Jumat, 27 Februari 2009

Akhirilah dengan Indah...

....great books...
.... cups of coffee...
... my favourite songs listed on I-Tunes ...

...aaaahhhhh.....

perfect things for me to end this week with ^_^


My First Week: Busy Week

Walah...udah Jum'at lagi... Artinya, daku udah seminggu ada disini... How time flies without you really realize that.. Hari-hari pertama diisi dengan membongkar koper. And believe me, if you think packing is a hard thing to do, unpacking is even harder... entah kenapa, saya perlu waktu 3 hari sampai koper yang waktu dibawa dari Cengkareng itu berbobot 21,9 kg benar-benar kosong. Kegiatn unpacking ini tentunya terintegrasi dengan beberes kamar. Yang berarti harus unpacking isi lemari juga. Nah, kenapa mesti unpacking isi lemari? Selama saya tinggalkan, kamar saya diisi oleh new students, sama-sama dari Indonesia juga, sebagai temporary tenant. Nah, supaya si penghuni kamar ini punya space, sebagian besar baju saya lalu dipak dalam kotak-kotak plastik gitu. Maka, dua malam saya bergubrak-gabruk ria mengeluarkan barang-barang saya dan menatanya kembali ke dalam lemari.

Jum'at siang kan saya baru nyampe tuh di rumah...sorenya udah ikut kegiatan di Mesjid Westall, ada pengajian dengan pembicara tamu Prof. Sofian Effendi. FYI nih ya.. beliaulah yang menandatangani ijazah saya di tahun 2004 kemaren. Sabtu, dengan manisnya saya ikut temen-temen jadi penyorak-sorai pertandingan bulutangkis antara Indomonashis dengan anak-anak Unimelb. Begitu melihat kekalahan di depan mata, saya, Iin, Era dan M'Vike pun memutuskan, mungkin lebih baik kami mengundurkan diri saja dari lapangan pertandingan. Dan ajaibnya, pertandingan-pertandingan selanjutnya justru dimenangkan anak-anak Monash tanpa kehadiran kami...

Next days...urusan kampus.. Apalagi mengingat Bianca, admin officer nya kami udah meng-imel saya, mengkonfirmasi apakah saya jadi mau ngambil research projetc/internship. Duh...iyaaa.. itu lagi satu dilema. Semester-semester kemaren sih, saya sempet tidak pede bakal bisa ngambil project, secara prerequisitenya adalah an average of Distinction selama dua semester pertama. Nah, sekarang Alhamdulillah syaratnya dah tercapai...sayanya kembali ga pede dengan alasan berbeda: am I going to be able to do it? Anyway, Senin ke Bianca, Rabu ketemu Course Coordinator saya, Sharron. Dia bilang sih: "I have seen your record, and I really think that you won't have any problem in doing a project for this semester.". Amiiinnn... saya juga berharap begitu Buuuuu... Apalagi dia bilang bahwa: "there's no point of having a master degree without producing any written works with a larger scale and a more difficult level than the assignments that you have done in your coursework.".

The next problem adalah *halah...problem mulu...kenapa sih saya jadi terkesan pesimis gini?* mencari supervisor. Kalo di kalangan fakultas lain, mungkin it's already too late. Saya juga dengan wajah merana menanyakan hal yangs ama pada Sharron. Jawaban Sharron, that most of GES' students won't have supervisor until the semester begins, cukup menenangkan hatio saya. Dan mulailah saya mencoba meng-imel dosen. Pilihan pertama saya, Priya, langsung dibalas pada hari itu juga dengan suatu kalimat penolakan... Hiks.. Tapi saya coba baca lagi narasinya saya, ya mungkin salah saya kali yaaa... Pilihan kata saya untuk menggambarkan topik yang saya minati kayaknya agak melenceng deh. Belajar dari kesalahan saya itu, saya coba mengimel second option. Christian, dosen Resource saya semester kemaren. Tidak berharap banyak sih. Secara, Christian itu salah satu dosen paling laris, as he is considered to be one of the best figure in GES. Kamis pagi saya imel, sampai malam masih ga ada balasan. Dan hari iniiii... Waktu saya buka imel, ada balasan dari Christian. He said he would be happy to be my supervisor! Alhamdulillah.... Senangnyaaa... ayo, mulai bekerjaaaaa!! Doakan saya ya teman-teman...

Sabtu, 21 Februari 2009

Here Again

Saya udah nyaaampeeee.... Setelah selama tiga bulan ber unproductively busy di tanah kelahiran tercinta, kemaren saya pun akhirnya kembali menjadi salah satu dari North Roader yang manis-manis.

Perjalanan kembali ke Melbourne coret alias daerah Clayton sini sebenernya udah mulai sejak tanggal 15 Februari kemaren. Terus, kenapa saya baru nyampe disini tanggal 20 Feb? Karena jalannya muter dan pake acara nyangkut segala. Tanggal 15 Feb berangkat dari Banjarmasin ke Jakarta, terus sampe Cengkareng naik Primajasa sampe Bandung. Lapor dan pamit diri dulu sama keluarga di Bandung, baru ke Jakarta lagi dan naek Garuda untuk bisa nyampe sini lagi.

Rute pesawatnya kan gini, dari Cengkareng ke Denpasar dulu, ganti pesawat tapi masih Garuda juga, baru deh nyampe di Melben. SEHARUSNYA... saya naik pesawat yang jam 19.10 dari Cengkareng. But sometimes things just happen. Pesawat saya dicancel karena ada technical problem. Tapi tetep berangkat, cuma kita ditransfer ke next flight to Denpasar, yang baru berangkat jam 21.15an gituh. Well, ya mau gimana lagi? Maka, dengan wajah memelas, saya pun langsung ngomong ke Mbak Petugas:

Saya: Ya udah deh Mbak... Saya tunggu aja jadinya. Tapi Mbak, bisa minta tolong ga Mbak?

Para Petugas: Oh, silakan Mbak. Selama masih bisa kami bantu akan kami usahakan.

Saya : Gini Mbak, orang tua saya kan masih di luar tuh... Boleh ga saya pinjem handphone Mbak nya buat ngirim SMS ke mereka? Satu SMS ajaaaa.... Ke nomer Telkomsel kok, Mbak

Sungguh, ekspresi dari para petugas itu tidak bisa saya pahami. Tapi at least, dengan cepat salah seorang mas petugas langusng mengangsurkan handphone Samsungnya kepada saya sambil dengan ramahnya ngomong: "Silakan Mbak...". Saya dengan takjub memandangi handphone itu, dan berkata: "Waduh, handphonenya terlalu canggih Mas kalo yang ini. Saya susah makenya...". Para petugas itu kembali saling berpandangan... Begitu melihat adegan bertukar pandangan itu, saya pun langsung menahan diri untuk ga ngomong kalimat lanjutan yang tadinya sudah saya rencanakan: "Yang Sony ericsson aja deh Mas, saya biasanya pake itu..". Well, singkat kata, saya berhasil mengabari keterlambatan keberangkatan saya.

Jam 21.15, boarding dan menuju Denpasar... Saya ga akan ngomong it was a nice flight, karena, ENGGAK! Duh, goyaaaang banget. Biasanya, selama ini begitu naik ke pesawat saya akan nyari tempat duduk saya, naruh tas di bawah kursi di depan saya (karena tinggi badan saya yang ga kompatibel untuk menyimpan bawaan ke bagasi kabin yang di atas kepala itu), duduk manis dan mengencangkan ikat pinggang, baca do'a, dan tidur. Bahkan sebelum pesawatnya bergerak, saya udah melayang duluan ke alam bawah sadar... Biasanya pula, saya akan terbangun waktu sang pilot ngomong : "flight attendants, landing position...". Nah, jadi ini sungguh sesuatu yang tak sering dan sangat tak biasa terjadi, bahwa sepanjang sejam lebih perjalanan Jakarta-Denpasar saya ga bisa tidur. Serius. Untunglah Denpasar-Melbourne tidak parah-parah amat, walaupun tetep aja selama 5 jam perjalanan, saya cuma bisa tidur selama sekitar satu jam. Kenapa sodara-sodara? Saya dengan cerdasnya menumpahkan 2/3 isi botol Aqua yang dibagikan pramugari ke tempat duduk saya. Jadilah bantal-bantal yang disediakan di kursi pesawat itu dengan daruratnya saya jadikan lap penyerap air dadakan. Masih untung bangku di sebelah saya kosong, jadi saya bisa duduk disitu...

