Rabu, 29 Agustus 2007

Grup band yang Satu Itu

Duhai para penggemar musik Indonesia, terutama para penggemar band yang satu ini, maafkanlah daku, tapi aku bener-bener jijai bajai sama suatu band yang entah dengan alasan apa lagi ngetop abis : Kangen Band. Tuh kan, dari namanya juga sebenernya udah agak meragukan, kenapa band ini bisa terkenal. Tapi percaya ato enggak, Kangen Band dengan lagu-lagunya tuh denger-denger udah dapet platinum lho! Pertama kali denger lagunya, aku langsung mengerutkan kening, karena bagi aku, lagu itu sangat tidak jelas mau ke arah lagu pop, melayu, atau sebetulnya lebih diarahkan bukan untuk jadi lagu, tapi sebagai suatu ratapan? Aduh, sorri banget ya buat yang suka sama lagu Antara Aku, Kau dan Dia, tapi buat aku...lagu itu definetely will not be on My Playlist, sampai kapanpun. Suara vokalisnya pun juga ga bisa dikategorikan yang gimana banget... dan keherananku akan keterkenalan band yang satu ini semakin bertambah saat pertama kali ngeliat videoklipnya. Alasan bahwa kengetop-an mereka semata karena tampang para personil (yang biasanya jadi salah satu alasan kenapa suatu band bisa terkenal banget walopun secara kualitas musik terkategorikan sebagai STD) langsung tercoret. Dua kali. Pake tinta merah. Wah, bahkan sampai Rizal Mantovani pun (emang bener ga sih Rizal yang itu yang bikin videoklipnya?) masih gagal menaikkan nilai daya jual mereka. Tapi setelah aku baca profil mereka di Kompas, aku jadi mencoba berprasangka baik. Mungkin rakyat pencinta musik Indonesia masih punya hati nurani, sehingga terlalu baik hati untuk tidak bisa ngefans sama gabungan tukang cendol, kuli bangunan, tukang jualan sandal dan tukang gado-gado. Secara nge-fans sama mereka kayaknya tidak mudah untuk bisa dilakukan, mungkin nge-fans sama mereka merupakan pencapaian tersendiri kali ya, karena nyaris tidak mungkin untuk dilakukan.
Oke, aku sekitar 2 jam yang lalu baru saja berjanji untuk mengurangi frekuensi bikin dosa lewat nyela orang, maka mari meninggalkan deskripsi tentang Kangen Band, karena ngomongin mereka bagiku adalah ladang subur untuk mengeluarkan stok celaan.
Aku sama Ita, walopun sodaraan, kadang-kadang masih suka beda dalam hal selera musik. Si Ita suka banget sama Tompi, dan aku cuma denger ala kadarnya aja. Di sisi lain, Ita ga tahan dengerin Linkin Park, sementara lirik lagu Linkin Park malah dengan gagahnya tercantum di halaman persembahan skripsiku. Ita lebih memilih rileks sambil dengerin lagu-lagu Ten To Five, sementara aku lebih memilih dengerin lagunya Ungu. Tapi...untuk soal Kangen Band ini, kami saingan soal mencela-cela mereka. Kita sama-sama menganggap bahwa prestasi Platinum yang diperoleh Kangen Band, adalah betul-betul suatu keajaiban yang mencengangkan dan tidak dapat dijelaskan secara logika.
Nah, yang jadi masalah adalah, pada tanggal 24 Agustus kemaren (salah satu tanggal yang akan kuanggap sebagai noda hitam dalam sejarah hidupku) aku dapet sms dari Customer Service-nya ProXL, yang sama sekali tidak punya firasat apapun bahwa apa yang dia sampaikan adalah nestapa bagiku. Isi sms-nya adalah, aku berhak mendapat fasilitas Ring Back Tone (demi alasan kepraktisan, selanjutnya akan dituliskan sebagai RBT saja) gratis selama 30 hari ke depan, dengan lagu Antara Aku, Kau dan Dia, dari Kangen Band. Waktu nerima sms itu, aku masih dalam angkot, dan aku langsung mau loncat ke jalan aja saking terpukulnya. Yikeeesss!!!! Mau ditaruh dimana harga diri, integritas dan eksistensiku, kalo sampai setiap kali ada orang yang menelfon aku, mereka harus mendengar rombongan lenong itu dengan mendayu-dayu meratap : ”Sudah lupakan saja...cerita antara aku, kau dan diaaaaa...”. Aku pecinta segala sesuatu yang berhubungan dengan diskon, sale, apalagi gratisan. Tapi gratisan yang satu ini bener-bener ENGGAK banget, bikin bete, ilfil, dan membawa nestapa!!! Aku diiringi rasa sedih dan sakit hati yang mendalam langsung mengabarkan berita duka itu ke Ita, lengkap dengan forward-an sms pembawa berita duka itu. Keputusan yang salah. Karena Ita langsung nelfon ke nomer XL ku...dan ngakak abis begitu aku ngangkat telfon... ” Gua berasa lagi nelfon golongan manaaaa...gitu lho Mi...” kata Ita dengan nada puas dan penuh kemenangan. Jelas aja dia bahagia, karena sekarang dia punya bahan celaan sampai tiga tahun ke depan. Eh, enggak ding. Sampai tiga belas tahun ke depan malah. Aku langsung mengikuti langkah-langkah berhenti berlangganan RBT yang satu itu, dan menggantinya dengan lagu Repvblik, yang jauh lebih beradab. Tolong ya, selama ini NSP aku untuk nomer Simpati aku tuh lagu-lagu yang terpilih melalui seleksi ketat berdasarkan tingkat ke-hits-an lagu itu di masyarakat luas dan kadar kecocokan lagu yang bersangkutan dengan suasana hatiku saat itu. NSP-ku itu lagu-lagu pilihaaaannnn!!!!! Kok ya begitu aku pake nomer XL, dengan seenaknya mereka memutuskan RBT yang cocok adalah lagu yang satu itu.....Gimana ga aku ganti, coba!
Tapi sia-sia aja, satu-satunya orang yang pernah mendengar lagu sialan itu sebagai RBT-ku adalah Ita. Yang akan memastikan sampai 2 generasi yang akan datang, dia tidak akan pernah lupa bahwa saat ring tone ku untuk panggilan masuk adalah lagu My Love dari Justin Timberlake, dan nada untuk sms masuk adalah Bring Me To Life dari Evanescence, aku pernah didampingi RBT dari Kangen Band....
Sebagai catatan, NSP untuk nomer Simpati ku saat ini adalah Ungu - Di Sini Untukmu, dan untuk nomer XL ku RBT yang aktif saat ini adalah Repvblik - Hanya Ingin Kau Tahu.

Sebentar Lagi Datang Lagi...

(Originally written : 28 Agustus)

Hari ini (alias 28 Agustus 2007, waktu aku mengetik posting ini di laptopku tersayang) Nisfu Sya’ban. Artinya sekitar 2 minggu lagi Sya’ban habis...dan Ramadhan datang!!! Secara di Kalsel tu aura religiusnya masih kental banget, bahkan nuansa Nisfu juga udah terasa. Orang-orang pada puasa, warung-warung pada tutup... Aku? Hehehe.... sebenernya sih sudah terlintas niat mulia untuk puasa. Bukan dalam rangka Nisfu-nya sih...lebih ke arah bayar hutang puasa aku yang sebenernya tinggal 3 hari tapi ga kebayar-bayar juga. Apalagi temen-temenku pada ngirim sms menjelang Nisfu gitu... Haduh, tapi apa daya bakat insomnia (emang insomnia bisa dikategorikan bakat, gitu??) aku tadi malam kambuh lagi. Jadi aja aku ngelamun dan bengong di depan laptop sampai jam 01.30, hingga dengan suksesnya waktu buat saur aku lewati dalam keadaan tidur. Dan sekarang, aku lagi jadi kaum minoritas. Karena di PS, di lab, sebagian besar orang pada puasa. Hiks, jadi mau makan siang ga enak aja rasanya... Jadi malu sendiri... nyaris aja aku kuat-kuatin buat ga makan sekalian sampai pulang ke Banjar nanti... tapi...begitu ada mahasiswa ngajakin makan...hehehe... Lho, daripada aku pingsan lagi di lab, coba??
Tapi jadi mikir euy... waduh, udah mau mulai puasa lagi nihhh.... akunya udah siap belum ya? Bukan soal ke masalah pola makan aja sih, tapi lebih ke masalah kelakuan kali ya... Apalagi aku kan anaknya gini banget... Punya refleks yang sangat bagus untuk mencela orang begitu menemukan hal layak cela. Dan sekarang aku punya waktu tinggal 2 minggu lagi untuk mempersiapkan diri manjadi orang yang lebih baik menyambut Ramadhan kali ini...
Hhhh... Alhamdulillah, Ramadhan tahun ini masih bisa bareng sama keluarga. Itulah mungkin satu lagi alasan kenapa aku masih belum dibolehkan berangkat ke Aussie sama Tuhan. Supaya aku masih bisa merasakan dibangunin saur sama Mama, masih bisa makan bubur ayamnya Paman Isur buat buka puasa, masih bisa makan kue lam, laksa, bingka kentang, lapis daging, dan kue-kue lain yang secara ajaib cuma muncul di bulan Ramadhan.
Iya euy..salah satu hal yang paling aku suka dari tradisi Banjar adalah nuansa religiusnya yang masih kuat banget.. Kebayang nggak sih, kalo di daerah lain kayaknya Nisfu Sya’ban ya lewat gitu aja... tapi kalo disini sih berasa banget deh. Apalagi pas bulan Ramadhannya. Makanya puasa tuh paling enak di Banjar. Suasananya kondusif. Kalo di kota lain, pas ga puasa mungkin ga kentara banget, tapi kalo di Banjar, malu... Mau makan siang juga susah, secara sebagian besar banget dari warung tuh pada tutup.
Wah, aku harus mulai nyiapin diri nihh...minta maaf sana-sini, secara dengan kejutekanku selama ini, kayaknya dosa aku ga usah diomongin lagi kali ya gedenya...
Mudah-mudahan, Ramadhan kali ini bener-bener bisa bikin aku jadi manusia yang lebih baik, as I have always wanted to...

Unwritten

Hm. Judulnya salah kali ya. Buktinya sekarang written kan...? Untold kali ya... atau unsaid? Ah, whatever lah... yang aku maksud adalah, hal-hal inilah yang aku sebenernya pengeeeeen banget ngomong ke kamu, tapi ga nyampe. Ga nyampe hati sama diriku sendiri. Padahal aku pengen banget mengguncang-guncang bahu kamu sambil nanya...”Terus maksudmu apa sih?”. Iya, tau nggak sih, sikap kamu yang sekarang ini bikin bingung. Kamu yang suka sok cuek di depanku dan di depan dia, tapi berubah menjadi orang yang beda banget di setiap pesan yang kamu kirim. Gimana aku ga bingung, coba??? Bayangkan, aku sampe sempet konsultasi masalah hati gitu sama Eko, yang dengan serius ngomong gini : ”Kayaknya dia ga serius deh Mbak...”. Hah? Iya ya? Soalnya kalo aku ceritanya ke temen-temenku yang cewek...jawabannya beda. Mungkin itu masalahnya ya. Masalah gender. Ketika kau sebagai kaum lelaki menganggap bahwa apa yang kamu lakukan itu meaningless, kami ga bisa menganggap itu ga serius. Tapi, kalo memang ga serius...kamu sadar ga sih, bahwa ini sudah berlangsung selama satu tahun lebih???? Aku udah nyoba lagi, buat menganggap bahwa itu cuma sekedar intermezzo bagi aku, bagi kamu. Tapi setiap kali aku pengen seperti itu, kamu tiba-tiba tersenyum lagi padaku...dengan tatapan matamu itu. Iya. Tatapan mata yang sejuk. Yang begitu damai. Yang sempat aku inginkan, hanya untuk aku. Aku ga bakalan boong kalo bilang, aku suka deg-degan ga jelas sendiri setiap kali ada alasan dan kesempatan buat ketemu kamu. Buat ngeliat kamu. Dan tiap kali kamu senyum ke aku, ada sesuatu yang menari di dalam diriku. Rasanya aneh, tapi menyenangkan. Tiap kali aku bisa menatap wajahmu dan menemukan tatapan damaimu itu, jantungku membuat nafasku sesak. Tapi ada saat-saat dimana kau justru hanya menatapku sesaat, dan memalingkan wajah. Terutama saat ada dia. Maka rasa aneh yang menyenangkan itu tidak akan ada, hanya rasa nyeri, di dada sebelah kiri. Apa memang benar di sebelah situ hati kita berada? Karena jika iya, berarti hatikulah yang terasa sesak itu. Aku ga tau, kamu sadar atau enggak, bahwa seringkali, kamu bikin aku hampir nangis. Karena begitu putus asa untuk bisa mengerti, apa sebenernya maksud kamu. Apakah karena aku tidak ada apa-apanya dibandingkan dia yang dulu pernah bersamamu? Sekarang aku ngerti, gimana Radiohead bisa terdengar sangat desperate waktu nyanyi : ”I want you to notice when I’m not around... I wish I was special, so fucking special…”. Itu yang aku pengen sebenernya, bahwa kamu menyadari keberadaanku, dan peduli atas ketidakberadaanku. Apakah memang I don’t belong there, by your side? Kamu membuat aku seperti tokoh sinetron, yang tiba-tiba saja melamun mendengarkan lagu-lagu melankolis, yang langsung mikir : “Ih, ni lagu gue banget deh…” setiap kali mendengar lirik lagu yang mellow-mellow gitu… Aku dulu pernah bilang, bahwa aku cukup senang memilikimu sebagai “A Mysterious Friend of Mine”, dan kamu pun bilang bahwa :”lebih asyik begini..”. Aku pengen mencabut pernyataanku itu, karena misterius sudah terasa terlalu melelahkan… Rahasia yang ada bersamamu terlalu rumit untuk aku mengerti.
Seandainya bisa, aku pengen duduk berdua dengan kamu, hanya untuk bertanya, dan mendengar jawaban dari kamu. Tentang kenapa kamu memulai semua ini. Iya, akumasih dengan penuh percaya diri menganggap, bahwa semua ini kamu yang mengawali.Aku juga ingin bertanya tentang kenapa kamu pernah menghilang, dan muncul kembali. Aku ingin bertanya, tentang sikapmu yang tak tebaca. Aku ingin tahu, kamu pengen aku seperti apa...
I just wish that I could read you... Aku tidak sanggup membayangkan, apa yang akan terjadi selanjutnya, jika memang cerita antara kita itu tidak akan pernah tercipta….

Sabtu, 25 Agustus 2007

Aku datang!!!

Selamat pagi dunia!!!! Ga taukenapa, apakah karena tidur lumayan cukup tadi malam, ada Ihsan (^-^) di RCTI tadi malem, atau ada bidadari baik hati yang mengayunkan tongkat ajaibnya... I just feel so good this morning!
Thank God... for letting me live another day, a beautiful one...
Dunia.... aku dataaaang!!!
Eh, tapi sampai sekarang aku masih ga ngerti berita terpanas kemaren yang dimaksud sama 'dia' apa yaaaa......

Kamis, 23 Agustus 2007

Something's Wrong

Ada yang salah. Ga tau apa. Apa kemaren aku lewat di bawah pohon beringin ya? Ga mungkin. Mana ada beringin di banjar. Atau lewat di bawah pohon pisang, mungkin? Enggak juga ah... tapi.... something is wrong. Atau mungkin awal harinya aja yang ga bener...secara pagi tadi aku terlambat bangun 50 menit (Serius!) dari jadwal biasanya. Dalam keadaan kaget. Dan tadi, waktu sosialisasi POS dari orang-orang Rektorat...aku kan ketiduran tuh... dan kembali terbangun dengan kaget gara-gara handphoneku bunyi. Jadi aja samapi sekarang kepalaku berdenyut-denyut.
Kayaknya segala seuatu yang aku kerjain hari ini serba ga jelas. Serba salah.
Fhhh..... apalgikalo inget, tadimalam aku nangis. Ga jelas kenapa. Pengen nangis aja... Pengen berenti jadi anak baek. Pengen berenti jadi a strong girl like I have always wanted to be.
Halah. Ga boleh lama lama kayak gini niiihhhhhh!!!
Cheer up Mi...cheer up! Keep your chin up...

Lagu hari ini :
"...when there's come a day that grey, and lonely....
I just pull out my chin and grin, and sing....
The sun comes out tomorrow, so you gotta hang on till tomorrow...
Tomorrow...tomorrow... I love you, tomorrow...
You're only a day away....'

Rabu, 22 Agustus 2007

Angsa? Romantis? Ha!

Aku kembaliiiii!!! Duhai negaraku tercinta, maafkan aku tidak berpartisipasi dalam upacara pengibaran bendera tahun ini, karena masa-masa dimana aku seharusnya bergabung dengan civitas akademika Universitas Lambung Mangkurat lainnya di lapangan untuk apel bendera, aku malah berleha-leha di Bandung sana... Iyaaa....aku liburan ke Bandung! Tanggal 16 kemaren, walaupun belum berwarna merah, aku udah ngabur ke Bandung. Dan kali ini, aku tidak sendiri, tapi ada si Dian, ponakanku yang ga kalah narsis-nya sama aku ikut mengganduliku. Capeknya emang banget-banget...tapi tau nggak, it’s all worth it. Semua kecapekan itu terbayar ngeliat muka Dian yang seneng banget bisa ngerasain naik pesawat untuk pertama kalinya, bisa bermain sepuasnya di Grha Irama (atau semacam itu, lupa merhatiin plang namanya), bisa liat dan memetik stroberi (walaupun sembunyi-sembunyi), bisa liat gajah. Iya, di Banjar kan ga ada gajah...jadi salah satu target utama Dian adalah ke kebun binatang Bandung. Begitu masuk kebun binatang, aku sama Ita langsung ngakak. Kami terakhir kali masuk ke sana sekitar...20 tahun yang lalu, mungkin? Dan semuanya masih terlihat dan terasa sama. Eh, emang usia gajah maksimal berapa tahun sih? Kok kayaknya gajah yang ada sama sekali tidak menunjukkan perubahan maupun pergantian apapun ya sama gajah yang kami liat waktu masih berstatus anak di bawah umur dulu?
Dan kunjungan ke kebun binatang itu membuat aku menyadari satu hal, sinetron-sinetron romantis itu bisa sangat menipu!!! Kan suka ada tuh sinetron-sinetron dengan adegan pasangan yang berkencan naik sepeda air berbentuk angsa dengan romantisnya. Bohong banget. Naik sepeda air itu ga ada romantis-romantisnya. Aku dan Ita udah membuktikan sendiri. Begitu naik ke sepeda itu, ternyata pijakan untuk mengayuhnya cuma ada di satu sisi, sisi yang aku duduki. Artinya aku yang harus mengayuhnya supaya sepeda itu bisa jalan, yang otomatis membuatku bertanggung jawab atas keselamatan satu orang anak TK kelas 0 kecil (Dian), seorang dosen Kimia (ya aku lah...siapa lagi), dan seorang Account Officer di Bank Pemerintah (betul...si Ita adekku itu). Sebagai catatan, tidak ada satupun dari ketiga orang itu yang bisa berenang, kecuali menggelepar-gelepar tidak jelas dalam air bisa dianggap sebagai salah satu gaya renang yang patut diperhitungkan.
Permasalahan pertama adalah, pedal itu beratnya bikin depresi. Aku sampe mau mati muda hanya untuk mengusahakan agar si pedal tetap berputar. Permasalahan kedua, aku punya kemampuan observasi ruang dan arah yang lebih parah daripada payah. Aku tidak pernah bisa memutuskan di saat yang tepat, kapan harus lurus, kapan harus belok ke kiri atau ke kanan untuk mencapai tujuan. Permasalahan ketiga, Ita yang dimandati untuk memegang kemudi, perlu waktu 2 hari untuk menentukan mana arah kiri dan mana kanan. Jadi di saat aku teriak-teriak ”Kiri...kiri...KIRIIII!!!” dia dengan paniknya membelokkan kemudi hingga kami berbelok ke kanan. Waktu aku teriak :”Lurus aja Ta..lurus...LURUSSSS!!!”..dia balas berteriak dengan histeris :”IYAAAAA!!!! Ini juga udah LURUS!!” sambil dengan pol-nya membelokkan kemudi ke kiri, hingga kami menabrak pulau-pulau tempat tinggal para monyet itu..Waktu aku udah mau berdoa untuk terakhir kalinya saking yakinnya bahwa kami ga bakalan selamat, Ita dengan kencengnya teriak, ”Mi...kalo mau ke sana, itu mau ke kiri atau ke kanan siiiihhh???”. Dian? Dia dengan senyum riang gembira memeluk leher angsa, sambil bertanya kepada kami :”Tante Ami, kok kita nabrak-nabrak terus sih?”.
Yah, paling tidak waktu itu kami berhasil memberikan hiburan segar bagi para pengunjung kebun binatang yang lagi bersantai di pinggir danau itu, mereka tanpa rasa berdosa mentertawakan dua orang lulusan PTN terbaik di Indonesia gagal untuk memanuverkan sebuah sepeda air.
Setelah sampai kembali di daratan..Abah rupanya lupa bahwa dua dari penumpang sepeda air malang itu adalah anak-anaknya, secara Abah tidak merasa perlu mengasihani kami yang udah berdarah-darah. Waktu kejadian tuh, si Abah sama sekali tidak merasakan naluri kebapakan untuk segera panik menyelamatan keselamatan kedua anak gadisnya yang sedang terancam, malah yang muncul adalah naluri fotografernya...
Sementara Mama masih terus mengomentari kebodohan yang kami lakukan, kami cuma bisa membela diri :”Bukan salah kita kok! Kita cuma dapet angsa yang psycho aja!! Memang angsanya tuh yang berniat mencelakakan kami..”.
Sambil mengatur nafas kembali (kayaknya waktu kita lagi rusuh mikir mau ke arah mana, kita sempet lupa untuk bernafas deh), aku dan Ita hanya menatap nanar pada perahu-perahu yang lewat.. Perahu-perahu itu terlihat begitu damai...begitu tenang....

