Selasa, 23 Desember 2008

Where Have You Been?

Dengan penuh rasa percaya diri, saya menganggap bahwa banyak yang menanyakan keberadaan saya yang akhir-akhir ini secara jarang banget ada apdet dari diri saya... Iya yah, saya kemana aja ya?
Well, sebenernya justru karena saya ga kemana-mana itulah jadi saya jarang berdunia maya ria... Iya sih, warnet cuma sekedar tiga kali kop roll dari rumah. Tapi maleeeees banget keluar rumah. Jadilah kegiatan saya di rumah ga jauh-jauh dari makan, tidur, gangguin ponakan saya sampai dia berurai air mata (dan biasanya diakhiri omelan ibu saya..), nonton TV. Dan saya jadi sukaaaaa sekali nonton Idola Cilik. Iye..iye...tontonan mureeee memang. Tapi kan suka ada Duta yang jadi komentatornya. Ihik...
Lagian, di Banjar lagi musim hujan, dan kadang-kadang tak hanya hujan sekedar hujan, tapi pake acara banjir segala... Dan Kayutangi, daerah tempat saya tinggal, termasuk daerah yang mengenaskan nasibnya kalau menyangkut soal banjir membanjir ini. Rumah saya sih untungnya ga kebanjiran. Ga banget-banget maksudnya. Halaman depan sih iya, plus dapur belakang tempat nyuci, itu airnya sampai lebih tinggi sedikit dari mata kaki. Tapi untunglah airnya ga sampai masuk rumah segala.
Kalau keluar rumah, paling cuma ke kampus di Banjarbaru. Dan sepanjang jalan saya suka mikir, kok bisa ya saya tahan tiap hari bolak-balik Banjarmasin-Banjarbaru pp? Biasanya ke kampus 2 kali seminggu, Senin-Kamis doang. Soalnya kalo Senin - Kamis kan Abah puasa tuh di rumah, jadi Mama ga masak. Nah, daripada saya disuruh mempraktekkan jurus-jurus memasak yang suka saya bangga-banggakan itu, mending saya ngabur dah...
Pertama kali ke kampus setelah sekian lama (nyaris setahun lhoo...), dengan noraknya saya pake acara deg-degan segala. Hehehehe... Mahasiswa tuh yang pada kaget ngeliat saya, dan kedatangan saya pun disambut dengan gegap gempita (hiperbolis yaa??). Tapi, sambutan dengan nuansa rasa senang dari mahasiswa itu tidak berlangsung lama. Minggu depannya, mereka langsung berwajah menderita penuh kepedihan begitu saya dengan teganya ikut jadi penguji tambahan waktu mereka seminar KP. Duh, senangnya bisa berada dalam posisi pemegang kekuasaan...gyahahahahaha (ketawa setan).... Ada sensasi tersendiri deh rasanya...
Terus ngapain lagi ya saya? Oh iyaaa... lagi suka main Cake Mania 3. Sebenernya CD gamenya punya Dian sih, tapi sebagaimana layaknya seorang tante, dengan sewenang-wenangnya saya yang main, bukan dirinya. Udah masuk level-level terakhir nih...
Ah, udah ah, ni aja ngempi pake laptop punya Program Studi. Alasannya sih ngecek imel, padahal sambil fesbukan segala...
Sekali lagi, mohon maaph ya saya belum sempet blogwalking...
Dadadddddaaaahhh....

Rabu, 10 Desember 2008

Anggap Aja Ngiri...

hmmm.... setengah kesel, setengah geli... jadi geleng-geleng kepala sambil tersenyum pait... kenapa ya, ada aja orang-orang yang merasa terlalu nyaman di comfort zone mereka sehingga 'males' untuk keluar? kenapa kalo ada orang yang beda dikit dan ingin membawa perubahan, langsung dipandang sinis...

i took the chance, and i know the consequences...any problem with thaaatttt????? well, anggap aja mereka berkata seperti itu, hanya karena mereka tidak mengambil kesempatan itu...or should i say, because they don't even care about that chance?? anggap aja ngiri...

*sambil berpikir, is it THAT hard to bring something new?*

Rabu, 03 Desember 2008

The (Short) Trip to Tasmania - Day II

Hari kedua di Hobart. Hari kedua ini, sayangnya kami bertujuh terpisah kembali. Saya, M’Gita, Dini dan Hafiz di satu rombongan tur, dan karena tur tersebut udah keburu full, Dina, Dedy dan Ponco ikut rombongan tur yang lain. Day tournya sih lumayan. We spent most of the day at Port Arthur. Oh ya, sedikit background. Tasmania ini, waktu pertama kali ditemukan oleh para orang Inggris (di tahun berapa sih? Akhir 1800 an gitu kayaknya deh), para orang Inggris tersebut langsung merasa cocok untuk menjadikan Tasmania sebagai lokasi pembuangan para narapidana. Jadilah Tasmania ini semacam pulau penjara gitu.