Dan akhirnyaaaa... Jum'at, 20 Februari yang cerah ceria itu, saya muncul kembali di Melbeeen... Alhamdulillah, di Ngurah Rai ketemu sama M'Alia yang pulang dengan suaminya. Jadi aja saya ikut nebeng mobil sewaan mereka untuk pulang ke rumah. Di rumah, Iin dengan bahagianya menyambut kedatangan saya. Sebelum saya GR, sepertinya kebahagiaan dia tidak hanya karena kedatangan saya, tapi lebih karena paginya secara ajaib koneksi interet di rumah yang sebelumnya udah ngadat selama 3 bulan tiba-tiba aja berfungsi kembali! Saking bahagianya Iin, saya sampai dimasakin omelet untuk makan malam... Hehehehe... Tararengkyu ya Neng Iin...

And, here I am... Back in bussiness in Melbourne... Which means, back to those academic reading and writing.... Anyway, feels glad to be here again. Ayoooo.. Semangaaaaattt.. Kuliah lagiii... *sigh...*

Jumat, 20 Februari 2009

Warna Warni

Alhamdulillah...

Terima kasih Ya Allah...

Duapuluh delapan tahun

Hidup yang penuh warna…

Wuiiihhh… Ga bisa euy, tadinya mau bikin posting yang puitis gimanaaaa gitu lho untuk soal ulang tahun ini. Tetep aja ga bisa, lha memang bukan jiwa penyair. Lagian ulang tahunnya udah seminggu yang lalu iniiii....

Anyway, Alhamdulillah… Walalupun saya suka bandel, kadang-kadang jalannya suka ga lurus, Allah masih sayaaang banget sama saya sehingga mengizinkan saya masih ikut mengisi dunia ini hingga usia saya yang keduapuluh delapan (gyaaaaa…tuaaaa….).

Semakin kesini, semakin berasa betapa banyaknya warna-warni yang pernah mengisi hidup saya. Dan semua orang yang pernah mengisi hidup saya, sedikit banyak telah menggoreskan warna mereka masing-masing, ikut menjadi bagian dari cerita hidup saya, entah dalam tawa, air mata, canda, curiga, nasehat, amarah, kebingungan, bahagia, duka… Semua rasa yang ada tercipta karena hadirnya mereka. Orang tua yang tetap tabah menghadapi anak sulungnya yang kadang-kadang suka ga jelas ini. Seorang adik yang begitu berbeda dari saya, but at the same time, a person comes in the most compatible type of person for me. Sahabat-sahabat yang mendampingi saya, tidak hanya untuk bersenang-senang semata, tetapi juga ikut menopang saya ketika saya goyah dan jatuh di lubang terdalam hidup saya. Setiap guru, pendidik dan pengajar, yang telah membentuk saya hingga saya bisa ada ditempat saya berada sekarang. Teman-teman yang pernah menyapa saya dan membiarkan saya untuk ikut muncul dalam kehidupan mereka, yang tak berkeberatan agar saya sempat ikut menjadi bagian dari “kami” dan “kita” nya mereka. Para gebetan saya, yang walaupun mereka tidak sadar, seringkali menjadi motivasi bagi saya. My soulmate, whereever you are, I’m still waiting to see you when the moment finally comes. Para mahasiswa saya, yang membuat saya tetap tabah dan tetap yakin, that I have the best job in the world (even though the payment is not the best one ).

Karena tahun baru kemaren males bikin resolusi, maka saya bikin resolusi perbaikan diri sekarang aja deh…

  1. Berusaha sholat tepat waktu. Kalo Dekan manggil saya aja saya bisa segera muncul, kenapa kalo Allah yang manggil saya lima kali dalam sehari, saya tidak sesegeranya lapor diri?
  2. Mengurangi surfing ga jelas dan mengubahnya dengan memabca artikel-artikel yang berbobot (uhuuuk…., kenapa saya sendiri tidak yakin ya?)
  3. Jadi orang yang lebih sabar (kalo mau marah, tarik nafas dulu, itung samapi sepuluh, kalo masih marah juga, mending ngeloyor pergi)
  4. Mengurangi frekuensi ngomel (such a good news for my students)
  5. Meningkatkan frekuensi menabung (this one is a good news for my bank account)

Jadi mari berdoa….

  1. Semoga Allah selalu menunjukkan jalan terbaik bagi saya, memberkahi dan melindungi setiap langkah saya
  2. Semoga Allah melimpahkan rahmat, berkah dan rezekinya bagi keluarga saya
  3. Semoga saya bisa menjadi pendidik yang baik bagi mahasiswa saya, sehingga mereka bisa menjadi orang yang berguna bagi sesama
  4. Semoga cepet ketemu jodoh yang tepat di saat yang tepat, yang bisa menjadi imam bagi saya baik di dunia dan di akhirat, dan bisa membimbing saya membina keluarga yang sakinah, mawaddah warahmah..
  5. Semoga saya tambah sehat dan ga kurus ceking lagi….

AAAAMIIIIIIIINNNN…

Jumat, 13 Februari 2009

Ada Banyak Artis Ya?

Eh..eh... Inget ga sih, waktu zaman akhir 90an-awal 2000an gitu? Waktu itu zaman Sheila On 7 lagi ngetop-ngetopnya sebagai band sejuta kopi. Terus, band-band di zaman itu, model-model kayak Dewa, Padi, Gigi, terus Peter Pan *yang rada belakangan munculnya* plus beberapa band lainnya *sori, rada amnesia kalo soal nama* kayaknya tipe-tipe yang soliiid gitu. Maksud saya, kalo ngeluarin album, yang jadi hits ga cuma sekedar 1-2 lagu. Kadang-kadang yang jadi airplay gitu bisa sampe 4-5 lagu. Videoklip juga dibikinin yang banyak dari satu album. Kalo ga salah malah albumnya Dewa yang Bintang Lima itu nyaris satu album dibikin video klipnya semua.
Nah, sekarang, ngerasa ga sih kalo grup band tuh udah baaaaaanyaaaaaaak banget. Saya ga tau, apa karena sekarang saya aja yang jarang dengerin radio, atau karena saya sempet tertinggal dari perkembangan musik Indonesia selama hampir satu tahun, kayaknya kok banyak banget grup band baru ya? Ya bagus sih, pilihannya jadi banyak banget. Mulai dari yang R&B gitu, rada nge-jazz, pop, rock, sampai yang bernuansa melayu model-model ST12 dan Hijau Daun, semuaaaa ada. Tapi, ya gimana yaaa…kayaknya kok ya cuma satu dua hits, satu dua album, terus udah aja. Lima taun dari sekarang juga saya ga begitu yakin mereka masih pada eksis. Dan jujur saja, saya ga begitu respek sama band yang kalo di panggung malah pada lip-synch gitu. Band yang besar dari panggung ke panggung, bakal keliatan bahwa mau seakrobatik apapun mereka jungkir balik di panggung, suara mereka tetep stabil. Lha, ada yang cuma manggung satu lagu aja udah lip-synch. Males banget liatnya.

