Selasa, 31 Desember 2013

And Another Year Goes By

Setahun yang lalu, di tanggal yang sama, 31 Desember, tidak pernah terlintas sedikitpun bahwa di hari terakhir 2013, saya akan berada di salah satu kota yang sebelumya hanya sekedar kota yang terasa begitu jauh.

But here I am right now, on the last day of 2013, in New York.

Life is good, and God is great.

Alhamdulillah, sekali lagi, Tuhan membuktikan kasih sayang dan berkah Nya yang tidak habis-habis.
2013 menjadi salah satu titik balik lagi bagi hidup saya.

Salah satu hal yang paling saya syukuri di tahun ini, saya banyak sekali bertemu dengan teman-teman baru. Proses seleksi sampai dengan placement dari beasiswa yang saya terima mempertemukan saya dengan begitu banyak orang-orang hebat. Mulai dari pertemuan di acara Pre-Departure Orientation. Lalu program Pre Academic selama 3 minggu di UC Davis membawa saya berkenalan dengan teman-teman dari berbagai negara. Dan sekarang, setelah resmi berstatus mahasiswa lagi, saya kembali bertemu dengan teman-teman baruuu :D.
(atas) Mbak Mira, Mirrah, Una, Argita
(bawah)  Riya, Mbak Dwi, sayaaa
Indonesian Fulbrighters 2013!
sekian lama temenan virtual, akhirnya ketemu langsung :D!
friends at the Pre Academic Program
Pre Academic
Global Forum
Shahin's birthday!

Indonesian students of Purdue



All the new friends, yang menjadi keluarga bagi saya, membuat kehidupan saya semakin berwarna-warni.
Tidak hanya teman-teman, kesempatan untuk bisa berstatus mahasiswa kembali, betul-betul menjadi hal yang sangat saya syukuri. Yes, it is hard. Very hard. But then again, it’s worth it. It’s really worth it. Meskipun harus jungkir balik gak karu-karuan. Even though the library becomes the place where I spend more of time than in my apartment. Walaupun tugas, PR dan laporan praktikum bagaikan ombak yang gak habis-habis… Saya tetap merasa sangat bersyukur. My instructors are excellent. The academic atmosphere is great. The feeling that there are so many things out there that you want to know, that science offers things you’ve never expected before…

Yes, the thing that makes me quite sad about this year is the fact that I have to be so far away from my family and some of my friends. Berada begitu jauh dari Mama, Abah dan Ita sometimes feels so hard. But then again, saya berusaha meyakini, bahwa saya berjuang disini untuk membuat mereka bangga.
Abah dan Mama. My sources of strength. My reason to be here.
Soal farewell ini, salah satu unforgettable moment bagi saya, adalah waktu sejumlah mahasiswa tiba-tiba datang ke rumah di hari terakhir saya di Banjarmasin. Dan mereka ngasih farewell gift ke sayaaaaa… OMG I was so speechless at that time :”).
I love you, guys!
San Fransico bridge. Dulu liat pas opening scenenya Full House :p
Another great things? The trip! Tahun ini saya jad bisa mengunjungi beberapa tempat yang dulu saya pikir hanya mimpi belaka bagi saya. Ya Alloh, sampai sekarang masih berasa mimpi bahwa akhirnya saya bisa menginjakkan kaki di Harvard dan MIT. And it’s not just about the trips, but also the friends whom I went with on those trips :).
me in winter wonderland
at Empire State Building, NYC at night is pretty!
me at the USA Capitol
di depan gerbang Harvard University
MIT! Kampus impian saya dan Abah :")
So yeah. 2013 has given me numerous lessons to learnt, a bunch of new great friends, and countless blessings.
Alhamdulillah…
Good bye, 2013. Hello, 2014!

Minggu, 29 Desember 2013

The Dead and the Final

Akhirnya sodara-sodaraaaa… Akhirnya! Setelah 16 minggu berjuang sampe hidup udah gak jelas bentuknya gimana, sampailah saya diiii… Dead Week and Final Week.
Hello, Dead Week.
Namanya aja udah bikin males ya? Well, Final Week, sudah bisa ditebak, adalah minggu untuk Final Exam. UAS kalo istilah kita mah yaaaa…. Nah, trus kalo di Indo ada yang namanya Minggu Tenang (yang sebenernya lebih merupakan Minggu Panik sih ya), disini gak ada tuh Minggu Tenang. But the week before the Final Week, is called as Dead Week. Dead Week itu nama populernya, nama resminya sih Preparation Week, that sounds more academic. But we prefer to call it as Dead Week, secara minggu ini terasa lebih mematikan. Usually Dead Week is the deadline of all the projects for the semester. You know, the project that you know you should have been doing earlier but you keep on procrastinating and end up being panic when the deadline is approaching. Haha. Happens to all normal students. 

Anyway, on Dead Week, perkuliahan tetep jalan, tapi para dosen dilarang untuk ngasih kuis atau PR tambahan lagi sepanjang dead week ini. Biasanya jadi perkuliahan dipake Cuma untuk review session. But oh, in my Environmental Soil Chemistry class, we even had a class picture at the last class. This, is definitely one of the most fun class I’ve ever had
AGRY3850 Class for Fall 2013. FUN!
Selama Dead Week dan Final Week, semua fasilitas kampus dibuka 24 jam. Bahkan di Hicks Library ( my second home :”) ), after midnight they provide free coffee for the students. Berasa banget lho Dead Week dan Final Week ini. Perpustakaan penuuuuuuhhhh…It’s just full with students desperately trying to finish projects and study. And you will see a long line at the café, when people trying to get their dose of caffeine. And yep, I was one of them.