Tidak hanya dipenjara, para narapidana disini sungguh diberdayagunakan untuk menjadi tukang, mulai dari untuk membangun jalan, membangun gedung, that kind of things. Port Arthur adalah kompleks penjara yang diperuntukkan bagi para narapidana dengan tingkat kesalahan yang tinggi (or should I say, kesalahan tingkat tinggi? Well..never mind, you do know what I mean, don’t you?). Wah, kalau menurut saya sih, Port Arthur ini mah terlalu bagus untuk dijadikan komplek penjara. Lanskapnya yang perbukitan di satu sisi dan laut di sisi lain membuat pemandangan dari sini terlihat cantik sekali. Kalau tidak salah, Port Arthur sempet terbakar, dan terbengkalai selama beberapa lama. Tapi sekarang, Port Arthur dengan sisa-sisa reruntuhan gedung penjara dan beberapa gedung yang direstorasi ulang sudah menjadi salah satu obyek wisata andalan Tasmania. Isu dan legenda mengenai keberadaan hantu dan penampakan yang terjadi di daerah sekitar sini malah oleh pengelola dijadikan sebagai salah satu obyek wisata tambahan, semacam Ghost Tour gitu. Wuih... coba kalo di Indonesia ada yang kayak gini yaa... kalo di Indonesia mah, saya yakin kita ga bakal kehabisan tempat untuk ngadain semacam ghost tour beginian.

Day Tour ini memah bener-bener day tour, dalam artian seharian banget. Kalo Dedy dengan sewenang-wenang saya tuduh punya kecenderungan untuk mabuk sepanjang perjalanan jauh, maka saya dengan besar hati mengakui kalo saya punya tendensi untuk tidur sepanjang perjalanan. Capek juga euy… Kami berangkat jam 8 pagi (dijemput sama guidenya di hotel tempat kami menginap), dan baru nyampe di hotel lagi menjelang sekitar jam 7an gitu. Rombongan Dina-Dedy-Ponco udah duluan nyampe. Tidak rela hari berlalu begitu saja (haduh, jayus lagi), kami bertujuh pun jalan-jalan lagi menelusuri Hobart. Sampailah kami di tugu pahlawannya Tasmania. Sama seperti tugu-tugu pahlawan di kota-kota Australia lainnya, tugu pahlawan ini juga sebagai penghormatan untuk ANZAC atau Australian and New Zealand Army Corps. Di kejauhan, terlihat Tasmanian Bridge yang nampak megah. Hmm..such a lovely place to have another photo session :D.

*saya minta foto ini diulang, karena saya berdiri di sebelah Dedy! oh, betapa jegleknya saya yang imut ini disebelah dia yang menjulang*

*foto dengan pengaturan posisi yang sudah diperbaiki :D*

Karena sudah keburu capek, plus kedinginan bangeeeeet (angin Tasmania sedang menunjukkan tiupan dengan tingkat dingin menjurus ke arah maksimal), hari kedua kami akhiri sampai disini…

Hari ketiga, we only have a few hours before our plane take off and bring us back to Melbourne. Beres-beres barang, check out, dan masih sambil menenteng barang-barang bawaan, kami sempet singgah di Salamanca Market. Ini tuh semacam weekly marketnya Tasmania, buka cuma tiap hari Sabtu.

Yang dijual? Macem-macem banget. Sampe fosil pun ada. Serius. Saya sih cuma beli sedikit souvenir, sabun Lavender untuk nenek saya tersayang di Bandung. Setelah puas keliling-keliling di Salamanca, kami pun bertolak kembali ke bandara Hobart. Disana, tentunya bersua kembali dengan rombongan satunya yang menginap di service apartment.

*para 'backpackers' melaporkan diri kepada Ibu Suri alias M'Erni*

Daaann… the short trip to Tasmania pun resmi ditutup dengan bertolak kembalinya pesawat kami ke Melbourne. Uhm.. Masih ada satu agenda tambahan sih, pas nyampe Melbourne, kami menyerah pada rasa lapar dan makan siang bersama di Es Teler 77.

*Melbeeeenn...wir beeeekkkkk....*

Such a nice trip, lots of memories, lots of pictures, lots of fun and laughter..