Ga cuma band, penyanyi solo ataupun yang model-model vokal grup gitu juga sekarang juga banyaaaak banget. Dan yang bikin saya terpana adalah, banyak dari mereka yang multi profesi gitu. Model, iya; sinetron, hayu; bikin film jalan terus, nyanyi juga dijabanin. Yaaa… bagus sih… kalo memang nyanyinya juga bagus lho yaaaa… Bukannya saya antipati sama semua itu. Ada kok beberapa band baru yang lagu-lagunya saya suka. Dan para penyanyi merangkap pemain sinetron itu juga ga semuanya jelek kok *walaupun tetep aja, ga semuanya bagus*. At least, lagu mereka suka terngiang-ngiang begitu di telinga. Sebagai contoh, gara-gara ponakan saya yang umurnya baru mau 6 tahun itu suka nyanyi: “Kamu kamu kamu lagi… Apa sih maumu, kerjaanmu mengganggu…”, tiba-tiba aja saya jadi berasa denger lagu itu dimana-mana.

Salah satu indikasi dari banyaknya artis yang ada sekarang ini bisa dipantau dari berita-berita infotainment. Asli, saya tiap pagi kan suka nonton infotainment tuh sama Mama. Dan sekitar 50% dari perbincangan saya dan Mama berkisar dalam topik yang sama: “yang lagi ditayangin ini sebenernya siapa sih???”. Dan kalo mau diliat-liat lagi, yang bisa masuk infotainment sekarang memang bukan cuma artis yang bener-bener artis. Mulai dari pacarnya artis, musuhnya artis, bahkan kayaknya ada spesies baru yang menghuni jagad infotainment: pengacara artis. Sebenernya saya mau masukin satu kategori lagi dalam spesies pengisi infotainment ini mengingat frekuensinya muncul di infotainment: pakar telematika. Tapi karena orangnya cuma satu ajah, ya sudahlah, mari kita usahakan kategori lainnya untuk yang satu ini. Dan kadang-kadang yang bikin saya rada miris, atlet nasional juga ada yang masuk infotainment. Lha, mending kalo masuk infotainment karena dia menang lomba apaaaa gitu yaaa… Ini masuk infotainment kalo bukan karena dia habis ganti pacar, ya gara-gara dia berantem. Menyedihkan.
Kayaknya, sekarang kalo mau jadi terkenal gampang yaa....

Menjelang Kepulangan

Indira Sari Paputungaaan!! Gara-gara baca posting kamu yang ini, saya jadi nyadar..iya yaaaa...mesti segera balik lagi ke benua di bawah sana yaaaaa... Huhuhu... Ternyata, walaupun kesannya lama banget, sekitar 3bulanan lebih, summer holiday itu tidaklah abadi sodara-sodara. Mulai tanggal 2 Maret, si mahasiswa perantauan ini akan kembali kuliah di kampus Clayton. Dan sesuai dengan tanggal yang tertera pada tiket, saya bakal balik tanggal 19 Februari menjelang tengah malem, nyampe di Melbourne tanggal 20 Februari pagi. Ada yang berminat mengadakan pesta pelepasan saya di Cengkareng? Atau pesta penyambutan saya di Melbourne International Airportdi Tullamarine, mungkin?
Wheww… emang selama 3 bulan di rumah, saya ngapain aja sih ya? Well, to tell you the truth, I’ve been soooo unproductively busy. Berjam-jam nyeklak-nyeklik mouse di depan laptop, hanya untuk menamatkan game-game tidak penting (semua edisi Diner Dash, Wedding Dash 1-2, Cake Mania 3), ngeberesin koleksi lagu saya di laptop, atau bikin nangis Dian, ponakan saya. Anak itu gampang banget deh dibikin nangis. Saya tinggal bilang saya mau brenti aja jadi tantenya dia, dia bisa langsung ngamuk kayak kucing diinjek ekornya.
Kegiatan yang rada produktif mungkin cuma bikin mie instan kali yaaa… Eh, tapi saya dong, dengan suksesnya berhasil bikin makaroni panggang. Sayang lupa difoto. Tapi enak kok, dan bagian bawahnya yang rada gosong sedikit malah jadi tanda bahwa itu adalah masakan rumah sejati.

Soal si Dian, keponakan-tante-Ami-yang-paling-disayangi-di-seluruh-dunia itu, saya juga selama sebulan terakhir jadi PIC untuk urusan dia belajar dan mengerjakan PR. Baidewei, Dian itu baru TK Nol Besar. Tapi kok tiap hari dia pulang bawa PR ya? Oh, betapa malangnya nasib anak sekolah jaman sekarang. Saya dulu waktu TK kerjaannya cuma melipat kertas doang. Kadang-kadang nyanyi sambil tepuk tangan. Tiap hari Sabtu makan bubur kacang ijo gratis… Ah, indahnya jaman-jaman saya masih jadi anak TK yang bandel manis dahulu kala. Kalo lagi rajin, saya juga suka “bikin-bikin” sama Dian. Ini istilah dia untuk membuat prakarya gitu. Ngomongnya dia doang kalo tugas saya bantuin dia “bikin-bikin”. Yang ada, dia bilang ke saya mau bikin apa, warna dan gambarnya apa, dan sayalah yang harus menggunting-gunting, menempel-nempel dan berkreatiph ria untuk mewujudkan keinginannya. Mulai dari bikin pembatas buku, gantungan pintu, gantunganperi. Yang terakhir, saya “bantuin” dia untuk ikut lomba menghias tas tangan yang ada di majalah Princess. Tuh, ada foto Dian dengan tas tangan yang mau dikirim buat ikut lomba. Ih, muka anak itu keliatan bandelnya ga sih? Eh, agak bergeser dikit tapi topiknya masih nyambung nih ya, majalah anak-anak jaman sekarang tuh banyak banget ya macamnya? Bobo aja ada Bobo “biasa”, ada Bobo Junior. Terus ada majalah Disney’s Princess (kesukaannya Dian), Jalan Sesama, XY Kids, Aku Anak Saleh, Mombi, daaaaan sebagainya. Ih, jaman saya dulu mah, pilihannya cuma Bobo atau Ananda. Saya dulu langganan Bobo, dan K’Atik, tetangga depan rumah langganan Ananda. Jadi kita suka tuker-tukeran.

Masih soal unproductively busy-nya saya,
selama saya disini saya sempet beberapa kali ke kampus MIPA Unlam tercinta. Ga buat ngapa-ngapain, cuma buat mengapdet gosip dan ngerecokin mahasiswa doang. Huahahahaha… Aduh, jadi kangen sama beberapa mahasiswa yang udah lulus euy…

Yang lain dari sedikit kegiatan saya yang cukup bergun
a cuma ke Jakarta doang buat ngurus exit permit. Yah, begitulah nasib pemegang paspor biru. Bebas fiskal sih bebas fiskal, tapi tetep aja birokrasinya rada belibet. Tahun kemaren, saya sempat deg-degan dan bersaing dengan waktu pas mengurus exit permit. Cerita waktu itu bisa dilihat disini. Tahun ini, Alhamdulillah, lancar-lancar saja. Walaupun tetep aja suasana kantor Deplu itu membuat saya terintimidasi. Ih, banyak banget calo yang membuat saya jadi deg-degan gituuuu.... Maksud saya, kebayang nggak sih, betapa mendepresikannya berada dalam suatu ruangan dimana 95% orang yang ada disitu kayaknya kenal sama orang dalam dan sudah biasa banget mengurus hal-hal semacam itu? Untunglah, kemaren saya ga ada masalah pas ngurus. Cuma nunggunya aja yang nyaris seharian. Oh iya, ngomong-ngomong, pengurusan jasa kekonsuleran di Deplu sekarang gratis lhoooo…