Kamis, 16 Agustus 2007

Jatah Aku Kali Ini

Hari Selasa kemaren rapat PS dengan agenda yang seluruh staf dosen berasa can’t hardly wait: pembagian dosen pengampu mata kuliah. Rapat penting yang menyangkut bagaimana pola hidup kami selama satu semester ke depan. Aku betul-betul merasa harus ikut rapat, terutama karena dibayang-bayangi beban untuk mengajar Kimia Anorganik I, karena Sunardi yang biasanya pegang mata kuliah itu bakal berangkat S2 September ini. Saking gugupnya mau ikut rapat karena udah telat (plus satu alasan lagi yang lebih menyangkut masalah hati sih...hehe...), aku malah seperti biasa did some embarassing things waktu mau berangkat ke Ruang Dosen dari lab. Pertama mau berangkat, aku melangkah dengan yakinnya masih dengan memakai jas lab (yang udah bulukan dan berbau tidak jelas). Terpaksa aku kembali, melepas jas dan menggantungkannya dengan manis. Tapi baru sekitar 15 meter pergi aku baru sadar, handphone aku ketinggalan. Bukan masalah lupanya itu yang memalukan, tapi aku berlari mengambil handphone sambil jejeritan ga jelas, ngelewatin lab biologi I yang lagi dijadiin lokasi rapat PHK-I untuk Farmasi. Belum sampai 100 langkah meninggalkan lab, aku baru sadar kalo aku ketinggalan tas jinjinganku. Hiks. Tidak kuat menanggung beban rasa malu untuk lewat lagi, aku lebih memilih muter lewat belakang lab analitik, mengetuk kaca jendela (yang bikin Rei bener-bener ketakutan) untuk dengan wajah memelas minta diambilkan. Lha, daripada kalo aku bolak-balik lagi ke lab analitik, yang berarti aku harus ngelewatin para peserta rapat di lab Biologi I itu?
Waktu rapat, aku bawaannya empet aja ngeliat Sunardi yang dengan penuh rasa bahagia menyaksikan kami saling melempar tanggung jawab untuk mengasuh mata kuliah, lengkap dengan senyum puas yang penuh rasa kemenangan. Huh. Apalagi berdasarkan kurikulum yang baru, mata kuliah pilihan yang baru itu sebagian besar adalah bidang Anorganik. Waks! P’Budi belum datang, Sunardi udah pergi. Jadi yang orang Anorganik kan tinggal aku dan P’Edi. Bahkan status Anorganik di aku pun melekat secara tidak jelas, hanya atas dasar aku dulu ngerjain penelitian tugas akhir untuk skripsi di Lab Anorganik. Tapi buktinya sekarang aku disuruh ngajar Biokimia, ngasih pelatihan TOEFL, tapi di SK Fungsional, tercantum bahwa aku adalah Asisten Ahli di bidang Kimia Dasar, dan untuk S2 nanti malah aku ngambil Manajemen Lingkungan gitu.
Untuk rapat kali ini, keahlian ngeles dan cablak-nya aku tidak berguna. Bahkan setelah menggunakan berbagai variasi ekpresi, mulai dari ekpresi lempeng, ekspresi memelas, ekspresi sakit hati, ekpresi mengancam, sampai ekspresi ”ayolah-Pak-saya-bisa-teler-dan-meninggal-kalo-dapat-sebanyak-ini-nih”, tetep aja...aku dapet jatah: 6 Mata Kuliah! Kimia Dasar I untuk PS Kimia, Kimia Dasar I untuk PS Biologi, Biokimia I, Biokimia untuk PS Biologi, Kimia Tanah, dan....Mekanisme Reaksi Anorganik. Temen-temen jaman kuliah, kalo ada yang baca ini...silakan ngakak sepuasnya...kalo udah puas, jangan lupa mendoakan supaya aku dapat menjalankan misi dengan sukses dengan tetap menjaga nama baik P’Sutarno dan P’Yateman. Bahkan selama 15 menit, aku sempet dipasang sebagai single fighter untuk mata kuliah itu, alias tidak ber-tim. Setelah dengan resenya memohon, meminta, menghiba, dan akhirnya memaksa dengan disertai ancaman ga jelas ke P’Rodi, P’Rodi manggut-manggut untuk mendampingi aku ngajar MRA. Oh iya, selain ke-ENAM mata kuliah tersebut, jangan lupa bahwa aku masih punya beban untuk jadi koordinator 3 praktikum, dan mengajar Chemistry (iya, Chemistry, soalnya ngajarnya disuruh pake Bahasa Inggris) di SMU 1 Banjarbaru sebanyak 2 kali seminggu. Aku sempat mencoba mengelak dengan berusaha mengingatkan pada audiens (Halah) bahwa aku masih tercatat sebagai penerima beasiswa yang akan berangkat Semester I 2008 nanti. Tapi Sunardi malah dengan polosnya mengingatkan satu fakta, bahwa toh aku berangkat paling cepet akhir Desember nanti...”Jadi kan masih sempet banget kalo ngajarnya di awal semua” katanya dengan wajah dibuat selugu mungkin. Huh. Seandainya tatapan mataku bisa membakar, dia udah jadi arang aktif gara-gara aku pelototin tuh... Wah, tapi kalo mau jujur, I’m gonna miss him. Kalo ga ada dia, siapa lagi coba temenku berantem, yang bisa dengan mulusnya membalik semua serangan dan argumen-argumen ga pentingnya aku? Mas, sukses buat S2nya disana ya!!! Cepet balik lho!
Jadi, apa saja yang jadi jatah aku untuk semester ini? Haduh. Gila. ENAM mata kuliah (yang totalnya 11 SKS!), TIGA praktikum, DUA kali seminggu ngajar di luar, gimana caranya aku bisa melewati semester ini dalam keadaan hidup-hidup???

Selera Ami Banget...

Akhirnya aku memutuskan untuk berbagi rahasia dengan Sura, salah satu temen seperjuangan aku dalam meraih gelar sarjana sains dulu, dan sekarang sama-sama seperjuangan menjadi abdi negara yang membaktikan diri di dunia pendidikan. Aku memutuskan untuk mengirimkan foto dari My Enigma ke dia, untuk tahu pendapatnya. Usaha untuk memperoleh fotonya aja udah setengah mati, belum lagi usaha untuk mengirimkan foto itu sebagai attachment. Aku bela-belain nongkrong di kampus sampai sore, bukan karena lagi berdedikasi tinggi, tapi untuk mengirim e-mail dengan tenang tanpa harus menjawab pertanyaan-pertanyaan :”Hayo...foto siapa tuh ya dikirim-kirim segala...”. Sambil mengetik e-mail dengan kecepatan menyamai agen FBI, aku celingukan ke kiri kanan, memastikan tidak ada seorang pun yang tahu apa isi dari e-mail yang lagi aku kirim. Waktu dari jauh terdengar suara P’Taufiq yang lagi mengobrol dengan asyiknya sama P’Cahyo (KaPS Fisika), aku langsung deg-degan, dan mulai berkeringat dingin, secara kayaknya proses meng-attach-nya kok ya berjalan dengan so slowly but not sure gitu...kayak lagi ngeledek gua aja...Waktu akhirnya terkirim...gua legaaaa banget. Bukan lega karena bisa berbagi rahasia, tapi lebih karena berhasil melangsungkan misi rahasia tanpa seorang pun yang tahu. Keren. Ada yang tau gimana cara jadi agennya Badan Intelijen Nasional? Atau FBI mungkin? Sekitar seminggu (atau sepuluh hari? Lupa. Lama aja pokoknya), baru ada tanggapan dari Sura. ”Kalau aku bilang sih Mi....selera Ami banget, tapi not my type”. Wah, kalo termasuk sebagai tipe cowok yang disukai Sura, aku yang kaget. Bukannya cemburu sih, tapi bagi Sura, cowok yang cakep itu adalah...Simba. Iya, Simba yang di Lion King itu. Kalo menurut Sura, seandainya dia manusia dan bukannya singa, pasti cakep banget.
Terlepas dari selera Sura yang agak meragukan menyangkut cowok dan singa, seleraku sendiri dalam mengklaim mana cowok yang berkategori cakep seringkali jadi bahan perdebatan antara aku dan teman-temanku. Topik mengenai tipe cowok cakep versi aku dulu udah pernah aku tulis di blog aku yang di Friendster, tapi karena ibu dosen yang satu ini memang gaptek banget, mohon maaf kalo aku belum (belum, bukan enggak) bikin link ke posting tersebut. Nggak tau kenapa, menurut temen-temen aku, selera aku itu sangat berbeda dengan selera umat yang beriman. Bahkan Emilda pun pernah mengeluhkan, betapa dia tidak bisa mengerti tentang makna ’cakep’ kalo itu udah terlontar dari aku. Hmm...sekalian deh aku bikin pengakuan. Sura, Emil, Ratih, Retno (dan Yesi, kalo dia tiba-tiba secara ajaib bisa ngutek-ngutek internet), sesungguhnya dari sekian cowok di masa lalu yang pernah aku bilang cakep, ada satu nama lagi yang tidak pernah berani aku akui di hadapan kalian...siapakah dia? Biarlah tetap menjadi misteri...sampai bebek bisa parasailing dan diving juga, aku ga bakalan mau ngaku!!!
Tapi yang namaya selera kan memang ga bisa dipaksakan ya....kalo memang aku bela-belain bergabung dengan para anak di bawah umur untuk berhisteris ria melihat seorang penyanyi yang usianya 9 tahun di bawahku (iya, siapa lagi kalo bukan Ihsan), terus kenapa... Hahaha...

Rabu, 15 Agustus 2007

“Prith@mori (Lemot juga Membawa Nikmat)”

Ini salah satu buku yang aku ga nyesel-nyesel banget belinya. Bukan novel sih, cuma cerita tentang kejadian-kejadian sehari-hari dari penulisnya: Pritha Khalida (www.prithakhalida.blogdrive.com). Karena modelnya memang kumpulan potongan-potongan cerita gitu, jadi bacanya enak. Mau baca dari awal sampe akhir atau bacanya loncat-loncat (bukan loncat-loncat yang jumping around lho ya..) ga masalah. Kecuali kalo kamu memiliki kecenderungan obsesif-kompulsif, yang entah mengapa harus melakukan sesuatu betul-betul dari awal sampai akhir.
Yang menyenangkan adalah, dari buku ini aku menemukan suatu kenyataan, bahwa aku bukan satu-satunya orang yang suka bolot and do silly things. Lagian mungkin karena bahasa penyampaiannya yang so girly, jadi baca buku ini berasa lagi denger curhatan temen sekost yang dengan hebohnya menceritakan kesialan dia di hari itu.
Part yang paling aku suka, adalah bagian waktu si Pritha gagal diterima jadi penyiar radio karena ketidakmampuannya membedakan ’kompilasi’ dengan ’komplikasi’. Jadi inget diriku sendiri, yang sampai sekitar dua tahun yang lalu masih dengan bodohnya berpikiran bahwa franchise = french fries = kentang goreng. Jadi kalo ada penawaran untuk membuka cabang dari suatu franchise, aku dengan polosnya akan berpikir :”Oh, cabang orang jualan kentang goreng...”.
Tapi mungkin sampulnya rada menyesatkan aku ya... Tadinya aku pikir gambar kartun ibu-ibu yang terlihat gendut itu (eh, apa mungkin maksudnya lagi hamil?) adalah penggambaran dari Pritha, sedangkan si anak kecil itu anaknya Pritha. Setelah aku baca cerita pertama, baru aku sadar bahwa aku dengan semena-mena telah melakukan kesalahan, secara justru si anak kecil itulah gambaran tokoh Pritha.
Overall, not bad lah kalo mau beli buku ini, lumayan buat dibaca sambil nunggu jemputan...

And the Sky is Just So Blue...

Aku suka sekali liat langit. Lagi seneng, lagi bete, lagi bengong, dalam kondisi apapun, looking at the sky usually makes me feel better. Aku kok ngerasa, seberat apapun beban dunia, langit yang luas akan tetap selalu siap menanggungnya… Aku suka melihat langit yang berwarna ungu pucat di saat fajar, langit yang biru pucat di pagi hari, langit biru cerah dengan awan putih di siang hari, atau langit keemasan di sore hari. Bahkan di malam hari, saat semua sudah lelah, langit semakin cantik dengan taburan bintang sebagai penghiasnya. Kalo ga salah, terkait dengan masalah psikologi dan sejenisnya, warna biru tuh memang menimbulkan rasa tentram dan damai. Wah, kalo gitu, pas banget kan kenapa Tuhan menciptakan langit itu warnanya biru, supaya manusia jadi merasa damai tiap kali menatap ke langit. Kebayang nggak sih seandainya warna langit tuh kuning ngejreng…Yang ada semua orang bakal menjadikan kacamata hitam sebagai salah satu perlengkapan pribadi. Bukan dengan alasan fashionable, tapi karena silau! Atau gimana coba kalo langit warnanya merah? Secara warna merah katanya memang bikin emosi dan naik darah, kayaknya buku sejarah dunia isinya adalah tentang perang melulu. Hmm…gimana kalau langit warnanya ga cuma hitam di malam hari, tapi juga hitam di siang hari? Aduh, enggak deh, walaupun dengan begitu perpaduan warnanya dengan warna awan yang putih jadi terlihat fashionable, kayaknya malah bikin depresi deh.
Wah, kalo liat perenungan aku yang seperti ini, kayaknya sangat tidak mungkin aku bisa mengampu mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar. Kalo ga salah, jawaban atas pertanyaan “Kenapa langit warnanya biru?” ada penjelasan ilmiahnya deh. Menyangkut lapisan atmosfer dan semacamnya. Tapi kalo buat aku, jawabannya sederhana: “Langit berwarna biru, karena Tuhan ingin manusia akan kembali merasa sejuk tiap kali menatap langit, seberat apapun hari yang dilaluinya saat itu…”.

Selasa, 14 Agustus 2007

Elit Nggak Elit teteup...Sakit

(Originally written : 13 Agustus)

Waktu di Jogja dulu, aku menghindari banget yang namanya ke dokter, rumah sakit, ataupun segala sesuatu yang berbau medis. Alasannya macem-macem, mulai dari alasan ekonomi (ga punya duit, alasan yang paling cocok untuk yangberstatus anak kost), alasan psikologi (takut disuntik, alasan klasik yang norak tapi tetep everlasting), alasan edukasi (ga sempet karena banyaknya tugas kuliah dan bikin laporan), sampai alasan sosial-kemasyarakatan (apa ya misalnya? Bentrok ma jadwal maen ke mal?). Nah, tapi akhirnya...pertama kali aku ke dokter di Jogja, adalah karena satu penyakit. Gatalan. Iya euy, bikin malu ya? Tapi sumpah, nyiksa banget. Kulit aku waktu itu merah-merah, dan selama 2 hari, bukannya dapat sapaan ”Apa kabar?”, setiap orang kalo bertemu sama aku malah langsung nanya: ”Tangan sama muka kamu kenapa sih Mi? Kok merah-merah ga jelas gitu?”. Begitu di hari ketiga Ratih dengan wajah tega menatapku sambil brkomentar: ”Gila Mi, muka kamu bengkak-bengkak gitu...”, aku menyerah. Dokteeeerrr.... sambutlah diriku ini! Aku waktu itu ke dokter umum di Poliklinik Panti Rapih. Setelah sedikit curhat sama si bapak dokter, giliran dokter yang balik nanya-nanya ke aku, walaupun bagi aku pertanyaan dokter agak membingungkan: ”Mandinya berapa kali sehari? Sering ganti seprai ga? Rajin nyapu ga? Di deket tempat tidurnya ada pohon bambu nggak? Atau semak-semak mungkin?”. Setelah ngambil obat berdasarkan resep si dokter, barulah maksud dibalik pertanyaan-pertanyaan (yang bagi aku tidak relevan dengan dunia medis) si dokter terjawab. Di kertas brosur obat itu ada keterangan, bahwa salep ini digunakan untuk infeksi akibat kutu, tungau, atau binatang-binatang sejenisnya. Aku langsung shock! Jadi maksudnya aku kutuan?

Kali kedua aku ke dokter, kalo ga salah karena maag, atau anemia ya? Aku lupa. Soalnya yang lebih aku ingat adalah kata-kata terakhir dari dokter setelah selesai pemeriksaan: ”Kamu kayaknya sangat kekurangan berat badan deh...Saya kasih obat cacing ya, minum dua kali dosis orang normal”. Dan seakan tidak peduli dengan mimik terpana wajahku, si dokter dengan penuh rasa kemenangan mengangsurkan resep obat, yang ketika aku ambil adalah...Combantrin. Hiks. Sampai saat-saat akhir kami tinggal seatap, Nanik, si burung gagak hitam itu masih dengan penuh rasa puas mencelaku: ”Kamu itu ga ada elit-elitnya ya...pertama kali ke dokter, kutuan. Kali kedua ke dokter, cacingan.”. Hmm...paling tidak kali ketiga aku ke dokter, alasannya agak sedikit lebih lumayan, gigiku berlubang dan sangat perlu untuk ditambal.

Nah, setelah sekarang bekerja di FMIPA, yang iklim kerjanya paling kondusif dibanding Fakultas lain di Unlam untuk bikin depresi, penyakit ga elitku muncul lagi. Gatalan. Aku udah mendatangi 3 dokter berbeda. Dokter pertama dokter Sany (enggak, bukan Sunny-nya si Bunga Citra Lestari), dokter yang ga bakalan ngomong apa sebenernya penyakit kita kalau bukan kita yang menginterogasi dia. Dokter yang kedua aku lupa siapa namanya, tapi dia terlambat datang ke prakteknya selama 2 jam, yang aku yakin lebih disebabkan karena kesibukan dia menata kembang-kembang dari pita yang menempel di kerudungnya. Selama konsultasi, aku ga bisa mengalihkan pandangan dari sekitar 15 kuntum bunga yang ada di kerudung si dokter. Hm, untung ga dilengkapi dengan ranting, daun dan durinya sekalian. Belum lagi gaya tante-tante si dokter yang menepukkan tangan setiap kali dia mendengar fakta-fakta yang dia anggap menarik tentang keluhanku. Dokter ketiga namanya dokter Vianna. Cantik, masih muda, dan ramaaah banget. Seneng deh, apalagi dia ga pake jas dokter, dan dia menjelaskan penyakitku dengan bahasa yang orang selemot aku pun bisa mengerti.

Aaanywaaay...dari ketiga dokter itu, semua punya kesimpulan yang sama, reaksi tubuhku setiap kali aku secara emosi merasa tertekan, stress, atau banyak pikiran adalah...Dermatitis. Sebenernya sih, dermatitis apaaa....gitu lho, tapi aku lupa. Pokoknya intinya, aku ga bisa stress dikit, yang ada aku langsung gatelan. Jadi, terpaksa aku menerima kenyataan pahit, bahwa aku memang ga pantes masuk golongan elit, karena yang nempel di aku adalah salah satu penyakit norak: gatelan. Tapi percaya deh, mau dibilang itu penyakit ga elit, tetap aja yang namanya gatelan tuh menyiksa, bikin resah gelisah, dan sangat mengganggu kenyamanan tidur. Plus satu lagi, entah kenapa, kayaknya setiap obat gatelan tuh punya efek samping yang sama terhadapku, bikin aku (yang pada dasarnya udah bolot) jadi tambah ga nyambung kalo diajak ngomong. Hmm....kira-kira, bisa ga ya aku menolak penambahan surat tugas dari Dekan dengan alasan gini: ”Sorri ya Bu, bukannya saya tidak mau ikut memberikan kontribusi terhadap kemajuan dan perkembangan Fakultas MIPA, tapi saya punya alasan medis yang membuat saya kesulitan untuk menanggung beban kerja berlebih”, atau apakah lebih acceptable kalo aku ngomong gini :’Sori nih Bu, tapi saya alergi stress, langsung gatelan. Ibu mau melihat saya menggaruk-garuk sepanjang waktu?”

