lagi? Padahal kalo mau jujur… lagu-lagu yang mellow selalu bikin aku ngelamunin dia… Tapi ya itu,,,semakin hari semakin tidak jelas. Daaannnn….out of the blue, mantan gua dengan manisnya menelfon! Sebel. Iya, soalnya gayanya yang sok jadi orang penting yang sibuk gitu. Hm…masih dengan ‘penuh perhatian’ mengingatkan aku untuk jaga diri, istirahat yang cukup (Haha. Yeah, rite.). Tapi gua udah keburu ilfil niiiiiihhhhh…..!!!
Udah ah, ganti topik. Males gua. Dan sedih. Kenapa tidak ‘dia’ saja sih yang nelfooooonnnn????

Selasa, 18 September 2007

Keputusan untuk Yang Baru

Aku sudah memutuskan!! Akhirnya, aku meng-aktifkan satu lagi NSP tambahan untuk nomor Simpatiku. Selain lagunya Ungu yang Disini Untukmu, aku menambahnya lagi dengan…”Jangan Bilang Tidak”nya Raffi Achmad dan Ayushita, salah satu OST-nya Bukan Bintang Biasa… Wekekek…
Usulan Rei untuk memakai lagunya Ungu yang Kekasih Gelap kutolak, dengan alasan, aku udah cukup dihantui lagu itu sepanjang EXPO kemaren…
Hmm… Sebenernya, pertanyaannya apa sih ya, kok jawabannya ga boleh ‘Tidak’?

Naik Turun

Hidup, itu ada naik, ada turun. Dan sekarang, aku lagi ’turun’. Waduh, maafkan kalo akhir-akhir ini isi postingnya mellow abis. Sentimentil. I’m running down into the bottom of my curve. Arrrggghhh.... Ini kenapa aku benci banget kalo kerjaan mulai berkurang. Pikiran aku jadi suka kemana-mana!!!
Tapi, jadi sadar. Semenjak putus, something in me has changed. I almost losing my faith in true love. Serius gua. Yeah, true love is for anyone else but me. Waduh, desperado banget ya…. Ga tau, tadi kan ke Gramedia tuh, dan percaya ga…aku malah berasa eneg gimanaaaaa…gitu lho ngeliat novel-novel percintaan, apalgi model-model teenlit dengan romantisme remajanya itu… Hmm…secara aku sebenernya tipe anak yang sensitif dan gampang tersentuh banget, gejala kayak gini bahaya niiihhhh….
Tiba-tiba saja aku jadi sinis, dan skeptis. Ngerasa kalo pada kenyataannya, hidup memang ga pernah semanis cerita cinta di novel. Wah, beda banget ama jaman dulu tuhh... tau ga, salah satu kata-kata yang muncul di lembar persembahannya skripsiku apa coba? Salah satu penggalan lagunya Pet Shop Boys, ’Se A Vida E’ : ”So don’t search in the stars for signs of love... Look around your life you’ll find enough..”
I feel like I need help… Ya itulah... mood hari ini kayaknya masih sambungan mood aku semenjak 2-3 hari yang lalu... I never needed a friend like I do now…

To My Incognito…

What I thought wasn’t mine, in the light wasn’t one of a kind, a precious pearl
When I wanted to cry, I couldn’t ‘cause I wasn’t allowed

What I thought was alone, so innocent. Was it a delicate doll? A porcelain?
When I wanted to call you and ask you for help… I stopped myself

What I thought was a dream, I’m aroused
Was it real as it seems? A privillege
When I wanted to tell you, I made a mistake… I walked away…

Gomenasai… for everything
Gomenasai… I know I let you down
Gomenasai till the end… I never needed a friend, like I do now…

After so long, at least I feel that it has been so long, I find myself missing you…
I know that you’re far away… but I just miss you so bad… Maybe because I really feel that I need a friend. A friend like you…
Aku pengen cerita. Pengen ngomel. Pengen nangis. Pengen denger kamu ketawa. Pengen denger kamu mencela. Pengen denger kamu berkomentar. But most of all, I really need to have you, telling me that everything’s gonna be okay…
Aku pengen cerita tentang dia yang membuatku hanyut. Aku pengen cerita tentang lelahku. Aku pengen cerita tentang senyumku. Aku cuma pengen…ada kamu. Untuk dengerin aku.
Dan dengan noraknya, aku nangis lagi denger lagunya T.A.T.U.. I’m sorry for missing you…but I never needed a friend like I do now…. There’s so many times that I wanted to call you and ask you for help… tapi ga bisa…Because I know, since the day that you go away, things will never be the same anymore…

(Eh, ini bukan buat si mantan lhoooo!!!! Enak aja…. Ga usah ke-GR-an deehhh….)

Rabu, 12 September 2007

Nostalgia Cinta

(Written : 11 September)

Salah satu pekerjaan yang paling menyita waktu adalah beres-beres. Enggak sih, bukan masalah beres-beresnya yang lama. Tapi seringkali, kalo kita lagi ngeberesin tumpukan kertas, dokumen dan entah kenang-kenangan jaman dulu yang mulai berubah jadi barang prasejarah, biasanya bakal ketemu hal-hal yang bisa bikin kita mikir dan cengengesan ga jelas kalo keinget jaman dulu…
Malem ini, menyambung usahaku beberes kamar (the last time I did that was, saaayyyy… a year ago??), aku ngeberesin semua bentuk laci yang ada di kamar. Laci pertama sih ga terlalu seru, karena cuma dokumen-dokumen biasa…model-model ijazah, transkrip, SK dan Surat Tugas. Tapi pas mulai ngeberesin laci meja, baru aku mulai ga fokus, antara usaha bikin laciku jadi lebih layak untuk tempat penyimpanan daripada sekedar tempat penumpukan kertas-kertas tidak jelas, dengan keinginan untuk membuka-buka lagi kenangan jaman dulu. Ada foto-foto yang tertimbun, walopun sebagian besar dari foto itu tipe yang dibuang sayang, dipajang malu-maluin. Pantesan aja aku naruhnya di laci, dan bukannya di album, karena foto-foto tersebut sebagian besar menampilkan diriku dalam angle yang menurutku sangat tidak tepat untuk menampilkan diriku dalam kondisi terbaik. Ada kumpulan surat-surat, kartu-kartu ucapan, bahkan kartu ucapan dari Kai Nini untuk ultahku yang ke-12!
Tetep aja, yang paling seru adalah diary-ku. Aku kan mulai nulis diary sejak kelas 6 SD. Gila ya, kecerewetanku yang tidak cukup hanya tersalurkan lewat omongan udah mulai nampak sejak umur segitu, coba!!! Yang ketemu ada 2 buah, diaryku jaman kelas 2-3 SMP, sama yang kelas 3 SMA. Dan setelah kubandingkan... yang SMP menunjukkan saat-saat terberatku jadi ABG, sedangkan yang SMA isinya lebih lucu, ceria, norak, and jut soooo mee.... (Ya iya laaaahhhh...). Aku jadi cengengesan sendiri membaca betapa noraknya aku yang dulu naksir abis sama guru SMAku itu...yang entah apa kabarnya sekarang...
Hmmm....
First love never die....
Dan aku sadar, Bambang bukanlah cinta pertamaku, neither my true love.
The first time I was in love was at my last year at high school (Enggaaaaakk…. Bukan sama guru SMAku itu…. Itu mah cuma sekedar crush aja… sekarang aja gua malu kalo ingetnya).. With someone whom I prefer to call : “The Incognito”. And the feeling lasted for sooooo long. Sampai sekitar 2 tahun yang lalu, aku masih merasa melayang hanya untuk mengingat dirinya. Sekarang sih udah enggak…. I love him, still, but now I love him as the best friend I’ve ever had. Wah, jadi kalo diitung-itung, I hold on to the feeling for…SIX YEARS???!!! Hahaha…. Bahkan mulai dari awal aku pacaran sama Bambang, sampai aku serius sama dia…I still had him, somewhere in my heart. Aku juga ga ngerti kenapa aku bisa merubah perasaan itu. But hey, seperti Maroon 5 bilang : ”Nothing Last Forever”. Tiba-tiba saja, I finally get over the feeling, in a very beautiful way. I am totally happy for him, and I always remember the times we’ve ever spent together as the most wonderful moments in my life, without feeling hurt anymore. Everytime the memories cross my mind, it’s a smile that comes up on my face, without any tears of hurt rolling down my face anymore.
Kenapa coba aku bilang, that my ex-boyfriend pada akhirnya hanyalah sekedar kesalahan di masa lalu? Karena begitu menemukan foto-fotonya, tanpa mendapat pertimbangan lebih lanjut, foto-foto itu langsung masuk ke tumpukan : “DIBUANG”. Nasib yang sama terulang pada kumpulan surat-surat darinya. Hanya sekedar kubaca selintas, lalu langsung ditumpuk bersama kumpulan fotokopian tidak jelas lainnya. And I don’t feel anything. Datar dan lempeng aja… Aku jadi heran sendiri. Terus, selama tujuh taon kemaren kami pacaran, dapet apa dong? Yah, let’s take the good side. I don’t feel hurt. Itu sudah cukup. Sangat cukup.
Tapiiiii….beda banget waktu aku baca diary ku yang menceritakan masa-masa akhir SMA itu. Waktu aku mulai ragu, apakah memang benar, that I had fallen for ‘him’? Apalagi waktu aku baca hari-hari terakhir kami harus pisah… tiba-tiba saja, tanpa bisa aku cegah, aku nangis! I just suddenly feel the tears…. Bukan masalah ga kesampaiannya cintaku itu, tapi lebih karena merasa kehilangannya kali ya…
Here’s the part yang sukses banget bikin aku berlinang air mata kenangan:

”…Nggak tau kenapa, pas nutup telfon, aku ngerasa sedih banget.
Rasanya dia sudah begitu jauh...terlalu jauh...
And I realize, I’m losing him
Somehow I know, things will never be the same anymore. Dy, do you think he will miss me? Aku cuma bisa duduk terdiam, membiarkan air mata yang perlahan-lahan kembali menggenang dan jatuh satu-satu. When will we meet again? Dy, aku mencoba ikhlas melepas kepergiannya. It’s the best for him. Someday, I can get over this feeling. But…not now… Now, I miss him so much…”

Gimana gua ga nangis, coba… Apalagi aku inget banget, waktu itu pas purnama, aku duduk di kolam di samping rumah, sambil nangis…
Sampai saat ini, memang aku ga pernah punya keberanian to tell him straight to the point about what I felt for him. Tapi aku tau kok, kalo dia ngerti. I know that he knows.
Hiks. Aduuuhhhhh….jadi sentimentil euy…..
Yah, memang judulnya sih Kasih Tak Sampai. I finally can get over my feelings for him, but still, I will never stop to need him as my best friend. Walopun anak jelek yang satu itu seringkali hilang tidak jelas dari peredaran bumi dan peradaban dunia, tapi suka tiba-tiba tanpa rasa berdosa muncul kembali.