Tentu saja,kegiatan rutin mingguan saya selama disini adalaaaaah… Menonton Idola Cilik 2!!! Banyak sih yang memandang remeh acara ini. Ya eksploitasi anak lah, acara mureeeeh lah.. Tapi bodo amat ah. Saya suka kok nontonnya. Ada Duta soalnya, secara dia ada di posisi pertama dalam
cowok cakep versi saya. Heheheh…. Bukan cuma itu saja, kalo menurut saya, cuma di Idola Cilik orang-orang di belakang layar jadi pada ikut kesorot semua, termasuk para tim properti yang tukang ngangkut-ngangkut dekorasi panggung itu. Salut deh buat Okky Lukman, sang host yang bisa bikin Idola Cilik tampil dengan nuansa kekeluargaan seperti itu. Trus, berantemnya para komentator, Okky, K’Eca (ah, dia mah ga ikut berantem sebenernya, tapi lucu aja ngeliat Okky ngejar-ngejar dia) juga suka lucu kok. Soal peserta, saya sebenernya sukaaaa sama Agni. Kalau buat saya, Agni itu pede, meskipun dia rada beda sendiri. Lagian, dia tuh padahal udah didandanin cantik-cantik pake bando, pake rok dan perabotan anak perempuan lainnya, tetep aja gayanya kayak jagoan cilik. Sediiiiih deh ngeliat dia tereliminasi.

Anyway, karena hari-hari saya di rumah udah tinggal sebentaaaar, mari kita mulai mengepak koper. Melbeeeeen, i’m baaaack!!!

Rabu, 04 Februari 2009

Mengenang Kebakaran

Hari ini tadi, dalam perjalanan pulang dari Gramedia, beberapa mobil pemadam kebakaran melintas dengan ngebutnya melewati angkot yang saya tumpangi. Just a quick info, menurut saya, Banjarmasin adalah kota dengan jumlah mobil pemadam terbanyak di Indonesia. Kayaknya tiap 2 RT ada satu unit mobil pemadam deh. Di RT saya aja ada kok mobil pemadam, parkirnya di Musholla belakang rumah. Dan ini bukan tanpa sebab. Banjarmasin, dengan rumah-rumahnya yang didominasi dari bahan kayu, beriklim cukup panas plus tata kota dengan rumah yang berdesakan memang langganan kebakaran. Alhamdulillah, sejauh ini saya belum pernah mengalami kebakaran secara pribadi *aduh, jangan sampai deh kalo bisa*. Tapi kalo peristiwa yang nyaris berakhir dengan ikut terbakarnya rumah kami sih pernah beberapa kali terjadi. Mulai dari kebakaran ilalang di samping rumah gara-gara ada anak tetangga *well, saya ikutan juga sih* yang main kembang api, korleting di rumah sebelah. Yang paling akhir mungkin kejadian sekitar 4-5 tahun yang lalu. Saya inget banget. Waktu itu tahun 2004, pas pelaksanaan PEMILU. Jadi setelah paginya menjalankan kewajiban *atau hak sih?* sebagai warga negara yang baik, siang yang tenang itupun saya lalui di kamar, mendengarkan hasil perolehan suara yang dibacakan di Musholla. Nah, sekitar jam 3 - 3.30an gitu, kamar sebelah diketuk sama Yana, anak angkatnya orangtua saya. Kamar sebelah tu kamarnya Ita, adek saya. Tapi biasanya Mama tidur siang disana sama-sama Ita. Si Yana, dengan suara sepelan mungkin sambil menggendong Dian *waktu itu umurnya 1,5 tahun* ngomong gini ke Mama:
Yana : Bu, temen Ibu di seberang rumah yang suka ke arisan RT sama-sama...
Mama : Mama Atik? Iya, kenapa?
Yana : Itu Bu...
Mama : Itu kenapa?
Yana : Rumahnya lagi kebakaran
Dan mohon dicatat, suara Yana saat itu tanpa ekspresi, cenderung pelan banget malah. Menurut pengakuan Yana sih, waktu itu dia takut mengagetkan Mama. Tapi teteup aja, denger kata KEBAKARAN, Mama langsung loncat sambil neriakin saya: “Mi, Api Mi di rumah Atik!”. Saya ikut loncat dari tempat tidur, lari ke depan rumah. Doni, tetangga depan rumah *tapi bukan yang rumahnya lagi kebakaran* lagi mukul-mukul tiang listrik pake kayu gitu sambil teriak-teriak. Saya langsung ngeliatin rumah K’Atik yang persis di sebelah rumah Doni. Nah, yang kebakar itu rumah yang disebelahnya lagi, tapi kedua rumah itu ada dalam satu pagar, soalnya masih satu keluarga gitu. Jadilah kami semua panik dot kom. Pernah denger dong, kalo siapa kita sebenernya bisa keliatan dari bagaimana kita bersikap dalam keadaan di bawah tekanan dan ketegangan? Dan dalam kondisi kebakaran, biasanya kita akan langsung menyelamatkan apa atau siapa yang paling penting bagi kita. Abah langsung mengeluarkan tas koper hitam yang isinya semua dokumen penting. Mama menarik laci dan mengeluarkan tas yang isinya semua buku tabungan kami. Saya? Karena saat itu saya lagi dalam posisi pencari kerja sejati, maka tujuan utama saya adalah map yang isinya semua ijazah saya. Semua langsung kami lemparkan ke dalam mobil, yang dikeluarkan Eman *cowok yang dulu sempet nge-kost gitu di rumah kami* dari garasi. Nah, tergambar kan apa saja yang penting bagi kami? Tapi sodara-sodara, adik saya yang IPKnya 3,5 itu, muncul sambil membawa apa coba? Satu stel piama. Piama ungu bergambar buah terong kesukaannya. Dengan wajah panik. Seriuuuusss…. Di saat kami muncul dengan kertas mengertas dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan identitas dan kelangsungan hidup, dia berpikir bahwa piama-ungu-bergambar-terong adalah barang pribadi pertamanya yang harus diselamatkan. Saya udah speechless. Mobil langsung dilarikan Eman ke ujung jalan, sementara mobil-mobil pemadam mulai berdatangan. Saya udah bilang kan bahwa Banjarmasin ini banyak sekali punya mobil pemadam? Alhamdulillah, dalam waktu sekitar setengah jam, apinya udah bisa dipadamkan, meskipun satu rumah itu habis terbakar. Tapi at least, apinya tidak sempat merembet kemana-mana. Memang sih, pengalaman itu agak-agak traumatis. Tapi sampai sekarang, masih ada yang kami pertanyakan: kenapa harus piama-ungu-bergambar-terong itu yang pertama kali diselamatkan oleh Ita? Kalo menurut pengakuan Ita, sebenernya hal pertama yang dia inget waktu itu adalah skripsi dia *pas kejadian, Ita yang masih kuliah di IPB memang lagi liburan di rumah gitu sambil mengerjakan skripsi kalo inget, niat dan lagi insaf*. Karena filenya ada di komputer Abah di atas, dia langsung lari ke atas untuk menyelamatkan komputer itu. Tapi niatnya langsung batal begitu nyadar kalo dia ga kuat ngangkat si CPU. Larilah dia ke bawah, yang dia inget selanjutnya adalah hobinya bermalas-malasan sambil nonton TV. Tapi niat menyelamatkan TV kembali terbentur kenyataan berat TV dan kekuatan Ita yang tidak seimbang. Pikiran ketiganya adalah, kalo kejadian terburuknya adalah kami harus mengungsi, dia tidak akan bisa tidur dengan nyaman tanpa berganti baju. Jadilah dia memilih untuk menyelamatkan piama kesayangannya itu. Berdasarkan kejadian tersebut, saya jadi merasa sangat yakin, Ita perlu lebih memaknai konsep dari PRIORITAS.