Eh, tapi pernah nih, kan ada salah satu study room yang gede dan dilengkapi sama LCD projector gitu. Waktu itu kebetulan saya dan temen saya nongkrong belajar di salah satu private study room. But we could still see what’s happening in the common study room from the glass window. Jadi para anak undergrad itu, mereka dengan isengnya menghubungkan LCD Projector itu dengan salah satu komputer, dan lewat LCD Projector itu mereka beramai-ramai nonton… Victoria’s Secret Fashion Show. Sumpah saya ngakak liatnya.

beginilah wajah grad students on dead-week
Saya sih sebenernya suka dengan judesnya ngomong, “Dead week? What ‘dead’ week? I’ve been living like a zombie anyway for the past few weeks…”.
me being a zombie
So yeah. On dead week, pulang dari perpus udah jam 2 malem ajaaaaahhhh… Kalo sebelumnya hidup saya sudah gak jelas bentuknya apa, on dead week I don’t think I have a life. Mehehehehe… Anyway, I still try to keep my sanity. Pas Dead Week ini saya dapet tiket gratis untuk nonton Christmas Show-nya Purdue Musical Organization, jadi semacam kabaret gitu. Bagus deh. Trus bahkan di hari Minggu sebelum Dead Week, saya dan Sarah nonton Catching Fire. One of my friends actually got a little bit upset about this, secara kami dulu pernah semacam janjian mau nonton bareng. But then he preferred to try finishing his assignment, sementara saya dengan polosnya tetep pergi nonton.

And one of the most fun thing adalah the dinner that we had. Jadi in the middle of the dead week, kita para Fulbright grantee angkatan baru dapet undangan makan malam di Dean of Graduate Study. It’s a semi-formal dinner, so I think one of the nicest thing was, we dressed up nicely. Like, seriously, I rarely see my friends in formal clothes like that, where most of them wearing suit and tie. I usually see them wearing T-shirts and complaining about assignments or wearing sweaters and complaining about the horrible mid-west weather. So really, seeing them looking so good like that was very nice :).


Sometimes they can look good, wearing suit and tie ;)

Saya jadi yang paling cantiiikkk... :P
After the Dead Week, come the Final Week. And by the end of Dead Week, I have shifted from the state of “OMG-I-am-so-not-ready-for-final-exam” to the state of “whatever-I-just-want-all-this-to-end-soon”.
Saya cuma ujian untuk 3 mata kuliah, dan dua mata kuliah, Environmental Soil Chemistry dan General Statistics for Engineering ujian di hari yang sama. Udah bukan pasrah lagi deh kayaknya. Ujiannya jam 8, di Lilly Hall, yang sekitar 20 menit jalan kaki dari apartemen saya. I planned to wake up at 5.30, and I ended up waking up at 7.20. Yep. Tentu saja saya telat 3 menit ke ruang ujian. And I was the last one leaving the room. Dan mungkin saking muka saya udah gak ada bedanya sama zombie, dosennya yang kebetulan juga adalah academic advisor alias dosen wali saya sampe ngomong, “Oh, why you have to look so miserable, Ami? Don’t worry, you’re going to be fine!”.

Pulang ke apartemen sebentar, dengan wacana mau belajar barang sebentar. Wacana tinggallah wacana. I ended up falling asleep. Kebangun jam 11.45 siang, dengan satu pikiran, “Masih ada waktu kok. Ujiannya jam 2 ini.” So I spent some times Cuma untuk guling-guling gak jelas, sampe akhirnya bangkit dari tempat tidur jam 12.05 untuk siap-siap. Trus sambil make kerudung saya ngecek ruangan, dan baru sadar. Ujiannya bukan jam 2 siang. Ujiannya jam 1 siang. And it was already 12.38.
Cerdas ya saya ini?

Langsung lari, dan Alhamdulillah banget ada bus. Nyampe di ruangan jam 12.59. And guess what? Entah gimana caranya, untuk ujian dengan jumlah peserta sekitar 80 orang, ruangan yang ada kapasitasnya untuk 40 orang. Jadi selama hampir 45 menit kami terkatung-katung dulu sementara si dosen sibuk telfon sana-sini untuk nyari ruangan.

Don’t even dare to ask me how was the exam. It was worse than horrible.

Anyway, the last exam was Atmospheric Chemistry. Examnya jam 7 malem. And at that night was when the temperature in West Lafayette was -18°C, dan Real feel-nya adalah -23°C. Dalam ruangan ujiannya sih oke-oke saja. But the walk to and from the exam site was a challenge.
But then, it was just so relieving that it’s finally over :).
And guess what’ll happen after final week?
Yep: HOLIDAY!!!!

Sabtu, 30 November 2013

Me: A Student

Jadi, setelah masa-masa Pre Academic berlalu, it’s time to face the truth: jadi mahasiswa lagiii… Sekarang saya resmi sudah berstatus mahasiswa, di Purdue University, pada Ecological Sciences and Engineering Interdisciplinary Program.
the entrance gate