To The Incognito
I know that you know. Please, just keep it for yourself. And I will keep it for myself. I could never have you, the way I once wanted to. Tapi sekedar tetap menjadi bagian darimu, as ‘a good old friend’ of you, itu sudah cukup. For I now have you as a good old friend of mine…
Apa yang dulu aku rasakan, just leave it as it was… What matter is, you will always have me as your friend. For I know, that you’re always willing to be my friend… (Yah, walopun hilang-munculnya kamu itu suka bikin bete). Remember that night, when I was at the very bottom of my curve? You’re the one I called when I could do nothing but crying, and you did something only a best friend can do. You say that you’ll be there for me, and I can run to you. And what really matter is…you were not only saying it. You DID it. Thank you…
I was so lucky that I once know you, that I was once in love with you, and now that I love you as one of the best friend I’ve ever had…
You always have me and my prayers with you…Always… Termasuk untuk ‘rencana besar’mu di tahun 2008 nanti!! You truly have all my prayers with you…

Tanah Masa Depan



(Written : 7 September)




Investasi aku saat ini : tabungan yang sangat ga seberapa, deposito ala kadarnya banget (pas banget dengan minimal setoran), dan…sebidang tanah kavlingan! Iyaaa.... aku punya tanah sodara-sodara! Ukurannya 10x15 m, dan betul-betul buat masa depan banget, karena sekelilingnya masih ga jelas mau dibikin apa. Hehehe... Kemaren aku nekat ngambil, walopun waktu itu ga tau pasti lokasinya dimana dan masih belum ada SHMnya. Kenapa aku berani? Karena dari 16 kavling yang ada, yang ngambil tuh orang lab semuaaa.... Ada K’Hasnah, P’Mudatsir, K’Riza dan K’Rina (yang membuatku trgeser dari kavlingku semula supaya tetap berdampingan...dasar anak kembar...), Marjuni (si Jun-jun penyelamatku di Lab Analitik dulu), Kamil, Prima, B’ Arnida, K’ Rudi. Jadi kalo rugi, rugi bareng... Hehehe.... Kemaren, hari Minggu, aku sama Kamil ngeliat proses perataan tanahnya. Dasar manusia-manusia narsis, waktu kami nunggu jemputan di depan SMA berlokasi terpencil itu, aku dan Kamil ya masih sempat berfoto ria... Terus hari Kamisnya, bareng-bareng sama para pemilik tanah lain, kami ngeliat kembali tanah yang udah rata. Pas hari Minggu kan aku udah liat bahwa ada salah satu kavling yang sama sekali tidak bakalan rata, karena ada lobang segede kolam renang ukuran internasional. Karena di hari itu aku (yang observasi ruangnya lebih parah daripada payah) udah yakin banget bahwa lobang itu tepat di posisi kavling K’Riza, maka dengan penuh rasa suka cita (???) aku mempersilakan K’Riza untuk memanfaatkan lubang itu sebaik-baiknya. Tapiiii..... setelah menunjukkan orientasi arah yang tepat, benar dan bisa dipercaya, K’Riza dengan penuh kemenangan menyadarkan diriku bahwa....kavlingku lah yang berlubaaang!!! Huaaa.... aku cuma bisa menatap hampa ke lubang itu...sementara K’Riza dan Marjuni dengan sekuat tenaga mentertawakan diriku... Hmm... tapi usulan Marjuni untuk bikin kolam renang umum bisa dipertimbangkan juga kok...
It was such a fun day... walopun puanas setengah mati, dan aku salah kostum (hari itu aku memang pake celana panjang, tapi atasannya model kebaya putih yang cantik...ga cocok banget buat ke lapangan). Senengnya karena aku bisa di tengah ruang terbuka, ngeliat langit yang biruuuu banget. Yang cewek-cewek, kayak si Kiki, Yati dan K’Rina lebih memilih berteduh di bawah naungan ala kadarnya, K’Hasnah dengan mata elangnya mengawasi pematokan tanah. Aku? Perasaan kemaren kerjaannya aku cuma ngerecokin P’Mudatsir, K’Riza, dan Marjuni deh. Kan yang ngukur tanah mereka sama P’Alai. Dan aku berseliweran di antara mereka sambil mengajukan pertanyaan-pertanyaan bodoh. Wah, ternyata ngukur tanah tuh gitu ya caranya... Tapi aku, walopun narsis abis, tetep aja dengan bodohnya ga bisa menemukan tanda ’0’ di meteran yang dipakai, sementara Marjuni, sekali lirik, langsung ketemu...
Oh iya.... K’Riza dan Marjuni berubah jadi Gaban!!! Hahaha... Kan mereka demi menghindari terik matahari, menolak untuk melepas helm standarnya. Ih, aku berasa ngeliat Gaban aja kalo ngeliat mereka, walopun dengan skeptisnya K’Riza ngomong : ”Gaban? Siapa tuh Gaban? Ga kenal tuh!”. Masa siiihhh...??? Perasaan kan Gaban, Megaloman, Google, Voltus dan sejenisnya seangkatan, dan ngetop di jaman aku masih di bawah umur dulu, yang yakin banget bahwa dunia masih ada karena kehebatan mereka. Hmm... ato mungkin K’Riza besar di era yang berbeda dengan diriku ya?
Hmmm....kalo boleh jujur ya... tujuan utamaku kesana kemaren bukan untuk meninjau tanahnya sih..lebih ke arah pengen refreshing. Dengan segala seuatu yang tengah berlangsung saat ini, rasanya tenang banget kalo bisa liat langit biru yang luaaaaasss banget (Haven’t I told you about how I love the blue sky so much?).
Dan langit yang biru di hari itu.. it reminds me of the time that I spent with him... Halah. Susah deh. Ujung-ujungnya balik kesana lagi.
Eh, tapi serius nih, aku mulai deg-degan soal lobang sialan itu… dan aku baru sadar, bahwa sampai saat ini, aku masih belum terlalu jelas bentuk pembagian tanahnya akhirnya gimana… walopun sok sibuk lari-lari bawain pasak buat dipasang, untuk melihat jalan raya dan jalan antar kavling ada di sebelah mana, aku juga mesti tanya Marjuni dulu. Hmm… kayaknya Marjuni semakin takjub, kok bisa ya aku yang lemot ini bisa keterima jadi dosen…

Ulang Tahunnya Selesai!

Akhirnya… EXPO berakhir juga…! Walah, setelah nyaris ga sempat bernafas waktu persiapannya, akhirnya selesai juga.. Rasanya baru minggu lalu aku terbangun di Lab Analitik, eh, hari ini sudah harus beresin sisa-sisanya. Salah satu acara puncak dari Himpunan sih, lomba debat anak SMA, Students in Debate. Dan entah karena mereka mempercayai diriku atau hanya sekedar kehabisan orang yang bisa dan bersedia, aku ditodong sama panitia buat jadi juri. Wah, sebenernya ga pede euy... Lha, juri lain dari staf dosen kan P’Noer tuh... terus ada juri dari Jurusan Sosek Faperta (M’ Rifi) dan 2 orang juri lagi dari Walhi. Helloooo.... ya jelas ga imbang banget dengan diriku ini. Kayaknya aku cuma jagoan di bidang mengomentari peserta aja kali ya....
Waktu hari H, rencanaku yang sudah disusun berdasarkan estimasi waktu yang matang ternyata berantakaaan...! Aku berangkat dari rumah jam 06.30, jadi paling telat nyampe kampus jam 8 pagi gitu. Karena acara mulai jam 08.15, aku masih merasa aman. Tapi pergeseran rencana mulai terjadi ketika angkot yang aku naiki dari Kayutangi jalannya berasa lagi ikut jalan santai. Ih, aku udah geregetan aja pengen mendorong dan memotivasi si supir angkot supaya lebih bersemangat lagi memacu mobilnya. Rada lega waktu begitu nyampe depan PDAM, angkot yang ke Banjarbaru masih ada. Whups, aku langsung masuk dan duduk dengan tenang. Masih jam 07.10 kok...masih amaaannn.... Paling nyampe kampus jam 8 lewat-lewat dikit kok... Tapi kami para penumpang angkot mulai curiga begitu mendekati Pal 4,5, sekitar simpangan Gatsu gitu, kok berasa padat banget ya... Ga biasanya tuh hari Sabtu pagi jalanan padet kayak gini... Ternyata : ada baliho rubuh sodara-sodara! Ih, berasa serem banget ngeliat baliho segede gajah itu terbaring dengan tenang menjemput ajalnya di tengah jalan raya. Mana waktu aku baca di koran besok paginya, ada yang meninggal gara-gara kejatuhan si baliho itu. Hmm...balik ke keterjebakan angkot kami di tengah kemacetan, karena jelas, jalan A. Yani udah ga bisa dilewatin lagi, semua-mua arus kendaraan dibelokkan ke Gatot Subroto. Halah. Tambah maceeeeettttt.... Mana pagi gitu memang pada ga mau ngalah kali ya... Jadi aja macet total nyaris setengah jam. Aku udah mau kena serangan jantung aja saking paniknya liat udah jam 07.45, tapi aku nyampe pal 6 aja belum!!! Jadi aja aku gayanya udah kayak yang belagu banget gitu. Di dalam angkot aku nyalain laptop, mindahin data yang DIPA ke flash, sambil berkutat dengan dua buah handphone ku, yang Simpati dipake buat nelfon kesana kemari karena pulsanya lebih lumayan, yang XL karena sebagian besar nomer Hpnya anak-anak Himpunan ada di situ. Akhirnya, berkat pertolongan Tuhan jua lah, kami berhasil keluar dari Banjarmasin. Si sopir angkot juga udah main ngebut aja, mungkin ikutan panik denger aku yang dengan penuh kerusuhan nelfonin orang-orang. Nyampe depan lab dasar udah jam 8.30 lewat dikit...untung banget aku menemukan Alfi, yang langsung kuculik untuk nganterin aku ke Gedung Biru (Dani, makasih pinjeman motornya ya....). Tapi ternyata, sampe sana juga acara belum mulai, karena salah satu juri yang dari Sosek dan tim dari SMADA Banjarmasin juga mengalami nasib yang sama dengan aku : jadi bagian dari kemacetan total yang tengah terjadi di Banjarmasin.
Eeeniweiii.... the show must go on! Acara tetap berlanjut dooongg….. Seru deh. Aku jadi juri dua kali. Yang acara penyisihan, sama untuk penentuan Juara I dan Juara II. Wah, yang paling seru tuh di Finalnya. Finalisnya dari SMU1 Martapura, yang tim-nya merupakan perpaduan dari kontestan Let’s Dance (habis, dia ngomong sambil goyang-goyang ga jelas kayak lagi meragain koreografi apaan gitu lho...) dan cewek manis yang cerdas dan jago Bahasa Inggris yang penuh semangat, melawan anak-anak SMU 7 Banjarmasin yang bikin aku terharu, saking mati-matiannya mereka mempertahankan Banjarmasin sebagai ibukota provinsi (topik debat saat itu kan soal perpindahan ibu kota provinsi ke Banjarbaru), walopun aku jadi curiga mereka adalah Shopaholic, karena sangat membanggakan Duta Mall.
Yang menang? SMU 1 Martapura, tapi selisih angkanya tipiiiiiiis banget, cuma beda 2 angka gitu kok...
Waktu acara, akhirnya anak-anak 2006 baru menyadari satu fakta tentang aku, bahwa aku bener-bener cinta difoto. Hahaha...telat banget sih nyadarnya? Si Endi aja sampai bilang : ”Bu Utami ini memang ga ada matinya...”. Ya iya lah.... secara sampai saat ini aku masih idup kok!
Juri lain mah mana ada yang nyadar pas difoto waktu lagi dengerin peserta? Cuma aku yang dengan pedenya bergaya sambil ngasih penilaian.
Oh iya... sore itu juga kan acara penutupannya... Daaan... Stand PS Kimia jadi Juara III stand terbaik lhooooo!!!! Senangnya..... Yah, walaupun kalo dihitung-hitung, kayaknya stand yang dinilai kan memang cuma ada 5 stand untuk kategori stand Prodi... Gapapa... yang penting kita dapet piala lho... Cihuiiii....!


Well, iya. EXPO memang bikin capek. Tapi aku masih ngerasa, that it was fun. Walaupun banyak hal yang bikin bete (termasuk misteri hilangnya konsumsi jatah mahasiswa sebanyak 300 bungkus nasi untuk acara pembukaan, banjirnya Lab Analitik, si you-know-who yang masih saja membetekan, de-el-el), dan aku juga suka ngomel-ngomel ga jelas… Tetep saja, banyak hal yang menyenangkan, lucu dan seru untuk diingat kembali. Mulai dari L-Men dan Element-nya si Wahyu, pemasangan jejak kaki ide Lutfhi, foto-foto bareng (my favourite part!!!), makan bakso dagangannya HIMAMIA (Mil, Nana, thank you ya…tahun depan boleh lagi tuh aku ditraktir…).
Yang bikin aku seneng, walaupun mungkin banyak yang menganggap hasilnya ‘cuma’ begitu saja, aku tahu, aku udah berusaha maksimal demi PS Kimia…
Hiks…tapi gara-gara EXPO ini aku jadi jarang ketemu ‘dia’…huhuhu….

