Senin, 06 Agustus 2007

Antara Aku, Dia, dan Dia yang Satunya Lagi

Tau lagu Crossbottom ga? Judulnya Sembilan Tahun. Enggak, bukan sembilan bulan, itu masa kehamilan rata-rata. Nah, lagunya Crossbottom yang satu ituh, kalo aku bilang, pait banget. ”Sembilan tahun lamanya, tak kuduga, jadi sia-sia...Ku berjuang demi cinta, kini sudah tak ada artinya...”. Ya itu dia, yang terjadi sama aku. Sekita dua bulan yang lalu, laki-laki yang udah dengan susah payah (Percaya deh. Susah payah banget) aku dampingi selama 7 tahun (Iya, tujuh, heran kan?!!), akhirnya cuma ngomong :”Ya udah, kamu cari aja laki-laki lain”. Hah. Kayak dia ga inget aja betapa aku berdarah-darah mempertahankan semuanya. Aku aja kagum sama aku sendiri, kok bisa mempertahankan dan bersabar menghadapi laki-laki yang ternyata nih ya, ga cukup gentleman dan dewasa untuk mengatur hidupnya sendiri. Ya udah. Aku tidak bisa menyelamatkan kami berdua, jadi lebih baik aku menyelamatkan diriku sendiri. And let’s just see what happen with him, while I’m standing here, being a survivor without having to play tough. Bodo amat, kalo dia sendiri tidak ingin menolong dirinya sendiri, dan terus menerus mengasihani nasibnya, buat apa aku ikut-ikutan drowning in the dumps with him… Ya iya lah, gua juga ga bakal bohong kalo waktu malam itu, gua nangis. Tapi besoknya, gua bangun dengan perasaan lega…Fiuuuhhh…. I’m officially single and available! Setelah sekitar setengah bulan berlalu, gua lalu sadar, okelah gua putus secara status mungkin baru dua minggu, tapi kayaknya gua putus secara perasaan udah setahunan kali yaaa…..
Sekarang aku lagi dalam fase bengong setiap kali inget apa yang telah berlangsung selama 7 tahun ini…ya ampuuunnnn….kok ya aku tahan selama ini “dizalimi” sama dia yaa… kok aku bisa-bisanya selama tiga tahun ini jadi gadis bodoh yang percayaaa aja sama janji-janji ga jelas dari orang yang cuma bisa menyalahkan nasib dan hidup, serta mencari-cari alasan. He’s not a jerk, but he’s just sooooo PATHETIC. Bener banget tuh judul buku yang dibeli ita kemaren, Kalau Jodoh Nggak Akan Kemana, Kalau Bodoh Nggak Akan Kemana-mana. Kalau memang benang merah di kelingking aku ujungnya ada di kelingkingnya Bambang, ya…pada akhirnya kami nanti bisa bakal bareng lagi. Tapi kalau aku masih jadi orang bodoh yang tetap berkeras berada dalam lingkaran ga jelas ini, ya aku, dan kita, ga bakal kemana-mana, ga bakal maju-maju.
Hmmm… jadilah aku seorang lajang berusia 26 tahun. Wah, aku sih sebenernya juga kadang-kadang mengalami seperti yang jadi judul novelnya Primadonna Angela : A Quarter Life Fear. Huhuhu....iyalah..siapa sih yang ga kepengen settle, raise a family? Tapi semakin hari, aku semakin mensyukuri hidupku. Aku berusaha menjalani hidupku dengan damai. Kesibukanku di kampus, di laboratorium, berantem dan maen sama ponakanku, cengar-cengir ga jelas, kalau ada kejadian langka: meeting My Enigma....
Nah, ini lagi satu drama dalam hidupku. Kenapa sih orang yang satu ini bisa bikin duniaku jadi jungkir balik? Sebel. Jarang-jarang aku ketemu sama dia, begitu ketemu, yang ada aku cuma menunjukkan sisi-sisi konyol dari diriku (yang ternyata ada banyaaaaak banget). Aduh, tapi jangan lalu mikir, gara-gara ada dia inilah hubunganku sama si mantan jadi semrawut. Enggak. He’s just a person coming at a not-very-right-moment. Kayaknya, ada dia maupun ga ada, kami tetap bakal end up this way deeehh… Judul bukunya Tamara Geraldine memang pas banget untuk aku ucapkan di depan The Pathetic Guy (a.k.a. my ex-boyfriend), Kamu Sadar Kan Kalau Aku Punya Alasan Untuk Selingkuh, Sayang? (mohon maaf kalo salah dikit-dikit, aku ga pernah bisa hafal kalimat-kalimat panjang). Tapi enggak. Salah satu usahaku untuk mempertahankan hubungankami dulu adalah berusaha setia. Selama 7 tahun, dengan 3 tahun di antaranya dalam status long distance relationship. Walaupun sebenarnya, ngeliat gimana dianya...iya, aku punya banyak banget alasan untuk selingkuh, secara seharusnya aku pantes banget mendapatkan yang jauh lebih baik daripada dia. Hey, he’s just so pathetic, and in the other hand, I’m a good girl!