The (Short) Trip to Tasmania -Day I

Adakah yang dengan baik hatinya masih ingat rencana saya begitu selesai ujian? Bukan, bukan pulang ke Indonesia, yang satunya. Jalan-jalan ke Tasmaniaaa!! Yeiy… It was really fun. Well, okay, apart from the fact bahwa di Tasmania pun entah kenapa saya masih menjadi obyek yang menyenangkan untuk dijatuhkan nama baik dan kredibilitasnya, it was really a nice trip.

Asal muasalnya saya ikutan adalah waktu ditawarin housemate saya, M’Erni, yang dapat tawaran dari teman dia (yang adalah teman saya juga..what a waste of words) untuk bareng-bareng ke Tasmania. Mumpung ada tiket murah! Sempet ragu, karena tripnya direncanakan tanggal 13-15 Nopember, sementara jadwal ujian saya waktu itu belum ketahuan apa kabarnya. Makaa…terima kasih tak terhingga untuk Anna yang sudah ber amal baik dengan mencaritahukan jadwal ujian tersebut (yang ternyata jatuh pada tanggal 12 Nopember). Oh, betapa menyenangkannya kebetulan-kebetulan semacam iniiiii…. Well, what goes beyond my expectation adalah, ternyata banyak banget yang bergabung.. ada 15 orang! Yeiyyyy… Betapa serunyaaa… Anyway, 15 orang tersebut ternyata pada akhirnya tersplit menjadi 2. Faktor pembaginya? Ehm.. Jadi gini, pesen tiket kan mesti pake credit card toh? Jadilah ada dua kartu kredit yang dipake, 8 orang ikut punya Ancilla, 7 orang lagi nunut kartunya Dinni. Saya termasuk golongan orang-orang dalam kategori terakhir. Perkembangan selanjutnya adalah, ternyata bukan hanya kartu kredit yang tersplit, penginapan pun terbelah dua. Jadi yang 8 orang memutuskan untuk ber akomodasi (ya..ya.. ya.. saya nyadar kok betapa anehnya kaidah pembentukan kata yang saya gunakan) di sebuah service apartment, sementara kami bertujuh dengan berbagai alasan pertimbangan (dan bagi salah seorang dari kami, kepasrahan), kami bertujuh nginep di hotel Backpackers. Duh, berasa jadi turis beneran ga sih? Lokasi hotelnya pun lumayan enak kok, pas di tengah kota. Hotelnya juga bersih dan ekonomis (kok jadi berasa kayak iklan sabun colek sih?). Dan ketujuh orang backpackers nanggung itu adalah…toet..toeeeeet… (kasih applaus dong…!!!): saya sendiri, Dina, Dedy, Dinni, Gita, Ponco, dan Hafiz…

teman-teman saya berbackpackers ria

Ada satu alasan yang membuat saya cukup berbahagia dengan rombongan mahluk-mahluk aneh ini, kenapa oh mengapa? Karena oh sebab, Dina dan Dedy bawa kamera profesional! Iyaaa..itu lhoo…kamera bagus yang keren banget ituuu… Lengkap bawa tripod pula mereka. Saya dengan gairah narsisme yang sudah terbukti dan teruji pun langsung membayangkan, beuh..betapa kerennya foto-foto kami nantinya…

Perjalanan dimulai dengan proses keberangkatan yang bikin deg-degan, karena kami berkejaran dengan waktu check in. Proses ini melibatkan ketinggalan bus, ketinggalan kereta, dan terpisah saat naik shuttle bus ke airport. Sampai di counter check in pun masih ada drama yang diprakarsai oleh petugas counter yang ngotot bahwa tripod Dina tidak bisa dimasukkan ke bagasi kabin karena termasuk barang berbahaya, dengan alasan: “It can hurt you when it fell and hit your head”. Oh, oke mbak..tapi kayaknya novel Harry Potter pun bisa dikategorikan berbahaya kalo alasannya adalah kalo jatuh ke kepala bisa menyakitkan. Well, anyway…

Naik pesawat, saya sempat panik karena dua hal. Satu, pesawatnya kayaknya lagi masuk angin atau flu atau apapun lah, pokoknya ga enak banget ditumpangi. Kedua, Dedy, yang duduk di sebelah saya terpisah gang kelihatan begitu ketakutan, membuat saya ketularan deg-deg an juga. Alasan dia sih, dia ga pernah naik pesawat dari Wonogiri ke Jakarta. Yeah, rite...