Iya, saya tau, banyak kok yang bakal mengerutkan kening sambil nanya: Purdue University itu dimana?
Di West Lafayette. *yang nanya tambah bingung* Sumpah ya demi apa saya juga sebenernya sampe kelar PDO masih belum tau lho West Lafayette itu dimana dan pegimane. Saya cuma tau bahwa jurusan yang menarik hati dan batin saya adalah si ESE ini, di Purdue. Anyway. Waktu saya bilang kalo saya bakal ngelanjutin ke Purdue, people who knows it rata-rata merespon gini: “Oh, so you will live in the middle of cornfield”. I thought they were joking. They were not. Ini kampusnya di ladang jaguuunggg… Huhuhuhu…
sunset in a cornfield
Yes, this is in a corn field. No, I am not one of the Cildren of the Cornfield
Still, Purdue University ini adalah salah satu kampus di negara bagian Indiana, dan terkenal dengan program-program Engineering-nya. Tau Neil Armstrong? Nah, dia lulusan Purdue tuh :D. *dan saya baru tau pas nyampe sini*
with Uncle Armstrong :D
Statistically speaking, Purdue adalah universitas dengan jumlah mahasiswa internasional terbanyak keempat di USA.Located in West Lafayette, kota kecil yang sekitar 1 jam dari Indianapolis (ibukotanya Indiana) dan sekitar 2 jam dari Chicago (nah, kalo Chicago baru pada tau kan yaaa?). Official color of this campus is black and gold. Dan kita punya maskot lhooo…Official mascot: Boiler Maker Special. Unofficial mascot: Purdue Pete.
me and Purdue Pete
 Nah, yelnya kita: “Boiler Up!”.Kenapa jadi Boiler Up? Kenapa yaaa? Ahahahaha… Kalo gak salah sih, hubungannya dengan sejarah bahwa di daerah ini dulu banyak buruh kereta api. Dan kereta api zaman dulu kan masih pake uap. Jadi kerjaan mereka adalah membakar batu bara hingga ada uap air mendidih atau apa gitu. Yah, intinya mah: “Boiler Up!”Dan karena yel kita adalah boiler up, maka para mahasiswa disini disebut sebagai Boiler Maker :D.One of the thing I really find interesting about universities here, is the rivalry. Nah, rival kami adalaaaahhh… Indiana University! Secara nih ya, kami sama-sama Universitas di negara bagian Indiana. Jadi waktu orientation week, kan ada tuh convocation for graduate student. Dan salah satu hal yang diajarkan secara resmi kepada kami, para new graduate student, is our chant:“Boiler up! Hammers down! IU sucks!”
NYAHAHAHAHAHA… Asli ketawa ngakak.Rivalry ini terutama kalo sudah menyangkut olahraga. Yep. Here in the USA, college football is something, BIG.

The first time I got here, I was amazed by how HUGE this campus is. Sekarang mah udah biasa aja….
University Hall seen from Loeb Fountain
the other side of University Hall
Hahahahaha… Anyway, secara saya kuliah di program yang interdisciplinary, jadilah ruang kuliah saya gak menentu. Saya bisa ngambil berbagai mata kuliah dari beberapa departemen yang berbeda-beda. Jadi untuk semester ini, saya ngambil mata kuliahnya jurusan Agronomi, mata kuliahnya EAPS (Earth, Atmospheric and Planetary Sciences), dan tentu saja, mata kuliahnya jurusan Statistik -_-. Jadi saya kuliah di gedung yang beda-beda setiap harinyaaaa…
a view from one of my class rooms, ARMS 1021
 One of the thing about being a student here: sleep doesn’t happen.Tempat nongkrong saya di Hicks Library, yang study area di ground floornya buka 24 jam.
salah satu sudut favorit saya untuk belajar di Hicks
gini nih meja saya kalo lagi belajar di Hicks
Jam 1 malem, Hicks ini masih rame aja. Kecuali Jum'at. Mehehehehehe…. Kalo hari lain (bahkan hari Minggu), it can be so difficult to find a seat here.
Hicks Library at 12.35AM. Yep, after midnight
the basement area of Hicks Library. kalo study area di underground sudah penuh, tergusurlah kami kesini
Dulu sebelum kesini, saya sih ngebayanginnya gak bakal jauh beda la ya sama waktu saya sekolah di Melbourne dulu. It turns out that I was wrong. It’s much more demanding. Saya sempet chat sama temen yang dulu S2nya di Belanda, dan dia juga bilang that here, it’s harder. There are times when I feel so low, when I walk back to my apartment from the library (usually at 1 AM), I look up to the midnight sky and ask, “God, tell me again, why? What am I doing here?” Tapi toh, saya yakin, all the hardworks will be paid off. Dosen-dosennya keren. Atnospheric Chemistry, walopun materinya hard-core physical chemistry, dosennya bener-bener bagus. Cara dia ngajar itu lho, saya selalu terkagum-kagum. Dan dosen saya untuk Environmental Soil Chemistry juga baiiikkk banget. Waktu kita ngereview materi untuk persiapan ujian, we had a board game, and she cooked for us! Not just the lecturer, saya juga ketemu temen-temen yang baik disini :D. Mulai dari temen satu cohort (alias satu angkatan) di ESE. Temen-temen sesama Fulbrighter (we have Purdue Fulbrighter Association here). Temen-temen sesama orang Indonesia yang graduate students.
me and the other Fulbrighter in a trip to Lake Michigan
Purdue Fulbrighter in the pumpkin carving for Halloween

with the other Indonesian students, having a great dinner
fall season with Indonesian friends
 So yeah, even though the life of being a grad student here can be so harsh, it’s worth it. It really worth it.It is difficult. But constant prayer and faith that God always be with me makes it easier to bear with. And of course, having nice people around you as your friends, always makes the day brighter :).
me now: a boiler maker

Selasa, 01 Oktober 2013

The Pre Academic Story: Part 3

Nyahahahaha…belum basi kan ya kalo saya masih cerita soal Pre-Academic ini? Sebenernya sih udah pengen nulis soal ini dari kapan gitu, tapi the life of a graduate student memisahkan saya dengan blog ini. Halah. Padahal banyak juga yang mau saya ceritain disini, soal gimana naik turun jatuh bangun timbul tenggelam jadi mahasiswa lagi disini. Yeah, me being a drama queen.

Aaaanyway….