Jumat, 27 Februari 2009

Akhirilah dengan Indah...

....great books...
.... cups of coffee...
... my favourite songs listed on I-Tunes ...

...aaaahhhhh.....

perfect things for me to end this week with ^_^


My First Week: Busy Week

Walah...udah Jum'at lagi... Artinya, daku udah seminggu ada disini... How time flies without you really realize that.. Hari-hari pertama diisi dengan membongkar koper. And believe me, if you think packing is a hard thing to do, unpacking is even harder... entah kenapa, saya perlu waktu 3 hari sampai koper yang waktu dibawa dari Cengkareng itu berbobot 21,9 kg benar-benar kosong. Kegiatn unpacking ini tentunya terintegrasi dengan beberes kamar. Yang berarti harus unpacking isi lemari juga. Nah, kenapa mesti unpacking isi lemari? Selama saya tinggalkan, kamar saya diisi oleh new students, sama-sama dari Indonesia juga, sebagai temporary tenant. Nah, supaya si penghuni kamar ini punya space, sebagian besar baju saya lalu dipak dalam kotak-kotak plastik gitu. Maka, dua malam saya bergubrak-gabruk ria mengeluarkan barang-barang saya dan menatanya kembali ke dalam lemari.

Jum'at siang kan saya baru nyampe tuh di rumah...sorenya udah ikut kegiatan di Mesjid Westall, ada pengajian dengan pembicara tamu Prof. Sofian Effendi. FYI nih ya.. beliaulah yang menandatangani ijazah saya di tahun 2004 kemaren. Sabtu, dengan manisnya saya ikut temen-temen jadi penyorak-sorai pertandingan bulutangkis antara Indomonashis dengan anak-anak Unimelb. Begitu melihat kekalahan di depan mata, saya, Iin, Era dan M'Vike pun memutuskan, mungkin lebih baik kami mengundurkan diri saja dari lapangan pertandingan. Dan ajaibnya, pertandingan-pertandingan selanjutnya justru dimenangkan anak-anak Monash tanpa kehadiran kami...

Next days...urusan kampus.. Apalagi mengingat Bianca, admin officer nya kami udah meng-imel saya, mengkonfirmasi apakah saya jadi mau ngambil research projetc/internship. Duh...iyaaa.. itu lagi satu dilema. Semester-semester kemaren sih, saya sempet tidak pede bakal bisa ngambil project, secara prerequisitenya adalah an average of Distinction selama dua semester pertama. Nah, sekarang Alhamdulillah syaratnya dah tercapai...sayanya kembali ga pede dengan alasan berbeda: am I going to be able to do it? Anyway, Senin ke Bianca, Rabu ketemu Course Coordinator saya, Sharron. Dia bilang sih: "I have seen your record, and I really think that you won't have any problem in doing a project for this semester.". Amiiinnn... saya juga berharap begitu Buuuuu... Apalagi dia bilang bahwa: "there's no point of having a master degree without producing any written works with a larger scale and a more difficult level than the assignments that you have done in your coursework.".

The next problem adalah *halah...problem mulu...kenapa sih saya jadi terkesan pesimis gini?* mencari supervisor. Kalo di kalangan fakultas lain, mungkin it's already too late. Saya juga dengan wajah merana menanyakan hal yangs ama pada Sharron. Jawaban Sharron, that most of GES' students won't have supervisor until the semester begins, cukup menenangkan hatio saya. Dan mulailah saya mencoba meng-imel dosen. Pilihan pertama saya, Priya, langsung dibalas pada hari itu juga dengan suatu kalimat penolakan... Hiks.. Tapi saya coba baca lagi narasinya saya, ya mungkin salah saya kali yaaa... Pilihan kata saya untuk menggambarkan topik yang saya minati kayaknya agak melenceng deh. Belajar dari kesalahan saya itu, saya coba mengimel second option. Christian, dosen Resource saya semester kemaren. Tidak berharap banyak sih. Secara, Christian itu salah satu dosen paling laris, as he is considered to be one of the best figure in GES. Kamis pagi saya imel, sampai malam masih ga ada balasan. Dan hari iniiii... Waktu saya buka imel, ada balasan dari Christian. He said he would be happy to be my supervisor! Alhamdulillah.... Senangnyaaa... ayo, mulai bekerjaaaaa!! Doakan saya ya teman-teman...

Sabtu, 21 Februari 2009

Here Again

Saya udah nyaaampeeee.... Setelah selama tiga bulan ber unproductively busy di tanah kelahiran tercinta, kemaren saya pun akhirnya kembali menjadi salah satu dari North Roader yang manis-manis.

Perjalanan kembali ke Melbourne coret alias daerah Clayton sini sebenernya udah mulai sejak tanggal 15 Februari kemaren. Terus, kenapa saya baru nyampe disini tanggal 20 Feb? Karena jalannya muter dan pake acara nyangkut segala. Tanggal 15 Feb berangkat dari Banjarmasin ke Jakarta, terus sampe Cengkareng naik Primajasa sampe Bandung. Lapor dan pamit diri dulu sama keluarga di Bandung, baru ke Jakarta lagi dan naek Garuda untuk bisa nyampe sini lagi.

Rute pesawatnya kan gini, dari Cengkareng ke Denpasar dulu, ganti pesawat tapi masih Garuda juga, baru deh nyampe di Melben. SEHARUSNYA... saya naik pesawat yang jam 19.10 dari Cengkareng. But sometimes things just happen. Pesawat saya dicancel karena ada technical problem. Tapi tetep berangkat, cuma kita ditransfer ke next flight to Denpasar, yang baru berangkat jam 21.15an gituh. Well, ya mau gimana lagi? Maka, dengan wajah memelas, saya pun langsung ngomong ke Mbak Petugas:

Saya: Ya udah deh Mbak... Saya tunggu aja jadinya. Tapi Mbak, bisa minta tolong ga Mbak?

Para Petugas: Oh, silakan Mbak. Selama masih bisa kami bantu akan kami usahakan.

Saya : Gini Mbak, orang tua saya kan masih di luar tuh... Boleh ga saya pinjem handphone Mbak nya buat ngirim SMS ke mereka? Satu SMS ajaaaa.... Ke nomer Telkomsel kok, Mbak

Sungguh, ekspresi dari para petugas itu tidak bisa saya pahami. Tapi at least, dengan cepat salah seorang mas petugas langusng mengangsurkan handphone Samsungnya kepada saya sambil dengan ramahnya ngomong: "Silakan Mbak...". Saya dengan takjub memandangi handphone itu, dan berkata: "Waduh, handphonenya terlalu canggih Mas kalo yang ini. Saya susah makenya...". Para petugas itu kembali saling berpandangan... Begitu melihat adegan bertukar pandangan itu, saya pun langsung menahan diri untuk ga ngomong kalimat lanjutan yang tadinya sudah saya rencanakan: "Yang Sony ericsson aja deh Mas, saya biasanya pake itu..". Well, singkat kata, saya berhasil mengabari keterlambatan keberangkatan saya.

Jam 21.15, boarding dan menuju Denpasar... Saya ga akan ngomong it was a nice flight, karena, ENGGAK! Duh, goyaaaang banget. Biasanya, selama ini begitu naik ke pesawat saya akan nyari tempat duduk saya, naruh tas di bawah kursi di depan saya (karena tinggi badan saya yang ga kompatibel untuk menyimpan bawaan ke bagasi kabin yang di atas kepala itu), duduk manis dan mengencangkan ikat pinggang, baca do'a, dan tidur. Bahkan sebelum pesawatnya bergerak, saya udah melayang duluan ke alam bawah sadar... Biasanya pula, saya akan terbangun waktu sang pilot ngomong : "flight attendants, landing position...". Nah, jadi ini sungguh sesuatu yang tak sering dan sangat tak biasa terjadi, bahwa sepanjang sejam lebih perjalanan Jakarta-Denpasar saya ga bisa tidur. Serius. Untunglah Denpasar-Melbourne tidak parah-parah amat, walaupun tetep aja selama 5 jam perjalanan, saya cuma bisa tidur selama sekitar satu jam. Kenapa sodara-sodara? Saya dengan cerdasnya menumpahkan 2/3 isi botol Aqua yang dibagikan pramugari ke tempat duduk saya. Jadilah bantal-bantal yang disediakan di kursi pesawat itu dengan daruratnya saya jadikan lap penyerap air dadakan. Masih untung bangku di sebelah saya kosong, jadi saya bisa duduk disitu...