Yang Bikin Bete Soal Keponakanku

(Originally written: 12 Agustus)

Adekku satu-satunya masih single. Tapi aku udah punya ponakan. Heran? Jadi gini, ortu aku punya anak angkat, yang setahun lebih muda daripada aku. Gimana ceritanya sampai bisa begitu, waduh, mending aku bikin skrip sinetron aja deh, saking rumitnya. Eeeeniwei... si anak angkat ortuku itu udah punya anak cewek, lahir tanggal 22 Mei 2003, jadi tahun ini baru genap 4 tahun. Namanya Diana Nadia Maulida, dan di rumah lebih dikenal dengan sapaan : ”keponakan tante Ami yang paling cantik dan paling pintar di seluruh dunia”. Hm. Ga heran dalam usianya yang sangat muda dan belum mengenal kejamnya hidup, dia udah narsis abis. Tapi aku ga melebih-lebihkan kalo bilang dia memang cantik. Sejak kecil udah keliatan gitu lho, bakal jadi anak manis. Matanya bulet dengan bulu mata yang panjang dan melingkar dengan cantiknya di ujung. Chubby imut gitu, senyumnya manis banget. Dan, putiiiihhhh banget. Sadar dengan berbagai kelebihan fisik yang dia punya, dia juga banci foto banget. Hobi sekali masuk booth photo-box, dan seneng ngoprek handphone gua untuk minta difoto.


Sebagai tante yang paling disayangi di seluruh dunia, aku dengan rela seringkali menghabiskan waktu liburku untuk menemani dia melihat-lihat peradaban di luar sekolahnya dan daerah Kayutangi. Tapiii.... ada beberapa hal yang suka bikin aku ilfil buat jalan sama dia. Pertama, kalo ada orang yang kenal aku dan liat aku jalan-jalan berdua aja sama dia, seperti biasa muncul dugaan-dugaan bahwa Ami sekarang udah punya anak usia balita. Halah. Pleaseee deeehhh.... Tapi sebenernya, ada dua kejadian yang lebih bikin aku ilfil banget buat jalan cuma berdua saja sama Dian. Kejadian pertama melibatkan adegan antara aku, Dian dan sopir bajaj. Demi memperkenalkan Dian dengan sebanyak mungkin sarana transportasi, aku mengajaknya pulang dari Metro City Plaza naik bajaj. Setelah negosiasi singkat dengan sopir bajaj (semua negosiasi berlangsung singkat kalo aku jadi pelaku, karena aku memang ga bisa nawar, suka ga tega!!), tercapailah kesepakatan soal tarif. Waktu si sopir bajaj membukakan pintu bajajnya untuk kami, dia ngeliatin aku dan Dian berganti-ganti, geleng-geleng kepala. Sesaat setelah geleng-geleng kepala itu, gesturnya langsung berubah jadi manggut-manggut dengan ekspresi baru saja berhasil memecahkan misteri hidup terbesar. Sebenernya sih, bukan perubahan ekspresi dan gestur itu yang penting, tapi yang bikin bete adalah ucapan si sopir bajaj waktu manggut-manggut itu : ”Kayaknya yang putih Bapaknya ya...”. Aku langsung manyun sepanjang jalan. Enak aja. Udah dikira jadi ibunya Dian, dianggap ga punya kontribusi pula terhadap kode genetik yang bertanggung jawab terhadap kadar pigmen si Dian. Tapi yang lebih mengenaskan adalah kejadian kedua. Waktu itu aku sama Dian baru aja naik ke angkot. Seorang ibu-ibu dengan baik hatinya membantu Dian untuk naik dan duduk, tentu saja sambil berkomentar: ”Aduh...lucunya..., cantik sekali sih kamu Nak”. Dian tersenyum manis sama Ibu itu, gila ya...dia udah terbiasa banget menanggapi pujian semacam itu saking seringnya. Bakat jadi selebritis banget. Terus Ibu itu nanya gini ke aku : ”Anakmu ya?” (pake bahasa Banjar sih sebenernya, tapi masalah Bahasa tidak signifikan dalam posting kali ini). Sambil merangkul Dian dengan penuh rasa sayang dan tersenyum sama si Ibu, aku ngomong gini : ”Bukan Bu. Ini keponakan saya”. Tanggapan si Ibu betul-betul membuatku terhenyak. Si Ibu itu langsung ngomong gini: ”Oalaaaahh...pantesan cantik banget!!”. Aku perlu waktu dua detik untuk mencernakan makna kalimatnya, dan senyumku langsung berubah180°. Sementara Dian dengan polosnya tersenyum lagi padaku... Kayaknya dia tidak sadar deh, bahwa tantenya yang satu ini baru saja mengalami pukulan telak atas kenarsis-an yang selama ini selalu dibangga-banggakan.



Nostalgia Kla

(Originally written : 11 Agustus)

Dunia musik Indonesia memang lagi maju-majunya deh kayaknya. Banyaaaaak banget band baru yang muncul. Belum sempet aku hafal wajah salah satu personel band yang baru muncul, udah ada band lain yang punya hits yang happening banget, dan jadi airplay dimana-mana. Kayaknya sekarang jadi artis tuh gampang ya? Tapi satu yang kurang begitu aku suka adalah, rata-rata lalu band itu ga stabil. Cuma satu-dua hits, kadang-kadang tiga kalau beruntung (empat, kalo beruntung banget). Terus udah aja, setelah masa keemasan hits mereka (yang jumlahnya sangat ga banyak itu) hilang, say goodbye deh.

Memang sih, ada beberapa band yang memang udah mantap banget, model-model kayak Peterpan, Samsons, Ungu (Hmmm..frankly speaking, ada stori khusus yang bikin aku ngerasa gimana gitu ma band yang satu ini), Ada Band, Letto, Nidji (eh, ternyata lumayan banyak juga ya?). Mereka mah, hampir semua lagu yang ada di album mereka termasuk dalam kategori yang tidak berlalu begitu saja.

Well, mengingat umur aku yang udah masuk masa-masa keperakan alias di atas 25 tahun, aku seringkali lebih milih dengerin lagu-lagu yang jaman aku dulu happening banget. Bagi aku, salah satu band yang paling evergreen adalah : KLA Project. Aku suka sama Kla semenjak SMA kelas 1. Jadi inget, dulu aku sama Heru sempet yang saingan gitu ngumpulin kasetnya Kla (aku yang menang, ha!). Dan memang, they’re genious, who will doubt it?

Tentu saja, lagu Kla yang paling ’dalem’ buat aku adalah… Yogyakarta. Hiks…pas banget, di playlist Winampku lagi versi akustiknya lagu ini niiihhhh….!! Lagu yang sederhana, seperti Yogya. Lagu yang menginspirasi aku untuk kuliah disana (hmm…bukan untuk kuliah sih, untuk jalan-jalan). Lagu yang bikin aku pengen cepet-cepet balik lagi kalo lagi liburan di rumah. Lagu yang bikin aku pengen nangis kalo lagi kangen temen-temen dan masa kuliah dulu. Lagu yang selalu bikin aku terdiam sejenak, dan mengenang kembali saat-saat aku disana, menata cita-cita, dan sempat meniti cinta. Hm. Itu dia satu lagi makna lagu ini. Aku pengen berusaha berdamai dengan kenangan akan aku dan Bambang. Aku pengen tidak lagi merasakan kemarahan kalo ingat, semua itu sudah jadi sisa-sisa masa lalu.

Nggak cuma Yogyakarta sih, banyak banget lagu Kla yang kayaknya kok pas banget ya. Ga cuma lagu-lagu hits model-model Gerimis (album Klakustik itu emang keren banget!), terus Tak Bisa Ke Lain Hati (Kesannya megah), Terpuruk Ku Disini, sebutin aja deh semua.... Aku juga suka sejumlah lagu yang walaupun mungkin ga pernah masuk top hits di radio pada zamannya dulu. Aku suka Lara Melanda, Jarak Dua Kota (hala, kena banget sama aku), Bantu Aku, Bahagia Tanpamu.

Wah, kayaknya hari ini lagi mellow mood deh. List di Winampku isinya lagu-lagu Kla semua, plus lagu-lagunya Katon.....

”Joker”

Ini adalah posting pertama untuk tag baru disini, Recommended or Not. Tag itu untuk menandai posting aku yang isinya adalah pendapat aku mengenai buku yang baru aku baca, entah hasil beli ataupun pinjem. Pendapat lho ya, bukan resensi, apalagi bahasan. Resensi mah kesannya serius banget. Sebenernya dari dulu aku pengen bikin posting-posting semacam ini, karena aku sering berpengalaman buruk dalam hal memilih buku. Kayaknya sering deh aku beli buku, yang diakhiri dengan penyesalan tiada henti, diiringi rasa tertipu. Kenapa merasa tertipu? Karena ya itu… ringkasan cerita ataupun sekedar kalimat-kalimat pengantar mengenai isi buku di bagian belakang buku itu seringkali terlalu berlebihan, terlalu bersifat komersil. Yang disebutkan cuma bagian yang baik-baiknya, itupun kadang-kadang cuma ngarang. Kadang-kadang setelah selesai membaca bukunya dan membandingkannya dengan pengantar di bagian belakang, aku suka curiga, jangan-jangan yang nulis kalimat pengantar ini juga ga baca buku ini ya? Atau mungkin dia membaca buku yang salah? Atau kalimat pengantar yang dia bikin untuk buku lain tertukar? Kalaupun yang ada di bagian belakang buku itu bukan ringkasan, melainkan komentar-komentar dari sejumlah orang, baik yang masuk kategori terkenal maupun tidak, jangan terlalu dipercaya juga deh.

Demikian sekilas latar belakang tentang tag yang baru ini.

Jadi, hari Minggu barusan, aku beli buku baru, Judulnya : ”Joker : Ada Lelucon di Balik Setiap Duka”. Wah, kalau liat judulnya sih penasaran. Apalagi my tragedy in love bikin aku merasa perlu mempelajari apa sesungguhnya maksud becandaannya Tuhan di balik setiap takdir yang sudah Dia gariskan. Dan jujur saja, aku termasuk orang yang percaya, bahwa di balik setiap kejadian, setragis apapun, masih ada sisi-sisi yang bisa bikin kita senyum, walaupun mungkin senyumnya pait.

Deskripsi cerita di bagian awal lumayan, aku cukup suka sih pilihan kata-kata dan bagaimana si penulis menggambarkan suasana. Berkesan gelap, satir, tapi ga cengeng. Tapi ya itu... aku kok ga ketemu komedinya dimana ya...Aduh, apa aku yang salah yang berharap pengen mencari sesuatu yang ’lucu’, tapi helloooo.... ada kata-kata ’lelucon’ di judul buku gitu lho.... Yeah, at least sih, aku mengharapkan dalam buku ini bakal muncul sense of humor yang beda, entah dalam bentuk sinisme, sarkasme, atau apapun lah...pokoknya yang bikin kita ketawa garing gitu... Tapi kok ya ga muncul... Kalau judul bukunya Ada Lelucon di Balik Setiap Duka, aku kok jadi ga yakin, apakah aku sudah melihat di balik duka yang dimaksud dengan baik dan benar, karena aku masih ga nemu komedinya dimana. Hmm... yah, mari kita menganggap kegagalanku untuk menemukan ’sisi lelucon’ yang secara ajaib muncul di judul buku (tapi ga muncul dalam isi buku) adalah salah satu bentuk dari perbedaan selera humor aku dan penulis. Sekarang soal jalan cerita ya.... Wah, beda deh sama ringkasan yang ada di bagian belakang maupun komentar dari para selebritis (I’ve told you not to believe in them), aku sudah bisa menebak tentang inti cerita (yang seharusnya, menurut isi pengantar di belakang buku dan komentar para seleb itu, jadi surprise di akhir cerita) setelah aku baru menyelesaikan sepertiga bagian dari buku. Enggak sih, mungkin karena cerita tentang kepribadian ganda udah banyak kali ya...jadi ya itu tadi, ketebak. Kayaknya kata-kata ’akhir yang mengejutkan” tidak terlalu tepat juga jadinya, soalnya main topic bahwa si tokoh utama ternyata adalah orang yang berkepribadian ganda udah terdeteksi (kayaknya aku pake term yang salah deh), begitu tokoh Alia secara ajaib tiba-tiba ikutan nongol di radio tempat Brama bekerja. Dan ga tau akunya aja yang terlalu memperhatikan atau gimana, tapi di setiap adegan yang menyangkut tentang Alia, kayaknya ga pernah banget orang-orang memanggil atau menyebutkan nama dia.

Hmm... Yah, overall buku ini lumayanlah buat temen minum teh, tapi kayaknya kalo mau baca, mending pinjem aja daripada beli...sayang duitnya...


Summer is Here

(Originally written: 11 Agustus)

Setelah beberapa minggu yang lalu, cuaca di Kalimantan Selatan bagaikan dalam dilema, akhirnya muncul suatu kepastian : summer is here! Iya, musim kemarau udah masuk beneran, kali ini serius. Kalo kemaren kayaknya kemarau cuma ngetes doang deh, jadi tiga hari yang panas selanjutnya tiba-tiba disusul hujan terus menerus selama seminggu. Sebenernya sih, aku rada lega. Ini udah masuk pertengahan Agustus kan, artinya kalo menganggap bahwa musim hujan akan masuk sekitar bulan Oktober, kemaraunya cuma sebentar dooonggg… Hehehe… Yah, paling tidak kan mengurangi beban Indonesia sebagai salah satu negara yang paling disentimenin sama negara tetangga, gara-gara kebiasaan Indonesia untuk berbagi asap kebakaran hutan setiap musim kemarau. Tapi, tetap aja, musim kemarau itu bikin banyak orang mengeluh. Panas banget!!! Gila aja, aku yang kena jadwal ngajar di SMA aja hari ini udah uring-uringan terus bawaannya. Teknisi di lab juga jadi galak waktu aku nanya bahan kimia yang aku perlukan. Belum lagi bawaannya jadi sakit kepala terus.

Aduh, pengennya sih kayak The Corrs, yang bisa dengan penuh senyum nyanyi-nyanyi : ”Summer sunshine...”, tapi yang ada, aku dengan wajah tersiksa cuma bisa berkipas-kipas dengan apapun yang bisa dipake untuk tujuan itu sambil mengeluhkan, betapa panas ini bikin semua jadi berasa ga enak.

Ga tau gimana penjelasannya secara medis, tapi yang pasti, kayaknya orang-orang kalo udah kepanasan gini jadi gampang banget bete, gampang merengut... aku juga jadi orang yang tambah jutek. Hmm....Padahal kan kalo di luar negeri, kayaknya masa-masa summer itu selalu jadi saat yang cerah ceria deh. Well, at least pagi hari di musimkemarau biasanya bikin semangat, karena tidak ada awan hitam yang membayangi...tapi kalo udah siang, panasnya itu lho suka bikin emosi! Wah, kalo lagi kepanasan gini, jadi pengen banget maen ke pantai....


“Jangan Bilang Tidak”

(Originally written: 10 Agustus)

Oke, kumpulkan sejumlah model ABG, latih mereka untuk menyanyi (yah, at least solmisasi deh), kasih lagu dari musisi top dengan tipe lagu yang easy listening, dan jangan lupa, bikinkan film juga untuk mereka, lengkap dengan promosi yang pol abisss…. Maka sejumlah model ABG tersebut akan menjadi sekelompok orang yang beruntung. Seperti BBB. Hmmm.... karena aku banyak bersinggungan dengan dunia Kimia, maka BBB yang paling akrab denganku adalah BBB yang merupakan akronim dari Bahan Beracun dan Berbahaya. Haha. Padahal enggak. BBB yang dimaksud disini adalah...ya itu tadi, sekelompok ABG jaman sekarang yang secara sangat beruntung dipoles langsung oleh Melly Goelaw untuk merambah dunia nyanyi. Jadi, bukannya berarti Bahan Beracun dan Berbahaya, para anak muda itu dikumpulkan menjadi Bukan Bintang Biasa (yang Benar-Benar Beruntung). Aduh, aku ga yakin jumlah personilnya ada berapa, yang pasti ada Raffi Ahmad, Ayushita, Laudya Chyntia Bella, satu orang cowok bertampang bule yang tinggi dan rada bermasalah dengan berat badan yang terlalu rendah, terus kayaknya ada satu cewek lagi deeehhh...tapi aku lupa namanya. Kalo boleh jujur ya...nama Bukan Bintang Biasa agak terlalu berlebihan deh buat mereka. Secara mereka ga yang amazing banget gitu. Iya, aku memang parah banget kalo disuruh nyanyi, tapi bahkan aku yang pekak nada pun rasanya ga terlalu rela kalo mereka disebut-sebut sebagai penyanyi yang berbakat. Sekali lagi, mereka hanya beruntung ditangani oleh Melly. Kalo soal profesionalitas mereka di dunia akting dan modelling sih, aku percaya aja dengan kesuksesan mereka. Atau lebih tepatnya ga peduli.

Wah, kalo baca dari awal, keliatan banget ya betapa sentimennya aku sama grup vokal ini? Enggak sih, bukan sentimen, cuma ga suka aja. Tapiiii.....barusan banget, waktu nyalain radio, pas banget yang lagi diputar adalah salah satu lagu mereka, yang merupakan soundtrack dari film mereka. Oh iya, aku ga tau duluan mana, launching album perdana mereka atau launching film mereka. Yang pasti si grup vokal (aku masih berasa aneh nyebut mereka grup vokal, tapi menyebut mereka penyanyi terasa lebih aneh lagi) ini sama produser mereka yang entah baik hati atau berorientasi pada profit hingga memanfaatkan popularitas mereka semaksimal mungkin, rombongan BBB ini main film. Dan filmnya berjudul...Bukan Bintang Biasa. Haha. Surprise...surprise!! Wah, aku pengen banget baca gimana seandainya Leila S. Chudori di Tempo meresensi film ini, secara film ini ga beda jauh sama tipe-tipe filmya Shandy Aulia, pasti resensinya tajem dan sedap banget dibaca.

Cukup sudah kita membicarakan film Bukan Bintang Biasa yang dibintangi oleh grup vokal Bukan Bintang Biasa (See? Menggelikan memang bagaimana para produser film itu berpikir secara kreatif).

Soundtrack yang aku maksud sekitar 10 baris di atas tadi judulnya adalah ”Jangan Bilang Tidak”. Yang kebagian jatah nyanyi lagu ini si Ayushita dan Raffi Achmad (penyiarnya yang ngomong, bukan aku yang bela-belain do some googling buat nyari tau). Yang bikin aku ketawa adalah...lirik lagu ini pas banget sama yang lagi aku rasakan saat ini. This crazy annoying but warm feeling about someone who has been such an enigma for me. Wah, tapi jangan tanya lirikn ya gimana ya… karena memang musik mereka easy listening banget, dan cara mereka nyanyi juga gampang didengar untuk kemudian dilupakan (Raffi, Ayushita, sorry ya...), satu-satunya yang berhasil aku ingat cuma kata-kata: “Jangan bilang tidak…bila kita belum mencoba..”. Terus : “Banyak yang bercinta, bertahun-tahun putus juga”…Wekekek..Nyindir gua nih maksudnya? Hmm…eh, tapi kalo aku pake lagu ini buat NSP, lucu juga kali yaaa….

Senin, 06 Agustus 2007

Satu Lagi Deskripsi tentang Aku

Berikut adalah salah satu cuplikan dari e-mail yang masuk di inbox-ku lewat milis kelas EAP aku dulu :

Ami, salut deh..cukup susah untuk mengcomprehend satu bacaan yang thesis statementnya macem2 (lilin, air, rini, ihsan) apalagi nulisnya ya?? Ami kapan datang sih? januari?guys, mungkin gak sih kita earn a diploma or at least extra credit dengan menunjukkan email2 edukatif Ami yang kita baca? keren banget dan informatif gitu lho...sia2 kan kalo ilmunya tidak kita dalami..

