Selasa, 31 Mei 2011

Kambing Jantan Is In The House!

Gak, saya bukannya lagi jadi juragan kambing. Ini posting soal seseorang yang jadi sangat terkenal karena Kambing. Siapaaa? Tukang sate? Pak Kumis yang jualan soto kambing? Bukaaan… Tapii… Raditya Dika :).

I bet that this name is familiar for you. Yep. Raditya Dika yang populer dengan buku-buku komedinya. Pieces of writing that he calls as observational comedy.


Kemaren, Alhamdulillah saya bisa ikut Seminar Me
nulis Kreatif dengan Raditya Dika sebagai pembicara. Yang ngadain mahasiswa Fakultas Kedokteran, jadi acaranya tanggal 29 Mei kemaren di Gedung Utama Fakultas Kedokteran. Begitu liat selebaran soal acara ini, saya langsung memutuskan untuk ikut. Secara salah satu temen saya, si Ka Alfi adalah dosen FK, ya udahlah saya SMS dia untuk nanyain soal acara ini. Dan balesan SMS nya merupakan bukti bahwa Ka Alfi suka males ngeliatin pengumuman. Lha, dianya sendiri baru tahu acara itu dari saya kok -_-. Anyway… Akhirnya saya daftar juga lewat dia sih.

Jadi pas hari Minggu itu, saya nonton acara bareng
sama Ka Alfi, Rina, dan.. Adi. Hahaha… si Adi ini, udah dari kapan kami temenan, kampus cuma beda dua tarikan nafas, eh baru ketemu kemaren. Padahal kalo di virtual world saya udah sebegitu sok akrab sok kenalnya sama Adi. Pas baru dateng, Ka Alfi dan Rina udah bawa kantong plastik yang isinya makanan. Tinggal kurang tiker aja nih, kami udah bisa ngegelar acara piknik indoor. Dika baru muncul jam 16.45. Dan begitu liat tampangnya, pikiran pertama saya adalah: “Pendek ya orangnya…”. Disusul pikirankedua: “Kayaknya Dika masih ngantuk deh…”. Secara ekspresi dia kayak orang yang dibangunin jam 2 subuh untuk ujian Kalkulus II secara mendadak.

So he talked. Bercerita sih, lebih tepatnya. Secara nih ya, niat mulia saya yang sungguh m
embuat saya sendiri terharu adalah untuk belajar menulis, here are some interesting things that he talked about.

It’s not about what you say, but how you say it.

Kata Dika, banyak yang beranggapan bahwa untuk menulis komedi, seseora
ng harus sering mengalami sendiri berbagai kejadian lucu. The truth is, it does not work that way. Yang penting sebenarnya adalah bagaimana kita mencari sudut pandang yang menarik dari sesuatu hal yang biasa saja. Apa yang sepertinya terlihat sebagai sesuatu yang tidak menarik saking biasanya, bisa saja menjadi sesuatu yang berbeda, hanya karena cara pandang kita unik.

Menulislah tentang sesuatu yang membuat kita merasa nyaman.

Ini adalah inti dari jawaban Dika waktu ada yang nanya, dia berminat gak nulis genre lain. Horor misalnya. Sebenarnya yang paling penting dalam menulis itu kan adalah kita menuliskan tentang hal-hal yang kita ketahui, hal-hal yang memang menarik dan cocok bagi kita. Jangan deh menulis cum
a karena ikut-ikutan trend.

Tulisan pertama itu memang nasibnya jelek kok.

First draft is always the worst one. Dan menurut Dika, suatu tulisan itu baru akan jadi bagus kalo sudah melewati redrafting berkali-kali. And it happens for everyone. Bahkan para penulis terkenal pun selalu melewati proses redrafting ini. Let’s put it this way, the process of writing would be: Step one, write. Two, read. Three, rewrite the draft. Four, reread the rewritten draft. Five, go back to number three. Dan be
rulang terus :)

Know your characters.