Setelah perjalanan selama sekitar satu jam, sampailah kami di Hobart. Turun dari pesawat, mau masuk ke gedung bandaranya..kami bengong melihat plang peringatan karantina, yang menyatakan bahwa tidak boleh ada buah-buahan yang boleh masuk ke Tasmania dari luar. Masalahnya adalah... Dinni bawa pisang. Ponco bawa apel (atau aprikot? Atau jeruk? Apapun lah, pokoknya buah yang bulet). Dina bawa telur dadar. Iya, yang terakhir ini memang bukan buah sih, tapi siapa tau kaaaannn... Tidak rela perbekalan kami berakhir dengan nelangsa di tempat sampah, jadilah kami berdiri di luar gedung bandara, sambil makan apel (confirmed, saya udah inget, it was apple), makan pisang, dan telur dadar. Pemandangan yang tidak lazim sepertinya memang ya..makan buah-buahan (dan telur) di luar gedung bandara. Sampai di penginapan, beberes dan benah2 dikit, kami langsung meluncuuurrr... Yah, bagusnya hotel ini sih ya posisinya yang di tengah kota. Selain itu resepsionisnya juga dengan baik hatinya menyarankan tempat-tempat yang bisa kami datangi dengan berjalan kaki. Wahai para resepsionis hotel di Indonesia, yang kayak gini nih mesti dicontoh!

Jadi di hari pertama, kami pun mengelilingi pusat kota Hobart. Ih, ternyata kota ini kecil juga ya... kop roll empat setengah kali juga udah bisa kok. Kami mulai dari Franklin Square, dan di bawah ini adalah salah satu foto kami disana, yang kami nobatkan sebagai salah satu best shot of the trip (mohon maaph dengan masalah resolusi foto, saya donlod dari fesbuknya Dedy, file aslinya belum sempet ngopi).

Dari Franklin Square, kami mencari obyek wisata yang gretongan, sehingga diputuskanlah bahwa the next destination is Tasmanian Museum. Sampailah kami disana sekitar satu jam sebelum museumnya tutup. Mungkin pengelola museum, setelah melihat kelakuan kami disana, menyesali kenapa hari itu mereka tidak tutup lebih awal dibanding biasanya. Secara kami disana kerjaannya foto-foto melulu, dan 50% dari gaya berfoto kami sungguh tidak bisa diterima oleh akal sehat manusia.

Hafiz itu lho..entah apa maksud gayanya itu...

Next! Jalan lagi… dan ternyata angin kencang menyambut kami. Tentu saja saya yang imut mungil dan menggemaskan ini yang paling merasakan efeknya, dimana saya harus dengan susah payah mempertahankan diri agar tidak terculik oleh angin kencang tersebut entah kemana. Teman-teman saya dengan penuh rasa iba mentertawakan betapa angin itu membuat kelangsungan perjalanan wisata saya terancam berakhir sampai disitu. Dan disini Dina dengan teganya menunjukkan satu fakta: “ Ya ampun Amiiiii… kamu itu sedadanya Dedy aja ga nyampe yaaa…!!!”. Dedy ngakak, Ponco tertawa puas, Dini terkikik geli, M’Gita dengan tanpa sopan santun tertawa, dan saya langsung mengambil keputusan bulat: “AKU GA MAU DIFOTO DALAM POSISI DI SEBELAH DEDY!”. Muter-muter demi memenuhi ambisi saya mencari plang bertuliskan University of Tasmania (entah karena mereka ga tega sama saya atau cuma supaya saya ga merepet sepanjang perjalanan), akhirnya kami berhasil menemukan gedung yang memajang tulisan yang saya maksud dalam ukuran yang cukup representatif.

*bersama si tulisan yang saya cari-cari itu *

Karena si gedung University of Tasmania ini (salah satu gedungnya saja, kompleks utamanya ternyata masih jauh) letaknya berdekatan dengan deretan pelabuhan, jadilah kami berfoto-foto kembali dengan latar belakang kapal-kapal.

Menjelang hari gelap (sori bahasanya jayus), kami udah nyampe ke sudut lain dari Hobart (have I told you before that it’s such a small city?). Demi melihat gedung-gedung kuno, Dini memunculkan ide berfoto dengan gaya djaman doeloe. Dedy yang tadinya sempat mengeluh lelah berfoto dan memfoto kami, tiba-tiba saja semangat lagi mengganti lensa kameranya. Jadilah salah satu foto ini, yang menurut kami adalah foto gaya Harry Potter

gaya para siswa terbaik Syltherin

Keren ya? Saya terlihat seperti siswa Sytherin yang mengalami malnutrisi, Hafiz nampak akan berubah menjadi werewolf dalam waktu 2 2/3 menit lagi, Dina seakan memiliki tatapan mata pembunuh sejati, dan Dini jadi mirip debt collector berdarah dingin. Weisss.. mantep dah pokoknya…

Anyway, itu adalah sesi foto-foto terakhir kami di hari pertama. Hari kedua? Teteup... But it would be another posting. Ami, over and out!