Hmm…. Sebenernya, Tessa, si penulis e-mail tersebut adalah such a sarcastic one. Percaya deh. Jadi aku juga agak ragu apakah kata-kata “salut” dari Tessa tadi betul-betul semakna dengan definisi kata yang sama dengan kata “salut” yang ada di KBBI. Tapi ya, seperti yang sebelumnya pernah aku katakan, karena narsis adalah salah satu bagian yang telah mendarah-daging bahkan menulang dalam jiwaku, aku dengan kelapangan hati menganggapnya sebagai suatu pujian. Terima kasih, Tessa. Aku jadi tersanjung.
Jadi…ada satu lagi tambahan deskriptif tentang diriku : Ga bisa fokus. Aku bisa dengan mudahnya meloncat-loncat dari suatu subjek pembicaraan ke topik diskusi yang sama sekali ga menyenggol, apalagi menyinggung tema pembicaraan sebelumnya. Ga cuma di pembicaraan kasual sehari-hari yang santai, bahkan waktu ngajar juga aku suka meloncat-loncat. Siapa lagi dosen yang dengan mudahnya membelokkan fokus pembicaraan dari struktur lemak menjadi pembahasan mengenai film Harry Potter ke-5? Atau merubah tema dari stoikiometri menjadi pembagian lahan yang tidak jelas di kampus?
Waktu ujian skripsi dulu pun, sementara dosen pembimbing dan pengujiku sedang berdebat mengenai betapa persamaan kinetika yang selama ini digunakan sesungguhnya tidak sesuai dengan fakta termodinamika dari sejumlah eksperimen, aku malah memandangi kuku jari tanganku, sambil berpikir bahwa aku harus menambahkan gunting kuku ke dalam daftar belanjaanku nanti malam. Padahal baru saja aku menjelaskan kepada para dosen penguji tentang argumenku mengapa adsorben kitosan-humat mencapai kesetimbangan adsorpsi lebih cepat dibandingkan kitosan saja.
Fabian, si psikolog di kelas EAP kami, pernah bilang bahwa salah satu perbedaan wanita dengan pria adalah kemampuan wanita untuk multi-tasking. Nah, mungkin kalo aku, selain multi-tasking, aku juga multi-thinking. Jadi saat sedang memikirkan, kira-kira untuk menyelesaikan soal yang sedang kuhadapi ini aku enaknya pake satuan ppm atau molaritas, aku bisa tiba-tiba saja berpikir, that My Enigma looks so gorgeous with his white shirt yesterday. Halah. Balik ke topik dia lagi. Susah deh....
Anyway, multi-thinkingnya aku sangat membantu kalo aku lagi terjebak dalam acara-acara formal yang membosankan. Pernah waktu lagi rapat di Fakultas, daripada mendengarkan arahan dari Dekan, aku malah memikirkan betapa penataan ruang Dekan itu sangat tidak mencerminkan bahwa Dekan kami adalah seorang wanita, karena segala sesuatu sepertinya tertimbun dalam suatu tumpukan..
So, you got another fact about me. I’m a sweet nice girl, a girl next door yang pikiran dan konsentrasinya selalu meloncat-loncat dengan kecepatan memukau….

Antara Aku, Dia, dan Dia yang Satunya Lagi

Tau lagu Crossbottom ga? Judulnya Sembilan Tahun. Enggak, bukan sembilan bulan, itu masa kehamilan rata-rata. Nah, lagunya Crossbottom yang satu ituh, kalo aku bilang, pait banget. ”Sembilan tahun lamanya, tak kuduga, jadi sia-sia...Ku berjuang demi cinta, kini sudah tak ada artinya...”. Ya itu dia, yang terjadi sama aku. Sekita dua bulan yang lalu, laki-laki yang udah dengan susah payah (Percaya deh. Susah payah banget) aku dampingi selama 7 tahun (Iya, tujuh, heran kan?!!), akhirnya cuma ngomong :”Ya udah, kamu cari aja laki-laki lain”. Hah. Kayak dia ga inget aja betapa aku berdarah-darah mempertahankan semuanya. Aku aja kagum sama aku sendiri, kok bisa mempertahankan dan bersabar menghadapi laki-laki yang ternyata nih ya, ga cukup gentleman dan dewasa untuk mengatur hidupnya sendiri. Ya udah. Aku tidak bisa menyelamatkan kami berdua, jadi lebih baik aku menyelamatkan diriku sendiri. And let’s just see what happen with him, while I’m standing here, being a survivor without having to play tough. Bodo amat, kalo dia sendiri tidak ingin menolong dirinya sendiri, dan terus menerus mengasihani nasibnya, buat apa aku ikut-ikutan drowning in the dumps with him… Ya iya lah, gua juga ga bakal bohong kalo waktu malam itu, gua nangis. Tapi besoknya, gua bangun dengan perasaan lega…Fiuuuhhh…. I’m officially single and available! Setelah sekitar setengah bulan berlalu, gua lalu sadar, okelah gua putus secara status mungkin baru dua minggu, tapi kayaknya gua putus secara perasaan udah setahunan kali yaaa…..
Sekarang aku lagi dalam fase bengong setiap kali inget apa yang telah berlangsung selama 7 tahun ini…ya ampuuunnnn….kok ya aku tahan selama ini “dizalimi” sama dia yaa… kok aku bisa-bisanya selama tiga tahun ini jadi gadis bodoh yang percayaaa aja sama janji-janji ga jelas dari orang yang cuma bisa menyalahkan nasib dan hidup, serta mencari-cari alasan. He’s not a jerk, but he’s just sooooo PATHETIC. Bener banget tuh judul buku yang dibeli ita kemaren, Kalau Jodoh Nggak Akan Kemana, Kalau Bodoh Nggak Akan Kemana-mana. Kalau memang benang merah di kelingking aku ujungnya ada di kelingkingnya Bambang, ya…pada akhirnya kami nanti bisa bakal bareng lagi. Tapi kalau aku masih jadi orang bodoh yang tetap berkeras berada dalam lingkaran ga jelas ini, ya aku, dan kita, ga bakal kemana-mana, ga bakal maju-maju.
Hmmm… jadilah aku seorang lajang berusia 26 tahun. Wah, aku sih sebenernya juga kadang-kadang mengalami seperti yang jadi judul novelnya Primadonna Angela : A Quarter Life Fear. Huhuhu....iyalah..siapa sih yang ga kepengen settle, raise a family? Tapi semakin hari, aku semakin mensyukuri hidupku. Aku berusaha menjalani hidupku dengan damai. Kesibukanku di kampus, di laboratorium, berantem dan maen sama ponakanku, cengar-cengir ga jelas, kalau ada kejadian langka: meeting My Enigma....
Nah, ini lagi satu drama dalam hidupku. Kenapa sih orang yang satu ini bisa bikin duniaku jadi jungkir balik? Sebel. Jarang-jarang aku ketemu sama dia, begitu ketemu, yang ada aku cuma menunjukkan sisi-sisi konyol dari diriku (yang ternyata ada banyaaaaak banget). Aduh, tapi jangan lalu mikir, gara-gara ada dia inilah hubunganku sama si mantan jadi semrawut. Enggak. He’s just a person coming at a not-very-right-moment. Kayaknya, ada dia maupun ga ada, kami tetap bakal end up this way deeehh… Judul bukunya Tamara Geraldine memang pas banget untuk aku ucapkan di depan The Pathetic Guy (a.k.a. my ex-boyfriend), Kamu Sadar Kan Kalau Aku Punya Alasan Untuk Selingkuh, Sayang? (mohon maaf kalo salah dikit-dikit, aku ga pernah bisa hafal kalimat-kalimat panjang). Tapi enggak. Salah satu usahaku untuk mempertahankan hubungankami dulu adalah berusaha setia. Selama 7 tahun, dengan 3 tahun di antaranya dalam status long distance relationship. Walaupun sebenarnya, ngeliat gimana dianya...iya, aku punya banyak banget alasan untuk selingkuh, secara seharusnya aku pantes banget mendapatkan yang jauh lebih baik daripada dia. Hey, he’s just so pathetic, and in the other hand, I’m a good girl!
So, bukankah kita tadi sedang membicarakan tentang My Enigma? Iya. My Enigma. My Mysterious Guy. My Secret Admirer. Hehe... Dulu ding. Kayaknya sekarang gua deh yang jadi secret admirernya dia… Wakakak… The one who has heaven in his eyes, and makes me freeze and melt at the same time, just by a smile he gives me. Well, sebenernya, the main issue here adalah, aku ga pernah bener-bener tau apa sih yang sebenrnya ada di hatinya. Aku pernah curhat sampe mau nangis sama salah seorang teman, yang dengan polosnya jadi ikut penasaran juga… Seperti yang aku bilang sama temanku itu : “Iya, gua cuma pengen dia ngomong, “iya” apa “enggak”. Kalo “iya” kan artinya gua fokus ke dia aja, tapi kalo “enggak”, ya udah…gua mulai usaha menebar pesona ke yang lain aja, misalnya ke temen dia yang tinggi ikal itu lho…kan lucu juga, senyumnya manis pula…”. Wah, padahal waktu ngomong gitu sih, sebenrnya dalam hati nih ya, aku pengen dia ngomong :”Iya”. Halah. Kayak bisa milih aja gua.
Aduh, sebenernya aku males banget jadi kayak gini. Berasa kayak tokoh sinetron, tau ga siihhh… yang suka insomnia ga jelas tiap malam, yang senyum-senyum sendiri tiap kali inget hal-hal sekecil apapun tentang dia, yang jadi norak sendiri kalo ketemu… Tapi ya itu tadi. Seperti kata penyanyi luar negeri itu lho : “The trouble with love is…”, apa ya? Aku lupa lagunya. Ya, pokoknya love itu suka bikin trouble aja. Maya juga bilang, bahwa sebenernya jatuh cinta itu menyakitkan. Walaupun aku lebih setuju kata-katanya Taibah, “cinta itu membuat segala sesuatunya ada di titik ekstrim”. Kalo aku bilang sih ya…Kita ga pernah bisa milih, kapan rasa itu tiba-tiba kita sadari ada dan sudah membuat kita jadi orang yang berbeda. Dan kita tidak pernah bisa memilih, atau bahkan menebak, siapa yang membuat kita jadi memiliki perasaan itu, whether we like it or no, whether we want it or no.
Kalo aku boleh milih soundtrack buat episode hidupku sama My Enigma ini, ya lagunya Daniel Bedingfield, “I Can’t Read You”, yang lagi kuputer waktu aku ngetik ini.
I can’t read you…I wish I know what’s going through your mind. I cant touch you, your heart’s protected…I get left behind”.
Haduh. Desperado banget. Tapi siapa sih yang ga desperate kalo lagi pengen tau…ada ga sih kita di hatinya, sedikiiiiiiit aja…
Hmm…. Kayaknya habis ini aku mau nyetel lagunya Maliq n D’Essential deh, yang Untitled.
“…adakah ku singgah di hatimu...mungkinkah kau rindukan adaku…adakah ku sedikit di hatimu…bilakah ku mengganggu harimu…mungkinkah kau inginkan adaku…akankan ku sedikit di hatimu…”

Sebuah Pengakuan…dan Deskripsi Naratif Tentangnya..

(Originally written on August 4)


Ya udah deh.... Aku mengaku. Aku menghabiskan Rp. 35.000,00 untuk melewatkan malam Minggu ini dengan ngapain coba? Nonton shownya Ihsan. Ya. Ihsan Tarore. Yang menang Indonesian Idol 2006 kemaren. Oke, jadi....bengongnya udah selesai? Atau mungkin masih pengen ketawa lebih lama lagi? Tolong ya, sampai kavling kami bersebelahan di surga nanti pun, Ita bakal tetap mencela dan menistakan diriku tentang ini, jadi...jangan menambah deretan orang yang tengah mengantri untuk mengungkapkan keterkejutan, keheranan, ataupun hanya ingin mencela diriku... Aku memang ngefans banget sama Ihsan, dari dulu, so what? Well, instead of the fact that he is soooooo much more younger than me, sehingga layak dikategorikan sebagai berondong, he really has the look that I like.
Jadi, acara sebenernya adalah Lomba Penyanyi Remaja, diselenggarakan di Shinta International Restaurant, Banjarmasin. Jadi, mungkin sebagai salah satu bentuk latihan kesabaran, sebelum bisa melihat Ihsan, aku harus melihat 6 orang ‘remaja’ yang berjuang jadi juara. Untungnya, sebagian besar peserta memang bagus-bagus. Kecuali salah satu peserta yang bikin aku tambah banyak dosa, karena waktu liat dia nyanyi aku terus-menerus mencela penampilannya dalam hati. Hmm…. Kemeja ketat warna merah lampu lalu lintas, celana kulit hitam yang ketat banget, sepatu bot dengan hiasan paku-paku yang berkilauan, sementara si peserta adalah cowok gempal berambut keriting yang dicat kemerahan sehingga sekilas membuatnya terlihat seperti ayam bekisar. Mana dia nyanyi lagu Samson yang Akhir Rasa Ini dengan gaya boyband, dan full senyum pula… Haduh. Belum lagi para penontonnya tuh ya…paling tua anak SMA kelas 3 deh kayaknya. Sekali ada yang udah tua, orang tua yang nganterin anaknya. Walah. Dan karena ini pada dasarnya adalah lomba nyanyi, jadi aja terjadi pertempuran yel-yel antar suporter. Aku sempet rada panik, karena salah satu peserta dari SMP 6, dan anaknya Bu Ninis, Dekan kami, juga siswa SMP 6, gimana coba kalo dia ikut nonton dengan diantar orang tuanya? Halah. Gua minta mutasi aja ke Universitas Haluoleo, atau Universitas manapun yang nyebutnya pake mikir. Pas peserta keempat, ada teriakan histeris dari atas...eh, bener, Ihsan udah dateng. Gilaaaa.....itu kedengeran kayak air bah lho waktu para anak-anak itu pada grubuk-grubuk mengejar Ihsan yang diselamatkan oleh security ke backstage. Hmm... walaupun konsentrasi peserta mulai terbelah, antara ngasih dukungan ke 2 orang peserta lagi yang masih bersusah payah menghimpun segenap perhatian penonton, dengan usaha meminta belas kasihan panitia supaya bisa masuk ke ruang ganti, the show must go on. Apalagi karena pada dasarnya ini acara yang sangat disupport oleh Pemprov, sebelum Ihsan nongol, kami masih harus bersabar mendengarkan Asisten Gubernur (Iya. Gua juga heran.) nyanyi satu lagu dulu di atas panggung. Eh, belum cukup kami mendengarkan orang ga penting itu menampilkan diri di atas panggung, kami masih harus menikmati satu persembahan lagi dari si ketua panitia (yang rupanya adalah penyanyi lokal jaman dulu yang masih belum rela melupakan euforia tampil di atas pentas), Ibu ketua panitia ini dengan penuh percaya diri menyanyikan 2 buah lagu, lengkap dengan penyanyi latar. Aku jadi curiga, jangan-jangan dia rela jadi ketua panitia cuma demi mengharapkan kesempatan mentas lagi.
Yah, sesudah selingan-selingan membetekan tersebut, akhirnya....Ihsan muncul!!! Huaaaa....aku langsung lupa umur, lupa status, lupa profesi, dan bergabung dengan segerombolan anak-anak di bawah umur menyerbu panggung... Well, dari lima lagu yang dinyanyiin Ihsan, kayaknya aku menyimpulkan beberapa fakta berikut :



  1. Siapapun yang bilang Ihsan itu cakep, dia salah. Ihsan itu...CAKEP BANGET!!! He is just soooooo gorgeous and cute and adorable. Dan kalo bilang Ihsan keliatan cakep di TV, bakal narik ucapannya kalo ngeliat Ihsan secara langsung..dia jauh lebih cakep aslinya.

  2. Penampilan Ihsan di TV menipu. Dia lebih cakep aslinya. Eh, sudah aku sebutkan barusan ya…sorriii….
    He is humble..

  3. Para ABG itu bisa sangat mengerikan kalo udah neriakin nama idolanya, dan sumpah deh, jejeritannya mereka lebih parah kalo si idola tersenyum

  4. Kalo mau motret dalam acara kayak gitu, ga usah pake night-mode. Terus di-set untuk obyek yang bergerak. Yakinkan juga bahwa batere dan kartu memori cukup untuk memuaskan nafsu dan dahaga untuk memperoleh dokumentasi atas setiap gerakan obyek sasaran.

  5. Ga usah peduli etika kalo udah nonton yang model beginian… Aku aja, begitu ada kesempatan langsung duduk di tepi panggung… Bodo amat, lha wong posisinya malah jadi strategis banget kok!

    Hehehe….aku jadi senyum-senyum sendiri, akhirnya kesampaian juga… suatu akhir yang cukup menyenangkan untuk minggu ini, mengingat dalam minggu ini, begitu banyak kejadian yang, jujur saja, bikin capek.
    Ihsaaaannnn…..haduh…kok bisa ya dia punya aura yang sangat mempesona seperti itu….

Krisis Percaya Diri yang Sempat Menghalang

Aduh, kayaknya it’s been so long ya sejak terakhir kali aku apdet blog? Well, ada kejadian langka, secara narsistik adalah bagian terintegrasi dari kepribadianku, jarang-jarang aku mengalami yang satu ini: krisis percaya diri. Iya euuyyy...aku sempet males nulis di blog karena ga pede gitu... Jadi gini ceritanya.
Kemaren aku baca blog-nya salah satu temenku waktu SMA dulu...Hmmm.... Gila aja, it is totally written in English (no wonder sih sebenernya, kan dia lulusan Bahasa Inggris), dan isi-isinya itu lhoooo....daleeeem banget. Sementara sebaliknya, apa coba komentar dia tentang isi blog-nya aku? ”Girly banget Mi!”. Hehe. Aku nyengir aja. Ya iya laahhh.... aku memang anaknya begini. Such a drama queen. Pada dasarnya aku hanyalah gadis manis yang narsis, I’m just a girl next door, jadi ya jangan kaget kalo isi blog-nya aku rada mirip dengan sinetron-sinetron cewek gitu.Well, tapi setelah membaca blog-nya dia, aku tiba-tiba saja terinspirasi untuk menulis sesuatu yang lebih bermakna, inspiratif, naratif, argumentatif, deskriptif, daaan...ya apapun deh. Pokoknya yang dalem. Yang bikin orang manggut-manggut kalo baca. Jadi aja aku merenung laamaaaaa....banget di depan komputer. Nyari ide buat nulis sesuatu yang inspiratif dan segala macam tadi. Apa tentang perdamaian dunia mungkin? Enggak ah. Takut nangis kalo inget perang. Lagian berasa ikut kontes Miss Universe aja. Aku tinggal ngomong : ”Dan hal yang paling saya inginkan di dunia ini adalah...perdamaian dunia” sambil tersenyum seleeeebar mungkin dengan ujung-ujung bibir yang naik secara maksimal, kemudian melambai dengan cara memutar pergelangan tangan sebesar 60° ke kiri dan ke kanan. Enggak. Topik tentang perdamaian dunia bisa jadi kemana-mana kalo aku yang nulis. Atau tentang bagaimana kita bisa memaksimalkan potensi diri kita mungkin? Haduh. Enggak deh. Mana bisa aku menulis tentang bagaimana seharusnya orang bersikap dewasa dan segala macamnya gitu....Atau tentang manajemen keuangan? Haha. Nyindir banget. Aku ngurus koperasi PS aja cuma modal tanda tangan doang sebagai Ketua Koperasi. Kalo ditanya saldo aku cuma bisa cengengesan. Rekeningnya ada di BRI atau Bukopin aja aku lupa. Lho...itu kan urusannya Bendahara...Ketua kayak aku kan cukup menandatangani form persetujuan peminjaman doang!!! Dua jam kemudian, bukannya dapat ide apapun sebagai bahan tulisan di blog yang bisa membuat orang terkagum-kagum atas jalan pikiranku yang sangat filosofis, I ended up checking people’s profile in Friendster... Hahaha....sia-sia aja aku berusaha membohongi diriku sendiri, toh faktanya tetep aja aku ga bisa serius lebih dari sejam.
Ngerasa mentok karena ga punya ide, mau nulis apa yang bakal jadi masterpiece, ya itu tadi. Aku males nulis. Tapi tetep aja, aku ga tahan lama-lama ga cerita. Jadilah aku mulai menulis lagi. Dan, aku lalu memutuskan, terserah deh orang mau komentar blog-ku dangkal, girly, jayus, garing, atau apapun. I’m just telling my stories to the world in my own language. Seperti yang Natasha Bedingfield bilang: “No one else can speak the words of your lips”. Aku bakalan bego banget kalo berpura-pura menjadi orang lain, termasuk menuliskan dan mengungkapkan sesuatu dengan gaya yang bukan-gue-banget…
Aaaanyway...setelah melakukan analisis, aku semakin nyadar, bahwa jalan pikiran, dan juga bagaimana cara kita mengungkapkan sesuatu sangat dipengaruhi oleh buku-buku apa yang kita baca. Teman yang aku sebut-sebut di awal tadi, bacaannya memang buku-buku self-empowering, self management gitu. So...no wonder deh, bahasanya sangat psikologis aplikatif begitu. Aku jadi mulai membanding-bandingkan bacaan-bacaan temen2ku dengan gaya bahasanya mereka. Ita mungkin yang paling mirip caranya bercerita dengan diriku. Kami bisa bikin sinetron yang mengharu-biru memerah-darah saking hiperbolisnya. Kalau Kamil, dia romantis abis. Blog-nya dia isinya kan puisi semua, terkecuali salah satu posting tentang rencana 7 Julinya. Well, wajar deh, buku-buku yang dia baca memang model-model Ayat-ayat Cinta, dan kumpulan cerpen gitu. Nanik, walaupun sekarang jarang ngisi blog, memang rada mirip Dewi Lestari kalo mengungkapkan isi hati. Hmmm.... Jadi, karena bacaanku adalah novel-novel chicklit begitu, ya no surprise deh kalo memang membaca blog-ku serasa mendengar obrolan cewek dari kamar sebelah... Soooo…here I am…telling my stories about me, my life and my world in my words. What’s wrong with that? Nothing. Because I love to be my self, for I’m best for being that…