Jadi ya, walopun itu di foto-foto di postingan saya sebelumnya keliatannya kami cuma jalan-jalan saja, we actually did something quite academic in the program :p. Yang pasti sih, ada 3 subjects: Academic Reading and Writing, Oral Fluency, dan Intercultural Communications.

Academic Reading and Writing, tentu saja kelas yang paling serius. Instructornya, Angela, sudah tua, tapi baik dan sabar. Tapi dengan sangat menyesal, karena kelas ini mulai jam 1 sampe jam 3, dan saat Pre Academic, saya lagi puasa, saya selalu ketiduran di kelas ini. Aduh. Maap ya Miss Angelaaaa…
di kelas Angela. iya. saya salah posisi. di sebelah Roman, saya jadi kayak liliput
with miss Angela
Oral Fluency ini kelas yang paling saya suka. Apalagi, pada dasarnya saya memang selalu merasa minder jaya kalo harus ngomong di depan umum. So yeah, this class helps me a lot. Apalagi instructornya, Audrey, super baiiiikkk.
with Audrey, one of the best instructor I ever had
Kalo Intercultural Communication, instructornya yang paling gaul nih. Namanya Ramon. And he has been traveled a lot. Oh, waktu Pre Acad dia ulang tahuuuunnn :D.

Dan iniiii….

Ini program coordinatornya yang…ihik…super ganteng.
Namanya George. As he is the Program coordinator, jadilah dia yang ngurusin segala sesuatu terkait kesejahteraan kita. Tapi sebenernya mungkin dia agak kesel ya sama saya, secara saya dalam waktu 3 hari sudah: menghilangkan kartu IT-information, menghilangkan dining card, dan menghilangkan my student ID card.
Maaf ya Geoooorgeeee… *sungkem*.

Selain belajar di kelas, tiap akhir minggu ada program khusus. Pas wiken pertama, kita dapet host family. Saya kebagian dapet host family who is very nice, and she took us to the Jelly Belly candy factory!
Thomas, Jeannie, me, Mbak Dian and Victoria, and Chau. Jeannie was our host family, with her children, Thomas and Victoria
Pas wiken kedua, kita ikut charity. Boleh milih, mau volunteer untuk lomba sepeda, atau mau untuk Habitat for Humanity. Karena males liat orang banyak, jadilah saya memilih ikut Habitat for Humanity. Kegiatannya sih membangun rumah murah untuk kalangan menengah ke bawah. Tapi tolong ya, standar rumah murah sederhana disini tuh jauh banget sama di Indo ._. . Anyway, it was fun :D.



Tentu sajaaaa…. Wiken yang paling dinantikan adalah wiken di saat kami trip ke San Fransico!!! Eh, Golden Gate itu mah ternyata sebelas dua belas aja sama jembatan di Indonesia. Halah. Overrated.


Nah, setelah tiga minggu, kami haruuusss…presentasi. Setdah. Jadi kan selama masa Pre Academic, di kelas Academic Writing itu kita dapet tugas nulis essay. Nah, terus pas akhir Pre Academic, kita harus mempresentasikan essay kita itu di Global Forum. Nyahahahahahhaa. Saya yang suka gelagapan sendiri ini tentu saja panik tralala karena harus presentasi. But yeah, it went quite well anyway :).
me and my slides for the presentation
One of the most unforgettable moment adalah Graduation Night. Pas hari dimana kami presentasi itu, malemnya Graduation Night. Jadi penyerahan seryifikat daaaa….nilai akhir. Cieeee…terima rapot nih ceritanya. Nah, sekitar seminggu sebelum Graduation Night itu, George ngirim imel ke kami semua, menawarkan siapa tau ada yang mau ngasih speech untuk Graduation Night.Dan saya, saya lho… I replied to him. I said, yes, I would like to do so.
Nyeh.
I had no idea what was on my mind when I wrote it. Bahkan saya sampe mau meralat imel saya itu begitu saya mengklik tombol Send. Setdah, ngasih pidato dalam bahasa Indonesia aja saya gak bener, ngapain mau ngasih graduation speech segala pake bahasa Londo?
Saking gugupnya, saya minta waktu untuk latihan sama Audrey. Dan saya bahkan sempet nangis segala lho.
Bahkan pas nyampe di tempat acara, saya sempet mau ngedatengin George untuk bilang, “George, I think I change my mind. I don’t feel like doing the graduation speech.”
Apalagi pas saya liat, ternyata dari 28 peserta, cuma 3 yang mau ngasih pidato (termasuk saya).
Okesip. And I got the first turn.
lihatlah betapa wajah saya telihat begitu nelangsa..ahahaha...
The unexpected thing was, apparently, people liked my speech. Wetsaaahhh…
Nyahahahahaha… They said that it was touching and sincere and almost made them cry. Saya sampe terharu lho waktu Juan manggil saya, dan bilang, “Ami, we would like to have a toast on your wonderful speech. Thank you very much for that beautiful speech…”.
the girls at the graduation night. Diana did a dance from Costa Rica with that beautiful dress :)
Eventually, everything comes to an end. After that 3-weeks of wonderful times, akhirnya kami mesti pisah, dan menuju kampus masing-masing. Sedih deh waktu harus pisah :( . But hey, who knows that we might see each other again :D ? It has been an amazing experience.
Dan salah satu hal yang saya syukuri dari Pre Acad ini adalah, saya gak sendirian ke Purdue. Nyahahahahaha… Waktu di Indo sudah nerves abis karena mikirnya bakal sendirian banget di Purdue (which is literally, in the middle of corn-field). Tapi di Pre Acad ini, jadi ketemu sama Edgardo dan Agustin  yang sama-sama mau ke Purdue juga.
So yeah. The program itself was only for 3 and a half week. But the memory will stay forever. And most importantly, the friendship will last :).