Selasa, 23 Desember 2008

Where Have You Been?

Dengan penuh rasa percaya diri, saya menganggap bahwa banyak yang menanyakan keberadaan saya yang akhir-akhir ini secara jarang banget ada apdet dari diri saya... Iya yah, saya kemana aja ya?
Well, sebenernya justru karena saya ga kemana-mana itulah jadi saya jarang berdunia maya ria... Iya sih, warnet cuma sekedar tiga kali kop roll dari rumah. Tapi maleeeees banget keluar rumah. Jadilah kegiatan saya di rumah ga jauh-jauh dari makan, tidur, gangguin ponakan saya sampai dia berurai air mata (dan biasanya diakhiri omelan ibu saya..), nonton TV. Dan saya jadi sukaaaaa sekali nonton Idola Cilik. Iye..iye...tontonan mureeee memang. Tapi kan suka ada Duta yang jadi komentatornya. Ihik...
Lagian, di Banjar lagi musim hujan, dan kadang-kadang tak hanya hujan sekedar hujan, tapi pake acara banjir segala... Dan Kayutangi, daerah tempat saya tinggal, termasuk daerah yang mengenaskan nasibnya kalau menyangkut soal banjir membanjir ini. Rumah saya sih untungnya ga kebanjiran. Ga banget-banget maksudnya. Halaman depan sih iya, plus dapur belakang tempat nyuci, itu airnya sampai lebih tinggi sedikit dari mata kaki. Tapi untunglah airnya ga sampai masuk rumah segala.
Kalau keluar rumah, paling cuma ke kampus di Banjarbaru. Dan sepanjang jalan saya suka mikir, kok bisa ya saya tahan tiap hari bolak-balik Banjarmasin-Banjarbaru pp? Biasanya ke kampus 2 kali seminggu, Senin-Kamis doang. Soalnya kalo Senin - Kamis kan Abah puasa tuh di rumah, jadi Mama ga masak. Nah, daripada saya disuruh mempraktekkan jurus-jurus memasak yang suka saya bangga-banggakan itu, mending saya ngabur dah...
Pertama kali ke kampus setelah sekian lama (nyaris setahun lhoo...), dengan noraknya saya pake acara deg-degan segala. Hehehehe... Mahasiswa tuh yang pada kaget ngeliat saya, dan kedatangan saya pun disambut dengan gegap gempita (hiperbolis yaa??). Tapi, sambutan dengan nuansa rasa senang dari mahasiswa itu tidak berlangsung lama. Minggu depannya, mereka langsung berwajah menderita penuh kepedihan begitu saya dengan teganya ikut jadi penguji tambahan waktu mereka seminar KP. Duh, senangnya bisa berada dalam posisi pemegang kekuasaan...gyahahahahaha (ketawa setan).... Ada sensasi tersendiri deh rasanya...
Terus ngapain lagi ya saya? Oh iyaaa... lagi suka main Cake Mania 3. Sebenernya CD gamenya punya Dian sih, tapi sebagaimana layaknya seorang tante, dengan sewenang-wenangnya saya yang main, bukan dirinya. Udah masuk level-level terakhir nih...
Ah, udah ah, ni aja ngempi pake laptop punya Program Studi. Alasannya sih ngecek imel, padahal sambil fesbukan segala...
Sekali lagi, mohon maaph ya saya belum sempet blogwalking...
Dadadddddaaaahhh....

Rabu, 10 Desember 2008

Anggap Aja Ngiri...

hmmm.... setengah kesel, setengah geli... jadi geleng-geleng kepala sambil tersenyum pait... kenapa ya, ada aja orang-orang yang merasa terlalu nyaman di comfort zone mereka sehingga 'males' untuk keluar? kenapa kalo ada orang yang beda dikit dan ingin membawa perubahan, langsung dipandang sinis...

i took the chance, and i know the consequences...any problem with thaaatttt????? well, anggap aja mereka berkata seperti itu, hanya karena mereka tidak mengambil kesempatan itu...or should i say, because they don't even care about that chance?? anggap aja ngiri...

*sambil berpikir, is it THAT hard to bring something new?*

Rabu, 03 Desember 2008

The (Short) Trip to Tasmania - Day II

Hari kedua di Hobart. Hari kedua ini, sayangnya kami bertujuh terpisah kembali. Saya, M’Gita, Dini dan Hafiz di satu rombongan tur, dan karena tur tersebut udah keburu full, Dina, Dedy dan Ponco ikut rombongan tur yang lain. Day tournya sih lumayan. We spent most of the day at Port Arthur. Oh ya, sedikit background. Tasmania ini, waktu pertama kali ditemukan oleh para orang Inggris (di tahun berapa sih? Akhir 1800 an gitu kayaknya deh), para orang Inggris tersebut langsung merasa cocok untuk menjadikan Tasmania sebagai lokasi pembuangan para narapidana. Jadilah Tasmania ini semacam pulau penjara gitu.