Rabu, 29 Agustus 2007

Grup band yang Satu Itu

Duhai para penggemar musik Indonesia, terutama para penggemar band yang satu ini, maafkanlah daku, tapi aku bener-bener jijai bajai sama suatu band yang entah dengan alasan apa lagi ngetop abis : Kangen Band. Tuh kan, dari namanya juga sebenernya udah agak meragukan, kenapa band ini bisa terkenal. Tapi percaya ato enggak, Kangen Band dengan lagu-lagunya tuh denger-denger udah dapet platinum lho! Pertama kali denger lagunya, aku langsung mengerutkan kening, karena bagi aku, lagu itu sangat tidak jelas mau ke arah lagu pop, melayu, atau sebetulnya lebih diarahkan bukan untuk jadi lagu, tapi sebagai suatu ratapan? Aduh, sorri banget ya buat yang suka sama lagu Antara Aku, Kau dan Dia, tapi buat aku...lagu itu definetely will not be on My Playlist, sampai kapanpun. Suara vokalisnya pun juga ga bisa dikategorikan yang gimana banget... dan keherananku akan keterkenalan band yang satu ini semakin bertambah saat pertama kali ngeliat videoklipnya. Alasan bahwa kengetop-an mereka semata karena tampang para personil (yang biasanya jadi salah satu alasan kenapa suatu band bisa terkenal banget walopun secara kualitas musik terkategorikan sebagai STD) langsung tercoret. Dua kali. Pake tinta merah. Wah, bahkan sampai Rizal Mantovani pun (emang bener ga sih Rizal yang itu yang bikin videoklipnya?) masih gagal menaikkan nilai daya jual mereka. Tapi setelah aku baca profil mereka di Kompas, aku jadi mencoba berprasangka baik. Mungkin rakyat pencinta musik Indonesia masih punya hati nurani, sehingga terlalu baik hati untuk tidak bisa ngefans sama gabungan tukang cendol, kuli bangunan, tukang jualan sandal dan tukang gado-gado. Secara nge-fans sama mereka kayaknya tidak mudah untuk bisa dilakukan, mungkin nge-fans sama mereka merupakan pencapaian tersendiri kali ya, karena nyaris tidak mungkin untuk dilakukan.
Oke, aku sekitar 2 jam yang lalu baru saja berjanji untuk mengurangi frekuensi bikin dosa lewat nyela orang, maka mari meninggalkan deskripsi tentang Kangen Band, karena ngomongin mereka bagiku adalah ladang subur untuk mengeluarkan stok celaan.
Aku sama Ita, walopun sodaraan, kadang-kadang masih suka beda dalam hal selera musik. Si Ita suka banget sama Tompi, dan aku cuma denger ala kadarnya aja. Di sisi lain, Ita ga tahan dengerin Linkin Park, sementara lirik lagu Linkin Park malah dengan gagahnya tercantum di halaman persembahan skripsiku. Ita lebih memilih rileks sambil dengerin lagu-lagu Ten To Five, sementara aku lebih memilih dengerin lagunya Ungu. Tapi...untuk soal Kangen Band ini, kami saingan soal mencela-cela mereka. Kita sama-sama menganggap bahwa prestasi Platinum yang diperoleh Kangen Band, adalah betul-betul suatu keajaiban yang mencengangkan dan tidak dapat dijelaskan secara logika.
Nah, yang jadi masalah adalah, pada tanggal 24 Agustus kemaren (salah satu tanggal yang akan kuanggap sebagai noda hitam dalam sejarah hidupku) aku dapet sms dari Customer Service-nya ProXL, yang sama sekali tidak punya firasat apapun bahwa apa yang dia sampaikan adalah nestapa bagiku. Isi sms-nya adalah, aku berhak mendapat fasilitas Ring Back Tone (demi alasan kepraktisan, selanjutnya akan dituliskan sebagai RBT saja) gratis selama 30 hari ke depan, dengan lagu Antara Aku, Kau dan Dia, dari Kangen Band. Waktu nerima sms itu, aku masih dalam angkot, dan aku langsung mau loncat ke jalan aja saking terpukulnya. Yikeeesss!!!! Mau ditaruh dimana harga diri, integritas dan eksistensiku, kalo sampai setiap kali ada orang yang menelfon aku, mereka harus mendengar rombongan lenong itu dengan mendayu-dayu meratap : ”Sudah lupakan saja...cerita antara aku, kau dan diaaaaa...”. Aku pecinta segala sesuatu yang berhubungan dengan diskon, sale, apalagi gratisan. Tapi gratisan yang satu ini bener-bener ENGGAK banget, bikin bete, ilfil, dan membawa nestapa!!! Aku diiringi rasa sedih dan sakit hati yang mendalam langsung mengabarkan berita duka itu ke Ita, lengkap dengan forward-an sms pembawa berita duka itu. Keputusan yang salah. Karena Ita langsung nelfon ke nomer XL ku...dan ngakak abis begitu aku ngangkat telfon... ” Gua berasa lagi nelfon golongan manaaaa...gitu lho Mi...” kata Ita dengan nada puas dan penuh kemenangan. Jelas aja dia bahagia, karena sekarang dia punya bahan celaan sampai tiga tahun ke depan. Eh, enggak ding. Sampai tiga belas tahun ke depan malah. Aku langsung mengikuti langkah-langkah berhenti berlangganan RBT yang satu itu, dan menggantinya dengan lagu Repvblik, yang jauh lebih beradab. Tolong ya, selama ini NSP aku untuk nomer Simpati aku tuh lagu-lagu yang terpilih melalui seleksi ketat berdasarkan tingkat ke-hits-an lagu itu di masyarakat luas dan kadar kecocokan lagu yang bersangkutan dengan suasana hatiku saat itu. NSP-ku itu lagu-lagu pilihaaaannnn!!!!! Kok ya begitu aku pake nomer XL, dengan seenaknya mereka memutuskan RBT yang cocok adalah lagu yang satu itu.....Gimana ga aku ganti, coba!
Tapi sia-sia aja, satu-satunya orang yang pernah mendengar lagu sialan itu sebagai RBT-ku adalah Ita. Yang akan memastikan sampai 2 generasi yang akan datang, dia tidak akan pernah lupa bahwa saat ring tone ku untuk panggilan masuk adalah lagu My Love dari Justin Timberlake, dan nada untuk sms masuk adalah Bring Me To Life dari Evanescence, aku pernah didampingi RBT dari Kangen Band....
Sebagai catatan, NSP untuk nomer Simpati ku saat ini adalah Ungu - Di Sini Untukmu, dan untuk nomer XL ku RBT yang aktif saat ini adalah Repvblik - Hanya Ingin Kau Tahu.

Sebentar Lagi Datang Lagi...

(Originally written : 28 Agustus)

Hari ini (alias 28 Agustus 2007, waktu aku mengetik posting ini di laptopku tersayang) Nisfu Sya’ban. Artinya sekitar 2 minggu lagi Sya’ban habis...dan Ramadhan datang!!! Secara di Kalsel tu aura religiusnya masih kental banget, bahkan nuansa Nisfu juga udah terasa. Orang-orang pada puasa, warung-warung pada tutup... Aku? Hehehe.... sebenernya sih sudah terlintas niat mulia untuk puasa. Bukan dalam rangka Nisfu-nya sih...lebih ke arah bayar hutang puasa aku yang sebenernya tinggal 3 hari tapi ga kebayar-bayar juga. Apalagi temen-temenku pada ngirim sms menjelang Nisfu gitu... Haduh, tapi apa daya bakat insomnia (emang insomnia bisa dikategorikan bakat, gitu??) aku tadi malam kambuh lagi. Jadi aja aku ngelamun dan bengong di depan laptop sampai jam 01.30, hingga dengan suksesnya waktu buat saur aku lewati dalam keadaan tidur. Dan sekarang, aku lagi jadi kaum minoritas. Karena di PS, di lab, sebagian besar orang pada puasa. Hiks, jadi mau makan siang ga enak aja rasanya... Jadi malu sendiri... nyaris aja aku kuat-kuatin buat ga makan sekalian sampai pulang ke Banjar nanti... tapi...begitu ada mahasiswa ngajakin makan...hehehe... Lho, daripada aku pingsan lagi di lab, coba??
Tapi jadi mikir euy... waduh, udah mau mulai puasa lagi nihhh.... akunya udah siap belum ya? Bukan soal ke masalah pola makan aja sih, tapi lebih ke masalah kelakuan kali ya... Apalagi aku kan anaknya gini banget... Punya refleks yang sangat bagus untuk mencela orang begitu menemukan hal layak cela. Dan sekarang aku punya waktu tinggal 2 minggu lagi untuk mempersiapkan diri manjadi orang yang lebih baik menyambut Ramadhan kali ini...
Hhhh... Alhamdulillah, Ramadhan tahun ini masih bisa bareng sama keluarga. Itulah mungkin satu lagi alasan kenapa aku masih belum dibolehkan berangkat ke Aussie sama Tuhan. Supaya aku masih bisa merasakan dibangunin saur sama Mama, masih bisa makan bubur ayamnya Paman Isur buat buka puasa, masih bisa makan kue lam, laksa, bingka kentang, lapis daging, dan kue-kue lain yang secara ajaib cuma muncul di bulan Ramadhan.
Iya euy..salah satu hal yang paling aku suka dari tradisi Banjar adalah nuansa religiusnya yang masih kuat banget.. Kebayang nggak sih, kalo di daerah lain kayaknya Nisfu Sya’ban ya lewat gitu aja... tapi kalo disini sih berasa banget deh. Apalagi pas bulan Ramadhannya. Makanya puasa tuh paling enak di Banjar. Suasananya kondusif. Kalo di kota lain, pas ga puasa mungkin ga kentara banget, tapi kalo di Banjar, malu... Mau makan siang juga susah, secara sebagian besar banget dari warung tuh pada tutup.
Wah, aku harus mulai nyiapin diri nihh...minta maaf sana-sini, secara dengan kejutekanku selama ini, kayaknya dosa aku ga usah diomongin lagi kali ya gedenya...
Mudah-mudahan, Ramadhan kali ini bener-bener bisa bikin aku jadi manusia yang lebih baik, as I have always wanted to...

Unwritten

Hm. Judulnya salah kali ya. Buktinya sekarang written kan...? Untold kali ya... atau unsaid? Ah, whatever lah... yang aku maksud adalah, hal-hal inilah yang aku sebenernya pengeeeeen banget ngomong ke kamu, tapi ga nyampe. Ga nyampe hati sama diriku sendiri. Padahal aku pengen banget mengguncang-guncang bahu kamu sambil nanya...”Terus maksudmu apa sih?”. Iya, tau nggak sih, sikap kamu yang sekarang ini bikin bingung. Kamu yang suka sok cuek di depanku dan di depan dia, tapi berubah menjadi orang yang beda banget di setiap pesan yang kamu kirim. Gimana aku ga bingung, coba??? Bayangkan, aku sampe sempet konsultasi masalah hati gitu sama Eko, yang dengan serius ngomong gini : ”Kayaknya dia ga serius deh Mbak...”. Hah? Iya ya? Soalnya kalo aku ceritanya ke temen-temenku yang cewek...jawabannya beda. Mungkin itu masalahnya ya. Masalah gender. Ketika kau sebagai kaum lelaki menganggap bahwa apa yang kamu lakukan itu meaningless, kami ga bisa menganggap itu ga serius. Tapi, kalo memang ga serius...kamu sadar ga sih, bahwa ini sudah berlangsung selama satu tahun lebih???? Aku udah nyoba lagi, buat menganggap bahwa itu cuma sekedar intermezzo bagi aku, bagi kamu. Tapi setiap kali aku pengen seperti itu, kamu tiba-tiba tersenyum lagi padaku...dengan tatapan matamu itu. Iya. Tatapan mata yang sejuk. Yang begitu damai. Yang sempat aku inginkan, hanya untuk aku. Aku ga bakalan boong kalo bilang, aku suka deg-degan ga jelas sendiri setiap kali ada alasan dan kesempatan buat ketemu kamu. Buat ngeliat kamu. Dan tiap kali kamu senyum ke aku, ada sesuatu yang menari di dalam diriku. Rasanya aneh, tapi menyenangkan. Tiap kali aku bisa menatap wajahmu dan menemukan tatapan damaimu itu, jantungku membuat nafasku sesak. Tapi ada saat-saat dimana kau justru hanya menatapku sesaat, dan memalingkan wajah. Terutama saat ada dia. Maka rasa aneh yang menyenangkan itu tidak akan ada, hanya rasa nyeri, di dada sebelah kiri. Apa memang benar di sebelah situ hati kita berada? Karena jika iya, berarti hatikulah yang terasa sesak itu. Aku ga tau, kamu sadar atau enggak, bahwa seringkali, kamu bikin aku hampir nangis. Karena begitu putus asa untuk bisa mengerti, apa sebenernya maksud kamu. Apakah karena aku tidak ada apa-apanya dibandingkan dia yang dulu pernah bersamamu? Sekarang aku ngerti, gimana Radiohead bisa terdengar sangat desperate waktu nyanyi : ”I want you to notice when I’m not around... I wish I was special, so fucking special…”. Itu yang aku pengen sebenernya, bahwa kamu menyadari keberadaanku, dan peduli atas ketidakberadaanku. Apakah memang I don’t belong there, by your side? Kamu membuat aku seperti tokoh sinetron, yang tiba-tiba saja melamun mendengarkan lagu-lagu melankolis, yang langsung mikir : “Ih, ni lagu gue banget deh…” setiap kali mendengar lirik lagu yang mellow-mellow gitu… Aku dulu pernah bilang, bahwa aku cukup senang memilikimu sebagai “A Mysterious Friend of Mine”, dan kamu pun bilang bahwa :”lebih asyik begini..”. Aku pengen mencabut pernyataanku itu, karena misterius sudah terasa terlalu melelahkan… Rahasia yang ada bersamamu terlalu rumit untuk aku mengerti.
Seandainya bisa, aku pengen duduk berdua dengan kamu, hanya untuk bertanya, dan mendengar jawaban dari kamu. Tentang kenapa kamu memulai semua ini. Iya, akumasih dengan penuh percaya diri menganggap, bahwa semua ini kamu yang mengawali.Aku juga ingin bertanya tentang kenapa kamu pernah menghilang, dan muncul kembali. Aku ingin bertanya, tentang sikapmu yang tak tebaca. Aku ingin tahu, kamu pengen aku seperti apa...
I just wish that I could read you... Aku tidak sanggup membayangkan, apa yang akan terjadi selanjutnya, jika memang cerita antara kita itu tidak akan pernah tercipta….

Sabtu, 25 Agustus 2007

Aku datang!!!

Selamat pagi dunia!!!! Ga taukenapa, apakah karena tidur lumayan cukup tadi malam, ada Ihsan (^-^) di RCTI tadi malem, atau ada bidadari baik hati yang mengayunkan tongkat ajaibnya... I just feel so good this morning!
Thank God... for letting me live another day, a beautiful one...
Dunia.... aku dataaaang!!!
Eh, tapi sampai sekarang aku masih ga ngerti berita terpanas kemaren yang dimaksud sama 'dia' apa yaaaa......

Kamis, 23 Agustus 2007

Something's Wrong

Ada yang salah. Ga tau apa. Apa kemaren aku lewat di bawah pohon beringin ya? Ga mungkin. Mana ada beringin di banjar. Atau lewat di bawah pohon pisang, mungkin? Enggak juga ah... tapi.... something is wrong. Atau mungkin awal harinya aja yang ga bener...secara pagi tadi aku terlambat bangun 50 menit (Serius!) dari jadwal biasanya. Dalam keadaan kaget. Dan tadi, waktu sosialisasi POS dari orang-orang Rektorat...aku kan ketiduran tuh... dan kembali terbangun dengan kaget gara-gara handphoneku bunyi. Jadi aja samapi sekarang kepalaku berdenyut-denyut.
Kayaknya segala seuatu yang aku kerjain hari ini serba ga jelas. Serba salah.
Fhhh..... apalgikalo inget, tadimalam aku nangis. Ga jelas kenapa. Pengen nangis aja... Pengen berenti jadi anak baek. Pengen berenti jadi a strong girl like I have always wanted to be.
Halah. Ga boleh lama lama kayak gini niiihhhhhh!!!
Cheer up Mi...cheer up! Keep your chin up...

Lagu hari ini :
"...when there's come a day that grey, and lonely....
I just pull out my chin and grin, and sing....
The sun comes out tomorrow, so you gotta hang on till tomorrow...
Tomorrow...tomorrow... I love you, tomorrow...
You're only a day away....'

Rabu, 22 Agustus 2007

Angsa? Romantis? Ha!

Aku kembaliiiii!!! Duhai negaraku tercinta, maafkan aku tidak berpartisipasi dalam upacara pengibaran bendera tahun ini, karena masa-masa dimana aku seharusnya bergabung dengan civitas akademika Universitas Lambung Mangkurat lainnya di lapangan untuk apel bendera, aku malah berleha-leha di Bandung sana... Iyaaa....aku liburan ke Bandung! Tanggal 16 kemaren, walaupun belum berwarna merah, aku udah ngabur ke Bandung. Dan kali ini, aku tidak sendiri, tapi ada si Dian, ponakanku yang ga kalah narsis-nya sama aku ikut mengganduliku. Capeknya emang banget-banget...tapi tau nggak, it’s all worth it. Semua kecapekan itu terbayar ngeliat muka Dian yang seneng banget bisa ngerasain naik pesawat untuk pertama kalinya, bisa bermain sepuasnya di Grha Irama (atau semacam itu, lupa merhatiin plang namanya), bisa liat dan memetik stroberi (walaupun sembunyi-sembunyi), bisa liat gajah. Iya, di Banjar kan ga ada gajah...jadi salah satu target utama Dian adalah ke kebun binatang Bandung. Begitu masuk kebun binatang, aku sama Ita langsung ngakak. Kami terakhir kali masuk ke sana sekitar...20 tahun yang lalu, mungkin? Dan semuanya masih terlihat dan terasa sama. Eh, emang usia gajah maksimal berapa tahun sih? Kok kayaknya gajah yang ada sama sekali tidak menunjukkan perubahan maupun pergantian apapun ya sama gajah yang kami liat waktu masih berstatus anak di bawah umur dulu?
Dan kunjungan ke kebun binatang itu membuat aku menyadari satu hal, sinetron-sinetron romantis itu bisa sangat menipu!!! Kan suka ada tuh sinetron-sinetron dengan adegan pasangan yang berkencan naik sepeda air berbentuk angsa dengan romantisnya. Bohong banget. Naik sepeda air itu ga ada romantis-romantisnya. Aku dan Ita udah membuktikan sendiri. Begitu naik ke sepeda itu, ternyata pijakan untuk mengayuhnya cuma ada di satu sisi, sisi yang aku duduki. Artinya aku yang harus mengayuhnya supaya sepeda itu bisa jalan, yang otomatis membuatku bertanggung jawab atas keselamatan satu orang anak TK kelas 0 kecil (Dian), seorang dosen Kimia (ya aku lah...siapa lagi), dan seorang Account Officer di Bank Pemerintah (betul...si Ita adekku itu). Sebagai catatan, tidak ada satupun dari ketiga orang itu yang bisa berenang, kecuali menggelepar-gelepar tidak jelas dalam air bisa dianggap sebagai salah satu gaya renang yang patut diperhitungkan.
Permasalahan pertama adalah, pedal itu beratnya bikin depresi. Aku sampe mau mati muda hanya untuk mengusahakan agar si pedal tetap berputar. Permasalahan kedua, aku punya kemampuan observasi ruang dan arah yang lebih parah daripada payah. Aku tidak pernah bisa memutuskan di saat yang tepat, kapan harus lurus, kapan harus belok ke kiri atau ke kanan untuk mencapai tujuan. Permasalahan ketiga, Ita yang dimandati untuk memegang kemudi, perlu waktu 2 hari untuk menentukan mana arah kiri dan mana kanan. Jadi di saat aku teriak-teriak ”Kiri...kiri...KIRIIII!!!” dia dengan paniknya membelokkan kemudi hingga kami berbelok ke kanan. Waktu aku teriak :”Lurus aja Ta..lurus...LURUSSSS!!!”..dia balas berteriak dengan histeris :”IYAAAAA!!!! Ini juga udah LURUS!!” sambil dengan pol-nya membelokkan kemudi ke kiri, hingga kami menabrak pulau-pulau tempat tinggal para monyet itu..Waktu aku udah mau berdoa untuk terakhir kalinya saking yakinnya bahwa kami ga bakalan selamat, Ita dengan kencengnya teriak, ”Mi...kalo mau ke sana, itu mau ke kiri atau ke kanan siiiihhh???”. Dian? Dia dengan senyum riang gembira memeluk leher angsa, sambil bertanya kepada kami :”Tante Ami, kok kita nabrak-nabrak terus sih?”.
Yah, paling tidak waktu itu kami berhasil memberikan hiburan segar bagi para pengunjung kebun binatang yang lagi bersantai di pinggir danau itu, mereka tanpa rasa berdosa mentertawakan dua orang lulusan PTN terbaik di Indonesia gagal untuk memanuverkan sebuah sepeda air.
Setelah sampai kembali di daratan..Abah rupanya lupa bahwa dua dari penumpang sepeda air malang itu adalah anak-anaknya, secara Abah tidak merasa perlu mengasihani kami yang udah berdarah-darah. Waktu kejadian tuh, si Abah sama sekali tidak merasakan naluri kebapakan untuk segera panik menyelamatan keselamatan kedua anak gadisnya yang sedang terancam, malah yang muncul adalah naluri fotografernya...
Sementara Mama masih terus mengomentari kebodohan yang kami lakukan, kami cuma bisa membela diri :”Bukan salah kita kok! Kita cuma dapet angsa yang psycho aja!! Memang angsanya tuh yang berniat mencelakakan kami..”.
Sambil mengatur nafas kembali (kayaknya waktu kita lagi rusuh mikir mau ke arah mana, kita sempet lupa untuk bernafas deh), aku dan Ita hanya menatap nanar pada perahu-perahu yang lewat.. Perahu-perahu itu terlihat begitu damai...begitu tenang....