Selasa, 31 Desember 2013

And Another Year Goes By

Setahun yang lalu, di tanggal yang sama, 31 Desember, tidak pernah terlintas sedikitpun bahwa di hari terakhir 2013, saya akan berada di salah satu kota yang sebelumya hanya sekedar kota yang terasa begitu jauh.

But here I am right now, on the last day of 2013, in New York.

Life is good, and God is great.

Alhamdulillah, sekali lagi, Tuhan membuktikan kasih sayang dan berkah Nya yang tidak habis-habis.
2013 menjadi salah satu titik balik lagi bagi hidup saya.

Salah satu hal yang paling saya syukuri di tahun ini, saya banyak sekali bertemu dengan teman-teman baru. Proses seleksi sampai dengan placement dari beasiswa yang saya terima mempertemukan saya dengan begitu banyak orang-orang hebat. Mulai dari pertemuan di acara Pre-Departure Orientation. Lalu program Pre Academic selama 3 minggu di UC Davis membawa saya berkenalan dengan teman-teman dari berbagai negara. Dan sekarang, setelah resmi berstatus mahasiswa lagi, saya kembali bertemu dengan teman-teman baruuu :D.
(atas) Mbak Mira, Mirrah, Una, Argita
(bawah)  Riya, Mbak Dwi, sayaaa
Indonesian Fulbrighters 2013!
sekian lama temenan virtual, akhirnya ketemu langsung :D!
friends at the Pre Academic Program
Pre Academic
Global Forum
Shahin's birthday!

Indonesian students of Purdue



All the new friends, yang menjadi keluarga bagi saya, membuat kehidupan saya semakin berwarna-warni.
Tidak hanya teman-teman, kesempatan untuk bisa berstatus mahasiswa kembali, betul-betul menjadi hal yang sangat saya syukuri. Yes, it is hard. Very hard. But then again, it’s worth it. It’s really worth it. Meskipun harus jungkir balik gak karu-karuan. Even though the library becomes the place where I spend more of time than in my apartment. Walaupun tugas, PR dan laporan praktikum bagaikan ombak yang gak habis-habis… Saya tetap merasa sangat bersyukur. My instructors are excellent. The academic atmosphere is great. The feeling that there are so many things out there that you want to know, that science offers things you’ve never expected before…

Yes, the thing that makes me quite sad about this year is the fact that I have to be so far away from my family and some of my friends. Berada begitu jauh dari Mama, Abah dan Ita sometimes feels so hard. But then again, saya berusaha meyakini, bahwa saya berjuang disini untuk membuat mereka bangga.
Abah dan Mama. My sources of strength. My reason to be here.
Soal farewell ini, salah satu unforgettable moment bagi saya, adalah waktu sejumlah mahasiswa tiba-tiba datang ke rumah di hari terakhir saya di Banjarmasin. Dan mereka ngasih farewell gift ke sayaaaaa… OMG I was so speechless at that time :”).
I love you, guys!
San Fransico bridge. Dulu liat pas opening scenenya Full House :p
Another great things? The trip! Tahun ini saya jad bisa mengunjungi beberapa tempat yang dulu saya pikir hanya mimpi belaka bagi saya. Ya Alloh, sampai sekarang masih berasa mimpi bahwa akhirnya saya bisa menginjakkan kaki di Harvard dan MIT. And it’s not just about the trips, but also the friends whom I went with on those trips :).
me in winter wonderland
at Empire State Building, NYC at night is pretty!
me at the USA Capitol
di depan gerbang Harvard University
MIT! Kampus impian saya dan Abah :")
So yeah. 2013 has given me numerous lessons to learnt, a bunch of new great friends, and countless blessings.
Alhamdulillah…
Good bye, 2013. Hello, 2014!

Minggu, 29 Desember 2013

The Dead and the Final

Akhirnya sodara-sodaraaaa… Akhirnya! Setelah 16 minggu berjuang sampe hidup udah gak jelas bentuknya gimana, sampailah saya diiii… Dead Week and Final Week.
Hello, Dead Week.
Namanya aja udah bikin males ya? Well, Final Week, sudah bisa ditebak, adalah minggu untuk Final Exam. UAS kalo istilah kita mah yaaaa…. Nah, trus kalo di Indo ada yang namanya Minggu Tenang (yang sebenernya lebih merupakan Minggu Panik sih ya), disini gak ada tuh Minggu Tenang. But the week before the Final Week, is called as Dead Week. Dead Week itu nama populernya, nama resminya sih Preparation Week, that sounds more academic. But we prefer to call it as Dead Week, secara minggu ini terasa lebih mematikan. Usually Dead Week is the deadline of all the projects for the semester. You know, the project that you know you should have been doing earlier but you keep on procrastinating and end up being panic when the deadline is approaching. Haha. Happens to all normal students. 

Anyway, on Dead Week, perkuliahan tetep jalan, tapi para dosen dilarang untuk ngasih kuis atau PR tambahan lagi sepanjang dead week ini. Biasanya jadi perkuliahan dipake Cuma untuk review session. But oh, in my Environmental Soil Chemistry class, we even had a class picture at the last class. This, is definitely one of the most fun class I’ve ever had
AGRY3850 Class for Fall 2013. FUN!
Selama Dead Week dan Final Week, semua fasilitas kampus dibuka 24 jam. Bahkan di Hicks Library ( my second home :”) ), after midnight they provide free coffee for the students. Berasa banget lho Dead Week dan Final Week ini. Perpustakaan penuuuuuuhhhh…It’s just full with students desperately trying to finish projects and study. And you will see a long line at the café, when people trying to get their dose of caffeine. And yep, I was one of them.