Tidak hanya dipenjara, para narapidana disini sungguh diberdayagunakan untuk menjadi tukang, mulai dari untuk membangun jalan, membangun gedung, that kind of things. Port Arthur adalah kompleks penjara yang diperuntukkan bagi para narapidana dengan tingkat kesalahan yang tinggi (or should I say, kesalahan tingkat tinggi? Well..never mind, you do know what I mean, don’t you?). Wah, kalau menurut saya sih, Port Arthur ini mah terlalu bagus untuk dijadikan komplek penjara. Lanskapnya yang perbukitan di satu sisi dan laut di sisi lain membuat pemandangan dari sini terlihat cantik sekali. Kalau tidak salah, Port Arthur sempet terbakar, dan terbengkalai selama beberapa lama. Tapi sekarang, Port Arthur dengan sisa-sisa reruntuhan gedung penjara dan beberapa gedung yang direstorasi ulang sudah menjadi salah satu obyek wisata andalan Tasmania. Isu dan legenda mengenai keberadaan hantu dan penampakan yang terjadi di daerah sekitar sini malah oleh pengelola dijadikan sebagai salah satu obyek wisata tambahan, semacam Ghost Tour gitu. Wuih... coba kalo di Indonesia ada yang kayak gini yaa... kalo di Indonesia mah, saya yakin kita ga bakal kehabisan tempat untuk ngadain semacam ghost tour beginian.

Day Tour ini memah bener-bener day tour, dalam artian seharian banget. Kalo Dedy dengan sewenang-wenang saya tuduh punya kecenderungan untuk mabuk sepanjang perjalanan jauh, maka saya dengan besar hati mengakui kalo saya punya tendensi untuk tidur sepanjang perjalanan. Capek juga euy… Kami berangkat jam 8 pagi (dijemput sama guidenya di hotel tempat kami menginap), dan baru nyampe di hotel lagi menjelang sekitar jam 7an gitu. Rombongan Dina-Dedy-Ponco udah duluan nyampe. Tidak rela hari berlalu begitu saja (haduh, jayus lagi), kami bertujuh pun jalan-jalan lagi menelusuri Hobart. Sampailah kami di tugu pahlawannya Tasmania. Sama seperti tugu-tugu pahlawan di kota-kota Australia lainnya, tugu pahlawan ini juga sebagai penghormatan untuk ANZAC atau Australian and New Zealand Army Corps. Di kejauhan, terlihat Tasmanian Bridge yang nampak megah. Hmm..such a lovely place to have another photo session :D.

*saya minta foto ini diulang, karena saya berdiri di sebelah Dedy! oh, betapa jegleknya saya yang imut ini disebelah dia yang menjulang*

*foto dengan pengaturan posisi yang sudah diperbaiki :D*

Karena sudah keburu capek, plus kedinginan bangeeeeet (angin Tasmania sedang menunjukkan tiupan dengan tingkat dingin menjurus ke arah maksimal), hari kedua kami akhiri sampai disini…

Hari ketiga, we only have a few hours before our plane take off and bring us back to Melbourne. Beres-beres barang, check out, dan masih sambil menenteng barang-barang bawaan, kami sempet singgah di Salamanca Market. Ini tuh semacam weekly marketnya Tasmania, buka cuma tiap hari Sabtu.

Yang dijual? Macem-macem banget. Sampe fosil pun ada. Serius. Saya sih cuma beli sedikit souvenir, sabun Lavender untuk nenek saya tersayang di Bandung. Setelah puas keliling-keliling di Salamanca, kami pun bertolak kembali ke bandara Hobart. Disana, tentunya bersua kembali dengan rombongan satunya yang menginap di service apartment.

*para 'backpackers' melaporkan diri kepada Ibu Suri alias M'Erni*

Daaann… the short trip to Tasmania pun resmi ditutup dengan bertolak kembalinya pesawat kami ke Melbourne. Uhm.. Masih ada satu agenda tambahan sih, pas nyampe Melbourne, kami menyerah pada rasa lapar dan makan siang bersama di Es Teler 77.

*Melbeeeenn...wir beeeekkkkk....*

Such a nice trip, lots of memories, lots of pictures, lots of fun and laughter..