Kamis, 16 Agustus 2007

Jatah Aku Kali Ini

Hari Selasa kemaren rapat PS dengan agenda yang seluruh staf dosen berasa can’t hardly wait: pembagian dosen pengampu mata kuliah. Rapat penting yang menyangkut bagaimana pola hidup kami selama satu semester ke depan. Aku betul-betul merasa harus ikut rapat, terutama karena dibayang-bayangi beban untuk mengajar Kimia Anorganik I, karena Sunardi yang biasanya pegang mata kuliah itu bakal berangkat S2 September ini. Saking gugupnya mau ikut rapat karena udah telat (plus satu alasan lagi yang lebih menyangkut masalah hati sih...hehe...), aku malah seperti biasa did some embarassing things waktu mau berangkat ke Ruang Dosen dari lab. Pertama mau berangkat, aku melangkah dengan yakinnya masih dengan memakai jas lab (yang udah bulukan dan berbau tidak jelas). Terpaksa aku kembali, melepas jas dan menggantungkannya dengan manis. Tapi baru sekitar 15 meter pergi aku baru sadar, handphone aku ketinggalan. Bukan masalah lupanya itu yang memalukan, tapi aku berlari mengambil handphone sambil jejeritan ga jelas, ngelewatin lab biologi I yang lagi dijadiin lokasi rapat PHK-I untuk Farmasi. Belum sampai 100 langkah meninggalkan lab, aku baru sadar kalo aku ketinggalan tas jinjinganku. Hiks. Tidak kuat menanggung beban rasa malu untuk lewat lagi, aku lebih memilih muter lewat belakang lab analitik, mengetuk kaca jendela (yang bikin Rei bener-bener ketakutan) untuk dengan wajah memelas minta diambilkan. Lha, daripada kalo aku bolak-balik lagi ke lab analitik, yang berarti aku harus ngelewatin para peserta rapat di lab Biologi I itu?
Waktu rapat, aku bawaannya empet aja ngeliat Sunardi yang dengan penuh rasa bahagia menyaksikan kami saling melempar tanggung jawab untuk mengasuh mata kuliah, lengkap dengan senyum puas yang penuh rasa kemenangan. Huh. Apalagi berdasarkan kurikulum yang baru, mata kuliah pilihan yang baru itu sebagian besar adalah bidang Anorganik. Waks! P’Budi belum datang, Sunardi udah pergi. Jadi yang orang Anorganik kan tinggal aku dan P’Edi. Bahkan status Anorganik di aku pun melekat secara tidak jelas, hanya atas dasar aku dulu ngerjain penelitian tugas akhir untuk skripsi di Lab Anorganik. Tapi buktinya sekarang aku disuruh ngajar Biokimia, ngasih pelatihan TOEFL, tapi di SK Fungsional, tercantum bahwa aku adalah Asisten Ahli di bidang Kimia Dasar, dan untuk S2 nanti malah aku ngambil Manajemen Lingkungan gitu.
Untuk rapat kali ini, keahlian ngeles dan cablak-nya aku tidak berguna. Bahkan setelah menggunakan berbagai variasi ekpresi, mulai dari ekpresi lempeng, ekspresi memelas, ekspresi sakit hati, ekpresi mengancam, sampai ekspresi ”ayolah-Pak-saya-bisa-teler-dan-meninggal-kalo-dapat-sebanyak-ini-nih”, tetep aja...aku dapet jatah: 6 Mata Kuliah! Kimia Dasar I untuk PS Kimia, Kimia Dasar I untuk PS Biologi, Biokimia I, Biokimia untuk PS Biologi, Kimia Tanah, dan....Mekanisme Reaksi Anorganik. Temen-temen jaman kuliah, kalo ada yang baca ini...silakan ngakak sepuasnya...kalo udah puas, jangan lupa mendoakan supaya aku dapat menjalankan misi dengan sukses dengan tetap menjaga nama baik P’Sutarno dan P’Yateman. Bahkan selama 15 menit, aku sempet dipasang sebagai single fighter untuk mata kuliah itu, alias tidak ber-tim. Setelah dengan resenya memohon, meminta, menghiba, dan akhirnya memaksa dengan disertai ancaman ga jelas ke P’Rodi, P’Rodi manggut-manggut untuk mendampingi aku ngajar MRA. Oh iya, selain ke-ENAM mata kuliah tersebut, jangan lupa bahwa aku masih punya beban untuk jadi koordinator 3 praktikum, dan mengajar Chemistry (iya, Chemistry, soalnya ngajarnya disuruh pake Bahasa Inggris) di SMU 1 Banjarbaru sebanyak 2 kali seminggu. Aku sempat mencoba mengelak dengan berusaha mengingatkan pada audiens (Halah) bahwa aku masih tercatat sebagai penerima beasiswa yang akan berangkat Semester I 2008 nanti. Tapi Sunardi malah dengan polosnya mengingatkan satu fakta, bahwa toh aku berangkat paling cepet akhir Desember nanti...”Jadi kan masih sempet banget kalo ngajarnya di awal semua” katanya dengan wajah dibuat selugu mungkin. Huh. Seandainya tatapan mataku bisa membakar, dia udah jadi arang aktif gara-gara aku pelototin tuh... Wah, tapi kalo mau jujur, I’m gonna miss him. Kalo ga ada dia, siapa lagi coba temenku berantem, yang bisa dengan mulusnya membalik semua serangan dan argumen-argumen ga pentingnya aku? Mas, sukses buat S2nya disana ya!!! Cepet balik lho!
Jadi, apa saja yang jadi jatah aku untuk semester ini? Haduh. Gila. ENAM mata kuliah (yang totalnya 11 SKS!), TIGA praktikum, DUA kali seminggu ngajar di luar, gimana caranya aku bisa melewati semester ini dalam keadaan hidup-hidup???

Selera Ami Banget...

Akhirnya aku memutuskan untuk berbagi rahasia dengan Sura, salah satu temen seperjuangan aku dalam meraih gelar sarjana sains dulu, dan sekarang sama-sama seperjuangan menjadi abdi negara yang membaktikan diri di dunia pendidikan. Aku memutuskan untuk mengirimkan foto dari My Enigma ke dia, untuk tahu pendapatnya. Usaha untuk memperoleh fotonya aja udah setengah mati, belum lagi usaha untuk mengirimkan foto itu sebagai attachment. Aku bela-belain nongkrong di kampus sampai sore, bukan karena lagi berdedikasi tinggi, tapi untuk mengirim e-mail dengan tenang tanpa harus menjawab pertanyaan-pertanyaan :”Hayo...foto siapa tuh ya dikirim-kirim segala...”. Sambil mengetik e-mail dengan kecepatan menyamai agen FBI, aku celingukan ke kiri kanan, memastikan tidak ada seorang pun yang tahu apa isi dari e-mail yang lagi aku kirim. Waktu dari jauh terdengar suara P’Taufiq yang lagi mengobrol dengan asyiknya sama P’Cahyo (KaPS Fisika), aku langsung deg-degan, dan mulai berkeringat dingin, secara kayaknya proses meng-attach-nya kok ya berjalan dengan so slowly but not sure gitu...kayak lagi ngeledek gua aja...Waktu akhirnya terkirim...gua legaaaa banget. Bukan lega karena bisa berbagi rahasia, tapi lebih karena berhasil melangsungkan misi rahasia tanpa seorang pun yang tahu. Keren. Ada yang tau gimana cara jadi agennya Badan Intelijen Nasional? Atau FBI mungkin? Sekitar seminggu (atau sepuluh hari? Lupa. Lama aja pokoknya), baru ada tanggapan dari Sura. ”Kalau aku bilang sih Mi....selera Ami banget, tapi not my type”. Wah, kalo termasuk sebagai tipe cowok yang disukai Sura, aku yang kaget. Bukannya cemburu sih, tapi bagi Sura, cowok yang cakep itu adalah...Simba. Iya, Simba yang di Lion King itu. Kalo menurut Sura, seandainya dia manusia dan bukannya singa, pasti cakep banget.
Terlepas dari selera Sura yang agak meragukan menyangkut cowok dan singa, seleraku sendiri dalam mengklaim mana cowok yang berkategori cakep seringkali jadi bahan perdebatan antara aku dan teman-temanku. Topik mengenai tipe cowok cakep versi aku dulu udah pernah aku tulis di blog aku yang di Friendster, tapi karena ibu dosen yang satu ini memang gaptek banget, mohon maaf kalo aku belum (belum, bukan enggak) bikin link ke posting tersebut. Nggak tau kenapa, menurut temen-temen aku, selera aku itu sangat berbeda dengan selera umat yang beriman. Bahkan Emilda pun pernah mengeluhkan, betapa dia tidak bisa mengerti tentang makna ’cakep’ kalo itu udah terlontar dari aku. Hmm...sekalian deh aku bikin pengakuan. Sura, Emil, Ratih, Retno (dan Yesi, kalo dia tiba-tiba secara ajaib bisa ngutek-ngutek internet), sesungguhnya dari sekian cowok di masa lalu yang pernah aku bilang cakep, ada satu nama lagi yang tidak pernah berani aku akui di hadapan kalian...siapakah dia? Biarlah tetap menjadi misteri...sampai bebek bisa parasailing dan diving juga, aku ga bakalan mau ngaku!!!
Tapi yang namaya selera kan memang ga bisa dipaksakan ya....kalo memang aku bela-belain bergabung dengan para anak di bawah umur untuk berhisteris ria melihat seorang penyanyi yang usianya 9 tahun di bawahku (iya, siapa lagi kalo bukan Ihsan), terus kenapa... Hahaha...

Rabu, 15 Agustus 2007

“Prith@mori (Lemot juga Membawa Nikmat)”

Ini salah satu buku yang aku ga nyesel-nyesel banget belinya. Bukan novel sih, cuma cerita tentang kejadian-kejadian sehari-hari dari penulisnya: Pritha Khalida (www.prithakhalida.blogdrive.com). Karena modelnya memang kumpulan potongan-potongan cerita gitu, jadi bacanya enak. Mau baca dari awal sampe akhir atau bacanya loncat-loncat (bukan loncat-loncat yang jumping around lho ya..) ga masalah. Kecuali kalo kamu memiliki kecenderungan obsesif-kompulsif, yang entah mengapa harus melakukan sesuatu betul-betul dari awal sampai akhir.
Yang menyenangkan adalah, dari buku ini aku menemukan suatu kenyataan, bahwa aku bukan satu-satunya orang yang suka bolot and do silly things. Lagian mungkin karena bahasa penyampaiannya yang so girly, jadi baca buku ini berasa lagi denger curhatan temen sekost yang dengan hebohnya menceritakan kesialan dia di hari itu.
Part yang paling aku suka, adalah bagian waktu si Pritha gagal diterima jadi penyiar radio karena ketidakmampuannya membedakan ’kompilasi’ dengan ’komplikasi’. Jadi inget diriku sendiri, yang sampai sekitar dua tahun yang lalu masih dengan bodohnya berpikiran bahwa franchise = french fries = kentang goreng. Jadi kalo ada penawaran untuk membuka cabang dari suatu franchise, aku dengan polosnya akan berpikir :”Oh, cabang orang jualan kentang goreng...”.
Tapi mungkin sampulnya rada menyesatkan aku ya... Tadinya aku pikir gambar kartun ibu-ibu yang terlihat gendut itu (eh, apa mungkin maksudnya lagi hamil?) adalah penggambaran dari Pritha, sedangkan si anak kecil itu anaknya Pritha. Setelah aku baca cerita pertama, baru aku sadar bahwa aku dengan semena-mena telah melakukan kesalahan, secara justru si anak kecil itulah gambaran tokoh Pritha.
Overall, not bad lah kalo mau beli buku ini, lumayan buat dibaca sambil nunggu jemputan...

And the Sky is Just So Blue...

Aku suka sekali liat langit. Lagi seneng, lagi bete, lagi bengong, dalam kondisi apapun, looking at the sky usually makes me feel better. Aku kok ngerasa, seberat apapun beban dunia, langit yang luas akan tetap selalu siap menanggungnya… Aku suka melihat langit yang berwarna ungu pucat di saat fajar, langit yang biru pucat di pagi hari, langit biru cerah dengan awan putih di siang hari, atau langit keemasan di sore hari. Bahkan di malam hari, saat semua sudah lelah, langit semakin cantik dengan taburan bintang sebagai penghiasnya. Kalo ga salah, terkait dengan masalah psikologi dan sejenisnya, warna biru tuh memang menimbulkan rasa tentram dan damai. Wah, kalo gitu, pas banget kan kenapa Tuhan menciptakan langit itu warnanya biru, supaya manusia jadi merasa damai tiap kali menatap ke langit. Kebayang nggak sih seandainya warna langit tuh kuning ngejreng…Yang ada semua orang bakal menjadikan kacamata hitam sebagai salah satu perlengkapan pribadi. Bukan dengan alasan fashionable, tapi karena silau! Atau gimana coba kalo langit warnanya merah? Secara warna merah katanya memang bikin emosi dan naik darah, kayaknya buku sejarah dunia isinya adalah tentang perang melulu. Hmm…gimana kalau langit warnanya ga cuma hitam di malam hari, tapi juga hitam di siang hari? Aduh, enggak deh, walaupun dengan begitu perpaduan warnanya dengan warna awan yang putih jadi terlihat fashionable, kayaknya malah bikin depresi deh.
Wah, kalo liat perenungan aku yang seperti ini, kayaknya sangat tidak mungkin aku bisa mengampu mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar. Kalo ga salah, jawaban atas pertanyaan “Kenapa langit warnanya biru?” ada penjelasan ilmiahnya deh. Menyangkut lapisan atmosfer dan semacamnya. Tapi kalo buat aku, jawabannya sederhana: “Langit berwarna biru, karena Tuhan ingin manusia akan kembali merasa sejuk tiap kali menatap langit, seberat apapun hari yang dilaluinya saat itu…”.

Selasa, 14 Agustus 2007

Elit Nggak Elit teteup...Sakit

(Originally written : 13 Agustus)

Waktu di Jogja dulu, aku menghindari banget yang namanya ke dokter, rumah sakit, ataupun segala sesuatu yang berbau medis. Alasannya macem-macem, mulai dari alasan ekonomi (ga punya duit, alasan yang paling cocok untuk yangberstatus anak kost), alasan psikologi (takut disuntik, alasan klasik yang norak tapi tetep everlasting), alasan edukasi (ga sempet karena banyaknya tugas kuliah dan bikin laporan), sampai alasan sosial-kemasyarakatan (apa ya misalnya? Bentrok ma jadwal maen ke mal?). Nah, tapi akhirnya...pertama kali aku ke dokter di Jogja, adalah karena satu penyakit. Gatalan. Iya euy, bikin malu ya? Tapi sumpah, nyiksa banget. Kulit aku waktu itu merah-merah, dan selama 2 hari, bukannya dapat sapaan ”Apa kabar?”, setiap orang kalo bertemu sama aku malah langsung nanya: ”Tangan sama muka kamu kenapa sih Mi? Kok merah-merah ga jelas gitu?”. Begitu di hari ketiga Ratih dengan wajah tega menatapku sambil brkomentar: ”Gila Mi, muka kamu bengkak-bengkak gitu...”, aku menyerah. Dokteeeerrr.... sambutlah diriku ini! Aku waktu itu ke dokter umum di Poliklinik Panti Rapih. Setelah sedikit curhat sama si bapak dokter, giliran dokter yang balik nanya-nanya ke aku, walaupun bagi aku pertanyaan dokter agak membingungkan: ”Mandinya berapa kali sehari? Sering ganti seprai ga? Rajin nyapu ga? Di deket tempat tidurnya ada pohon bambu nggak? Atau semak-semak mungkin?”. Setelah ngambil obat berdasarkan resep si dokter, barulah maksud dibalik pertanyaan-pertanyaan (yang bagi aku tidak relevan dengan dunia medis) si dokter terjawab. Di kertas brosur obat itu ada keterangan, bahwa salep ini digunakan untuk infeksi akibat kutu, tungau, atau binatang-binatang sejenisnya. Aku langsung shock! Jadi maksudnya aku kutuan?

Kali kedua aku ke dokter, kalo ga salah karena maag, atau anemia ya? Aku lupa. Soalnya yang lebih aku ingat adalah kata-kata terakhir dari dokter setelah selesai pemeriksaan: ”Kamu kayaknya sangat kekurangan berat badan deh...Saya kasih obat cacing ya, minum dua kali dosis orang normal”. Dan seakan tidak peduli dengan mimik terpana wajahku, si dokter dengan penuh rasa kemenangan mengangsurkan resep obat, yang ketika aku ambil adalah...Combantrin. Hiks. Sampai saat-saat akhir kami tinggal seatap, Nanik, si burung gagak hitam itu masih dengan penuh rasa puas mencelaku: ”Kamu itu ga ada elit-elitnya ya...pertama kali ke dokter, kutuan. Kali kedua ke dokter, cacingan.”. Hmm...paling tidak kali ketiga aku ke dokter, alasannya agak sedikit lebih lumayan, gigiku berlubang dan sangat perlu untuk ditambal.

Nah, setelah sekarang bekerja di FMIPA, yang iklim kerjanya paling kondusif dibanding Fakultas lain di Unlam untuk bikin depresi, penyakit ga elitku muncul lagi. Gatalan. Aku udah mendatangi 3 dokter berbeda. Dokter pertama dokter Sany (enggak, bukan Sunny-nya si Bunga Citra Lestari), dokter yang ga bakalan ngomong apa sebenernya penyakit kita kalau bukan kita yang menginterogasi dia. Dokter yang kedua aku lupa siapa namanya, tapi dia terlambat datang ke prakteknya selama 2 jam, yang aku yakin lebih disebabkan karena kesibukan dia menata kembang-kembang dari pita yang menempel di kerudungnya. Selama konsultasi, aku ga bisa mengalihkan pandangan dari sekitar 15 kuntum bunga yang ada di kerudung si dokter. Hm, untung ga dilengkapi dengan ranting, daun dan durinya sekalian. Belum lagi gaya tante-tante si dokter yang menepukkan tangan setiap kali dia mendengar fakta-fakta yang dia anggap menarik tentang keluhanku. Dokter ketiga namanya dokter Vianna. Cantik, masih muda, dan ramaaah banget. Seneng deh, apalagi dia ga pake jas dokter, dan dia menjelaskan penyakitku dengan bahasa yang orang selemot aku pun bisa mengerti.

Aaanywaaay...dari ketiga dokter itu, semua punya kesimpulan yang sama, reaksi tubuhku setiap kali aku secara emosi merasa tertekan, stress, atau banyak pikiran adalah...Dermatitis. Sebenernya sih, dermatitis apaaa....gitu lho, tapi aku lupa. Pokoknya intinya, aku ga bisa stress dikit, yang ada aku langsung gatelan. Jadi, terpaksa aku menerima kenyataan pahit, bahwa aku memang ga pantes masuk golongan elit, karena yang nempel di aku adalah salah satu penyakit norak: gatelan. Tapi percaya deh, mau dibilang itu penyakit ga elit, tetap aja yang namanya gatelan tuh menyiksa, bikin resah gelisah, dan sangat mengganggu kenyamanan tidur. Plus satu lagi, entah kenapa, kayaknya setiap obat gatelan tuh punya efek samping yang sama terhadapku, bikin aku (yang pada dasarnya udah bolot) jadi tambah ga nyambung kalo diajak ngomong. Hmm....kira-kira, bisa ga ya aku menolak penambahan surat tugas dari Dekan dengan alasan gini: ”Sorri ya Bu, bukannya saya tidak mau ikut memberikan kontribusi terhadap kemajuan dan perkembangan Fakultas MIPA, tapi saya punya alasan medis yang membuat saya kesulitan untuk menanggung beban kerja berlebih”, atau apakah lebih acceptable kalo aku ngomong gini :’Sori nih Bu, tapi saya alergi stress, langsung gatelan. Ibu mau melihat saya menggaruk-garuk sepanjang waktu?”