Ini pertanyaan dari saya. Saya selalu k
esulitan untuk membuat karakter yang ada dalam tulisan saya memiliki kepribadian yang ‘muncul’. So I asked him about this. Dika bilang, the easiest way adalah menggunakan tokoh-tokoh yang memang nyata, yang memang kita kenal dalam kehidupan kita sehari-hari. Tapi kalau kita menciptakan sendiri suatu tokoh, we’ve got to know the character. Kita mesti tahu apa warna kesukaan dia. Apa makanan yang dia gak suka. Kamarnya seperti apa. Gimana dia bersikap kalo mesti ketemu orang yang tidak dia suka. We have to know all those little details about our character, dan karakter itu bakal jadi tiga dimensi.

Menulislah dengan jujur

Salah seorang audiens menyata
kan kekagumannya tentang tulisan Dika yang membuatnya terhanyut, dan nanya gimana caranya bisa nulis seperti itu. Jawaban Dika sederhana sih sebenernya, tapi justru ngena. Kata Dika, tulisan yang dimaksud itu justru adalah salah satu tulisan dia yang bener-bener dari hati.

Those are some of interesting things that I learned from him. Sebenernya masih banyaaak lagi yang pengen saya tanyain soal menulis. Tapi apa daya, waktu jua yang memisahkan kita *berasa kayak MC acara TVRI ya?*.

To be
honest, I’m not a big fan of Raditya Dika. Dari sekian banyak bukunya, yang saya baca cuma satu, dan itupun saya udah lupa yang mana. But I do respect him as a writer. He’s one of the most popular one in Indonesia rite now, and apparently, he has become one of the most inspiring and influential person for a lot of Indonesian youngsters. Dan karena rasa respek saya itulah lalu saya dengan penuh semangat datang ke acara ini. I mean, kapan lagi punya kesempatan dateng ke talkshow seorang penulis best-seller?

And yes. I learned from him. A lot. Thanks for that, Dika =).


However, walaupun judul acaranya adalah seminar menulis kreatif, sepertinya sebagian besar peserta datang bukan karena temanya, tapi karena Raditya Dika-nya. I mean. They’re HUGE fans of him. I mean, mungkin karena bagi mereka Dika bukan (hanya sekedar) penulis, tapi lebih ke seorang public figure. Bahkan waktu sesi tanya jawab, banyak pertanyaan yang bukan soal tulis-menulis, tapi m
alah ke arah pribadi gitu. Masa ada yang nanya gimana rasanya waktu Dika putus dari mantannya? Saya sampe mau ngecek, si penanya punya kartu pengenal sebagai wartawan infotainment kali ya… Bahkan sampai ada yang konsultasi soal masalah dia sama pacarnya. Kalo saya bilang sih, sayang banget. Padahal Dika sendiri kayaknya excited kalo dia ditanyain soal menulis. Norak mungkin, tapi saya seneeeeeng banget waktu pas sesi tanya jawab, Dika nunjuk saya sebagai salah satu penanya. Eh, saya gemeteran lhoooo… *ya saya tahu betapa noraknya saya ini*.

*Saya kayak lagi nanya mahasiswa pas sidang skirpsi ya ;p? Dika kayak ketakutan gitu*

Trus, pas saya bertanya soal permasalahan saya dalam menulis tadi, Dika malah nanya ke saya gini:
“Emang kamu maujadi penulis ya?”
Saya diem, bengong selama sedetik, lalu MENGANGGUK.
“Insya Alloh, kalo ada jalannya…”
Astaga. What the hell was on my mind sampai saya dengan percaya dirinya menjawab seperti ituuuu??? *getok kepala sendiri*

Si Dika lagi, jawabnya gini: “Jangan. Nanti saya banyak saingan…” (Yes, I know that he was kidding).


Sampai sekarang saya masih heran aja kenapa saya bisa jawab seperti itu. But one thing that I know for sure, I do enjoy writing =).