Eh, tapi pernah nih, kan ada salah satu study room yang gede dan dilengkapi sama LCD projector gitu. Waktu itu kebetulan saya dan temen saya nongkrong belajar di salah satu private study room. But we could still see what’s happening in the common study room from the glass window. Jadi para anak undergrad itu, mereka dengan isengnya menghubungkan LCD Projector itu dengan salah satu komputer, dan lewat LCD Projector itu mereka beramai-ramai nonton… Victoria’s Secret Fashion Show. Sumpah saya ngakak liatnya.

beginilah wajah grad students on dead-week
Saya sih sebenernya suka dengan judesnya ngomong, “Dead week? What ‘dead’ week? I’ve been living like a zombie anyway for the past few weeks…”.
me being a zombie
So yeah. On dead week, pulang dari perpus udah jam 2 malem ajaaaaahhhh… Kalo sebelumnya hidup saya sudah gak jelas bentuknya apa, on dead week I don’t think I have a life. Mehehehehe… Anyway, I still try to keep my sanity. Pas Dead Week ini saya dapet tiket gratis untuk nonton Christmas Show-nya Purdue Musical Organization, jadi semacam kabaret gitu. Bagus deh. Trus bahkan di hari Minggu sebelum Dead Week, saya dan Sarah nonton Catching Fire. One of my friends actually got a little bit upset about this, secara kami dulu pernah semacam janjian mau nonton bareng. But then he preferred to try finishing his assignment, sementara saya dengan polosnya tetep pergi nonton.

And one of the most fun thing adalah the dinner that we had. Jadi in the middle of the dead week, kita para Fulbright grantee angkatan baru dapet undangan makan malam di Dean of Graduate Study. It’s a semi-formal dinner, so I think one of the nicest thing was, we dressed up nicely. Like, seriously, I rarely see my friends in formal clothes like that, where most of them wearing suit and tie. I usually see them wearing T-shirts and complaining about assignments or wearing sweaters and complaining about the horrible mid-west weather. So really, seeing them looking so good like that was very nice :).


Sometimes they can look good, wearing suit and tie ;)

Saya jadi yang paling cantiiikkk... :P
After the Dead Week, come the Final Week. And by the end of Dead Week, I have shifted from the state of “OMG-I-am-so-not-ready-for-final-exam” to the state of “whatever-I-just-want-all-this-to-end-soon”.
Saya cuma ujian untuk 3 mata kuliah, dan dua mata kuliah, Environmental Soil Chemistry dan General Statistics for Engineering ujian di hari yang sama. Udah bukan pasrah lagi deh kayaknya. Ujiannya jam 8, di Lilly Hall, yang sekitar 20 menit jalan kaki dari apartemen saya. I planned to wake up at 5.30, and I ended up waking up at 7.20. Yep. Tentu saja saya telat 3 menit ke ruang ujian. And I was the last one leaving the room. Dan mungkin saking muka saya udah gak ada bedanya sama zombie, dosennya yang kebetulan juga adalah academic advisor alias dosen wali saya sampe ngomong, “Oh, why you have to look so miserable, Ami? Don’t worry, you’re going to be fine!”.

Pulang ke apartemen sebentar, dengan wacana mau belajar barang sebentar. Wacana tinggallah wacana. I ended up falling asleep. Kebangun jam 11.45 siang, dengan satu pikiran, “Masih ada waktu kok. Ujiannya jam 2 ini.” So I spent some times Cuma untuk guling-guling gak jelas, sampe akhirnya bangkit dari tempat tidur jam 12.05 untuk siap-siap. Trus sambil make kerudung saya ngecek ruangan, dan baru sadar. Ujiannya bukan jam 2 siang. Ujiannya jam 1 siang. And it was already 12.38.
Cerdas ya saya ini?

Langsung lari, dan Alhamdulillah banget ada bus. Nyampe di ruangan jam 12.59. And guess what? Entah gimana caranya, untuk ujian dengan jumlah peserta sekitar 80 orang, ruangan yang ada kapasitasnya untuk 40 orang. Jadi selama hampir 45 menit kami terkatung-katung dulu sementara si dosen sibuk telfon sana-sini untuk nyari ruangan.

Don’t even dare to ask me how was the exam. It was worse than horrible.

Anyway, the last exam was Atmospheric Chemistry. Examnya jam 7 malem. And at that night was when the temperature in West Lafayette was -18°C, dan Real feel-nya adalah -23°C. Dalam ruangan ujiannya sih oke-oke saja. But the walk to and from the exam site was a challenge.
But then, it was just so relieving that it’s finally over :).
And guess what’ll happen after final week?
Yep: HOLIDAY!!!!

Sabtu, 30 November 2013

Me: A Student

Jadi, setelah masa-masa Pre Academic berlalu, it’s time to face the truth: jadi mahasiswa lagiii… Sekarang saya resmi sudah berstatus mahasiswa, di Purdue University, pada Ecological Sciences and Engineering Interdisciplinary Program.
the entrance gate