Pengembangan yang Bikin Pusing

(Written : 7 September)

Minggu lalu dan minggu ini, sebenernya bikin aku nyaris lupa untuk bernafas. Nggak, bukan cuma soal EXPO sih, tapi juga soal proposal DIPA kami yang disetujui oleh DIKTI. Jadi kan demi Pengembangan Ilmu yang merupakan Bidang Unggulan dari Unlam, kami dapet dana tuhh… Dari pengajuan dana yang total besarnya 16,7 M, disetujuilah sebanyak 11,1 M. Perombakan anggaran? Jelas... Lha, kemaren aku udah nyusun anggaran untuk pengajuan alat sebesar 1 M, sekarang dipotong hingga tersisa 507 juta. Ya udah, aku kemaren kan udah sempet dengan GRnya punya harapan bahwa kami akan punya instrumen FT-IR, GC-MS, dan AAS. Ternyata harapanku pupus... Hiks... Ya udah, aku nyusun lagi. GC-MS, I’m sorry good bye...mudah-mudahan kita bisa ketemu di hibah yang akan datang... Jadi aja urutan pertama adalah FT-IR, terus UV-Visible Spectrophotometer, baru AAS pada urutan terakhir, karena memang kita sebenernya udah punya, walalupun udah nyaris berubah jadi fosil saking purba-nya...
Eh, setelah aku siap dengan rancanganku, secara semena-mena, P’Taufiq menggabungkan dana untuk pembelian alat dengan dana punya PS Fisika, demi membeli X-Ray Difractometer itu!!! Huaaa..... Jadi aja dana kami yang tersisa tinggal 107 juta. Dengan duit segitu, mau beli apaaaaaa???? Aku dengan perasaan terpukul cuma menatap P’Taufiq, dan ngomong : ”Pak, tau ga sih, keputusan Bapak itu udah menyakiti hati saya....”. Walhasil, aku bolak-balik lagi ngeliatin daftar harga alat untuk menengok kemungkinan alat apa yang mampu terbeli dengan dana yang cekak kayak gitu... Hiks. Demi proposal ini pula, eh, salah ding, perbaikan, soalnya udah disetujui (katanya sihh.....), aku terpaksa nginep lagi di Banjarbaru. Lamina, Rei...makasih ya... sekali lagi, aku tidak tau apa jadinya tanpa kalian....
Jadilah, di hari Selasa kami presentasi lagi di depan Rektor, PR I, Pimpro, Staf Ahli rektor, dan para orang penting lainnya. Gabungan usulan antara aku dan P’Taufiq adalah, pengajuan untuk beli UV-Visible Spectrophotometer (usul aku) dan...genset (usul P’Taufiq). Usul aku dipertanyakan sama P’Rasmadi, karena Farmasi juga mengajukan pembelian alat yang sama (spec-nya sama pula, keliatannya), sementara usulan genset juga dipertanyakan karena kami ga bisa mendefinisikan spec yang sebetulnya kami inginkan... aku sih ga peduli. Yang usul kan P’Taufiq... Eh, tapi seru aja kemaren ngeliat perdebatan antara perwakilan tiap PS dengan Pimpro dan Staf Ahli. Apalagi waktu PSPD tuh, yang diprotes sama Staf Ahli karena kegiatannya tersebar mulai dari di UGM, Unpad, sampai Univ. Andalas... Hehehe... iya juga sih, aku juga gagal menangkap korelasi antar kegiatan itu selain wisata keliling Indonesia. Pas kami mau maju, dengan tegas P’Taufiq memerintahkan aku untuk mengganti wallpaper laptopku (yang mau dipake buat presentasi di depan orang-orang penting itu), karena gambarnya adalah foto diriku yang sedang bergelantungan di atas pohon. ”Apa kata mereka Mi kalau ngeliat kamu lagi naik pohon gitu???”. Uh, padahal kan fotonya lucu Pak... dan aku terlihat manis sekali di foto itu.... Pulang dari Rektorat? Cepet kok. Sekitar habis maghrib gitu kita udah pada pulang...hehehe... Kayaknya aku udah mulai biasa deh di jalan waktu malam menjemput senja.
Perbaikan terakhir, yang katanya harus final, aku bikin hari Rabu malem. Bolak-balik ngutek-ngutek harga segala macem, supaya pas sesuai pagu. Eh...waktu presentasi, ternyata yang furniture punya kami salaaaah tooooootaaaaal....!!! Sialan. Mana P’Taufiq dengan teganya meninggalkan aku buat ngurusin perbaikan final. Ah, ya udah lah...bodo amat. Secara aku ditinggalin sendirian...Artinya sesukaku kan? Ya udah, walaupun P’Taufiq udah ngasih pesen supaya aku menghapus semua alat lab yang tadinya kami ajukan, dengan ngototnya aku cuma menghapus salah satu instrumen. Hfff..... Aku jadi mulai bete dengan kondisi kayak gini. Kondisi dimana atasan kita cuma tau nyuruh dan terima beres. Hiks. Uh, ga boleh kayak gini terus dong ahh... Setelah sekian lama kerja under pressure kayak gini, aku belajar bahwa, seharusnya motivasi kita untuk kerja memang adalah ibadah. Seperti yang pernah aku sendiri bilang ke Rossy : ”Kerja di MIPA ada sisi baik dan buruknya. Sisi buruknya adalah, kerjaan tuh ga ada habisnya. Tapi sisi baiknya, kita punya banyak sekali kesempatan untuk beramal ibadah dan menabung amal jariyah.”. Ya udahlah... there’s a silver line in every lightning. Hardworks are always worth to be done… Paling tidak kalo alat yang kami usulkan nanti akhirnya nongol, aku tahu, walaupun mungkin cuma aku yang tahu, bahwa ada bagian dari hasil kerjaku yang bisa bikin alat itu hadir di tengah-tengah kami….

Langit Biru di Hari Ini

Langit yang cantik di hari ini begitu biru... Karena aku menatapnya bersamamu...
Angin sore ini terasa sejuk...Karena ia menemaniku tertawa di sampingmu...
I know that those moments last only for a while... But what matter is, I spend it with you.
Dan kau menjadi seorang yang lepas... Tatapan damaimu, senyum sejukmu...
Untuk sesaat, impianku sempat menjadi nyata.
Untuk berada disisimu, membuatmu tertawa kembali...
Aku biarkan tawaku lepas bersama angin di angkasa...menata khayalan itu di atas awan...
Dan saat kutatap matahari yang dijemput senja, ada semburat wajahmu disana..
Sepotong tanya masih tersisa
Tapi biarkan, untuk saat ini pendam tanya itu dalam rinai gerimis yang membasahi
Untuk sesaat, biarkan aku lupa akan ragu itu
Aku hanya ingin mengingat saat ini
Ketika kita bisa berdampingan, saling tersenyum di langit biru hari ini...
Besok...kita kembali melangkah
Sendiri.
”Aku”, dan ”kamu”
Bukan ”kita”

Demi Ulang Tahun Ini…

(Written on : 3 September)

Halooooo blogku tercinta....! Aduh, udah lama banget euy aku ga mengungkapkan rasa dan isi hatiku dengan setulus perasaan…
Akhirnya, HUT MIPA yang mau dibikin se-spektakuler mungkin itu dateng juga. Dan ternyataa…. Aku salah sodara-sodara! Ulang tahun MIPA yang sekarang adalah Ulang Tahun yang ke-ENAM!! Halah.
So, secara aku adalah yang disuruh ngurusin stand PS Kimia, jadi aja aku yang memang pada dasarnya adalah Miss Panic yang selalu hiperbolis ini dengan dramatisnya berseliweran untuk menyiapkan stand. Kita mulai mengangkut-ngangkut barang di hari Kamis. Ngatur meja, ngangkut komputer, nge-bon bahan, pinjem ruangan P’Rodi. Diiringi peringatan keras dari K’Riza, aku bersumpah dengan segenap jiwa raga-ku untuk menjaga ruangan yang kami pake. Daaannnn…. Nggak nyampe 24 jam kemudian, aku terpukul dengan kenyataan bahwa sumpahku tidak ada artinya! Hiks… Jum’at pagi kan aku udah muncul dengan penuh dedikasi dan semangat untuk membaktikan diri, walaupun sempet dikira orang aku adalah tukang rias penganten. Kebayang aja, aku berangkat dari Banjarmasin ke Banjarbaru, naik angkot, dengan bawaaan yang meliputi satu tiang untuk X-Banner, 3 buah vas bunga, 7 lembar taplak meja, lengkap dengan berbagai macam bunga plastik harta karunnya Mama. Pas nyampe Lab Dasar, semuanya berjalan normal, sampai Lutfhi tiba-tiba muncul, dan ngomong : ”Kayaknya ada kesalahan teknis deh Bu...”. Apa coba? Keran air ternyata semalaman menyala, sementara wastafelnya bocor... Huaaaaa..... Jadi aja Lab Analitik terendam air setinggi mata kaki!!! Aduh, gua pengen gantung diri aja langsung saat itu juga... Dengan paniknya aku berusaha membuat lab kembali kering kerontang seperti sebelumya. Aku lalu nelfon Rei, minta supaya dia cepet dateng sebelum aku keburu meninggal saking stressnya. Udah gitu, yang bikin bete nih... mahasiswa yang dateng malah sempet-sempetnya bengong dulu ngeliatin aku ngepel lantai. Setelah aku ngamuk-ngamuk, baru mereka nyari anything yang bisa dipakai untuk menyelamatkan kondisi. Ih, bete deh. Dan....aku udah berasa ga punya muka lagi waktu K’Riza datang, menatap ruangan dengan wajah sedingin batu, sambil mengajukan pertanyaan pendek : ”Kenapa bisa kayak gini?” Secara K’Riza memang lumayan anteng dan pendiam, justru kalo dia marah jadi serem bangeeetttt.... Huhuhu... aku udah mau minta maaf on bended knee aja sama dia, saking ngerasa bersalahnya.... Belum lagi waktu tiba-tiba K’Hasnah nongol dari ruangan Akreditasi, melemparkan pandangan membunuh ke sekeliling ruangan yang cuma beda tipis sama swamp thing saking beceknya. Haduh. Aku pengen nangis. Serius.
Eniwei....setelah sekitar 1-2 jam berlalu, kami berhasil melewati masa krisis, dan meneguhkan hati untuk mempersiapkan EXPO kembali. Walaupun gua sempat langsung jutek begitu salah satu mahasiswa dengan manjanya mengeluh bahwa dia masih berasa capek karena baru nyampe dari Banjarmasin. What? Enak aja...gua juga dateng dari Banjarmasin, lengkap dengan berbagai macam barang bawaan yang bikin gua nyaris tenggelam, tapi toh gua masih dengan penuh energi masih berusaha sekuat tenaga menyelamatkan ruangan Lab Analitik yang nyaris nyaingin pesawat jatuh ke laut gitu... Rasanya maluuuuu banget sama K’Hasnah dan K’Riza... Tapi yah, paling tidak rada lega waktu pas aku minta maaf lagi sama mereka, mereka udah bisa senyum.
Such a hectic day, last Friday. Seharian mondar-mandir ga jelas, nyiapin bahan, alat, dekorasi… Aduh, aku betul-betul mengucapkan terima kasih atas bantuan Rei, Lamina, Alfi, Arya, dan Kamil, yang masih bisa dengan penuh semangat mau bantuin aku nyiapin ini semua. Guys… I really appreciate it! Serius, aku ga tau gimana jadinya kalo ga ada mereka, yang rela kerja habis-habisan…padahal ga dapet apapun selain pengalaman seru (Hmm…usaha membela diri…). Deket-deket Maghrib, aku numpang mandi di kost Rei (yang adalah juga kost-ku di jaman dulu…), sembunyi-sembunyi, sampe ngumpet di belakang pintu kamar Rei segala, supaya tidak bertemu dengan Ibu Kost yang bikin ilfil banget itu. Habis Maghrib, balik lagi ke Lab Dasar, pusat dari segala kegiatan di alam semesta MIPA saat itu. Rame deh. Semua stand lagi berjuang habis-habisan nyiapin stand. Seru aja ngeliat kita semua kerja bareng-bareng… Yang lucu waktu ada yang latihan teater, dan bikin aku pucet saking ketakutannya…. Waduh, maafkan daku ya, tapi secara aku dari dulu ga begitu paham sastra , dan rada-rada traumatis sama yang berbau puisi ataupun kalimat mendayu-dayu begitu, ya…mohon dimaafkan kalo bukannya kagum, tapi aku malah jadi freaking out waktu mereka mulai berseru-seru di deket stand kami…
Thank’s buat Lutfhi dengan ide cemerlangnya, jejak-jejak kaki menuju stand kami ternyata jadi salah satu object of attention di malam itu. Alfi yang bertugas memasang jejak, sementara aku dengan juteknya menghimbau (bukan ding, penuh nuansa ancaman soalnya) suapaya orang-orang tidak ada yang menginjak. Walaupun aku sempet panik waktu K’Riza berkeras bahwa tulisannya ga bisa dibaca. Ga bisa dibaca gimana maksud lo??? Si Iwan Fisika aja akhirnya bisa baca koooook….
Tambah malem, aku malah mulai tambah tenang, ngerjain tanpa banyak kepanikan lagi. Mungkin karena huru-hara nya juga udah berkurang banyak kali ya…. Masih ngerasa traumatis dengan tragedi kran air tadi pagi, aku memutuskan ga pulang, dan tidur di Lab Analitik aja malam itu... Kamil pulang jam 12-an, sementara Rei dengan baik hatinya menemaniku tidur di lab (Hiks...Guys...aku jadi terharu nih...You’re guys are friends indeed). Jam 1-an, aku masih nyelesain poster terakhir tentang Lab Instrumen (ceritanya sekalian menebus dosa ke K’Hasnah dan K’Riza). Aulia, si Ketua Himpunan, walaupun mukanya udah lecek saking capeknya, masih dengan penuh kebaikhatian membantu aku merangkai poster. Jadilah di tengah malam buta itu, dengan Rei yang terkapar di karpet di pojok Lab Analitik, aku ditemani Arya, Aulia, Andi dan Wahyu mengerjakan tahapan akhir untuk EXPO, dengan sisa-sisa tenaga kami di malam itu. Seneng juga sih, bisa cerita-cerita sama mahasiswa, dan kita ngakak habis-habisan waktu si Wahyu dengan polosnya mengira Grup Band Element itu sama dengan Kontes L-Men yang susu khusus pria itu.
Setelah terpasang, akhirnya kami menyerah dan terkapar setelah mendekati jam 2 dini hari...
Walah, akhirnya aku merasakan juga tidur beralaskan karpet di Lab Analitik...