Yang Bikin Bete Soal Keponakanku

(Originally written: 12 Agustus)

Adekku satu-satunya masih single. Tapi aku udah punya ponakan. Heran? Jadi gini, ortu aku punya anak angkat, yang setahun lebih muda daripada aku. Gimana ceritanya sampai bisa begitu, waduh, mending aku bikin skrip sinetron aja deh, saking rumitnya. Eeeeniwei... si anak angkat ortuku itu udah punya anak cewek, lahir tanggal 22 Mei 2003, jadi tahun ini baru genap 4 tahun. Namanya Diana Nadia Maulida, dan di rumah lebih dikenal dengan sapaan : ”keponakan tante Ami yang paling cantik dan paling pintar di seluruh dunia”. Hm. Ga heran dalam usianya yang sangat muda dan belum mengenal kejamnya hidup, dia udah narsis abis. Tapi aku ga melebih-lebihkan kalo bilang dia memang cantik. Sejak kecil udah keliatan gitu lho, bakal jadi anak manis. Matanya bulet dengan bulu mata yang panjang dan melingkar dengan cantiknya di ujung. Chubby imut gitu, senyumnya manis banget. Dan, putiiiihhhh banget. Sadar dengan berbagai kelebihan fisik yang dia punya, dia juga banci foto banget. Hobi sekali masuk booth photo-box, dan seneng ngoprek handphone gua untuk minta difoto.


Sebagai tante yang paling disayangi di seluruh dunia, aku dengan rela seringkali menghabiskan waktu liburku untuk menemani dia melihat-lihat peradaban di luar sekolahnya dan daerah Kayutangi. Tapiii.... ada beberapa hal yang suka bikin aku ilfil buat jalan sama dia. Pertama, kalo ada orang yang kenal aku dan liat aku jalan-jalan berdua aja sama dia, seperti biasa muncul dugaan-dugaan bahwa Ami sekarang udah punya anak usia balita. Halah. Pleaseee deeehhh.... Tapi sebenernya, ada dua kejadian yang lebih bikin aku ilfil banget buat jalan cuma berdua saja sama Dian. Kejadian pertama melibatkan adegan antara aku, Dian dan sopir bajaj. Demi memperkenalkan Dian dengan sebanyak mungkin sarana transportasi, aku mengajaknya pulang dari Metro City Plaza naik bajaj. Setelah negosiasi singkat dengan sopir bajaj (semua negosiasi berlangsung singkat kalo aku jadi pelaku, karena aku memang ga bisa nawar, suka ga tega!!), tercapailah kesepakatan soal tarif. Waktu si sopir bajaj membukakan pintu bajajnya untuk kami, dia ngeliatin aku dan Dian berganti-ganti, geleng-geleng kepala. Sesaat setelah geleng-geleng kepala itu, gesturnya langsung berubah jadi manggut-manggut dengan ekspresi baru saja berhasil memecahkan misteri hidup terbesar. Sebenernya sih, bukan perubahan ekspresi dan gestur itu yang penting, tapi yang bikin bete adalah ucapan si sopir bajaj waktu manggut-manggut itu : ”Kayaknya yang putih Bapaknya ya...”. Aku langsung manyun sepanjang jalan. Enak aja. Udah dikira jadi ibunya Dian, dianggap ga punya kontribusi pula terhadap kode genetik yang bertanggung jawab terhadap kadar pigmen si Dian. Tapi yang lebih mengenaskan adalah kejadian kedua. Waktu itu aku sama Dian baru aja naik ke angkot. Seorang ibu-ibu dengan baik hatinya membantu Dian untuk naik dan duduk, tentu saja sambil berkomentar: ”Aduh...lucunya..., cantik sekali sih kamu Nak”. Dian tersenyum manis sama Ibu itu, gila ya...dia udah terbiasa banget menanggapi pujian semacam itu saking seringnya. Bakat jadi selebritis banget. Terus Ibu itu nanya gini ke aku : ”Anakmu ya?” (pake bahasa Banjar sih sebenernya, tapi masalah Bahasa tidak signifikan dalam posting kali ini). Sambil merangkul Dian dengan penuh rasa sayang dan tersenyum sama si Ibu, aku ngomong gini : ”Bukan Bu. Ini keponakan saya”. Tanggapan si Ibu betul-betul membuatku terhenyak. Si Ibu itu langsung ngomong gini: ”Oalaaaahh...pantesan cantik banget!!”. Aku perlu waktu dua detik untuk mencernakan makna kalimatnya, dan senyumku langsung berubah180°. Sementara Dian dengan polosnya tersenyum lagi padaku... Kayaknya dia tidak sadar deh, bahwa tantenya yang satu ini baru saja mengalami pukulan telak atas kenarsis-an yang selama ini selalu dibangga-banggakan.



Nostalgia Kla

(Originally written : 11 Agustus)

Dunia musik Indonesia memang lagi maju-majunya deh kayaknya. Banyaaaaak banget band baru yang muncul. Belum sempet aku hafal wajah salah satu personel band yang baru muncul, udah ada band lain yang punya hits yang happening banget, dan jadi airplay dimana-mana. Kayaknya sekarang jadi artis tuh gampang ya? Tapi satu yang kurang begitu aku suka adalah, rata-rata lalu band itu ga stabil. Cuma satu-dua hits, kadang-kadang tiga kalau beruntung (empat, kalo beruntung banget). Terus udah aja, setelah masa keemasan hits mereka (yang jumlahnya sangat ga banyak itu) hilang, say goodbye deh.

Memang sih, ada beberapa band yang memang udah mantap banget, model-model kayak Peterpan, Samsons, Ungu (Hmmm..frankly speaking, ada stori khusus yang bikin aku ngerasa gimana gitu ma band yang satu ini), Ada Band, Letto, Nidji (eh, ternyata lumayan banyak juga ya?). Mereka mah, hampir semua lagu yang ada di album mereka termasuk dalam kategori yang tidak berlalu begitu saja.

Well, mengingat umur aku yang udah masuk masa-masa keperakan alias di atas 25 tahun, aku seringkali lebih milih dengerin lagu-lagu yang jaman aku dulu happening banget. Bagi aku, salah satu band yang paling evergreen adalah : KLA Project. Aku suka sama Kla semenjak SMA kelas 1. Jadi inget, dulu aku sama Heru sempet yang saingan gitu ngumpulin kasetnya Kla (aku yang menang, ha!). Dan memang, they’re genious, who will doubt it?

Tentu saja, lagu Kla yang paling ’dalem’ buat aku adalah… Yogyakarta. Hiks…pas banget, di playlist Winampku lagi versi akustiknya lagu ini niiihhhh….!! Lagu yang sederhana, seperti Yogya. Lagu yang menginspirasi aku untuk kuliah disana (hmm…bukan untuk kuliah sih, untuk jalan-jalan). Lagu yang bikin aku pengen cepet-cepet balik lagi kalo lagi liburan di rumah. Lagu yang bikin aku pengen nangis kalo lagi kangen temen-temen dan masa kuliah dulu. Lagu yang selalu bikin aku terdiam sejenak, dan mengenang kembali saat-saat aku disana, menata cita-cita, dan sempat meniti cinta. Hm. Itu dia satu lagi makna lagu ini. Aku pengen berusaha berdamai dengan kenangan akan aku dan Bambang. Aku pengen tidak lagi merasakan kemarahan kalo ingat, semua itu sudah jadi sisa-sisa masa lalu.

Nggak cuma Yogyakarta sih, banyak banget lagu Kla yang kayaknya kok pas banget ya. Ga cuma lagu-lagu hits model-model Gerimis (album Klakustik itu emang keren banget!), terus Tak Bisa Ke Lain Hati (Kesannya megah), Terpuruk Ku Disini, sebutin aja deh semua.... Aku juga suka sejumlah lagu yang walaupun mungkin ga pernah masuk top hits di radio pada zamannya dulu. Aku suka Lara Melanda, Jarak Dua Kota (hala, kena banget sama aku), Bantu Aku, Bahagia Tanpamu.

Wah, kayaknya hari ini lagi mellow mood deh. List di Winampku isinya lagu-lagu Kla semua, plus lagu-lagunya Katon.....

”Joker”

Ini adalah posting pertama untuk tag baru disini, Recommended or Not. Tag itu untuk menandai posting aku yang isinya adalah pendapat aku mengenai buku yang baru aku baca, entah hasil beli ataupun pinjem. Pendapat lho ya, bukan resensi, apalagi bahasan. Resensi mah kesannya serius banget. Sebenernya dari dulu aku pengen bikin posting-posting semacam ini, karena aku sering berpengalaman buruk dalam hal memilih buku. Kayaknya sering deh aku beli buku, yang diakhiri dengan penyesalan tiada henti, diiringi rasa tertipu. Kenapa merasa tertipu? Karena ya itu… ringkasan cerita ataupun sekedar kalimat-kalimat pengantar mengenai isi buku di bagian belakang buku itu seringkali terlalu berlebihan, terlalu bersifat komersil. Yang disebutkan cuma bagian yang baik-baiknya, itupun kadang-kadang cuma ngarang. Kadang-kadang setelah selesai membaca bukunya dan membandingkannya dengan pengantar di bagian belakang, aku suka curiga, jangan-jangan yang nulis kalimat pengantar ini juga ga baca buku ini ya? Atau mungkin dia membaca buku yang salah? Atau kalimat pengantar yang dia bikin untuk buku lain tertukar? Kalaupun yang ada di bagian belakang buku itu bukan ringkasan, melainkan komentar-komentar dari sejumlah orang, baik yang masuk kategori terkenal maupun tidak, jangan terlalu dipercaya juga deh.

Demikian sekilas latar belakang tentang tag yang baru ini.

Jadi, hari Minggu barusan, aku beli buku baru, Judulnya : ”Joker : Ada Lelucon di Balik Setiap Duka”. Wah, kalau liat judulnya sih penasaran. Apalagi my tragedy in love bikin aku merasa perlu mempelajari apa sesungguhnya maksud becandaannya Tuhan di balik setiap takdir yang sudah Dia gariskan. Dan jujur saja, aku termasuk orang yang percaya, bahwa di balik setiap kejadian, setragis apapun, masih ada sisi-sisi yang bisa bikin kita senyum, walaupun mungkin senyumnya pait.

Deskripsi cerita di bagian awal lumayan, aku cukup suka sih pilihan kata-kata dan bagaimana si penulis menggambarkan suasana. Berkesan gelap, satir, tapi ga cengeng. Tapi ya itu... aku kok ga ketemu komedinya dimana ya...Aduh, apa aku yang salah yang berharap pengen mencari sesuatu yang ’lucu’, tapi helloooo.... ada kata-kata ’lelucon’ di judul buku gitu lho.... Yeah, at least sih, aku mengharapkan dalam buku ini bakal muncul sense of humor yang beda, entah dalam bentuk sinisme, sarkasme, atau apapun lah...pokoknya yang bikin kita ketawa garing gitu... Tapi kok ya ga muncul... Kalau judul bukunya Ada Lelucon di Balik Setiap Duka, aku kok jadi ga yakin, apakah aku sudah melihat di balik duka yang dimaksud dengan baik dan benar, karena aku masih ga nemu komedinya dimana. Hmm... yah, mari kita menganggap kegagalanku untuk menemukan ’sisi lelucon’ yang secara ajaib muncul di judul buku (tapi ga muncul dalam isi buku) adalah salah satu bentuk dari perbedaan selera humor aku dan penulis. Sekarang soal jalan cerita ya.... Wah, beda deh sama ringkasan yang ada di bagian belakang maupun komentar dari para selebritis (I’ve told you not to believe in them), aku sudah bisa menebak tentang inti cerita (yang seharusnya, menurut isi pengantar di belakang buku dan komentar para seleb itu, jadi surprise di akhir cerita) setelah aku baru menyelesaikan sepertiga bagian dari buku. Enggak sih, mungkin karena cerita tentang kepribadian ganda udah banyak kali ya...jadi ya itu tadi, ketebak. Kayaknya kata-kata ’akhir yang mengejutkan” tidak terlalu tepat juga jadinya, soalnya main topic bahwa si tokoh utama ternyata adalah orang yang berkepribadian ganda udah terdeteksi (kayaknya aku pake term yang salah deh), begitu tokoh Alia secara ajaib tiba-tiba ikutan nongol di radio tempat Brama bekerja. Dan ga tau akunya aja yang terlalu memperhatikan atau gimana, tapi di setiap adegan yang menyangkut tentang Alia, kayaknya ga pernah banget orang-orang memanggil atau menyebutkan nama dia.

Hmm... Yah, overall buku ini lumayanlah buat temen minum teh, tapi kayaknya kalo mau baca, mending pinjem aja daripada beli...sayang duitnya...


Summer is Here

(Originally written: 11 Agustus)

Setelah beberapa minggu yang lalu, cuaca di Kalimantan Selatan bagaikan dalam dilema, akhirnya muncul suatu kepastian : summer is here! Iya, musim kemarau udah masuk beneran, kali ini serius. Kalo kemaren kayaknya kemarau cuma ngetes doang deh, jadi tiga hari yang panas selanjutnya tiba-tiba disusul hujan terus menerus selama seminggu. Sebenernya sih, aku rada lega. Ini udah masuk pertengahan Agustus kan, artinya kalo menganggap bahwa musim hujan akan masuk sekitar bulan Oktober, kemaraunya cuma sebentar dooonggg… Hehehe… Yah, paling tidak kan mengurangi beban Indonesia sebagai salah satu negara yang paling disentimenin sama negara tetangga, gara-gara kebiasaan Indonesia untuk berbagi asap kebakaran hutan setiap musim kemarau. Tapi, tetap aja, musim kemarau itu bikin banyak orang mengeluh. Panas banget!!! Gila aja, aku yang kena jadwal ngajar di SMA aja hari ini udah uring-uringan terus bawaannya. Teknisi di lab juga jadi galak waktu aku nanya bahan kimia yang aku perlukan. Belum lagi bawaannya jadi sakit kepala terus.

Aduh, pengennya sih kayak The Corrs, yang bisa dengan penuh senyum nyanyi-nyanyi : ”Summer sunshine...”, tapi yang ada, aku dengan wajah tersiksa cuma bisa berkipas-kipas dengan apapun yang bisa dipake untuk tujuan itu sambil mengeluhkan, betapa panas ini bikin semua jadi berasa ga enak.

Ga tau gimana penjelasannya secara medis, tapi yang pasti, kayaknya orang-orang kalo udah kepanasan gini jadi gampang banget bete, gampang merengut... aku juga jadi orang yang tambah jutek. Hmm....Padahal kan kalo di luar negeri, kayaknya masa-masa summer itu selalu jadi saat yang cerah ceria deh. Well, at least pagi hari di musimkemarau biasanya bikin semangat, karena tidak ada awan hitam yang membayangi...tapi kalo udah siang, panasnya itu lho suka bikin emosi! Wah, kalo lagi kepanasan gini, jadi pengen banget maen ke pantai....


“Jangan Bilang Tidak”

(Originally written: 10 Agustus)

Oke, kumpulkan sejumlah model ABG, latih mereka untuk menyanyi (yah, at least solmisasi deh), kasih lagu dari musisi top dengan tipe lagu yang easy listening, dan jangan lupa, bikinkan film juga untuk mereka, lengkap dengan promosi yang pol abisss…. Maka sejumlah model ABG tersebut akan menjadi sekelompok orang yang beruntung. Seperti BBB. Hmmm.... karena aku banyak bersinggungan dengan dunia Kimia, maka BBB yang paling akrab denganku adalah BBB yang merupakan akronim dari Bahan Beracun dan Berbahaya. Haha. Padahal enggak. BBB yang dimaksud disini adalah...ya itu tadi, sekelompok ABG jaman sekarang yang secara sangat beruntung dipoles langsung oleh Melly Goelaw untuk merambah dunia nyanyi. Jadi, bukannya berarti Bahan Beracun dan Berbahaya, para anak muda itu dikumpulkan menjadi Bukan Bintang Biasa (yang Benar-Benar Beruntung). Aduh, aku ga yakin jumlah personilnya ada berapa, yang pasti ada Raffi Ahmad, Ayushita, Laudya Chyntia Bella, satu orang cowok bertampang bule yang tinggi dan rada bermasalah dengan berat badan yang terlalu rendah, terus kayaknya ada satu cewek lagi deeehhh...tapi aku lupa namanya. Kalo boleh jujur ya...nama Bukan Bintang Biasa agak terlalu berlebihan deh buat mereka. Secara mereka ga yang amazing banget gitu. Iya, aku memang parah banget kalo disuruh nyanyi, tapi bahkan aku yang pekak nada pun rasanya ga terlalu rela kalo mereka disebut-sebut sebagai penyanyi yang berbakat. Sekali lagi, mereka hanya beruntung ditangani oleh Melly. Kalo soal profesionalitas mereka di dunia akting dan modelling sih, aku percaya aja dengan kesuksesan mereka. Atau lebih tepatnya ga peduli.

Wah, kalo baca dari awal, keliatan banget ya betapa sentimennya aku sama grup vokal ini? Enggak sih, bukan sentimen, cuma ga suka aja. Tapiiii.....barusan banget, waktu nyalain radio, pas banget yang lagi diputar adalah salah satu lagu mereka, yang merupakan soundtrack dari film mereka. Oh iya, aku ga tau duluan mana, launching album perdana mereka atau launching film mereka. Yang pasti si grup vokal (aku masih berasa aneh nyebut mereka grup vokal, tapi menyebut mereka penyanyi terasa lebih aneh lagi) ini sama produser mereka yang entah baik hati atau berorientasi pada profit hingga memanfaatkan popularitas mereka semaksimal mungkin, rombongan BBB ini main film. Dan filmnya berjudul...Bukan Bintang Biasa. Haha. Surprise...surprise!! Wah, aku pengen banget baca gimana seandainya Leila S. Chudori di Tempo meresensi film ini, secara film ini ga beda jauh sama tipe-tipe filmya Shandy Aulia, pasti resensinya tajem dan sedap banget dibaca.

Cukup sudah kita membicarakan film Bukan Bintang Biasa yang dibintangi oleh grup vokal Bukan Bintang Biasa (See? Menggelikan memang bagaimana para produser film itu berpikir secara kreatif).

Soundtrack yang aku maksud sekitar 10 baris di atas tadi judulnya adalah ”Jangan Bilang Tidak”. Yang kebagian jatah nyanyi lagu ini si Ayushita dan Raffi Achmad (penyiarnya yang ngomong, bukan aku yang bela-belain do some googling buat nyari tau). Yang bikin aku ketawa adalah...lirik lagu ini pas banget sama yang lagi aku rasakan saat ini. This crazy annoying but warm feeling about someone who has been such an enigma for me. Wah, tapi jangan tanya lirikn ya gimana ya… karena memang musik mereka easy listening banget, dan cara mereka nyanyi juga gampang didengar untuk kemudian dilupakan (Raffi, Ayushita, sorry ya...), satu-satunya yang berhasil aku ingat cuma kata-kata: “Jangan bilang tidak…bila kita belum mencoba..”. Terus : “Banyak yang bercinta, bertahun-tahun putus juga”…Wekekek..Nyindir gua nih maksudnya? Hmm…eh, tapi kalo aku pake lagu ini buat NSP, lucu juga kali yaaa….

Senin, 06 Agustus 2007

Satu Lagi Deskripsi tentang Aku

Berikut adalah salah satu cuplikan dari e-mail yang masuk di inbox-ku lewat milis kelas EAP aku dulu :

Ami, salut deh..cukup susah untuk mengcomprehend satu bacaan yang thesis statementnya macem2 (lilin, air, rini, ihsan) apalagi nulisnya ya?? Ami kapan datang sih? januari?guys, mungkin gak sih kita earn a diploma or at least extra credit dengan menunjukkan email2 edukatif Ami yang kita baca? keren banget dan informatif gitu lho...sia2 kan kalo ilmunya tidak kita dalami..