Pas selesai sesi tanya jawab, Dika ngajak yang nanya tadi maju ke depan untuk foto bareng. Wuuhuuu… Secara saya duduk di barisan paling depan, saya yang paling cepet maju lagi, saya jadinya pas di sebelah Dikaaa!

*itu saya lagi ketawa ngeliat pose Dika yang sok jadi anak alay -_-*

Well, it’s definitely some of the things that I would never forget. Makasih banyak buat Ka Alfi yang udah ngedaftarin dan nemenin nonton, juga buat Rina dan Adi yang jadi temen nonton jugaaa :D. And here it is..Me and Raditya Dika :D!

Selasa, 17 Mei 2011

Yang Tersisa dari Seminar Kemaren

HELLOOOOO!

Astaganaganagaaaa… lama betul saya gak ngoceh dan bercurcol ria di blog ini yaaa? Terakhir kali saya posting kapan ya? J
anuari? Sampai lupa -_-.

Anyway, so many things happened. Dan salah satu yang bakal saya ceritain *dengan maksud ingin curcol* adalah soal pengalaman saya jadi salah satu organizing committee alias panitia penyeleng
gara SEMIRATA 2011. Semirata itu singkatan dari Seminar Nasional dan Rapat Tahunan. Tiap tahun SEMIRATA bidang MIPA untuk BKS alias Badan Kerja Sama ini dilakukan di tempat yang berganti-ganti sih. Dan tahun ini kebagian di Unlam, tanggal 9-10 Mei kemaren. Dengan satu alasan: Kami sudah tidak punya alasan untuk menolak menjadi tuan rumah. So be it. Seriusan deh, saya yang polos ini sebenernya gak ngerti apa-apa soal apa itu BKS. Pokoknya yang saya tahu, SEMIRATA itu tiap tahun ada, dan KaPS dari seluruh PTN wilayah B rapat pas SEMIRATA itu. Lha, ini ujug-ujug disuruh jadi panitia.

Nah, satu yang rada gak biasa dari kepanit
iaan, jumlah anggota panitia sedikit. Panitia inti gak sampe 15 orang. Kami cuma mengerahkan mahasiswa. (Makasih ya my dearest studentsss…). Nah, dengan jumlah panitia yang diminimalisir begitu, ternyata pesertanya ada empat ratus orang lebih. Dari 36 instansi. Kejang-kejang dah kami. Seneng sih seneng, peserta banyak gitu. Sebagian besar datang dari Universitas di Sumatera, mulai dari Syiah Kuala di Aceh sana sampai Universitas Lampung. Tapi ya kebayang dong, ngatur 50 orang aja udah susah, lah ini ratusan orang gitu numplek blek jadi satu??? Berbagai macam orang dengan berbagai macam selera, keinginan dan tentu saja, berbagai macam komplain. Komplain soal fasilitas memang masih wajar ya… Secara deh ya, itu pihak hotel yang kami pakai sebagai lokasi penyelenggaraan ternyata banyak gak beres. Tapi tetep aja, manajer hotelnya ganteeeeeng *_*. Ahahaha… Eh, masa ya, kan acara tuh di ballroom lantai 3. Dan pas hari pelaksanaan acara, salah satu dari *cuma* dua liftnya MATI. EM A TE I. Mati alias gak bisa dipake. Dem banget kan? Mana ruang Sekre ada di lantai 6 pula. Kaki saya udah kayak kawat besi saking tegangnya dipake naik turun. Itu aja udah cukup bikin peserta komplain.