Akankah??

Am I waiting, anyway? However...I’ll be here and there for you, if you want me to. All you have to do (which I never know, whether you’re going to do it or no) is just ask for it…

(Ungu - Disini Untukmu)
Seandainya kau tahu...betapa ku sangat inginkan diriku
Seandainya kau tahu apa yang ada di dalam isi hatiku...

Dan akankah bisa kunyatakan rasa cinta dalam hatiku
Dan akankah bisa kukatakan bahwa kaulah yang terindah untukku...

Masih disini menantimu..
Berharap kau akan memikirkanku
Masih disini menunggumu..
Menanti jawaban atas cintaku
Masih disini menantimu...
Berharap cinta kita kan bersatu
Masih disini menunggumu...
Menanti dirimu kembali...


Di tengah malam... thinking whether you’re thinking about me as I think about you...

(Maliq n D’Essentials - Untitled)
Ketika kurasakan sudah ada ruang di hatiku yang kau sentuh
Dan ketika kusadari sudah : tak selalu indah cinta yang ada...
Mungkin memang ku yang harus mengerti bila ku bukan yang ingin kau miliki
Salahkah ku bila kaulah yang ada di hatiku...

Adakah ku singgah di hatimu? Mungkinkah kau rindukan adaku?
Adakah ku sedikit di hatimu? Bilakah ku mengganggu harimu?
Mungkinkah kau inginkan adaku? Akankah ku sedikit di hatimu?

Bila memang ku yang harus mengerti mengapa cintamu tak dapat kumiliki...
Salahkah ku bila kaulah yang ada di hatiku...
Kau yang ada di hatiku...

Bila cinta kita takkan tercipta, ku hanya sekedar ingin tuk mengerti
Adakah diriku singgah dihatimu?
Dan bilakah kau tahu : kaulah yang ada di hatiku

Kau yang ada di hatiku...
Adakah ku di hatimu?

Selasa, 25 September 2007

Lagi Suka Niiihhh…

Sekarang aku lagi suka:
  • Denger lagunya Float - 3 Hari Untuk Selamanya
    Ga pengen nonton filmnya sih... Tapi sumpah, lagu ini enak banget. Aku ga ngerti soal genre musik, tapi iramanya rada jazz plus swing gitu kali ya.... liriknya rada puitis-puitis gimana gitu... Tapi aku suka senyum kalo denger lirik ini : ”Tumbuh sejuta rasa di hati...yang dulu diingkari. Mungkinkah cinta itu disana? Dua hari merekah... bagai mimpi, terwujud tak disadari...”.
    Iramanya juga enak, bisa bikin semangat, tapi yang lagi ngerasa jatuh cinta juga kayaknya pas juga dengerin lagu ini...
  • Baca blog-nya orang
    Seneng aja ngeliat perspektif orang yang beda-beda soal dunia. Walopun tetep aja, aku suka ilfil kalo baca blog orang-orang yang ngeliat hidup ini lewat kacamata kelabu yang berkabut. Suka ngiri liat tampilan blog oranglain yang keren-keren, sementara punya aku tetap dengan tampilan standar. Jadi pengen eeeuyyyy.... Tapi kapan ya sempetnya? Eniwei, paling suka baca blog orang yang isinya lucu-lucu. Ga serius banget, tapi memberikan pencerahan.... Yah, paling enggak memberikan pencerahan dalam bentuk tersenyum kembali.
  • Nonton Ensiklomedi di Trans7
    Ada Desta dan Vincent nya Club 80’s!!! Gilaaa... dua orang ini emang ancur abis... Kocak banget. Sumpah, ketawanya ga abis-abis kalo liat kenorakan mereka berdua. Aduh, semoga ratingnya bagus terus yaa.......

Sweetest Goodbye - Maroon 5

”How does it feel to know you’ll never have to be alone...when you get home...”
A short, simple, yet sweet one from Maroon 5. Dan tiap kali denger lagu ini (usually on my way home), aku bakal inget lagi salah satu alasan why I love my job. Aku ga usah jauh dari keluarga. Apapun yang terjadi di hari itu, kelakuan mahasiswa yang ajaib, kejadian-kejadian membetekan, para atasan yang seperti reinkarnasi para tirani dari zaman feodal… kekusutan apapun yang aku alami di suatu hari itu, at the end of the day…aku tetap bisa pulang. Menatap wajah-wajah yang familiar. Melihat Abah, yang lagi duduk membaca salah satu bukunya. Mama yang lagi mendandani Dian setelah memandikannya. Dian yang dengan centilnya menyambutku dengan teriakannya : “Tante Amiiii….”.
I always have my family. It’s all that matters. No matter how hard the day was, I’ll never be alone when I get home…

Blacklist

(Written on 25 September)

Kalo dibandingkan sama PNS yang seangkatan, alias TMTnya 1 Januari 2005, aku mungkin yang paling grusa grusu, paling tidak pantes sebagai dosen. Malah kadang-kadang, aku suka yakin, bahwa sebetulnya B’Ninis dan P’Taufiq suka menyesal, kenapa dari 24 pelamar waktu itu, harus aku yang keterima… Jadi aku juga ga bakalan kaget kalo dibandingkan temen-temen se-angkatan, aku berada di urutan akhir favoritnya kalangan Dekanat.
Tapi...Rapat Evaluasi EXPO kemaren kayaknya bikin nama aku semakin naik posisinya dalam list orang-orang yang di blacklist deh. Karena aku merasa bahwa yang paling terlibat waktu EXPO kemaren adalah diriku, rasanya gemes banget waktu P’Taufiq menyampaikan laporan yang menurut aku tidak begitu relevan dengan kejadian dan kendala yang sebenernya dihadapi waktu itu. Jadi aja, waktu P’Taufiq mengakhiri laporannya, dengan hiperbolisnya aku yang duduk di deret belakang melambai-lambai, berusaha menarik perhatian untuk bisa dikasih kesempatan ngomong. Daaaannn...jadi aja aku langsung mengomel tentang ketidakjelasan sarana transportasi, plus misteri hilangnya nasi bungkus jatah mahasiswa. Iya, aku paling emosi terutama waktu menyebutkan tentang janji-janji surganya PD II soal angkutan, yang ternyata ga beda jauh kualitasnya dengan gosip semata. Ngomongnya doang kalo soal angkutan bakal beres, nyatanya tetep aja kami mesti ribut nyari pick-up sendiri. Bayar sendiri. Huh. Udah gitu, tau ga siiihhhh...menurut Dekan, itu adalah kesalahan kami karena tidak berkoordinasi dengan baik. SIALAAAAAANNNNN!!!! Maksudnya di waktu yang sama aku harus menghadiri acara pembukaan, stand by di stand yang jaraknya 5 menit lari-lari dari lokasi pembukaan, plus ngurusin konsumsi yang lokasinya juga secara ajaib terpusat di suatu tempat yang baru ketahuan hari ini? Ah, aku mah mikir, bodo ah...terserah deh aku mau dibilang tidak bisa berkoordinasi waktu pelaksanaan acara, mau dibilang ngeyel atau gimana...yang jelas aku melepaskan uneg-unegku langsung di depan Dekan. Dan, kata-kata terakhirku di forum rapat : ”Kayaknya harus diselidiki ya Bu...saya kok merasa di antara Gedung Farmasi yang baru dengan Lab Analitik itu ada Lobang Hitam. Jadi kayaknya nasinya kejeblos disana...”.
Pas pulang, K’Rasjidah juga mengomentari : ”Ami ya...memperjuangkan sekali sih kamu”. Hehehe... Aku sih tidak memperjuangkan diriku, sebenernya. Cuma aku ga rela aja inget betapa mahasiswa udah pada capek gitu kerja, kok malah staf dekanat kayaknya ga ngasih penghargaan apapun. Huuuuu... Siapa coba dari mereka yang rela nginep di lab kayak para mahasiswa? Emang ada dari mereka seperti para mahasiswa yang bisa dengan perkasanya ngangkat meja ukuran ½ biro cuma naik sepeda motor (Sumpah, sampe sekarang pun aku masih terkagum-kagum...)? Mereka sadar ga sih, EXPO tuh bisa jalan karena kerja kerasnya mahasiswa!!!
Sempet malu juga sih waktu P’Tomo ngomong gini ke aku setelah aku melampiaskan kekesalanku : ”Ga usah nangis gitu dong Bu...”. Hehehe..Bukan nangis sih sebenernya, cuma karena rapatnya jam 2 siang di bulan puasa, dan aku udah dehidrasi buangeeeetttt.... Ya jadinya suaraku gemeteran gitu....
Hemmmm.... Aduh, P’Taufiq, P’Noer...maafkan daku ya...kayaknya staf yang satu ini masuk blacklist lagi deh....