Iya, saya tau, banyak kok yang bakal mengerutkan kening sambil nanya: Purdue University itu dimana?
Di West Lafayette. *yang nanya tambah bingung* Sumpah ya demi apa saya juga sebenernya sampe kelar PDO masih belum tau lho West Lafayette itu dimana dan pegimane. Saya cuma tau bahwa jurusan yang menarik hati dan batin saya adalah si ESE ini, di Purdue. Anyway. Waktu saya bilang kalo saya bakal ngelanjutin ke Purdue, people who knows it rata-rata merespon gini: “Oh, so you will live in the middle of cornfield”. I thought they were joking. They were not. Ini kampusnya di ladang jaguuunggg… Huhuhuhu…
sunset in a cornfield
Yes, this is in a corn field. No, I am not one of the Cildren of the Cornfield
Still, Purdue University ini adalah salah satu kampus di negara bagian Indiana, dan terkenal dengan program-program Engineering-nya. Tau Neil Armstrong? Nah, dia lulusan Purdue tuh :D. *dan saya baru tau pas nyampe sini*
with Uncle Armstrong :D
Statistically speaking, Purdue adalah universitas dengan jumlah mahasiswa internasional terbanyak keempat di USA.Located in West Lafayette, kota kecil yang sekitar 1 jam dari Indianapolis (ibukotanya Indiana) dan sekitar 2 jam dari Chicago (nah, kalo Chicago baru pada tau kan yaaa?). Official color of this campus is black and gold. Dan kita punya maskot lhooo…Official mascot: Boiler Maker Special. Unofficial mascot: Purdue Pete.
me and Purdue Pete
 Nah, yelnya kita: “Boiler Up!”.Kenapa jadi Boiler Up? Kenapa yaaa? Ahahahaha… Kalo gak salah sih, hubungannya dengan sejarah bahwa di daerah ini dulu banyak buruh kereta api. Dan kereta api zaman dulu kan masih pake uap. Jadi kerjaan mereka adalah membakar batu bara hingga ada uap air mendidih atau apa gitu. Yah, intinya mah: “Boiler Up!”Dan karena yel kita adalah boiler up, maka para mahasiswa disini disebut sebagai Boiler Maker :D.One of the thing I really find interesting about universities here, is the rivalry. Nah, rival kami adalaaaahhh… Indiana University! Secara nih ya, kami sama-sama Universitas di negara bagian Indiana. Jadi waktu orientation week, kan ada tuh convocation for graduate student. Dan salah satu hal yang diajarkan secara resmi kepada kami, para new graduate student, is our chant:“Boiler up! Hammers down! IU sucks!”
NYAHAHAHAHAHA… Asli ketawa ngakak.Rivalry ini terutama kalo sudah menyangkut olahraga. Yep. Here in the USA, college football is something, BIG.

The first time I got here, I was amazed by how HUGE this campus is. Sekarang mah udah biasa aja….
University Hall seen from Loeb Fountain
the other side of University Hall
Hahahahaha… Anyway, secara saya kuliah di program yang interdisciplinary, jadilah ruang kuliah saya gak menentu. Saya bisa ngambil berbagai mata kuliah dari beberapa departemen yang berbeda-beda. Jadi untuk semester ini, saya ngambil mata kuliahnya jurusan Agronomi, mata kuliahnya EAPS (Earth, Atmospheric and Planetary Sciences), dan tentu saja, mata kuliahnya jurusan Statistik -_-. Jadi saya kuliah di gedung yang beda-beda setiap harinyaaaa…
a view from one of my class rooms, ARMS 1021
 One of the thing about being a student here: sleep doesn’t happen.Tempat nongkrong saya di Hicks Library, yang study area di ground floornya buka 24 jam.
salah satu sudut favorit saya untuk belajar di Hicks
gini nih meja saya kalo lagi belajar di Hicks
Jam 1 malem, Hicks ini masih rame aja. Kecuali Jum'at. Mehehehehehe…. Kalo hari lain (bahkan hari Minggu), it can be so difficult to find a seat here.
Hicks Library at 12.35AM. Yep, after midnight
the basement area of Hicks Library. kalo study area di underground sudah penuh, tergusurlah kami kesini
Dulu sebelum kesini, saya sih ngebayanginnya gak bakal jauh beda la ya sama waktu saya sekolah di Melbourne dulu. It turns out that I was wrong. It’s much more demanding. Saya sempet chat sama temen yang dulu S2nya di Belanda, dan dia juga bilang that here, it’s harder. There are times when I feel so low, when I walk back to my apartment from the library (usually at 1 AM), I look up to the midnight sky and ask, “God, tell me again, why? What am I doing here?” Tapi toh, saya yakin, all the hardworks will be paid off. Dosen-dosennya keren. Atnospheric Chemistry, walopun materinya hard-core physical chemistry, dosennya bener-bener bagus. Cara dia ngajar itu lho, saya selalu terkagum-kagum. Dan dosen saya untuk Environmental Soil Chemistry juga baiiikkk banget. Waktu kita ngereview materi untuk persiapan ujian, we had a board game, and she cooked for us! Not just the lecturer, saya juga ketemu temen-temen yang baik disini :D. Mulai dari temen satu cohort (alias satu angkatan) di ESE. Temen-temen sesama Fulbrighter (we have Purdue Fulbrighter Association here). Temen-temen sesama orang Indonesia yang graduate students.
me and the other Fulbrighter in a trip to Lake Michigan
Purdue Fulbrighter in the pumpkin carving for Halloween

with the other Indonesian students, having a great dinner
fall season with Indonesian friends
 So yeah, even though the life of being a grad student here can be so harsh, it’s worth it. It really worth it.It is difficult. But constant prayer and faith that God always be with me makes it easier to bear with. And of course, having nice people around you as your friends, always makes the day brighter :).
me now: a boiler maker

Selasa, 01 Oktober 2013

The Pre Academic Story: Part 3

Nyahahahaha…belum basi kan ya kalo saya masih cerita soal Pre-Academic ini? Sebenernya sih udah pengen nulis soal ini dari kapan gitu, tapi the life of a graduate student memisahkan saya dengan blog ini. Halah. Padahal banyak juga yang mau saya ceritain disini, soal gimana naik turun jatuh bangun timbul tenggelam jadi mahasiswa lagi disini. Yeah, me being a drama queen.

Aaaanyway….