Tapi yang paling bikin saya miris itu sebenernya adalah kelakuan beberapa peserta yang, meminjam istilah Pak Surya: tidak punya etika ilmiah. Daftar pas hari H, tidak datang pada saat jadwal dia p
resentasi, tapi menagih sertifikat sebagai pemakalah. Gak malu sama mahasiswanya ya? Halah. Padahal mahasiswa saya sendiri sampe ngomong, “Padahal kan rata-rata peserta itu dosen ya Bu, tapi kok gitu banget ya mereka…” katanya dengan wajah kecewa. Ya Alloh, saya yang paling gak rela itu denger mahasiswa saya dibentak-bentak peserta. Padahal mereka cuma tidur rata-rata 3-4 jam demi acara ini.
Saya saking keselnya sampe ngomong gini: “Y
a udah, tahun depan saya ikut SEMIRATA, cuma buat marahin mahasiswanya orang. Enak aja mereka marah-marah ke mahasiswa saya”. Maap, emosi.
Tapi paling tidak, saya salut dengan para mahasiswa yang tetep tabah menghadapi komplain dan komentar aneh-aneh dari peserta.

Jadi, seperti biasa, mari kita belajar dari pengalaman ini. Kita jadi semakin tahu berbagai kepribadian dan sifat orang :).

Sebenernya sih bukan cuma komplain dari peser
ta, tapi yang membuat saya gak habis pikir adalah bagaimana sikap beberapa kolega terhadap acara ini. Tapi ya sudahlah. Anggap saja lewat event ini kami jadi lebih bisa mengerti tentang kepribadian kolega sendiri. Jadi lebih tahu, mana yang bisa dipercaya, mana yang ke laut aja.
Oh iyaaa… Salah satu hal yang menyenangkan d
ari acara ini adalah, saya bis a ketemu lagi sama my partner forever waktu S1 dulu, si Suraaa :D! Dia jadi salah satu rombongan dari Universitas Bengkulu. Tapi dia misahin diri dari rombongan, dan nginep di rumah saya. Hehehe… Kesampaian juga ya Sur akhirnya ke Kalimantan.

Salah satu keynote speakernya dari Australi
a, Prof. Alan Chaffee. Baik deh. Dia malah gak ada komplain apapun, pengertiaaaan banget :’). Dan dia kayaknya excited banget pas hari kedua, yang acaranya city tour ke floating market. Pas dia baru datang, memang yang jemput saya sama Dewi Anggraini. Tapi pas hari H acara, secara saya udah mondar-mandir utara selatan gak jelas gitu, jadilah dia dipasrahkan ke.. Pak Surya. Hahahaha… Pas ngobrol sama Alan sebenernya sih saya minder -_-, berasa belepotan banget deh bahasa Inggrisnya saya. Sayangnyaaaa… Saya gak sempet foto bareng diaaaa :’(. Presentasi dari Alan sebagai keynote speaker sebetulnya menarik, tapi saya gak sempet liaaaatt.. Secara saya mondar-mandir keliling gak jelas -_-.

Trus kalo liat judul-judulnya juga, di sesi paralel banyak yang penelitiannya bagus-bagus. Saya paling suka yang bikin plastik dari nata de coco itu. Asli keren.
Pas sesi presentasi paralel, kan dibagi jadi 3 sesi tuh. Saya presentasi hasil; penelitian saya di sesi kedua. Dan secara saya udah keburu pusing dengan pelaksanaan acara ini, jadilah presentasi saya kacau balau. Bhuahahaha…. Untunglah tidak banyak pertanyaan. Pas sesi ketiga, saya jadi moderator, bareng sama Grenadila, anak 2009. Dan presentasi di ruangan kami jadi yang paling tepat waktu. Woyadong, secara saya nge-timingnya kan strict banget, pake acara pukul-pukul gelas segala. Kata Sura tampang saya seriuuuus banget waktu jadi moderator. Hahahaha… Seriusnya sih bukan karena menyimak hasil penelitiannya, tapi menghitung berapa menit lagi yang tersisa dari jatah waktu si penyaji.
So, that’s it. Done. Selesai. Salut buat Pak Totok, Pak Sunardi, Pak Liling, Pak Surya, Pak Anwar, Pak Kresno, Pak Gunawan, Valen dan Diva yang jadi Panitia Inti. Thanks a lot buat para mahasiswa yang sudah bantuin. We finally made it. We’ve done our best, no matter what people said about it. Toh, our job is to do the best, not to please each and every single person =).