Appreciation

(Ditulis tanggal 24 September)

Waktu kuliah Kimia Dasar I
Aku : Oke, jadi materi hari ini segitu dulu aja ya. Kita ketemu lagi minggu depan, dengan acara yang sama, kuliah Kimia Dasar I bersama saya.
Mahasiswa : Ya Bu...!!
Salah satu mahasiswa : Pasti Bu! Kuliah Ibu yang paling rame soalnya...

Waktu rapat Evaluasi EXPO
P’Noer (Sekretaris PS Kimia) : PS Kimia sendiri sangat berterima kasih pada Ibu Utami, yang sudah bekerja keras untuk EXPO kali ini. Bukan bekerja keras malah, bekerja sangat keras

Waktu habis buka puasa
My Enigma : Waduh Mie, aq kalo membaca sms mu, selalu pengen senyum, habis lucu sih, haha… Jangan dihitung dulu, masih lama lebarannya Non…

Komentar singkat. Kadang-kadang mungkin tidak relevan dan signifikan. But those kind of appreciations that really make my day. Yang bisa bikin aku semangat lagi. Bikin aku percaya, that my life really worth to live in, not just for me, but also for other people…
Wah, kan minggu lalu tuh aku yang bete abis entah dengan alasan apa, dan minggu ini Tuhan menunjukkan padaku, that what I have done is worth enough to be done…

PS : Oh iya... satu lagi... Tuhan, terima kasih...setelah satu mingguan gitu kami diem-dieman...dia muncul lagi...Seneng...Hehe...

Bentrokan, Tabrakan, Clash, Apapun lah...

(Ditulis tanggal 22 September)

Awal semester yang menjengkelkan. Bukannya apa-apa... Semenjak kurikulum baru itu, secara ajaib jadwal jadi banyak yang bentrok gituuuu!!! Sebel deh. Gila aja, aku kan udah dengan rapinya menyusun jadwalku secara terstruktur. Trus, karena jumlah mahasiswa PS Kimia Angkatan 2007 yang memecahkan rekor dengan mencapai angka 59 (Iya, keren ya? Farmasi aja cuma 56), aku pikir ga enak banget praktikum hanya dengan memakai satu ruangan. Waduh, membayangkan Kimia III dijejali 30 mahasiswa sekaligus kok malah bikin bete ya... Jadilah aku bernegosiasi dengan K’Riza, supaya pada hari itu aku juga bisa memakai ruangan Kimia I. Tadinya sih, dengan baik hatinya K’Riza ngomong : ”Ya udah, gapapa. Selama memang pada jam tersebut kosong, pake aja...”. Tapi kemudian, aku mengingatkan dirinya akan fakta pemakaian ruang Kimia I pada hari Kamis itu : 08.00 - 10.30 : Praktikum Kimia Dasar I (PS Kimia), 11.00 - 13.30: Praktikum Biokimia PS Kimia, 14.00 - 16.30: Praktikum Kimia dasar PS Ilmu Komputer, ekspresi wajahnya berubah menjadi tidak ikhlas... Hahaha... Sorry ya Ka... Lembur, lembur deh sana dirimu...
Tapi, pas aku minta tanda tangan P’Taufiq untuk izin pemakaian ruangan (udah tinggal formalitasnya sih...kan udah nego), salah satu staf administrasi kami dengan cueknya ngomong gini: ”Bu, ini harus diundur jadwal praktikumnya dari jam 8 ke jam 10, soalnya pas jam 08.00-09.40 mereka kuliah Kalkulus’. Gimana gua ga meradang???? Apalagi si staf admin itu dengan penuh percaya dirinya menganggap bahwa hal itu ga bakalan jadi masalah. Ih, ya udah atuh, dia aja yang jadi koordinator praktikum. Sebel. Jadi aja aku balik lagi ke Lab dengan wajah kusut bertekuk-tekuk, memandangi matriks pemakaian lab dengan tatapan hampa... wah, untungnya ternyata setelah nego sama P’Noer, aku bisa dengan sukses menggeser jadwal praktikum Biokimia ke hari Selasa...jadilah Kimia I masih bisa dipake. Asyik asyik asyik. Senang lagi. Dan kayaknya K’Riza ikut senang deh...karena tanggungan dia di hari Kamis malah jadi berkurang, kan Praktikum Biokimia digeser ke hari Selasa, pindah ke Kimia II pula.
Tapi.... kebahagiaanku yang berbunga-bunga itu ternyata semu semata... waktu kuliah perdana Kimia Dasar dan aku dengan penuh percaya diri mengumumkan jadwal praktikum ke mahasiswa PS Fisika, mereka ngomong gini: ”Lho Bu, kami kan pas jam segitu kuliah Ilmu Kealaman Dasar”. Gubrak!!! Sialaaaannnnn!!!! Jadi maksudnya bentrok lagi nih? Aku langsung sakit kepala lagi. Cemberut lagi. Balik ke lab lagi. Memandangi matriks lagi. Daaan... tersenyum lagi!!! Eh, masih bisa, kan hari Jum’at di Kimia III kosong tuh, pas dengan jadwal yang diusulkan para mahasiswa itu. Dan, K’Rudi yang pegang Kimia III juga ga masalah tuuuhhh....
Dan hari ini...tiba-tiba muncul pengumuman, bahwa kuliah Ilmu Kealaman Dasar-nya mahasiswa PS Kimia dipindah (lagi) ke hari Kamis, jam 10.00 - 11.40. Yang artinya, BENTROK LAGI sama jadwal praktikum!!! Arrrrggghhhh...... gua tiba-tiba pengen brenti aja ah jadi dosen. Untungya, K’Pujo, staf akademik di Fakultas dengan baik hatinya memahami ketidakrelaan diriku mengubah jadwal praktikum. Ya iya lah Ka..... Kalo jadwal praktikum kan negonya banyak...
Ih, perasaan tahun-tahun kemaren tuh ga seribet ini deh. Jadwal perasaan baik-baik saja selama ini, kenapa tiba-tiba jadi kacau balau begini ya? Tadi siang juga aku dan K’Nur membahas (mengeluhkan, lebih tepatnya) betapa awal tahun akademik ini jadwal perkuliahan tiba-tiba saja jadi ruwet gitu.

Kenapa Dia yang Nelfooon!!!!

(aslinya ditulis tanggal 19 September)

Tuhan memang suka becanda yaaa…… Udah nyaris seminggu aku dan ‘seseorang’ (itu lhoooo..... My Enigma yang satu ituuuuu....) dengan alasan yang entah kenapa, memutuskan untuk saling cuek dan mendiamkan satu sama lain…Hiks… Sediiihhh… Tapi ya mau gimana lagi? Padahal kalo mau jujur… lagu-lagu yang mellow selalu bikin aku ngelamunin dia… Tapi ya itu,,,semakin hari semakin tidak jelas. Daaannnn….out of the blue, mantan gua dengan manisnya menelfon! Sebel. Iya, soalnya gayanya yang sok jadi orang penting yang sibuk gitu. Hm…masih dengan ‘penuh perhatian’ mengingatkan aku untuk jaga diri, istirahat yang cukup (Haha. Yeah, rite.). Tapi gua udah keburu ilfil niiiiiihhhhh…..!!!
Udah ah, ganti topik. Males gua. Dan sedih. Kenapa tidak ‘dia’ saja sih yang nelfooooonnnn????

Selasa, 18 September 2007

Keputusan untuk Yang Baru

Aku sudah memutuskan!! Akhirnya, aku meng-aktifkan satu lagi NSP tambahan untuk nomor Simpatiku. Selain lagunya Ungu yang Disini Untukmu, aku menambahnya lagi dengan…”Jangan Bilang Tidak”nya Raffi Achmad dan Ayushita, salah satu OST-nya Bukan Bintang Biasa… Wekekek…
Usulan Rei untuk memakai lagunya Ungu yang Kekasih Gelap kutolak, dengan alasan, aku udah cukup dihantui lagu itu sepanjang EXPO kemaren…
Hmm… Sebenernya, pertanyaannya apa sih ya, kok jawabannya ga boleh ‘Tidak’?

Naik Turun

Hidup, itu ada naik, ada turun. Dan sekarang, aku lagi ’turun’. Waduh, maafkan kalo akhir-akhir ini isi postingnya mellow abis. Sentimentil. I’m running down into the bottom of my curve. Arrrggghhh.... Ini kenapa aku benci banget kalo kerjaan mulai berkurang. Pikiran aku jadi suka kemana-mana!!!
Tapi, jadi sadar. Semenjak putus, something in me has changed. I almost losing my faith in true love. Serius gua. Yeah, true love is for anyone else but me. Waduh, desperado banget ya…. Ga tau, tadi kan ke Gramedia tuh, dan percaya ga…aku malah berasa eneg gimanaaaaa…gitu lho ngeliat novel-novel percintaan, apalgi model-model teenlit dengan romantisme remajanya itu… Hmm…secara aku sebenernya tipe anak yang sensitif dan gampang tersentuh banget, gejala kayak gini bahaya niiihhhh….
Tiba-tiba saja aku jadi sinis, dan skeptis. Ngerasa kalo pada kenyataannya, hidup memang ga pernah semanis cerita cinta di novel. Wah, beda banget ama jaman dulu tuhh... tau ga, salah satu kata-kata yang muncul di lembar persembahannya skripsiku apa coba? Salah satu penggalan lagunya Pet Shop Boys, ’Se A Vida E’ : ”So don’t search in the stars for signs of love... Look around your life you’ll find enough..”
I feel like I need help… Ya itulah... mood hari ini kayaknya masih sambungan mood aku semenjak 2-3 hari yang lalu... I never needed a friend like I do now…

To My Incognito…

What I thought wasn’t mine, in the light wasn’t one of a kind, a precious pearl
When I wanted to cry, I couldn’t ‘cause I wasn’t allowed

What I thought was alone, so innocent. Was it a delicate doll? A porcelain?
When I wanted to call you and ask you for help… I stopped myself

What I thought was a dream, I’m aroused
Was it real as it seems? A privillege
When I wanted to tell you, I made a mistake… I walked away…

Gomenasai… for everything
Gomenasai… I know I let you down
Gomenasai till the end… I never needed a friend, like I do now…

After so long, at least I feel that it has been so long, I find myself missing you…
I know that you’re far away… but I just miss you so bad… Maybe because I really feel that I need a friend. A friend like you…
Aku pengen cerita. Pengen ngomel. Pengen nangis. Pengen denger kamu ketawa. Pengen denger kamu mencela. Pengen denger kamu berkomentar. But most of all, I really need to have you, telling me that everything’s gonna be okay…
Aku pengen cerita tentang dia yang membuatku hanyut. Aku pengen cerita tentang lelahku. Aku pengen cerita tentang senyumku. Aku cuma pengen…ada kamu. Untuk dengerin aku.
Dan dengan noraknya, aku nangis lagi denger lagunya T.A.T.U.. I’m sorry for missing you…but I never needed a friend like I do now…. There’s so many times that I wanted to call you and ask you for help… tapi ga bisa…Because I know, since the day that you go away, things will never be the same anymore…

(Eh, ini bukan buat si mantan lhoooo!!!! Enak aja…. Ga usah ke-GR-an deehhh….)