The (Short) Trip to Tasmania -Day I

Adakah yang dengan baik hatinya masih ingat rencana saya begitu selesai ujian? Bukan, bukan pulang ke Indonesia, yang satunya. Jalan-jalan ke Tasmaniaaa!! Yeiy… It was really fun. Well, okay, apart from the fact bahwa di Tasmania pun entah kenapa saya masih menjadi obyek yang menyenangkan untuk dijatuhkan nama baik dan kredibilitasnya, it was really a nice trip.

Asal muasalnya saya ikutan adalah waktu ditawarin housemate saya, M’Erni, yang dapat tawaran dari teman dia (yang adalah teman saya juga..what a waste of words) untuk bareng-bareng ke Tasmania. Mumpung ada tiket murah! Sempet ragu, karena tripnya direncanakan tanggal 13-15 Nopember, sementara jadwal ujian saya waktu itu belum ketahuan apa kabarnya. Makaa…terima kasih tak terhingga untuk Anna yang sudah ber amal baik dengan mencaritahukan jadwal ujian tersebut (yang ternyata jatuh pada tanggal 12 Nopember). Oh, betapa menyenangkannya kebetulan-kebetulan semacam iniiiii…. Well, what goes beyond my expectation adalah, ternyata banyak banget yang bergabung.. ada 15 orang! Yeiyyyy… Betapa serunyaaa… Anyway, 15 orang tersebut ternyata pada akhirnya tersplit menjadi 2. Faktor pembaginya? Ehm.. Jadi gini, pesen tiket kan mesti pake credit card toh? Jadilah ada dua kartu kredit yang dipake, 8 orang ikut punya Ancilla, 7 orang lagi nunut kartunya Dinni. Saya termasuk golongan orang-orang dalam kategori terakhir. Perkembangan selanjutnya adalah, ternyata bukan hanya kartu kredit yang tersplit, penginapan pun terbelah dua. Jadi yang 8 orang memutuskan untuk ber akomodasi (ya..ya.. ya.. saya nyadar kok betapa anehnya kaidah pembentukan kata yang saya gunakan) di sebuah service apartment, sementara kami bertujuh dengan berbagai alasan pertimbangan (dan bagi salah seorang dari kami, kepasrahan), kami bertujuh nginep di hotel Backpackers. Duh, berasa jadi turis beneran ga sih? Lokasi hotelnya pun lumayan enak kok, pas di tengah kota. Hotelnya juga bersih dan ekonomis (kok jadi berasa kayak iklan sabun colek sih?). Dan ketujuh orang backpackers nanggung itu adalah…toet..toeeeeet… (kasih applaus dong…!!!): saya sendiri, Dina, Dedy, Dinni, Gita, Ponco, dan Hafiz…

teman-teman saya berbackpackers ria

Ada satu alasan yang membuat saya cukup berbahagia dengan rombongan mahluk-mahluk aneh ini, kenapa oh mengapa? Karena oh sebab, Dina dan Dedy bawa kamera profesional! Iyaaa..itu lhoo…kamera bagus yang keren banget ituuu… Lengkap bawa tripod pula mereka. Saya dengan gairah narsisme yang sudah terbukti dan teruji pun langsung membayangkan, beuh..betapa kerennya foto-foto kami nantinya…

Perjalanan dimulai dengan proses keberangkatan yang bikin deg-degan, karena kami berkejaran dengan waktu check in. Proses ini melibatkan ketinggalan bus, ketinggalan kereta, dan terpisah saat naik shuttle bus ke airport. Sampai di counter check in pun masih ada drama yang diprakarsai oleh petugas counter yang ngotot bahwa tripod Dina tidak bisa dimasukkan ke bagasi kabin karena termasuk barang berbahaya, dengan alasan: “It can hurt you when it fell and hit your head”. Oh, oke mbak..tapi kayaknya novel Harry Potter pun bisa dikategorikan berbahaya kalo alasannya adalah kalo jatuh ke kepala bisa menyakitkan. Well, anyway…

Naik pesawat, saya sempat panik karena dua hal. Satu, pesawatnya kayaknya lagi masuk angin atau flu atau apapun lah, pokoknya ga enak banget ditumpangi. Kedua, Dedy, yang duduk di sebelah saya terpisah gang kelihatan begitu ketakutan, membuat saya ketularan deg-deg an juga. Alasan dia sih, dia ga pernah naik pesawat dari Wonogiri ke Jakarta. Yeah, rite...