Selasa, 31 Mei 2011

Kambing Jantan Is In The House!

Gak, saya bukannya lagi jadi juragan kambing. Ini posting soal seseorang yang jadi sangat terkenal karena Kambing. Siapaaa? Tukang sate? Pak Kumis yang jualan soto kambing? Bukaaan… Tapii… Raditya Dika :).

I bet that this name is familiar for you. Yep. Raditya Dika yang populer dengan buku-buku komedinya. Pieces of writing that he calls as observational comedy.


Kemaren, Alhamdulillah saya bisa ikut Seminar Me
nulis Kreatif dengan Raditya Dika sebagai pembicara. Yang ngadain mahasiswa Fakultas Kedokteran, jadi acaranya tanggal 29 Mei kemaren di Gedung Utama Fakultas Kedokteran. Begitu liat selebaran soal acara ini, saya langsung memutuskan untuk ikut. Secara salah satu temen saya, si Ka Alfi adalah dosen FK, ya udahlah saya SMS dia untuk nanyain soal acara ini. Dan balesan SMS nya merupakan bukti bahwa Ka Alfi suka males ngeliatin pengumuman. Lha, dianya sendiri baru tahu acara itu dari saya kok -_-. Anyway… Akhirnya saya daftar juga lewat dia sih.

Jadi pas hari Minggu itu, saya nonton acara bareng
sama Ka Alfi, Rina, dan.. Adi. Hahaha… si Adi ini, udah dari kapan kami temenan, kampus cuma beda dua tarikan nafas, eh baru ketemu kemaren. Padahal kalo di virtual world saya udah sebegitu sok akrab sok kenalnya sama Adi. Pas baru dateng, Ka Alfi dan Rina udah bawa kantong plastik yang isinya makanan. Tinggal kurang tiker aja nih, kami udah bisa ngegelar acara piknik indoor. Dika baru muncul jam 16.45. Dan begitu liat tampangnya, pikiran pertama saya adalah: “Pendek ya orangnya…”. Disusul pikirankedua: “Kayaknya Dika masih ngantuk deh…”. Secara ekspresi dia kayak orang yang dibangunin jam 2 subuh untuk ujian Kalkulus II secara mendadak.

So he talked. Bercerita sih, lebih tepatnya. Secara nih ya, niat mulia saya yang sungguh m
embuat saya sendiri terharu adalah untuk belajar menulis, here are some interesting things that he talked about.

It’s not about what you say, but how you say it.

Kata Dika, banyak yang beranggapan bahwa untuk menulis komedi, seseora
ng harus sering mengalami sendiri berbagai kejadian lucu. The truth is, it does not work that way. Yang penting sebenarnya adalah bagaimana kita mencari sudut pandang yang menarik dari sesuatu hal yang biasa saja. Apa yang sepertinya terlihat sebagai sesuatu yang tidak menarik saking biasanya, bisa saja menjadi sesuatu yang berbeda, hanya karena cara pandang kita unik.

Menulislah tentang sesuatu yang membuat kita merasa nyaman.

Ini adalah inti dari jawaban Dika waktu ada yang nanya, dia berminat gak nulis genre lain. Horor misalnya. Sebenarnya yang paling penting dalam menulis itu kan adalah kita menuliskan tentang hal-hal yang kita ketahui, hal-hal yang memang menarik dan cocok bagi kita. Jangan deh menulis cum
a karena ikut-ikutan trend.

Tulisan pertama itu memang nasibnya jelek kok.

First draft is always the worst one. Dan menurut Dika, suatu tulisan itu baru akan jadi bagus kalo sudah melewati redrafting berkali-kali. And it happens for everyone. Bahkan para penulis terkenal pun selalu melewati proses redrafting ini. Let’s put it this way, the process of writing would be: Step one, write. Two, read. Three, rewrite the draft. Four, reread the rewritten draft. Five, go back to number three. Dan be
rulang terus :)

Know your characters.