Rabu, 12 September 2007

Nostalgia Cinta

(Written : 11 September)

Salah satu pekerjaan yang paling menyita waktu adalah beres-beres. Enggak sih, bukan masalah beres-beresnya yang lama. Tapi seringkali, kalo kita lagi ngeberesin tumpukan kertas, dokumen dan entah kenang-kenangan jaman dulu yang mulai berubah jadi barang prasejarah, biasanya bakal ketemu hal-hal yang bisa bikin kita mikir dan cengengesan ga jelas kalo keinget jaman dulu…
Malem ini, menyambung usahaku beberes kamar (the last time I did that was, saaayyyy… a year ago??), aku ngeberesin semua bentuk laci yang ada di kamar. Laci pertama sih ga terlalu seru, karena cuma dokumen-dokumen biasa…model-model ijazah, transkrip, SK dan Surat Tugas. Tapi pas mulai ngeberesin laci meja, baru aku mulai ga fokus, antara usaha bikin laciku jadi lebih layak untuk tempat penyimpanan daripada sekedar tempat penumpukan kertas-kertas tidak jelas, dengan keinginan untuk membuka-buka lagi kenangan jaman dulu. Ada foto-foto yang tertimbun, walopun sebagian besar dari foto itu tipe yang dibuang sayang, dipajang malu-maluin. Pantesan aja aku naruhnya di laci, dan bukannya di album, karena foto-foto tersebut sebagian besar menampilkan diriku dalam angle yang menurutku sangat tidak tepat untuk menampilkan diriku dalam kondisi terbaik. Ada kumpulan surat-surat, kartu-kartu ucapan, bahkan kartu ucapan dari Kai Nini untuk ultahku yang ke-12!
Tetep aja, yang paling seru adalah diary-ku. Aku kan mulai nulis diary sejak kelas 6 SD. Gila ya, kecerewetanku yang tidak cukup hanya tersalurkan lewat omongan udah mulai nampak sejak umur segitu, coba!!! Yang ketemu ada 2 buah, diaryku jaman kelas 2-3 SMP, sama yang kelas 3 SMA. Dan setelah kubandingkan... yang SMP menunjukkan saat-saat terberatku jadi ABG, sedangkan yang SMA isinya lebih lucu, ceria, norak, and jut soooo mee.... (Ya iya laaaahhhh...). Aku jadi cengengesan sendiri membaca betapa noraknya aku yang dulu naksir abis sama guru SMAku itu...yang entah apa kabarnya sekarang...
Hmmm....
First love never die....
Dan aku sadar, Bambang bukanlah cinta pertamaku, neither my true love.
The first time I was in love was at my last year at high school (Enggaaaaakk…. Bukan sama guru SMAku itu…. Itu mah cuma sekedar crush aja… sekarang aja gua malu kalo ingetnya).. With someone whom I prefer to call : “The Incognito”. And the feeling lasted for sooooo long. Sampai sekitar 2 tahun yang lalu, aku masih merasa melayang hanya untuk mengingat dirinya. Sekarang sih udah enggak…. I love him, still, but now I love him as the best friend I’ve ever had. Wah, jadi kalo diitung-itung, I hold on to the feeling for…SIX YEARS???!!! Hahaha…. Bahkan mulai dari awal aku pacaran sama Bambang, sampai aku serius sama dia…I still had him, somewhere in my heart. Aku juga ga ngerti kenapa aku bisa merubah perasaan itu. But hey, seperti Maroon 5 bilang : ”Nothing Last Forever”. Tiba-tiba saja, I finally get over the feeling, in a very beautiful way. I am totally happy for him, and I always remember the times we’ve ever spent together as the most wonderful moments in my life, without feeling hurt anymore. Everytime the memories cross my mind, it’s a smile that comes up on my face, without any tears of hurt rolling down my face anymore.
Kenapa coba aku bilang, that my ex-boyfriend pada akhirnya hanyalah sekedar kesalahan di masa lalu? Karena begitu menemukan foto-fotonya, tanpa mendapat pertimbangan lebih lanjut, foto-foto itu langsung masuk ke tumpukan : “DIBUANG”. Nasib yang sama terulang pada kumpulan surat-surat darinya. Hanya sekedar kubaca selintas, lalu langsung ditumpuk bersama kumpulan fotokopian tidak jelas lainnya. And I don’t feel anything. Datar dan lempeng aja… Aku jadi heran sendiri. Terus, selama tujuh taon kemaren kami pacaran, dapet apa dong? Yah, let’s take the good side. I don’t feel hurt. Itu sudah cukup. Sangat cukup.
Tapiiiii….beda banget waktu aku baca diary ku yang menceritakan masa-masa akhir SMA itu. Waktu aku mulai ragu, apakah memang benar, that I had fallen for ‘him’? Apalagi waktu aku baca hari-hari terakhir kami harus pisah… tiba-tiba saja, tanpa bisa aku cegah, aku nangis! I just suddenly feel the tears…. Bukan masalah ga kesampaiannya cintaku itu, tapi lebih karena merasa kehilangannya kali ya…
Here’s the part yang sukses banget bikin aku berlinang air mata kenangan:

”…Nggak tau kenapa, pas nutup telfon, aku ngerasa sedih banget.
Rasanya dia sudah begitu jauh...terlalu jauh...
And I realize, I’m losing him
Somehow I know, things will never be the same anymore. Dy, do you think he will miss me? Aku cuma bisa duduk terdiam, membiarkan air mata yang perlahan-lahan kembali menggenang dan jatuh satu-satu. When will we meet again? Dy, aku mencoba ikhlas melepas kepergiannya. It’s the best for him. Someday, I can get over this feeling. But…not now… Now, I miss him so much…”

Gimana gua ga nangis, coba… Apalagi aku inget banget, waktu itu pas purnama, aku duduk di kolam di samping rumah, sambil nangis…
Sampai saat ini, memang aku ga pernah punya keberanian to tell him straight to the point about what I felt for him. Tapi aku tau kok, kalo dia ngerti. I know that he knows.
Hiks. Aduuuhhhhh….jadi sentimentil euy…..
Yah, memang judulnya sih Kasih Tak Sampai. I finally can get over my feelings for him, but still, I will never stop to need him as my best friend. Walopun anak jelek yang satu itu seringkali hilang tidak jelas dari peredaran bumi dan peradaban dunia, tapi suka tiba-tiba tanpa rasa berdosa muncul kembali.

To The Incognito
I know that you know. Please, just keep it for yourself. And I will keep it for myself. I could never have you, the way I once wanted to. Tapi sekedar tetap menjadi bagian darimu, as ‘a good old friend’ of you, itu sudah cukup. For I now have you as a good old friend of mine…
Apa yang dulu aku rasakan, just leave it as it was… What matter is, you will always have me as your friend. For I know, that you’re always willing to be my friend… (Yah, walopun hilang-munculnya kamu itu suka bikin bete). Remember that night, when I was at the very bottom of my curve? You’re the one I called when I could do nothing but crying, and you did something only a best friend can do. You say that you’ll be there for me, and I can run to you. And what really matter is…you were not only saying it. You DID it. Thank you…
I was so lucky that I once know you, that I was once in love with you, and now that I love you as one of the best friend I’ve ever had…
You always have me and my prayers with you…Always… Termasuk untuk ‘rencana besar’mu di tahun 2008 nanti!! You truly have all my prayers with you…

Tanah Masa Depan



(Written : 7 September)




Investasi aku saat ini : tabungan yang sangat ga seberapa, deposito ala kadarnya banget (pas banget dengan minimal setoran), dan…sebidang tanah kavlingan! Iyaaa.... aku punya tanah sodara-sodara! Ukurannya 10x15 m, dan betul-betul buat masa depan banget, karena sekelilingnya masih ga jelas mau dibikin apa. Hehehe... Kemaren aku nekat ngambil, walopun waktu itu ga tau pasti lokasinya dimana dan masih belum ada SHMnya. Kenapa aku berani? Karena dari 16 kavling yang ada, yang ngambil tuh orang lab semuaaa.... Ada K’Hasnah, P’Mudatsir, K’Riza dan K’Rina (yang membuatku trgeser dari kavlingku semula supaya tetap berdampingan...dasar anak kembar...), Marjuni (si Jun-jun penyelamatku di Lab Analitik dulu), Kamil, Prima, B’ Arnida, K’ Rudi. Jadi kalo rugi, rugi bareng... Hehehe.... Kemaren, hari Minggu, aku sama Kamil ngeliat proses perataan tanahnya. Dasar manusia-manusia narsis, waktu kami nunggu jemputan di depan SMA berlokasi terpencil itu, aku dan Kamil ya masih sempat berfoto ria... Terus hari Kamisnya, bareng-bareng sama para pemilik tanah lain, kami ngeliat kembali tanah yang udah rata. Pas hari Minggu kan aku udah liat bahwa ada salah satu kavling yang sama sekali tidak bakalan rata, karena ada lobang segede kolam renang ukuran internasional. Karena di hari itu aku (yang observasi ruangnya lebih parah daripada payah) udah yakin banget bahwa lobang itu tepat di posisi kavling K’Riza, maka dengan penuh rasa suka cita (???) aku mempersilakan K’Riza untuk memanfaatkan lubang itu sebaik-baiknya. Tapiiii..... setelah menunjukkan orientasi arah yang tepat, benar dan bisa dipercaya, K’Riza dengan penuh kemenangan menyadarkan diriku bahwa....kavlingku lah yang berlubaaang!!! Huaaa.... aku cuma bisa menatap hampa ke lubang itu...sementara K’Riza dan Marjuni dengan sekuat tenaga mentertawakan diriku... Hmm... tapi usulan Marjuni untuk bikin kolam renang umum bisa dipertimbangkan juga kok...
It was such a fun day... walopun puanas setengah mati, dan aku salah kostum (hari itu aku memang pake celana panjang, tapi atasannya model kebaya putih yang cantik...ga cocok banget buat ke lapangan). Senengnya karena aku bisa di tengah ruang terbuka, ngeliat langit yang biruuuu banget. Yang cewek-cewek, kayak si Kiki, Yati dan K’Rina lebih memilih berteduh di bawah naungan ala kadarnya, K’Hasnah dengan mata elangnya mengawasi pematokan tanah. Aku? Perasaan kemaren kerjaannya aku cuma ngerecokin P’Mudatsir, K’Riza, dan Marjuni deh. Kan yang ngukur tanah mereka sama P’Alai. Dan aku berseliweran di antara mereka sambil mengajukan pertanyaan-pertanyaan bodoh. Wah, ternyata ngukur tanah tuh gitu ya caranya... Tapi aku, walopun narsis abis, tetep aja dengan bodohnya ga bisa menemukan tanda ’0’ di meteran yang dipakai, sementara Marjuni, sekali lirik, langsung ketemu...
Oh iya.... K’Riza dan Marjuni berubah jadi Gaban!!! Hahaha... Kan mereka demi menghindari terik matahari, menolak untuk melepas helm standarnya. Ih, aku berasa ngeliat Gaban aja kalo ngeliat mereka, walopun dengan skeptisnya K’Riza ngomong : ”Gaban? Siapa tuh Gaban? Ga kenal tuh!”. Masa siiihhh...??? Perasaan kan Gaban, Megaloman, Google, Voltus dan sejenisnya seangkatan, dan ngetop di jaman aku masih di bawah umur dulu, yang yakin banget bahwa dunia masih ada karena kehebatan mereka. Hmm... ato mungkin K’Riza besar di era yang berbeda dengan diriku ya?
Hmmm....kalo boleh jujur ya... tujuan utamaku kesana kemaren bukan untuk meninjau tanahnya sih..lebih ke arah pengen refreshing. Dengan segala seuatu yang tengah berlangsung saat ini, rasanya tenang banget kalo bisa liat langit biru yang luaaaaasss banget (Haven’t I told you about how I love the blue sky so much?).
Dan langit yang biru di hari itu.. it reminds me of the time that I spent with him... Halah. Susah deh. Ujung-ujungnya balik kesana lagi.
Eh, tapi serius nih, aku mulai deg-degan soal lobang sialan itu… dan aku baru sadar, bahwa sampai saat ini, aku masih belum terlalu jelas bentuk pembagian tanahnya akhirnya gimana… walopun sok sibuk lari-lari bawain pasak buat dipasang, untuk melihat jalan raya dan jalan antar kavling ada di sebelah mana, aku juga mesti tanya Marjuni dulu. Hmm… kayaknya Marjuni semakin takjub, kok bisa ya aku yang lemot ini bisa keterima jadi dosen…

Ulang Tahunnya Selesai!