Dan akhirnyaaaa... Jum'at, 20 Februari yang cerah ceria itu, saya muncul kembali di Melbeeen... Alhamdulillah, di Ngurah Rai ketemu sama M'Alia yang pulang dengan suaminya. Jadi aja saya ikut nebeng mobil sewaan mereka untuk pulang ke rumah. Di rumah, Iin dengan bahagianya menyambut kedatangan saya. Sebelum saya GR, sepertinya kebahagiaan dia tidak hanya karena kedatangan saya, tapi lebih karena paginya secara ajaib koneksi interet di rumah yang sebelumnya udah ngadat selama 3 bulan tiba-tiba aja berfungsi kembali! Saking bahagianya Iin, saya sampai dimasakin omelet untuk makan malam... Hehehehe... Tararengkyu ya Neng Iin...

And, here I am... Back in bussiness in Melbourne... Which means, back to those academic reading and writing.... Anyway, feels glad to be here again. Ayoooo.. Semangaaaaattt.. Kuliah lagiii... *sigh...*

Jumat, 20 Februari 2009

Warna Warni

Alhamdulillah...

Terima kasih Ya Allah...

Duapuluh delapan tahun

Hidup yang penuh warna…

Wuiiihhh… Ga bisa euy, tadinya mau bikin posting yang puitis gimanaaaa gitu lho untuk soal ulang tahun ini. Tetep aja ga bisa, lha memang bukan jiwa penyair. Lagian ulang tahunnya udah seminggu yang lalu iniiii....

Anyway, Alhamdulillah… Walalupun saya suka bandel, kadang-kadang jalannya suka ga lurus, Allah masih sayaaang banget sama saya sehingga mengizinkan saya masih ikut mengisi dunia ini hingga usia saya yang keduapuluh delapan (gyaaaaa…tuaaaa….).

Semakin kesini, semakin berasa betapa banyaknya warna-warni yang pernah mengisi hidup saya. Dan semua orang yang pernah mengisi hidup saya, sedikit banyak telah menggoreskan warna mereka masing-masing, ikut menjadi bagian dari cerita hidup saya, entah dalam tawa, air mata, canda, curiga, nasehat, amarah, kebingungan, bahagia, duka… Semua rasa yang ada tercipta karena hadirnya mereka. Orang tua yang tetap tabah menghadapi anak sulungnya yang kadang-kadang suka ga jelas ini. Seorang adik yang begitu berbeda dari saya, but at the same time, a person comes in the most compatible type of person for me. Sahabat-sahabat yang mendampingi saya, tidak hanya untuk bersenang-senang semata, tetapi juga ikut menopang saya ketika saya goyah dan jatuh di lubang terdalam hidup saya. Setiap guru, pendidik dan pengajar, yang telah membentuk saya hingga saya bisa ada ditempat saya berada sekarang. Teman-teman yang pernah menyapa saya dan membiarkan saya untuk ikut muncul dalam kehidupan mereka, yang tak berkeberatan agar saya sempat ikut menjadi bagian dari “kami” dan “kita” nya mereka. Para gebetan saya, yang walaupun mereka tidak sadar, seringkali menjadi motivasi bagi saya. My soulmate, whereever you are, I’m still waiting to see you when the moment finally comes. Para mahasiswa saya, yang membuat saya tetap tabah dan tetap yakin, that I have the best job in the world (even though the payment is not the best one ).

Karena tahun baru kemaren males bikin resolusi, maka saya bikin resolusi perbaikan diri sekarang aja deh…

  1. Berusaha sholat tepat waktu. Kalo Dekan manggil saya aja saya bisa segera muncul, kenapa kalo Allah yang manggil saya lima kali dalam sehari, saya tidak sesegeranya lapor diri?
  2. Mengurangi surfing ga jelas dan mengubahnya dengan memabca artikel-artikel yang berbobot (uhuuuk…., kenapa saya sendiri tidak yakin ya?)
  3. Jadi orang yang lebih sabar (kalo mau marah, tarik nafas dulu, itung samapi sepuluh, kalo masih marah juga, mending ngeloyor pergi)
  4. Mengurangi frekuensi ngomel (such a good news for my students)
  5. Meningkatkan frekuensi menabung (this one is a good news for my bank account)

Jadi mari berdoa….

  1. Semoga Allah selalu menunjukkan jalan terbaik bagi saya, memberkahi dan melindungi setiap langkah saya
  2. Semoga Allah melimpahkan rahmat, berkah dan rezekinya bagi keluarga saya
  3. Semoga saya bisa menjadi pendidik yang baik bagi mahasiswa saya, sehingga mereka bisa menjadi orang yang berguna bagi sesama
  4. Semoga cepet ketemu jodoh yang tepat di saat yang tepat, yang bisa menjadi imam bagi saya baik di dunia dan di akhirat, dan bisa membimbing saya membina keluarga yang sakinah, mawaddah warahmah..
  5. Semoga saya tambah sehat dan ga kurus ceking lagi….

AAAAMIIIIIIIINNNN…

Jumat, 13 Februari 2009

Ada Banyak Artis Ya?

Eh..eh... Inget ga sih, waktu zaman akhir 90an-awal 2000an gitu? Waktu itu zaman Sheila On 7 lagi ngetop-ngetopnya sebagai band sejuta kopi. Terus, band-band di zaman itu, model-model kayak Dewa, Padi, Gigi, terus Peter Pan *yang rada belakangan munculnya* plus beberapa band lainnya *sori, rada amnesia kalo soal nama* kayaknya tipe-tipe yang soliiid gitu. Maksud saya, kalo ngeluarin album, yang jadi hits ga cuma sekedar 1-2 lagu. Kadang-kadang yang jadi airplay gitu bisa sampe 4-5 lagu. Videoklip juga dibikinin yang banyak dari satu album. Kalo ga salah malah albumnya Dewa yang Bintang Lima itu nyaris satu album dibikin video klipnya semua.
Nah, sekarang, ngerasa ga sih kalo grup band tuh udah baaaaaanyaaaaaaak banget. Saya ga tau, apa karena sekarang saya aja yang jarang dengerin radio, atau karena saya sempet tertinggal dari perkembangan musik Indonesia selama hampir satu tahun, kayaknya kok banyak banget grup band baru ya? Ya bagus sih, pilihannya jadi banyak banget. Mulai dari yang R&B gitu, rada nge-jazz, pop, rock, sampai yang bernuansa melayu model-model ST12 dan Hijau Daun, semuaaaa ada. Tapi, ya gimana yaaa…kayaknya kok ya cuma satu dua hits, satu dua album, terus udah aja. Lima taun dari sekarang juga saya ga begitu yakin mereka masih pada eksis. Dan jujur saja, saya ga begitu respek sama band yang kalo di panggung malah pada lip-synch gitu. Band yang besar dari panggung ke panggung, bakal keliatan bahwa mau seakrobatik apapun mereka jungkir balik di panggung, suara mereka tetep stabil. Lha, ada yang cuma manggung satu lagu aja udah lip-synch. Males banget liatnya.