Ini pertanyaan dari saya. Saya selalu k
esulitan untuk membuat karakter yang ada dalam tulisan saya memiliki kepribadian yang ‘muncul’. So I asked him about this. Dika bilang, the easiest way adalah menggunakan tokoh-tokoh yang memang nyata, yang memang kita kenal dalam kehidupan kita sehari-hari. Tapi kalau kita menciptakan sendiri suatu tokoh, we’ve got to know the character. Kita mesti tahu apa warna kesukaan dia. Apa makanan yang dia gak suka. Kamarnya seperti apa. Gimana dia bersikap kalo mesti ketemu orang yang tidak dia suka. We have to know all those little details about our character, dan karakter itu bakal jadi tiga dimensi.

Menulislah dengan jujur

Salah seorang audiens menyata
kan kekagumannya tentang tulisan Dika yang membuatnya terhanyut, dan nanya gimana caranya bisa nulis seperti itu. Jawaban Dika sederhana sih sebenernya, tapi justru ngena. Kata Dika, tulisan yang dimaksud itu justru adalah salah satu tulisan dia yang bener-bener dari hati.

Those are some of interesting things that I learned from him. Sebenernya masih banyaaak lagi yang pengen saya tanyain soal menulis. Tapi apa daya, waktu jua yang memisahkan kita *berasa kayak MC acara TVRI ya?*.

To be
honest, I’m not a big fan of Raditya Dika. Dari sekian banyak bukunya, yang saya baca cuma satu, dan itupun saya udah lupa yang mana. But I do respect him as a writer. He’s one of the most popular one in Indonesia rite now, and apparently, he has become one of the most inspiring and influential person for a lot of Indonesian youngsters. Dan karena rasa respek saya itulah lalu saya dengan penuh semangat datang ke acara ini. I mean, kapan lagi punya kesempatan dateng ke talkshow seorang penulis best-seller?

And yes. I learned from him. A lot. Thanks for that, Dika =).


However, walaupun judul acaranya adalah seminar menulis kreatif, sepertinya sebagian besar peserta datang bukan karena temanya, tapi karena Raditya Dika-nya. I mean. They’re HUGE fans of him. I mean, mungkin karena bagi mereka Dika bukan (hanya sekedar) penulis, tapi lebih ke seorang public figure. Bahkan waktu sesi tanya jawab, banyak pertanyaan yang bukan soal tulis-menulis, tapi m
alah ke arah pribadi gitu. Masa ada yang nanya gimana rasanya waktu Dika putus dari mantannya? Saya sampe mau ngecek, si penanya punya kartu pengenal sebagai wartawan infotainment kali ya… Bahkan sampai ada yang konsultasi soal masalah dia sama pacarnya. Kalo saya bilang sih, sayang banget. Padahal Dika sendiri kayaknya excited kalo dia ditanyain soal menulis. Norak mungkin, tapi saya seneeeeeng banget waktu pas sesi tanya jawab, Dika nunjuk saya sebagai salah satu penanya. Eh, saya gemeteran lhoooo… *ya saya tahu betapa noraknya saya ini*.

*Saya kayak lagi nanya mahasiswa pas sidang skirpsi ya ;p? Dika kayak ketakutan gitu*

Trus, pas saya bertanya soal permasalahan saya dalam menulis tadi, Dika malah nanya ke saya gini:
“Emang kamu maujadi penulis ya?”
Saya diem, bengong selama sedetik, lalu MENGANGGUK.
“Insya Alloh, kalo ada jalannya…”
Astaga. What the hell was on my mind sampai saya dengan percaya dirinya menjawab seperti ituuuu??? *getok kepala sendiri*

Si Dika lagi, jawabnya gini: “Jangan. Nanti saya banyak saingan…” (Yes, I know that he was kidding).


Sampai sekarang saya masih heran aja kenapa saya bisa jawab seperti itu. But one thing that I know for sure, I do enjoy writing =).