Akhirnya… EXPO berakhir juga…! Walah, setelah nyaris ga sempat bernafas waktu persiapannya, akhirnya selesai juga.. Rasanya baru minggu lalu aku terbangun di Lab Analitik, eh, hari ini sudah harus beresin sisa-sisanya. Salah satu acara puncak dari Himpunan sih, lomba debat anak SMA, Students in Debate. Dan entah karena mereka mempercayai diriku atau hanya sekedar kehabisan orang yang bisa dan bersedia, aku ditodong sama panitia buat jadi juri. Wah, sebenernya ga pede euy... Lha, juri lain dari staf dosen kan P’Noer tuh... terus ada juri dari Jurusan Sosek Faperta (M’ Rifi) dan 2 orang juri lagi dari Walhi. Helloooo.... ya jelas ga imbang banget dengan diriku ini. Kayaknya aku cuma jagoan di bidang mengomentari peserta aja kali ya....
Waktu hari H, rencanaku yang sudah disusun berdasarkan estimasi waktu yang matang ternyata berantakaaan...! Aku berangkat dari rumah jam 06.30, jadi paling telat nyampe kampus jam 8 pagi gitu. Karena acara mulai jam 08.15, aku masih merasa aman. Tapi pergeseran rencana mulai terjadi ketika angkot yang aku naiki dari Kayutangi jalannya berasa lagi ikut jalan santai. Ih, aku udah geregetan aja pengen mendorong dan memotivasi si supir angkot supaya lebih bersemangat lagi memacu mobilnya. Rada lega waktu begitu nyampe depan PDAM, angkot yang ke Banjarbaru masih ada. Whups, aku langsung masuk dan duduk dengan tenang. Masih jam 07.10 kok...masih amaaannn.... Paling nyampe kampus jam 8 lewat-lewat dikit kok... Tapi kami para penumpang angkot mulai curiga begitu mendekati Pal 4,5, sekitar simpangan Gatsu gitu, kok berasa padat banget ya... Ga biasanya tuh hari Sabtu pagi jalanan padet kayak gini... Ternyata : ada baliho rubuh sodara-sodara! Ih, berasa serem banget ngeliat baliho segede gajah itu terbaring dengan tenang menjemput ajalnya di tengah jalan raya. Mana waktu aku baca di koran besok paginya, ada yang meninggal gara-gara kejatuhan si baliho itu. Hmm...balik ke keterjebakan angkot kami di tengah kemacetan, karena jelas, jalan A. Yani udah ga bisa dilewatin lagi, semua-mua arus kendaraan dibelokkan ke Gatot Subroto. Halah. Tambah maceeeeettttt.... Mana pagi gitu memang pada ga mau ngalah kali ya... Jadi aja macet total nyaris setengah jam. Aku udah mau kena serangan jantung aja saking paniknya liat udah jam 07.45, tapi aku nyampe pal 6 aja belum!!! Jadi aja aku gayanya udah kayak yang belagu banget gitu. Di dalam angkot aku nyalain laptop, mindahin data yang DIPA ke flash, sambil berkutat dengan dua buah handphone ku, yang Simpati dipake buat nelfon kesana kemari karena pulsanya lebih lumayan, yang XL karena sebagian besar nomer Hpnya anak-anak Himpunan ada di situ. Akhirnya, berkat pertolongan Tuhan jua lah, kami berhasil keluar dari Banjarmasin. Si sopir angkot juga udah main ngebut aja, mungkin ikutan panik denger aku yang dengan penuh kerusuhan nelfonin orang-orang. Nyampe depan lab dasar udah jam 8.30 lewat dikit...untung banget aku menemukan Alfi, yang langsung kuculik untuk nganterin aku ke Gedung Biru (Dani, makasih pinjeman motornya ya....). Tapi ternyata, sampe sana juga acara belum mulai, karena salah satu juri yang dari Sosek dan tim dari SMADA Banjarmasin juga mengalami nasib yang sama dengan aku : jadi bagian dari kemacetan total yang tengah terjadi di Banjarmasin.
Eeeniweiii.... the show must go on! Acara tetap berlanjut dooongg….. Seru deh. Aku jadi juri dua kali. Yang acara penyisihan, sama untuk penentuan Juara I dan Juara II. Wah, yang paling seru tuh di Finalnya. Finalisnya dari SMU1 Martapura, yang tim-nya merupakan perpaduan dari kontestan Let’s Dance (habis, dia ngomong sambil goyang-goyang ga jelas kayak lagi meragain koreografi apaan gitu lho...) dan cewek manis yang cerdas dan jago Bahasa Inggris yang penuh semangat, melawan anak-anak SMU 7 Banjarmasin yang bikin aku terharu, saking mati-matiannya mereka mempertahankan Banjarmasin sebagai ibukota provinsi (topik debat saat itu kan soal perpindahan ibu kota provinsi ke Banjarbaru), walopun aku jadi curiga mereka adalah Shopaholic, karena sangat membanggakan Duta Mall.
Yang menang? SMU 1 Martapura, tapi selisih angkanya tipiiiiiiis banget, cuma beda 2 angka gitu kok...
Waktu acara, akhirnya anak-anak 2006 baru menyadari satu fakta tentang aku, bahwa aku bener-bener cinta difoto. Hahaha...telat banget sih nyadarnya? Si Endi aja sampai bilang : ”Bu Utami ini memang ga ada matinya...”. Ya iya lah.... secara sampai saat ini aku masih idup kok!
Juri lain mah mana ada yang nyadar pas difoto waktu lagi dengerin peserta? Cuma aku yang dengan pedenya bergaya sambil ngasih penilaian.
Oh iya... sore itu juga kan acara penutupannya... Daaan... Stand PS Kimia jadi Juara III stand terbaik lhooooo!!!! Senangnya..... Yah, walaupun kalo dihitung-hitung, kayaknya stand yang dinilai kan memang cuma ada 5 stand untuk kategori stand Prodi... Gapapa... yang penting kita dapet piala lho... Cihuiiii....!


Well, iya. EXPO memang bikin capek. Tapi aku masih ngerasa, that it was fun. Walaupun banyak hal yang bikin bete (termasuk misteri hilangnya konsumsi jatah mahasiswa sebanyak 300 bungkus nasi untuk acara pembukaan, banjirnya Lab Analitik, si you-know-who yang masih saja membetekan, de-el-el), dan aku juga suka ngomel-ngomel ga jelas… Tetep saja, banyak hal yang menyenangkan, lucu dan seru untuk diingat kembali. Mulai dari L-Men dan Element-nya si Wahyu, pemasangan jejak kaki ide Lutfhi, foto-foto bareng (my favourite part!!!), makan bakso dagangannya HIMAMIA (Mil, Nana, thank you ya…tahun depan boleh lagi tuh aku ditraktir…).
Yang bikin aku seneng, walaupun mungkin banyak yang menganggap hasilnya ‘cuma’ begitu saja, aku tahu, aku udah berusaha maksimal demi PS Kimia…
Hiks…tapi gara-gara EXPO ini aku jadi jarang ketemu ‘dia’…huhuhu….

Pengembangan yang Bikin Pusing

(Written : 7 September)

Minggu lalu dan minggu ini, sebenernya bikin aku nyaris lupa untuk bernafas. Nggak, bukan cuma soal EXPO sih, tapi juga soal proposal DIPA kami yang disetujui oleh DIKTI. Jadi kan demi Pengembangan Ilmu yang merupakan Bidang Unggulan dari Unlam, kami dapet dana tuhh… Dari pengajuan dana yang total besarnya 16,7 M, disetujuilah sebanyak 11,1 M. Perombakan anggaran? Jelas... Lha, kemaren aku udah nyusun anggaran untuk pengajuan alat sebesar 1 M, sekarang dipotong hingga tersisa 507 juta. Ya udah, aku kemaren kan udah sempet dengan GRnya punya harapan bahwa kami akan punya instrumen FT-IR, GC-MS, dan AAS. Ternyata harapanku pupus... Hiks... Ya udah, aku nyusun lagi. GC-MS, I’m sorry good bye...mudah-mudahan kita bisa ketemu di hibah yang akan datang... Jadi aja urutan pertama adalah FT-IR, terus UV-Visible Spectrophotometer, baru AAS pada urutan terakhir, karena memang kita sebenernya udah punya, walalupun udah nyaris berubah jadi fosil saking purba-nya...
Eh, setelah aku siap dengan rancanganku, secara semena-mena, P’Taufiq menggabungkan dana untuk pembelian alat dengan dana punya PS Fisika, demi membeli X-Ray Difractometer itu!!! Huaaa..... Jadi aja dana kami yang tersisa tinggal 107 juta. Dengan duit segitu, mau beli apaaaaaa???? Aku dengan perasaan terpukul cuma menatap P’Taufiq, dan ngomong : ”Pak, tau ga sih, keputusan Bapak itu udah menyakiti hati saya....”. Walhasil, aku bolak-balik lagi ngeliatin daftar harga alat untuk menengok kemungkinan alat apa yang mampu terbeli dengan dana yang cekak kayak gitu... Hiks. Demi proposal ini pula, eh, salah ding, perbaikan, soalnya udah disetujui (katanya sihh.....), aku terpaksa nginep lagi di Banjarbaru. Lamina, Rei...makasih ya... sekali lagi, aku tidak tau apa jadinya tanpa kalian....
Jadilah, di hari Selasa kami presentasi lagi di depan Rektor, PR I, Pimpro, Staf Ahli rektor, dan para orang penting lainnya. Gabungan usulan antara aku dan P’Taufiq adalah, pengajuan untuk beli UV-Visible Spectrophotometer (usul aku) dan...genset (usul P’Taufiq). Usul aku dipertanyakan sama P’Rasmadi, karena Farmasi juga mengajukan pembelian alat yang sama (spec-nya sama pula, keliatannya), sementara usulan genset juga dipertanyakan karena kami ga bisa mendefinisikan spec yang sebetulnya kami inginkan... aku sih ga peduli. Yang usul kan P’Taufiq... Eh, tapi seru aja kemaren ngeliat perdebatan antara perwakilan tiap PS dengan Pimpro dan Staf Ahli. Apalagi waktu PSPD tuh, yang diprotes sama Staf Ahli karena kegiatannya tersebar mulai dari di UGM, Unpad, sampai Univ. Andalas... Hehehe... iya juga sih, aku juga gagal menangkap korelasi antar kegiatan itu selain wisata keliling Indonesia. Pas kami mau maju, dengan tegas P’Taufiq memerintahkan aku untuk mengganti wallpaper laptopku (yang mau dipake buat presentasi di depan orang-orang penting itu), karena gambarnya adalah foto diriku yang sedang bergelantungan di atas pohon. ”Apa kata mereka Mi kalau ngeliat kamu lagi naik pohon gitu???”. Uh, padahal kan fotonya lucu Pak... dan aku terlihat manis sekali di foto itu.... Pulang dari Rektorat? Cepet kok. Sekitar habis maghrib gitu kita udah pada pulang...hehehe... Kayaknya aku udah mulai biasa deh di jalan waktu malam menjemput senja.
Perbaikan terakhir, yang katanya harus final, aku bikin hari Rabu malem. Bolak-balik ngutek-ngutek harga segala macem, supaya pas sesuai pagu. Eh...waktu presentasi, ternyata yang furniture punya kami salaaaah tooooootaaaaal....!!! Sialan. Mana P’Taufiq dengan teganya meninggalkan aku buat ngurusin perbaikan final. Ah, ya udah lah...bodo amat. Secara aku ditinggalin sendirian...Artinya sesukaku kan? Ya udah, walaupun P’Taufiq udah ngasih pesen supaya aku menghapus semua alat lab yang tadinya kami ajukan, dengan ngototnya aku cuma menghapus salah satu instrumen. Hfff..... Aku jadi mulai bete dengan kondisi kayak gini. Kondisi dimana atasan kita cuma tau nyuruh dan terima beres. Hiks. Uh, ga boleh kayak gini terus dong ahh... Setelah sekian lama kerja under pressure kayak gini, aku belajar bahwa, seharusnya motivasi kita untuk kerja memang adalah ibadah. Seperti yang pernah aku sendiri bilang ke Rossy : ”Kerja di MIPA ada sisi baik dan buruknya. Sisi buruknya adalah, kerjaan tuh ga ada habisnya. Tapi sisi baiknya, kita punya banyak sekali kesempatan untuk beramal ibadah dan menabung amal jariyah.”. Ya udahlah... there’s a silver line in every lightning. Hardworks are always worth to be done… Paling tidak kalo alat yang kami usulkan nanti akhirnya nongol, aku tahu, walaupun mungkin cuma aku yang tahu, bahwa ada bagian dari hasil kerjaku yang bisa bikin alat itu hadir di tengah-tengah kami….