Ga cuma band, penyanyi solo ataupun yang model-model vokal grup gitu juga sekarang juga banyaaaak banget. Dan yang bikin saya terpana adalah, banyak dari mereka yang multi profesi gitu. Model, iya; sinetron, hayu; bikin film jalan terus, nyanyi juga dijabanin. Yaaa… bagus sih… kalo memang nyanyinya juga bagus lho yaaaa… Bukannya saya antipati sama semua itu. Ada kok beberapa band baru yang lagu-lagunya saya suka. Dan para penyanyi merangkap pemain sinetron itu juga ga semuanya jelek kok *walaupun tetep aja, ga semuanya bagus*. At least, lagu mereka suka terngiang-ngiang begitu di telinga. Sebagai contoh, gara-gara ponakan saya yang umurnya baru mau 6 tahun itu suka nyanyi: “Kamu kamu kamu lagi… Apa sih maumu, kerjaanmu mengganggu…”, tiba-tiba aja saya jadi berasa denger lagu itu dimana-mana.

Salah satu indikasi dari banyaknya artis yang ada sekarang ini bisa dipantau dari berita-berita infotainment. Asli, saya tiap pagi kan suka nonton infotainment tuh sama Mama. Dan sekitar 50% dari perbincangan saya dan Mama berkisar dalam topik yang sama: “yang lagi ditayangin ini sebenernya siapa sih???”. Dan kalo mau diliat-liat lagi, yang bisa masuk infotainment sekarang memang bukan cuma artis yang bener-bener artis. Mulai dari pacarnya artis, musuhnya artis, bahkan kayaknya ada spesies baru yang menghuni jagad infotainment: pengacara artis. Sebenernya saya mau masukin satu kategori lagi dalam spesies pengisi infotainment ini mengingat frekuensinya muncul di infotainment: pakar telematika. Tapi karena orangnya cuma satu ajah, ya sudahlah, mari kita usahakan kategori lainnya untuk yang satu ini. Dan kadang-kadang yang bikin saya rada miris, atlet nasional juga ada yang masuk infotainment. Lha, mending kalo masuk infotainment karena dia menang lomba apaaaa gitu yaaa… Ini masuk infotainment kalo bukan karena dia habis ganti pacar, ya gara-gara dia berantem. Menyedihkan.
Kayaknya, sekarang kalo mau jadi terkenal gampang yaa....

Menjelang Kepulangan

Indira Sari Paputungaaan!! Gara-gara baca posting kamu yang ini, saya jadi nyadar..iya yaaaa...mesti segera balik lagi ke benua di bawah sana yaaaaa... Huhuhu... Ternyata, walaupun kesannya lama banget, sekitar 3bulanan lebih, summer holiday itu tidaklah abadi sodara-sodara. Mulai tanggal 2 Maret, si mahasiswa perantauan ini akan kembali kuliah di kampus Clayton. Dan sesuai dengan tanggal yang tertera pada tiket, saya bakal balik tanggal 19 Februari menjelang tengah malem, nyampe di Melbourne tanggal 20 Februari pagi. Ada yang berminat mengadakan pesta pelepasan saya di Cengkareng? Atau pesta penyambutan saya di Melbourne International Airportdi Tullamarine, mungkin?
Wheww… emang selama 3 bulan di rumah, saya ngapain aja sih ya? Well, to tell you the truth, I’ve been soooo unproductively busy. Berjam-jam nyeklak-nyeklik mouse di depan laptop, hanya untuk menamatkan game-game tidak penting (semua edisi Diner Dash, Wedding Dash 1-2, Cake Mania 3), ngeberesin koleksi lagu saya di laptop, atau bikin nangis Dian, ponakan saya. Anak itu gampang banget deh dibikin nangis. Saya tinggal bilang saya mau brenti aja jadi tantenya dia, dia bisa langsung ngamuk kayak kucing diinjek ekornya.
Kegiatan yang rada produktif mungkin cuma bikin mie instan kali yaaa… Eh, tapi saya dong, dengan suksesnya berhasil bikin makaroni panggang. Sayang lupa difoto. Tapi enak kok, dan bagian bawahnya yang rada gosong sedikit malah jadi tanda bahwa itu adalah masakan rumah sejati.

Soal si Dian, keponakan-tante-Ami-yang-paling-disayangi-di-seluruh-dunia itu, saya juga selama sebulan terakhir jadi PIC untuk urusan dia belajar dan mengerjakan PR. Baidewei, Dian itu baru TK Nol Besar. Tapi kok tiap hari dia pulang bawa PR ya? Oh, betapa malangnya nasib anak sekolah jaman sekarang. Saya dulu waktu TK kerjaannya cuma melipat kertas doang. Kadang-kadang nyanyi sambil tepuk tangan. Tiap hari Sabtu makan bubur kacang ijo gratis… Ah, indahnya jaman-jaman saya masih jadi anak TK yang bandel manis dahulu kala. Kalo lagi rajin, saya juga suka “bikin-bikin” sama Dian. Ini istilah dia untuk membuat prakarya gitu. Ngomongnya dia doang kalo tugas saya bantuin dia “bikin-bikin”. Yang ada, dia bilang ke saya mau bikin apa, warna dan gambarnya apa, dan sayalah yang harus menggunting-gunting, menempel-nempel dan berkreatiph ria untuk mewujudkan keinginannya. Mulai dari bikin pembatas buku, gantungan pintu, gantunganperi. Yang terakhir, saya “bantuin” dia untuk ikut lomba menghias tas tangan yang ada di majalah Princess. Tuh, ada foto Dian dengan tas tangan yang mau dikirim buat ikut lomba. Ih, muka anak itu keliatan bandelnya ga sih? Eh, agak bergeser dikit tapi topiknya masih nyambung nih ya, majalah anak-anak jaman sekarang tuh banyak banget ya macamnya? Bobo aja ada Bobo “biasa”, ada Bobo Junior. Terus ada majalah Disney’s Princess (kesukaannya Dian), Jalan Sesama, XY Kids, Aku Anak Saleh, Mombi, daaaaan sebagainya. Ih, jaman saya dulu mah, pilihannya cuma Bobo atau Ananda. Saya dulu langganan Bobo, dan K’Atik, tetangga depan rumah langganan Ananda. Jadi kita suka tuker-tukeran.

Masih soal unproductively busy-nya saya,
selama saya disini saya sempet beberapa kali ke kampus MIPA Unlam tercinta. Ga buat ngapa-ngapain, cuma buat mengapdet gosip dan ngerecokin mahasiswa doang. Huahahahaha… Aduh, jadi kangen sama beberapa mahasiswa yang udah lulus euy…

Yang lain dari sedikit kegiatan saya yang cukup bergun
a cuma ke Jakarta doang buat ngurus exit permit. Yah, begitulah nasib pemegang paspor biru. Bebas fiskal sih bebas fiskal, tapi tetep aja birokrasinya rada belibet. Tahun kemaren, saya sempat deg-degan dan bersaing dengan waktu pas mengurus exit permit. Cerita waktu itu bisa dilihat disini. Tahun ini, Alhamdulillah, lancar-lancar saja. Walaupun tetep aja suasana kantor Deplu itu membuat saya terintimidasi. Ih, banyak banget calo yang membuat saya jadi deg-degan gituuuu.... Maksud saya, kebayang nggak sih, betapa mendepresikannya berada dalam suatu ruangan dimana 95% orang yang ada disitu kayaknya kenal sama orang dalam dan sudah biasa banget mengurus hal-hal semacam itu? Untunglah, kemaren saya ga ada masalah pas ngurus. Cuma nunggunya aja yang nyaris seharian. Oh iya, ngomong-ngomong, pengurusan jasa kekonsuleran di Deplu sekarang gratis lhoooo…