Hmm…. Sebenernya, Tessa, si penulis e-mail tersebut adalah such a sarcastic one. Percaya deh. Jadi aku juga agak ragu apakah kata-kata “salut” dari Tessa tadi betul-betul semakna dengan definisi kata yang sama dengan kata “salut” yang ada di KBBI. Tapi ya, seperti yang sebelumnya pernah aku katakan, karena narsis adalah salah satu bagian yang telah mendarah-daging bahkan menulang dalam jiwaku, aku dengan kelapangan hati menganggapnya sebagai suatu pujian. Terima kasih, Tessa. Aku jadi tersanjung.
Jadi…ada satu lagi tambahan deskriptif tentang diriku : Ga bisa fokus. Aku bisa dengan mudahnya meloncat-loncat dari suatu subjek pembicaraan ke topik diskusi yang sama sekali ga menyenggol, apalagi menyinggung tema pembicaraan sebelumnya. Ga cuma di pembicaraan kasual sehari-hari yang santai, bahkan waktu ngajar juga aku suka meloncat-loncat. Siapa lagi dosen yang dengan mudahnya membelokkan fokus pembicaraan dari struktur lemak menjadi pembahasan mengenai film Harry Potter ke-5? Atau merubah tema dari stoikiometri menjadi pembagian lahan yang tidak jelas di kampus?
Waktu ujian skripsi dulu pun, sementara dosen pembimbing dan pengujiku sedang berdebat mengenai betapa persamaan kinetika yang selama ini digunakan sesungguhnya tidak sesuai dengan fakta termodinamika dari sejumlah eksperimen, aku malah memandangi kuku jari tanganku, sambil berpikir bahwa aku harus menambahkan gunting kuku ke dalam daftar belanjaanku nanti malam. Padahal baru saja aku menjelaskan kepada para dosen penguji tentang argumenku mengapa adsorben kitosan-humat mencapai kesetimbangan adsorpsi lebih cepat dibandingkan kitosan saja.
Fabian, si psikolog di kelas EAP kami, pernah bilang bahwa salah satu perbedaan wanita dengan pria adalah kemampuan wanita untuk multi-tasking. Nah, mungkin kalo aku, selain multi-tasking, aku juga multi-thinking. Jadi saat sedang memikirkan, kira-kira untuk menyelesaikan soal yang sedang kuhadapi ini aku enaknya pake satuan ppm atau molaritas, aku bisa tiba-tiba saja berpikir, that My Enigma looks so gorgeous with his white shirt yesterday. Halah. Balik ke topik dia lagi. Susah deh....
Anyway, multi-thinkingnya aku sangat membantu kalo aku lagi terjebak dalam acara-acara formal yang membosankan. Pernah waktu lagi rapat di Fakultas, daripada mendengarkan arahan dari Dekan, aku malah memikirkan betapa penataan ruang Dekan itu sangat tidak mencerminkan bahwa Dekan kami adalah seorang wanita, karena segala sesuatu sepertinya tertimbun dalam suatu tumpukan..
So, you got another fact about me. I’m a sweet nice girl, a girl next door yang pikiran dan konsentrasinya selalu meloncat-loncat dengan kecepatan memukau….

Antara Aku, Dia, dan Dia yang Satunya Lagi

Tau lagu Crossbottom ga? Judulnya Sembilan Tahun. Enggak, bukan sembilan bulan, itu masa kehamilan rata-rata. Nah, lagunya Crossbottom yang satu ituh, kalo aku bilang, pait banget. ”Sembilan tahun lamanya, tak kuduga, jadi sia-sia...Ku berjuang demi cinta, kini sudah tak ada artinya...”. Ya itu dia, yang terjadi sama aku. Sekita dua bulan yang lalu, laki-laki yang udah dengan susah payah (Percaya deh. Susah payah banget) aku dampingi selama 7 tahun (Iya, tujuh, heran kan?!!), akhirnya cuma ngomong :”Ya udah, kamu cari aja laki-laki lain”. Hah. Kayak dia ga inget aja betapa aku berdarah-darah mempertahankan semuanya. Aku aja kagum sama aku sendiri, kok bisa mempertahankan dan bersabar menghadapi laki-laki yang ternyata nih ya, ga cukup gentleman dan dewasa untuk mengatur hidupnya sendiri. Ya udah. Aku tidak bisa menyelamatkan kami berdua, jadi lebih baik aku menyelamatkan diriku sendiri. And let’s just see what happen with him, while I’m standing here, being a survivor without having to play tough. Bodo amat, kalo dia sendiri tidak ingin menolong dirinya sendiri, dan terus menerus mengasihani nasibnya, buat apa aku ikut-ikutan drowning in the dumps with him… Ya iya lah, gua juga ga bakal bohong kalo waktu malam itu, gua nangis. Tapi besoknya, gua bangun dengan perasaan lega…Fiuuuhhh…. I’m officially single and available! Setelah sekitar setengah bulan berlalu, gua lalu sadar, okelah gua putus secara status mungkin baru dua minggu, tapi kayaknya gua putus secara perasaan udah setahunan kali yaaa…..
Sekarang aku lagi dalam fase bengong setiap kali inget apa yang telah berlangsung selama 7 tahun ini…ya ampuuunnnn….kok ya aku tahan selama ini “dizalimi” sama dia yaa… kok aku bisa-bisanya selama tiga tahun ini jadi gadis bodoh yang percayaaa aja sama janji-janji ga jelas dari orang yang cuma bisa menyalahkan nasib dan hidup, serta mencari-cari alasan. He’s not a jerk, but he’s just sooooo PATHETIC. Bener banget tuh judul buku yang dibeli ita kemaren, Kalau Jodoh Nggak Akan Kemana, Kalau Bodoh Nggak Akan Kemana-mana. Kalau memang benang merah di kelingking aku ujungnya ada di kelingkingnya Bambang, ya…pada akhirnya kami nanti bisa bakal bareng lagi. Tapi kalau aku masih jadi orang bodoh yang tetap berkeras berada dalam lingkaran ga jelas ini, ya aku, dan kita, ga bakal kemana-mana, ga bakal maju-maju.
Hmmm… jadilah aku seorang lajang berusia 26 tahun. Wah, aku sih sebenernya juga kadang-kadang mengalami seperti yang jadi judul novelnya Primadonna Angela : A Quarter Life Fear. Huhuhu....iyalah..siapa sih yang ga kepengen settle, raise a family? Tapi semakin hari, aku semakin mensyukuri hidupku. Aku berusaha menjalani hidupku dengan damai. Kesibukanku di kampus, di laboratorium, berantem dan maen sama ponakanku, cengar-cengir ga jelas, kalau ada kejadian langka: meeting My Enigma....
Nah, ini lagi satu drama dalam hidupku. Kenapa sih orang yang satu ini bisa bikin duniaku jadi jungkir balik? Sebel. Jarang-jarang aku ketemu sama dia, begitu ketemu, yang ada aku cuma menunjukkan sisi-sisi konyol dari diriku (yang ternyata ada banyaaaaak banget). Aduh, tapi jangan lalu mikir, gara-gara ada dia inilah hubunganku sama si mantan jadi semrawut. Enggak. He’s just a person coming at a not-very-right-moment. Kayaknya, ada dia maupun ga ada, kami tetap bakal end up this way deeehh… Judul bukunya Tamara Geraldine memang pas banget untuk aku ucapkan di depan The Pathetic Guy (a.k.a. my ex-boyfriend), Kamu Sadar Kan Kalau Aku Punya Alasan Untuk Selingkuh, Sayang? (mohon maaf kalo salah dikit-dikit, aku ga pernah bisa hafal kalimat-kalimat panjang). Tapi enggak. Salah satu usahaku untuk mempertahankan hubungankami dulu adalah berusaha setia. Selama 7 tahun, dengan 3 tahun di antaranya dalam status long distance relationship. Walaupun sebenarnya, ngeliat gimana dianya...iya, aku punya banyak banget alasan untuk selingkuh, secara seharusnya aku pantes banget mendapatkan yang jauh lebih baik daripada dia. Hey, he’s just so pathetic, and in the other hand, I’m a good girl!
So, bukankah kita tadi sedang membicarakan tentang My Enigma? Iya. My Enigma. My Mysterious Guy. My Secret Admirer. Hehe... Dulu ding. Kayaknya sekarang gua deh yang jadi secret admirernya dia… Wakakak… The one who has heaven in his eyes, and makes me freeze and melt at the same time, just by a smile he gives me. Well, sebenernya, the main issue here adalah, aku ga pernah bener-bener tau apa sih yang sebenrnya ada di hatinya. Aku pernah curhat sampe mau nangis sama salah seorang teman, yang dengan polosnya jadi ikut penasaran juga… Seperti yang aku bilang sama temanku itu : “Iya, gua cuma pengen dia ngomong, “iya” apa “enggak”. Kalo “iya” kan artinya gua fokus ke dia aja, tapi kalo “enggak”, ya udah…gua mulai usaha menebar pesona ke yang lain aja, misalnya ke temen dia yang tinggi ikal itu lho…kan lucu juga, senyumnya manis pula…”. Wah, padahal waktu ngomong gitu sih, sebenrnya dalam hati nih ya, aku pengen dia ngomong :”Iya”. Halah. Kayak bisa milih aja gua.
Aduh, sebenernya aku males banget jadi kayak gini. Berasa kayak tokoh sinetron, tau ga siihhh… yang suka insomnia ga jelas tiap malam, yang senyum-senyum sendiri tiap kali inget hal-hal sekecil apapun tentang dia, yang jadi norak sendiri kalo ketemu… Tapi ya itu tadi. Seperti kata penyanyi luar negeri itu lho : “The trouble with love is…”, apa ya? Aku lupa lagunya. Ya, pokoknya love itu suka bikin trouble aja. Maya juga bilang, bahwa sebenernya jatuh cinta itu menyakitkan. Walaupun aku lebih setuju kata-katanya Taibah, “cinta itu membuat segala sesuatunya ada di titik ekstrim”. Kalo aku bilang sih ya…Kita ga pernah bisa milih, kapan rasa itu tiba-tiba kita sadari ada dan sudah membuat kita jadi orang yang berbeda. Dan kita tidak pernah bisa memilih, atau bahkan menebak, siapa yang membuat kita jadi memiliki perasaan itu, whether we like it or no, whether we want it or no.
Kalo aku boleh milih soundtrack buat episode hidupku sama My Enigma ini, ya lagunya Daniel Bedingfield, “I Can’t Read You”, yang lagi kuputer waktu aku ngetik ini.
I can’t read you…I wish I know what’s going through your mind. I cant touch you, your heart’s protected…I get left behind”.
Haduh. Desperado banget. Tapi siapa sih yang ga desperate kalo lagi pengen tau…ada ga sih kita di hatinya, sedikiiiiiiit aja…
Hmm…. Kayaknya habis ini aku mau nyetel lagunya Maliq n D’Essential deh, yang Untitled.
“…adakah ku singgah di hatimu...mungkinkah kau rindukan adaku…adakah ku sedikit di hatimu…bilakah ku mengganggu harimu…mungkinkah kau inginkan adaku…akankan ku sedikit di hatimu…”

Sebuah Pengakuan…dan Deskripsi Naratif Tentangnya..

(Originally written on August 4)


Ya udah deh.... Aku mengaku. Aku menghabiskan Rp. 35.000,00 untuk melewatkan malam Minggu ini dengan ngapain coba? Nonton shownya Ihsan. Ya. Ihsan Tarore. Yang menang Indonesian Idol 2006 kemaren. Oke, jadi....bengongnya udah selesai? Atau mungkin masih pengen ketawa lebih lama lagi? Tolong ya, sampai kavling kami bersebelahan di surga nanti pun, Ita bakal tetap mencela dan menistakan diriku tentang ini, jadi...jangan menambah deretan orang yang tengah mengantri untuk mengungkapkan keterkejutan, keheranan, ataupun hanya ingin mencela diriku... Aku memang ngefans banget sama Ihsan, dari dulu, so what? Well, instead of the fact that he is soooooo much more younger than me, sehingga layak dikategorikan sebagai berondong, he really has the look that I like.
Jadi, acara sebenernya adalah Lomba Penyanyi Remaja, diselenggarakan di Shinta International Restaurant, Banjarmasin. Jadi, mungkin sebagai salah satu bentuk latihan kesabaran, sebelum bisa melihat Ihsan, aku harus melihat 6 orang ‘remaja’ yang berjuang jadi juara. Untungnya, sebagian besar peserta memang bagus-bagus. Kecuali salah satu peserta yang bikin aku tambah banyak dosa, karena waktu liat dia nyanyi aku terus-menerus mencela penampilannya dalam hati. Hmm…. Kemeja ketat warna merah lampu lalu lintas, celana kulit hitam yang ketat banget, sepatu bot dengan hiasan paku-paku yang berkilauan, sementara si peserta adalah cowok gempal berambut keriting yang dicat kemerahan sehingga sekilas membuatnya terlihat seperti ayam bekisar. Mana dia nyanyi lagu Samson yang Akhir Rasa Ini dengan gaya boyband, dan full senyum pula… Haduh. Belum lagi para penontonnya tuh ya…paling tua anak SMA kelas 3 deh kayaknya. Sekali ada yang udah tua, orang tua yang nganterin anaknya. Walah. Dan karena ini pada dasarnya adalah lomba nyanyi, jadi aja terjadi pertempuran yel-yel antar suporter. Aku sempet rada panik, karena salah satu peserta dari SMP 6, dan anaknya Bu Ninis, Dekan kami, juga siswa SMP 6, gimana coba kalo dia ikut nonton dengan diantar orang tuanya? Halah. Gua minta mutasi aja ke Universitas Haluoleo, atau Universitas manapun yang nyebutnya pake mikir. Pas peserta keempat, ada teriakan histeris dari atas...eh, bener, Ihsan udah dateng. Gilaaaa.....itu kedengeran kayak air bah lho waktu para anak-anak itu pada grubuk-grubuk mengejar Ihsan yang diselamatkan oleh security ke backstage. Hmm... walaupun konsentrasi peserta mulai terbelah, antara ngasih dukungan ke 2 orang peserta lagi yang masih bersusah payah menghimpun segenap perhatian penonton, dengan usaha meminta belas kasihan panitia supaya bisa masuk ke ruang ganti, the show must go on. Apalagi karena pada dasarnya ini acara yang sangat disupport oleh Pemprov, sebelum Ihsan nongol, kami masih harus bersabar mendengarkan Asisten Gubernur (Iya. Gua juga heran.) nyanyi satu lagu dulu di atas panggung. Eh, belum cukup kami mendengarkan orang ga penting itu menampilkan diri di atas panggung, kami masih harus menikmati satu persembahan lagi dari si ketua panitia (yang rupanya adalah penyanyi lokal jaman dulu yang masih belum rela melupakan euforia tampil di atas pentas), Ibu ketua panitia ini dengan penuh percaya diri menyanyikan 2 buah lagu, lengkap dengan penyanyi latar. Aku jadi curiga, jangan-jangan dia rela jadi ketua panitia cuma demi mengharapkan kesempatan mentas lagi.
Yah, sesudah selingan-selingan membetekan tersebut, akhirnya....Ihsan muncul!!! Huaaaa....aku langsung lupa umur, lupa status, lupa profesi, dan bergabung dengan segerombolan anak-anak di bawah umur menyerbu panggung... Well, dari lima lagu yang dinyanyiin Ihsan, kayaknya aku menyimpulkan beberapa fakta berikut :



  1. Siapapun yang bilang Ihsan itu cakep, dia salah. Ihsan itu...CAKEP BANGET!!! He is just soooooo gorgeous and cute and adorable. Dan kalo bilang Ihsan keliatan cakep di TV, bakal narik ucapannya kalo ngeliat Ihsan secara langsung..dia jauh lebih cakep aslinya.

  2. Penampilan Ihsan di TV menipu. Dia lebih cakep aslinya. Eh, sudah aku sebutkan barusan ya…sorriii….
    He is humble..

  3. Para ABG itu bisa sangat mengerikan kalo udah neriakin nama idolanya, dan sumpah deh, jejeritannya mereka lebih parah kalo si idola tersenyum

  4. Kalo mau motret dalam acara kayak gitu, ga usah pake night-mode. Terus di-set untuk obyek yang bergerak. Yakinkan juga bahwa batere dan kartu memori cukup untuk memuaskan nafsu dan dahaga untuk memperoleh dokumentasi atas setiap gerakan obyek sasaran.

  5. Ga usah peduli etika kalo udah nonton yang model beginian… Aku aja, begitu ada kesempatan langsung duduk di tepi panggung… Bodo amat, lha wong posisinya malah jadi strategis banget kok!

    Hehehe….aku jadi senyum-senyum sendiri, akhirnya kesampaian juga… suatu akhir yang cukup menyenangkan untuk minggu ini, mengingat dalam minggu ini, begitu banyak kejadian yang, jujur saja, bikin capek.
    Ihsaaaannnn…..haduh…kok bisa ya dia punya aura yang sangat mempesona seperti itu….

Krisis Percaya Diri yang Sempat Menghalang

Aduh, kayaknya it’s been so long ya sejak terakhir kali aku apdet blog? Well, ada kejadian langka, secara narsistik adalah bagian terintegrasi dari kepribadianku, jarang-jarang aku mengalami yang satu ini: krisis percaya diri. Iya euuyyy...aku sempet males nulis di blog karena ga pede gitu... Jadi gini ceritanya.
Kemaren aku baca blog-nya salah satu temenku waktu SMA dulu...Hmmm.... Gila aja, it is totally written in English (no wonder sih sebenernya, kan dia lulusan Bahasa Inggris), dan isi-isinya itu lhoooo....daleeeem banget. Sementara sebaliknya, apa coba komentar dia tentang isi blog-nya aku? ”Girly banget Mi!”. Hehe. Aku nyengir aja. Ya iya laahhh.... aku memang anaknya begini. Such a drama queen. Pada dasarnya aku hanyalah gadis manis yang narsis, I’m just a girl next door, jadi ya jangan kaget kalo isi blog-nya aku rada mirip dengan sinetron-sinetron cewek gitu.Well, tapi setelah membaca blog-nya dia, aku tiba-tiba saja terinspirasi untuk menulis sesuatu yang lebih bermakna, inspiratif, naratif, argumentatif, deskriptif, daaan...ya apapun deh. Pokoknya yang dalem. Yang bikin orang manggut-manggut kalo baca. Jadi aja aku merenung laamaaaaa....banget di depan komputer. Nyari ide buat nulis sesuatu yang inspiratif dan segala macam tadi. Apa tentang perdamaian dunia mungkin? Enggak ah. Takut nangis kalo inget perang. Lagian berasa ikut kontes Miss Universe aja. Aku tinggal ngomong : ”Dan hal yang paling saya inginkan di dunia ini adalah...perdamaian dunia” sambil tersenyum seleeeebar mungkin dengan ujung-ujung bibir yang naik secara maksimal, kemudian melambai dengan cara memutar pergelangan tangan sebesar 60° ke kiri dan ke kanan. Enggak. Topik tentang perdamaian dunia bisa jadi kemana-mana kalo aku yang nulis. Atau tentang bagaimana kita bisa memaksimalkan potensi diri kita mungkin? Haduh. Enggak deh. Mana bisa aku menulis tentang bagaimana seharusnya orang bersikap dewasa dan segala macamnya gitu....Atau tentang manajemen keuangan? Haha. Nyindir banget. Aku ngurus koperasi PS aja cuma modal tanda tangan doang sebagai Ketua Koperasi. Kalo ditanya saldo aku cuma bisa cengengesan. Rekeningnya ada di BRI atau Bukopin aja aku lupa. Lho...itu kan urusannya Bendahara...Ketua kayak aku kan cukup menandatangani form persetujuan peminjaman doang!!! Dua jam kemudian, bukannya dapat ide apapun sebagai bahan tulisan di blog yang bisa membuat orang terkagum-kagum atas jalan pikiranku yang sangat filosofis, I ended up checking people’s profile in Friendster... Hahaha....sia-sia aja aku berusaha membohongi diriku sendiri, toh faktanya tetep aja aku ga bisa serius lebih dari sejam.
Ngerasa mentok karena ga punya ide, mau nulis apa yang bakal jadi masterpiece, ya itu tadi. Aku males nulis. Tapi tetep aja, aku ga tahan lama-lama ga cerita. Jadilah aku mulai menulis lagi. Dan, aku lalu memutuskan, terserah deh orang mau komentar blog-ku dangkal, girly, jayus, garing, atau apapun. I’m just telling my stories to the world in my own language. Seperti yang Natasha Bedingfield bilang: “No one else can speak the words of your lips”. Aku bakalan bego banget kalo berpura-pura menjadi orang lain, termasuk menuliskan dan mengungkapkan sesuatu dengan gaya yang bukan-gue-banget…
Aaaanyway...setelah melakukan analisis, aku semakin nyadar, bahwa jalan pikiran, dan juga bagaimana cara kita mengungkapkan sesuatu sangat dipengaruhi oleh buku-buku apa yang kita baca. Teman yang aku sebut-sebut di awal tadi, bacaannya memang buku-buku self-empowering, self management gitu. So...no wonder deh, bahasanya sangat psikologis aplikatif begitu. Aku jadi mulai membanding-bandingkan bacaan-bacaan temen2ku dengan gaya bahasanya mereka. Ita mungkin yang paling mirip caranya bercerita dengan diriku. Kami bisa bikin sinetron yang mengharu-biru memerah-darah saking hiperbolisnya. Kalau Kamil, dia romantis abis. Blog-nya dia isinya kan puisi semua, terkecuali salah satu posting tentang rencana 7 Julinya. Well, wajar deh, buku-buku yang dia baca memang model-model Ayat-ayat Cinta, dan kumpulan cerpen gitu. Nanik, walaupun sekarang jarang ngisi blog, memang rada mirip Dewi Lestari kalo mengungkapkan isi hati. Hmmm.... Jadi, karena bacaanku adalah novel-novel chicklit begitu, ya no surprise deh kalo memang membaca blog-ku serasa mendengar obrolan cewek dari kamar sebelah... Soooo…here I am…telling my stories about me, my life and my world in my words. What’s wrong with that? Nothing. Because I love to be my self, for I’m best for being that…