Langit Biru di Hari Ini

Langit yang cantik di hari ini begitu biru... Karena aku menatapnya bersamamu...
Angin sore ini terasa sejuk...Karena ia menemaniku tertawa di sampingmu...
I know that those moments last only for a while... But what matter is, I spend it with you.
Dan kau menjadi seorang yang lepas... Tatapan damaimu, senyum sejukmu...
Untuk sesaat, impianku sempat menjadi nyata.
Untuk berada disisimu, membuatmu tertawa kembali...
Aku biarkan tawaku lepas bersama angin di angkasa...menata khayalan itu di atas awan...
Dan saat kutatap matahari yang dijemput senja, ada semburat wajahmu disana..
Sepotong tanya masih tersisa
Tapi biarkan, untuk saat ini pendam tanya itu dalam rinai gerimis yang membasahi
Untuk sesaat, biarkan aku lupa akan ragu itu
Aku hanya ingin mengingat saat ini
Ketika kita bisa berdampingan, saling tersenyum di langit biru hari ini...
Besok...kita kembali melangkah
Sendiri.
”Aku”, dan ”kamu”
Bukan ”kita”

Demi Ulang Tahun Ini…

(Written on : 3 September)

Halooooo blogku tercinta....! Aduh, udah lama banget euy aku ga mengungkapkan rasa dan isi hatiku dengan setulus perasaan…
Akhirnya, HUT MIPA yang mau dibikin se-spektakuler mungkin itu dateng juga. Dan ternyataa…. Aku salah sodara-sodara! Ulang tahun MIPA yang sekarang adalah Ulang Tahun yang ke-ENAM!! Halah.
So, secara aku adalah yang disuruh ngurusin stand PS Kimia, jadi aja aku yang memang pada dasarnya adalah Miss Panic yang selalu hiperbolis ini dengan dramatisnya berseliweran untuk menyiapkan stand. Kita mulai mengangkut-ngangkut barang di hari Kamis. Ngatur meja, ngangkut komputer, nge-bon bahan, pinjem ruangan P’Rodi. Diiringi peringatan keras dari K’Riza, aku bersumpah dengan segenap jiwa raga-ku untuk menjaga ruangan yang kami pake. Daaannnn…. Nggak nyampe 24 jam kemudian, aku terpukul dengan kenyataan bahwa sumpahku tidak ada artinya! Hiks… Jum’at pagi kan aku udah muncul dengan penuh dedikasi dan semangat untuk membaktikan diri, walaupun sempet dikira orang aku adalah tukang rias penganten. Kebayang aja, aku berangkat dari Banjarmasin ke Banjarbaru, naik angkot, dengan bawaaan yang meliputi satu tiang untuk X-Banner, 3 buah vas bunga, 7 lembar taplak meja, lengkap dengan berbagai macam bunga plastik harta karunnya Mama. Pas nyampe Lab Dasar, semuanya berjalan normal, sampai Lutfhi tiba-tiba muncul, dan ngomong : ”Kayaknya ada kesalahan teknis deh Bu...”. Apa coba? Keran air ternyata semalaman menyala, sementara wastafelnya bocor... Huaaaaa..... Jadi aja Lab Analitik terendam air setinggi mata kaki!!! Aduh, gua pengen gantung diri aja langsung saat itu juga... Dengan paniknya aku berusaha membuat lab kembali kering kerontang seperti sebelumya. Aku lalu nelfon Rei, minta supaya dia cepet dateng sebelum aku keburu meninggal saking stressnya. Udah gitu, yang bikin bete nih... mahasiswa yang dateng malah sempet-sempetnya bengong dulu ngeliatin aku ngepel lantai. Setelah aku ngamuk-ngamuk, baru mereka nyari anything yang bisa dipakai untuk menyelamatkan kondisi. Ih, bete deh. Dan....aku udah berasa ga punya muka lagi waktu K’Riza datang, menatap ruangan dengan wajah sedingin batu, sambil mengajukan pertanyaan pendek : ”Kenapa bisa kayak gini?” Secara K’Riza memang lumayan anteng dan pendiam, justru kalo dia marah jadi serem bangeeetttt.... Huhuhu... aku udah mau minta maaf on bended knee aja sama dia, saking ngerasa bersalahnya.... Belum lagi waktu tiba-tiba K’Hasnah nongol dari ruangan Akreditasi, melemparkan pandangan membunuh ke sekeliling ruangan yang cuma beda tipis sama swamp thing saking beceknya. Haduh. Aku pengen nangis. Serius.
Eniwei....setelah sekitar 1-2 jam berlalu, kami berhasil melewati masa krisis, dan meneguhkan hati untuk mempersiapkan EXPO kembali. Walaupun gua sempat langsung jutek begitu salah satu mahasiswa dengan manjanya mengeluh bahwa dia masih berasa capek karena baru nyampe dari Banjarmasin. What? Enak aja...gua juga dateng dari Banjarmasin, lengkap dengan berbagai macam barang bawaan yang bikin gua nyaris tenggelam, tapi toh gua masih dengan penuh energi masih berusaha sekuat tenaga menyelamatkan ruangan Lab Analitik yang nyaris nyaingin pesawat jatuh ke laut gitu... Rasanya maluuuuu banget sama K’Hasnah dan K’Riza... Tapi yah, paling tidak rada lega waktu pas aku minta maaf lagi sama mereka, mereka udah bisa senyum.
Such a hectic day, last Friday. Seharian mondar-mandir ga jelas, nyiapin bahan, alat, dekorasi… Aduh, aku betul-betul mengucapkan terima kasih atas bantuan Rei, Lamina, Alfi, Arya, dan Kamil, yang masih bisa dengan penuh semangat mau bantuin aku nyiapin ini semua. Guys… I really appreciate it! Serius, aku ga tau gimana jadinya kalo ga ada mereka, yang rela kerja habis-habisan…padahal ga dapet apapun selain pengalaman seru (Hmm…usaha membela diri…). Deket-deket Maghrib, aku numpang mandi di kost Rei (yang adalah juga kost-ku di jaman dulu…), sembunyi-sembunyi, sampe ngumpet di belakang pintu kamar Rei segala, supaya tidak bertemu dengan Ibu Kost yang bikin ilfil banget itu. Habis Maghrib, balik lagi ke Lab Dasar, pusat dari segala kegiatan di alam semesta MIPA saat itu. Rame deh. Semua stand lagi berjuang habis-habisan nyiapin stand. Seru aja ngeliat kita semua kerja bareng-bareng… Yang lucu waktu ada yang latihan teater, dan bikin aku pucet saking ketakutannya…. Waduh, maafkan daku ya, tapi secara aku dari dulu ga begitu paham sastra , dan rada-rada traumatis sama yang berbau puisi ataupun kalimat mendayu-dayu begitu, ya…mohon dimaafkan kalo bukannya kagum, tapi aku malah jadi freaking out waktu mereka mulai berseru-seru di deket stand kami…
Thank’s buat Lutfhi dengan ide cemerlangnya, jejak-jejak kaki menuju stand kami ternyata jadi salah satu object of attention di malam itu. Alfi yang bertugas memasang jejak, sementara aku dengan juteknya menghimbau (bukan ding, penuh nuansa ancaman soalnya) suapaya orang-orang tidak ada yang menginjak. Walaupun aku sempet panik waktu K’Riza berkeras bahwa tulisannya ga bisa dibaca. Ga bisa dibaca gimana maksud lo??? Si Iwan Fisika aja akhirnya bisa baca koooook….
Tambah malem, aku malah mulai tambah tenang, ngerjain tanpa banyak kepanikan lagi. Mungkin karena huru-hara nya juga udah berkurang banyak kali ya…. Masih ngerasa traumatis dengan tragedi kran air tadi pagi, aku memutuskan ga pulang, dan tidur di Lab Analitik aja malam itu... Kamil pulang jam 12-an, sementara Rei dengan baik hatinya menemaniku tidur di lab (Hiks...Guys...aku jadi terharu nih...You’re guys are friends indeed). Jam 1-an, aku masih nyelesain poster terakhir tentang Lab Instrumen (ceritanya sekalian menebus dosa ke K’Hasnah dan K’Riza). Aulia, si Ketua Himpunan, walaupun mukanya udah lecek saking capeknya, masih dengan penuh kebaikhatian membantu aku merangkai poster. Jadilah di tengah malam buta itu, dengan Rei yang terkapar di karpet di pojok Lab Analitik, aku ditemani Arya, Aulia, Andi dan Wahyu mengerjakan tahapan akhir untuk EXPO, dengan sisa-sisa tenaga kami di malam itu. Seneng juga sih, bisa cerita-cerita sama mahasiswa, dan kita ngakak habis-habisan waktu si Wahyu dengan polosnya mengira Grup Band Element itu sama dengan Kontes L-Men yang susu khusus pria itu.
Setelah terpasang, akhirnya kami menyerah dan terkapar setelah mendekati jam 2 dini hari...
Walah, akhirnya aku merasakan juga tidur beralaskan karpet di Lab Analitik...

Akankah??

Am I waiting, anyway? However...I’ll be here and there for you, if you want me to. All you have to do (which I never know, whether you’re going to do it or no) is just ask for it…

(Ungu - Disini Untukmu)
Seandainya kau tahu...betapa ku sangat inginkan diriku
Seandainya kau tahu apa yang ada di dalam isi hatiku...

Dan akankah bisa kunyatakan rasa cinta dalam hatiku
Dan akankah bisa kukatakan bahwa kaulah yang terindah untukku...

Masih disini menantimu..
Berharap kau akan memikirkanku
Masih disini menunggumu..
Menanti jawaban atas cintaku
Masih disini menantimu...
Berharap cinta kita kan bersatu
Masih disini menunggumu...
Menanti dirimu kembali...


Di tengah malam... thinking whether you’re thinking about me as I think about you...

(Maliq n D’Essentials - Untitled)
Ketika kurasakan sudah ada ruang di hatiku yang kau sentuh
Dan ketika kusadari sudah : tak selalu indah cinta yang ada...
Mungkin memang ku yang harus mengerti bila ku bukan yang ingin kau miliki
Salahkah ku bila kaulah yang ada di hatiku...

Adakah ku singgah di hatimu? Mungkinkah kau rindukan adaku?
Adakah ku sedikit di hatimu? Bilakah ku mengganggu harimu?
Mungkinkah kau inginkan adaku? Akankah ku sedikit di hatimu?

Bila memang ku yang harus mengerti mengapa cintamu tak dapat kumiliki...
Salahkah ku bila kaulah yang ada di hatiku...
Kau yang ada di hatiku...

Bila cinta kita takkan tercipta, ku hanya sekedar ingin tuk mengerti
Adakah diriku singgah dihatimu?
Dan bilakah kau tahu : kaulah yang ada di hatiku

Kau yang ada di hatiku...
Adakah ku di hatimu?