Jadi ya, walopun itu di foto-foto di postingan saya sebelumnya keliatannya kami cuma jalan-jalan saja, we actually did something quite academic in the program :p. Yang pasti sih, ada 3 subjects: Academic Reading and Writing, Oral Fluency, dan Intercultural Communications.

Academic Reading and Writing, tentu saja kelas yang paling serius. Instructornya, Angela, sudah tua, tapi baik dan sabar. Tapi dengan sangat menyesal, karena kelas ini mulai jam 1 sampe jam 3, dan saat Pre Academic, saya lagi puasa, saya selalu ketiduran di kelas ini. Aduh. Maap ya Miss Angelaaaa…
di kelas Angela. iya. saya salah posisi. di sebelah Roman, saya jadi kayak liliput
with miss Angela
Oral Fluency ini kelas yang paling saya suka. Apalagi, pada dasarnya saya memang selalu merasa minder jaya kalo harus ngomong di depan umum. So yeah, this class helps me a lot. Apalagi instructornya, Audrey, super baiiiikkk.
with Audrey, one of the best instructor I ever had
Kalo Intercultural Communication, instructornya yang paling gaul nih. Namanya Ramon. And he has been traveled a lot. Oh, waktu Pre Acad dia ulang tahuuuunnn :D.

Dan iniiii….

Ini program coordinatornya yang…ihik…super ganteng.
Namanya George. As he is the Program coordinator, jadilah dia yang ngurusin segala sesuatu terkait kesejahteraan kita. Tapi sebenernya mungkin dia agak kesel ya sama saya, secara saya dalam waktu 3 hari sudah: menghilangkan kartu IT-information, menghilangkan dining card, dan menghilangkan my student ID card.
Maaf ya Geoooorgeeee… *sungkem*.

Selain belajar di kelas, tiap akhir minggu ada program khusus. Pas wiken pertama, kita dapet host family. Saya kebagian dapet host family who is very nice, and she took us to the Jelly Belly candy factory!
Thomas, Jeannie, me, Mbak Dian and Victoria, and Chau. Jeannie was our host family, with her children, Thomas and Victoria
Pas wiken kedua, kita ikut charity. Boleh milih, mau volunteer untuk lomba sepeda, atau mau untuk Habitat for Humanity. Karena males liat orang banyak, jadilah saya memilih ikut Habitat for Humanity. Kegiatannya sih membangun rumah murah untuk kalangan menengah ke bawah. Tapi tolong ya, standar rumah murah sederhana disini tuh jauh banget sama di Indo ._. . Anyway, it was fun :D.



Tentu sajaaaa…. Wiken yang paling dinantikan adalah wiken di saat kami trip ke San Fransico!!! Eh, Golden Gate itu mah ternyata sebelas dua belas aja sama jembatan di Indonesia. Halah. Overrated.


Nah, setelah tiga minggu, kami haruuusss…presentasi. Setdah. Jadi kan selama masa Pre Academic, di kelas Academic Writing itu kita dapet tugas nulis essay. Nah, terus pas akhir Pre Academic, kita harus mempresentasikan essay kita itu di Global Forum. Nyahahahahahhaa. Saya yang suka gelagapan sendiri ini tentu saja panik tralala karena harus presentasi. But yeah, it went quite well anyway :).
me and my slides for the presentation
One of the most unforgettable moment adalah Graduation Night. Pas hari dimana kami presentasi itu, malemnya Graduation Night. Jadi penyerahan seryifikat daaaa….nilai akhir. Cieeee…terima rapot nih ceritanya. Nah, sekitar seminggu sebelum Graduation Night itu, George ngirim imel ke kami semua, menawarkan siapa tau ada yang mau ngasih speech untuk Graduation Night.Dan saya, saya lho… I replied to him. I said, yes, I would like to do so.
Nyeh.
I had no idea what was on my mind when I wrote it. Bahkan saya sampe mau meralat imel saya itu begitu saya mengklik tombol Send. Setdah, ngasih pidato dalam bahasa Indonesia aja saya gak bener, ngapain mau ngasih graduation speech segala pake bahasa Londo?
Saking gugupnya, saya minta waktu untuk latihan sama Audrey. Dan saya bahkan sempet nangis segala lho.
Bahkan pas nyampe di tempat acara, saya sempet mau ngedatengin George untuk bilang, “George, I think I change my mind. I don’t feel like doing the graduation speech.”
Apalagi pas saya liat, ternyata dari 28 peserta, cuma 3 yang mau ngasih pidato (termasuk saya).
Okesip. And I got the first turn.
lihatlah betapa wajah saya telihat begitu nelangsa..ahahaha...
The unexpected thing was, apparently, people liked my speech. Wetsaaahhh…
Nyahahahahaha… They said that it was touching and sincere and almost made them cry. Saya sampe terharu lho waktu Juan manggil saya, dan bilang, “Ami, we would like to have a toast on your wonderful speech. Thank you very much for that beautiful speech…”.
the girls at the graduation night. Diana did a dance from Costa Rica with that beautiful dress :)
Eventually, everything comes to an end. After that 3-weeks of wonderful times, akhirnya kami mesti pisah, dan menuju kampus masing-masing. Sedih deh waktu harus pisah :( . But hey, who knows that we might see each other again :D ? It has been an amazing experience.
Dan salah satu hal yang saya syukuri dari Pre Acad ini adalah, saya gak sendirian ke Purdue. Nyahahahahaha… Waktu di Indo sudah nerves abis karena mikirnya bakal sendirian banget di Purdue (which is literally, in the middle of corn-field). Tapi di Pre Acad ini, jadi ketemu sama Edgardo dan Agustin  yang sama-sama mau ke Purdue juga.
So yeah. The program itself was only for 3 and a half week. But the memory will stay forever. And most importantly, the friendship will last :).