Pas selesai sesi tanya jawab, Dika ngajak yang nanya tadi maju ke depan untuk foto bareng. Wuuhuuu… Secara saya duduk di barisan paling depan, saya yang paling cepet maju lagi, saya jadinya pas di sebelah Dikaaa!

*itu saya lagi ketawa ngeliat pose Dika yang sok jadi anak alay -_-*

Well, it’s definitely some of the things that I would never forget. Makasih banyak buat Ka Alfi yang udah ngedaftarin dan nemenin nonton, juga buat Rina dan Adi yang jadi temen nonton jugaaa :D. And here it is..Me and Raditya Dika :D!

Selasa, 17 Mei 2011

Yang Tersisa dari Seminar Kemaren

HELLOOOOO!

Astaganaganagaaaa… lama betul saya gak ngoceh dan bercurcol ria di blog ini yaaa? Terakhir kali saya posting kapan ya? J
anuari? Sampai lupa -_-.

Anyway, so many things happened. Dan salah satu yang bakal saya ceritain *dengan maksud ingin curcol* adalah soal pengalaman saya jadi salah satu organizing committee alias panitia penyeleng
gara SEMIRATA 2011. Semirata itu singkatan dari Seminar Nasional dan Rapat Tahunan. Tiap tahun SEMIRATA bidang MIPA untuk BKS alias Badan Kerja Sama ini dilakukan di tempat yang berganti-ganti sih. Dan tahun ini kebagian di Unlam, tanggal 9-10 Mei kemaren. Dengan satu alasan: Kami sudah tidak punya alasan untuk menolak menjadi tuan rumah. So be it. Seriusan deh, saya yang polos ini sebenernya gak ngerti apa-apa soal apa itu BKS. Pokoknya yang saya tahu, SEMIRATA itu tiap tahun ada, dan KaPS dari seluruh PTN wilayah B rapat pas SEMIRATA itu. Lha, ini ujug-ujug disuruh jadi panitia.

Nah, satu yang rada gak biasa dari kepanit
iaan, jumlah anggota panitia sedikit. Panitia inti gak sampe 15 orang. Kami cuma mengerahkan mahasiswa. (Makasih ya my dearest studentsss…). Nah, dengan jumlah panitia yang diminimalisir begitu, ternyata pesertanya ada empat ratus orang lebih. Dari 36 instansi. Kejang-kejang dah kami. Seneng sih seneng, peserta banyak gitu. Sebagian besar datang dari Universitas di Sumatera, mulai dari Syiah Kuala di Aceh sana sampai Universitas Lampung. Tapi ya kebayang dong, ngatur 50 orang aja udah susah, lah ini ratusan orang gitu numplek blek jadi satu??? Berbagai macam orang dengan berbagai macam selera, keinginan dan tentu saja, berbagai macam komplain. Komplain soal fasilitas memang masih wajar ya… Secara deh ya, itu pihak hotel yang kami pakai sebagai lokasi penyelenggaraan ternyata banyak gak beres. Tapi tetep aja, manajer hotelnya ganteeeeeng *_*. Ahahaha… Eh, masa ya, kan acara tuh di ballroom lantai 3. Dan pas hari pelaksanaan acara, salah satu dari *cuma* dua liftnya MATI. EM A TE I. Mati alias gak bisa dipake. Dem banget kan? Mana ruang Sekre ada di lantai 6 pula. Kaki saya udah kayak kawat besi saking tegangnya dipake naik turun. Itu aja udah cukup bikin peserta komplain.