Setelah perjalanan selama sekitar satu jam, sampailah kami di Hobart. Turun dari pesawat, mau masuk ke gedung bandaranya..kami bengong melihat plang peringatan karantina, yang menyatakan bahwa tidak boleh ada buah-buahan yang boleh masuk ke Tasmania dari luar. Masalahnya adalah... Dinni bawa pisang. Ponco bawa apel (atau aprikot? Atau jeruk? Apapun lah, pokoknya buah yang bulet). Dina bawa telur dadar. Iya, yang terakhir ini memang bukan buah sih, tapi siapa tau kaaaannn... Tidak rela perbekalan kami berakhir dengan nelangsa di tempat sampah, jadilah kami berdiri di luar gedung bandara, sambil makan apel (confirmed, saya udah inget, it was apple), makan pisang, dan telur dadar. Pemandangan yang tidak lazim sepertinya memang ya..makan buah-buahan (dan telur) di luar gedung bandara. Sampai di penginapan, beberes dan benah2 dikit, kami langsung meluncuuurrr... Yah, bagusnya hotel ini sih ya posisinya yang di tengah kota. Selain itu resepsionisnya juga dengan baik hatinya menyarankan tempat-tempat yang bisa kami datangi dengan berjalan kaki. Wahai para resepsionis hotel di Indonesia, yang kayak gini nih mesti dicontoh!

Jadi di hari pertama, kami pun mengelilingi pusat kota Hobart. Ih, ternyata kota ini kecil juga ya... kop roll empat setengah kali juga udah bisa kok. Kami mulai dari Franklin Square, dan di bawah ini adalah salah satu foto kami disana, yang kami nobatkan sebagai salah satu best shot of the trip (mohon maaph dengan masalah resolusi foto, saya donlod dari fesbuknya Dedy, file aslinya belum sempet ngopi).

Dari Franklin Square, kami mencari obyek wisata yang gretongan, sehingga diputuskanlah bahwa the next destination is Tasmanian Museum. Sampailah kami disana sekitar satu jam sebelum museumnya tutup. Mungkin pengelola museum, setelah melihat kelakuan kami disana, menyesali kenapa hari itu mereka tidak tutup lebih awal dibanding biasanya. Secara kami disana kerjaannya foto-foto melulu, dan 50% dari gaya berfoto kami sungguh tidak bisa diterima oleh akal sehat manusia.

Hafiz itu lho..entah apa maksud gayanya itu...

Next! Jalan lagi… dan ternyata angin kencang menyambut kami. Tentu saja saya yang imut mungil dan menggemaskan ini yang paling merasakan efeknya, dimana saya harus dengan susah payah mempertahankan diri agar tidak terculik oleh angin kencang tersebut entah kemana. Teman-teman saya dengan penuh rasa iba mentertawakan betapa angin itu membuat kelangsungan perjalanan wisata saya terancam berakhir sampai disitu. Dan disini Dina dengan teganya menunjukkan satu fakta: “ Ya ampun Amiiiii… kamu itu sedadanya Dedy aja ga nyampe yaaa…!!!”. Dedy ngakak, Ponco tertawa puas, Dini terkikik geli, M’Gita dengan tanpa sopan santun tertawa, dan saya langsung mengambil keputusan bulat: “AKU GA MAU DIFOTO DALAM POSISI DI SEBELAH DEDY!”. Muter-muter demi memenuhi ambisi saya mencari plang bertuliskan University of Tasmania (entah karena mereka ga tega sama saya atau cuma supaya saya ga merepet sepanjang perjalanan), akhirnya kami berhasil menemukan gedung yang memajang tulisan yang saya maksud dalam ukuran yang cukup representatif.

*bersama si tulisan yang saya cari-cari itu *

Karena si gedung University of Tasmania ini (salah satu gedungnya saja, kompleks utamanya ternyata masih jauh) letaknya berdekatan dengan deretan pelabuhan, jadilah kami berfoto-foto kembali dengan latar belakang kapal-kapal.

Menjelang hari gelap (sori bahasanya jayus), kami udah nyampe ke sudut lain dari Hobart (have I told you before that it’s such a small city?). Demi melihat gedung-gedung kuno, Dini memunculkan ide berfoto dengan gaya djaman doeloe. Dedy yang tadinya sempat mengeluh lelah berfoto dan memfoto kami, tiba-tiba saja semangat lagi mengganti lensa kameranya. Jadilah salah satu foto ini, yang menurut kami adalah foto gaya Harry Potter

gaya para siswa terbaik Syltherin

Keren ya? Saya terlihat seperti siswa Sytherin yang mengalami malnutrisi, Hafiz nampak akan berubah menjadi werewolf dalam waktu 2 2/3 menit lagi, Dina seakan memiliki tatapan mata pembunuh sejati, dan Dini jadi mirip debt collector berdarah dingin. Weisss.. mantep dah pokoknya…

Anyway, itu adalah sesi foto-foto terakhir kami di hari pertama. Hari kedua? Teteup... But it would be another posting. Ami, over and out!