Tentu saja,kegiatan rutin mingguan saya selama disini adalaaaaah… Menonton Idola Cilik 2!!! Banyak sih yang memandang remeh acara ini. Ya eksploitasi anak lah, acara mureeeeh lah.. Tapi bodo amat ah. Saya suka kok nontonnya. Ada Duta soalnya, secara dia ada di posisi pertama dalam
cowok cakep versi saya. Heheheh…. Bukan cuma itu saja, kalo menurut saya, cuma di Idola Cilik orang-orang di belakang layar jadi pada ikut kesorot semua, termasuk para tim properti yang tukang ngangkut-ngangkut dekorasi panggung itu. Salut deh buat Okky Lukman, sang host yang bisa bikin Idola Cilik tampil dengan nuansa kekeluargaan seperti itu. Trus, berantemnya para komentator, Okky, K’Eca (ah, dia mah ga ikut berantem sebenernya, tapi lucu aja ngeliat Okky ngejar-ngejar dia) juga suka lucu kok. Soal peserta, saya sebenernya sukaaaa sama Agni. Kalau buat saya, Agni itu pede, meskipun dia rada beda sendiri. Lagian, dia tuh padahal udah didandanin cantik-cantik pake bando, pake rok dan perabotan anak perempuan lainnya, tetep aja gayanya kayak jagoan cilik. Sediiiiih deh ngeliat dia tereliminasi.

Anyway, karena hari-hari saya di rumah udah tinggal sebentaaaar, mari kita mulai mengepak koper. Melbeeeeen, i’m baaaack!!!

Rabu, 04 Februari 2009

Mengenang Kebakaran

Hari ini tadi, dalam perjalanan pulang dari Gramedia, beberapa mobil pemadam kebakaran melintas dengan ngebutnya melewati angkot yang saya tumpangi. Just a quick info, menurut saya, Banjarmasin adalah kota dengan jumlah mobil pemadam terbanyak di Indonesia. Kayaknya tiap 2 RT ada satu unit mobil pemadam deh. Di RT saya aja ada kok mobil pemadam, parkirnya di Musholla belakang rumah. Dan ini bukan tanpa sebab. Banjarmasin, dengan rumah-rumahnya yang didominasi dari bahan kayu, beriklim cukup panas plus tata kota dengan rumah yang berdesakan memang langganan kebakaran. Alhamdulillah, sejauh ini saya belum pernah mengalami kebakaran secara pribadi *aduh, jangan sampai deh kalo bisa*. Tapi kalo peristiwa yang nyaris berakhir dengan ikut terbakarnya rumah kami sih pernah beberapa kali terjadi. Mulai dari kebakaran ilalang di samping rumah gara-gara ada anak tetangga *well, saya ikutan juga sih* yang main kembang api, korleting di rumah sebelah. Yang paling akhir mungkin kejadian sekitar 4-5 tahun yang lalu. Saya inget banget. Waktu itu tahun 2004, pas pelaksanaan PEMILU. Jadi setelah paginya menjalankan kewajiban *atau hak sih?* sebagai warga negara yang baik, siang yang tenang itupun saya lalui di kamar, mendengarkan hasil perolehan suara yang dibacakan di Musholla. Nah, sekitar jam 3 - 3.30an gitu, kamar sebelah diketuk sama Yana, anak angkatnya orangtua saya. Kamar sebelah tu kamarnya Ita, adek saya. Tapi biasanya Mama tidur siang disana sama-sama Ita. Si Yana, dengan suara sepelan mungkin sambil menggendong Dian *waktu itu umurnya 1,5 tahun* ngomong gini ke Mama:
Yana : Bu, temen Ibu di seberang rumah yang suka ke arisan RT sama-sama...
Mama : Mama Atik? Iya, kenapa?
Yana : Itu Bu...
Mama : Itu kenapa?
Yana : Rumahnya lagi kebakaran
Dan mohon dicatat, suara Yana saat itu tanpa ekspresi, cenderung pelan banget malah. Menurut pengakuan Yana sih, waktu itu dia takut mengagetkan Mama. Tapi teteup aja, denger kata KEBAKARAN, Mama langsung loncat sambil neriakin saya: “Mi, Api Mi di rumah Atik!”. Saya ikut loncat dari tempat tidur, lari ke depan rumah. Doni, tetangga depan rumah *tapi bukan yang rumahnya lagi kebakaran* lagi mukul-mukul tiang listrik pake kayu gitu sambil teriak-teriak. Saya langsung ngeliatin rumah K’Atik yang persis di sebelah rumah Doni. Nah, yang kebakar itu rumah yang disebelahnya lagi, tapi kedua rumah itu ada dalam satu pagar, soalnya masih satu keluarga gitu. Jadilah kami semua panik dot kom. Pernah denger dong, kalo siapa kita sebenernya bisa keliatan dari bagaimana kita bersikap dalam keadaan di bawah tekanan dan ketegangan? Dan dalam kondisi kebakaran, biasanya kita akan langsung menyelamatkan apa atau siapa yang paling penting bagi kita. Abah langsung mengeluarkan tas koper hitam yang isinya semua dokumen penting. Mama menarik laci dan mengeluarkan tas yang isinya semua buku tabungan kami. Saya? Karena saat itu saya lagi dalam posisi pencari kerja sejati, maka tujuan utama saya adalah map yang isinya semua ijazah saya. Semua langsung kami lemparkan ke dalam mobil, yang dikeluarkan Eman *cowok yang dulu sempet nge-kost gitu di rumah kami* dari garasi. Nah, tergambar kan apa saja yang penting bagi kami? Tapi sodara-sodara, adik saya yang IPKnya 3,5 itu, muncul sambil membawa apa coba? Satu stel piama. Piama ungu bergambar buah terong kesukaannya. Dengan wajah panik. Seriuuuusss…. Di saat kami muncul dengan kertas mengertas dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan identitas dan kelangsungan hidup, dia berpikir bahwa piama-ungu-bergambar-terong adalah barang pribadi pertamanya yang harus diselamatkan. Saya udah speechless. Mobil langsung dilarikan Eman ke ujung jalan, sementara mobil-mobil pemadam mulai berdatangan. Saya udah bilang kan bahwa Banjarmasin ini banyak sekali punya mobil pemadam? Alhamdulillah, dalam waktu sekitar setengah jam, apinya udah bisa dipadamkan, meskipun satu rumah itu habis terbakar. Tapi at least, apinya tidak sempat merembet kemana-mana. Memang sih, pengalaman itu agak-agak traumatis. Tapi sampai sekarang, masih ada yang kami pertanyakan: kenapa harus piama-ungu-bergambar-terong itu yang pertama kali diselamatkan oleh Ita? Kalo menurut pengakuan Ita, sebenernya hal pertama yang dia inget waktu itu adalah skripsi dia *pas kejadian, Ita yang masih kuliah di IPB memang lagi liburan di rumah gitu sambil mengerjakan skripsi kalo inget, niat dan lagi insaf*. Karena filenya ada di komputer Abah di atas, dia langsung lari ke atas untuk menyelamatkan komputer itu. Tapi niatnya langsung batal begitu nyadar kalo dia ga kuat ngangkat si CPU. Larilah dia ke bawah, yang dia inget selanjutnya adalah hobinya bermalas-malasan sambil nonton TV. Tapi niat menyelamatkan TV kembali terbentur kenyataan berat TV dan kekuatan Ita yang tidak seimbang. Pikiran ketiganya adalah, kalo kejadian terburuknya adalah kami harus mengungsi, dia tidak akan bisa tidur dengan nyaman tanpa berganti baju. Jadilah dia memilih untuk menyelamatkan piama kesayangannya itu. Berdasarkan kejadian tersebut, saya jadi merasa sangat yakin, Ita perlu lebih memaknai konsep dari PRIORITAS.