Tapi yang paling bikin saya miris itu sebenernya adalah kelakuan beberapa peserta yang, meminjam istilah Pak Surya: tidak punya etika ilmiah. Daftar pas hari H, tidak datang pada saat jadwal dia p
resentasi, tapi menagih sertifikat sebagai pemakalah. Gak malu sama mahasiswanya ya? Halah. Padahal mahasiswa saya sendiri sampe ngomong, “Padahal kan rata-rata peserta itu dosen ya Bu, tapi kok gitu banget ya mereka…” katanya dengan wajah kecewa. Ya Alloh, saya yang paling gak rela itu denger mahasiswa saya dibentak-bentak peserta. Padahal mereka cuma tidur rata-rata 3-4 jam demi acara ini.
Saya saking keselnya sampe ngomong gini: “Y
a udah, tahun depan saya ikut SEMIRATA, cuma buat marahin mahasiswanya orang. Enak aja mereka marah-marah ke mahasiswa saya”. Maap, emosi.
Tapi paling tidak, saya salut dengan para mahasiswa yang tetep tabah menghadapi komplain dan komentar aneh-aneh dari peserta.

Jadi, seperti biasa, mari kita belajar dari pengalaman ini. Kita jadi semakin tahu berbagai kepribadian dan sifat orang :).

Sebenernya sih bukan cuma komplain dari peser
ta, tapi yang membuat saya gak habis pikir adalah bagaimana sikap beberapa kolega terhadap acara ini. Tapi ya sudahlah. Anggap saja lewat event ini kami jadi lebih bisa mengerti tentang kepribadian kolega sendiri. Jadi lebih tahu, mana yang bisa dipercaya, mana yang ke laut aja.
Oh iyaaa… Salah satu hal yang menyenangkan d
ari acara ini adalah, saya bis a ketemu lagi sama my partner forever waktu S1 dulu, si Suraaa :D! Dia jadi salah satu rombongan dari Universitas Bengkulu. Tapi dia misahin diri dari rombongan, dan nginep di rumah saya. Hehehe… Kesampaian juga ya Sur akhirnya ke Kalimantan.

Salah satu keynote speakernya dari Australi
a, Prof. Alan Chaffee. Baik deh. Dia malah gak ada komplain apapun, pengertiaaaan banget :’). Dan dia kayaknya excited banget pas hari kedua, yang acaranya city tour ke floating market. Pas dia baru datang, memang yang jemput saya sama Dewi Anggraini. Tapi pas hari H acara, secara saya udah mondar-mandir utara selatan gak jelas gitu, jadilah dia dipasrahkan ke.. Pak Surya. Hahahaha… Pas ngobrol sama Alan sebenernya sih saya minder -_-, berasa belepotan banget deh bahasa Inggrisnya saya. Sayangnyaaaa… Saya gak sempet foto bareng diaaaa :’(. Presentasi dari Alan sebagai keynote speaker sebetulnya menarik, tapi saya gak sempet liaaaatt.. Secara saya mondar-mandir keliling gak jelas -_-.

Trus kalo liat judul-judulnya juga, di sesi paralel banyak yang penelitiannya bagus-bagus. Saya paling suka yang bikin plastik dari nata de coco itu. Asli keren.
Pas sesi presentasi paralel, kan dibagi jadi 3 sesi tuh. Saya presentasi hasil; penelitian saya di sesi kedua. Dan secara saya udah keburu pusing dengan pelaksanaan acara ini, jadilah presentasi saya kacau balau. Bhuahahaha…. Untunglah tidak banyak pertanyaan. Pas sesi ketiga, saya jadi moderator, bareng sama Grenadila, anak 2009. Dan presentasi di ruangan kami jadi yang paling tepat waktu. Woyadong, secara saya nge-timingnya kan strict banget, pake acara pukul-pukul gelas segala. Kata Sura tampang saya seriuuuus banget waktu jadi moderator. Hahahaha… Seriusnya sih bukan karena menyimak hasil penelitiannya, tapi menghitung berapa menit lagi yang tersisa dari jatah waktu si penyaji.
So, that’s it. Done. Selesai. Salut buat Pak Totok, Pak Sunardi, Pak Liling, Pak Surya, Pak Anwar, Pak Kresno, Pak Gunawan, Valen dan Diva yang jadi Panitia Inti. Thanks a lot buat para mahasiswa yang sudah bantuin. We finally made it. We’ve done our best, no matter what people said about it. Toh, our job is to do the best, not to please each and every single person =).