So, bukankah kita tadi sedang membicarakan tentang My Enigma? Iya. My Enigma. My Mysterious Guy. My Secret Admirer. Hehe... Dulu ding. Kayaknya sekarang gua deh yang jadi secret admirernya dia… Wakakak… The one who has heaven in his eyes, and makes me freeze and melt at the same time, just by a smile he gives me. Well, sebenernya, the main issue here adalah, aku ga pernah bener-bener tau apa sih yang sebenrnya ada di hatinya. Aku pernah curhat sampe mau nangis sama salah seorang teman, yang dengan polosnya jadi ikut penasaran juga… Seperti yang aku bilang sama temanku itu : “Iya, gua cuma pengen dia ngomong, “iya” apa “enggak”. Kalo “iya” kan artinya gua fokus ke dia aja, tapi kalo “enggak”, ya udah…gua mulai usaha menebar pesona ke yang lain aja, misalnya ke temen dia yang tinggi ikal itu lho…kan lucu juga, senyumnya manis pula…”. Wah, padahal waktu ngomong gitu sih, sebenrnya dalam hati nih ya, aku pengen dia ngomong :”Iya”. Halah. Kayak bisa milih aja gua.
Aduh, sebenernya aku males banget jadi kayak gini. Berasa kayak tokoh sinetron, tau ga siihhh… yang suka insomnia ga jelas tiap malam, yang senyum-senyum sendiri tiap kali inget hal-hal sekecil apapun tentang dia, yang jadi norak sendiri kalo ketemu… Tapi ya itu tadi. Seperti kata penyanyi luar negeri itu lho : “The trouble with love is…”, apa ya? Aku lupa lagunya. Ya, pokoknya love itu suka bikin trouble aja. Maya juga bilang, bahwa sebenernya jatuh cinta itu menyakitkan. Walaupun aku lebih setuju kata-katanya Taibah, “cinta itu membuat segala sesuatunya ada di titik ekstrim”. Kalo aku bilang sih ya…Kita ga pernah bisa milih, kapan rasa itu tiba-tiba kita sadari ada dan sudah membuat kita jadi orang yang berbeda. Dan kita tidak pernah bisa memilih, atau bahkan menebak, siapa yang membuat kita jadi memiliki perasaan itu, whether we like it or no, whether we want it or no.
Kalo aku boleh milih soundtrack buat episode hidupku sama My Enigma ini, ya lagunya Daniel Bedingfield, “I Can’t Read You”, yang lagi kuputer waktu aku ngetik ini.
I can’t read you…I wish I know what’s going through your mind. I cant touch you, your heart’s protected…I get left behind”.
Haduh. Desperado banget. Tapi siapa sih yang ga desperate kalo lagi pengen tau…ada ga sih kita di hatinya, sedikiiiiiiit aja…
Hmm…. Kayaknya habis ini aku mau nyetel lagunya Maliq n D’Essential deh, yang Untitled.
“…adakah ku singgah di hatimu...mungkinkah kau rindukan adaku…adakah ku sedikit di hatimu…bilakah ku mengganggu harimu…mungkinkah kau inginkan adaku…akankan ku sedikit di hatimu…”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Senin, 06 Agustus 2007

Antara Aku, Dia, dan Dia yang Satunya Lagi

Tau lagu Crossbottom ga? Judulnya Sembilan Tahun. Enggak, bukan sembilan bulan, itu masa kehamilan rata-rata. Nah, lagunya Crossbottom yang satu ituh, kalo aku bilang, pait banget. ”Sembilan tahun lamanya, tak kuduga, jadi sia-sia...Ku berjuang demi cinta, kini sudah tak ada artinya...”. Ya itu dia, yang terjadi sama aku. Sekita dua bulan yang lalu, laki-laki yang udah dengan susah payah (Percaya deh. Susah payah banget) aku dampingi selama 7 tahun (Iya, tujuh, heran kan?!!), akhirnya cuma ngomong :”Ya udah, kamu cari aja laki-laki lain”. Hah. Kayak dia ga inget aja betapa aku berdarah-darah mempertahankan semuanya. Aku aja kagum sama aku sendiri, kok bisa mempertahankan dan bersabar menghadapi laki-laki yang ternyata nih ya, ga cukup gentleman dan dewasa untuk mengatur hidupnya sendiri. Ya udah. Aku tidak bisa menyelamatkan kami berdua, jadi lebih baik aku menyelamatkan diriku sendiri. And let’s just see what happen with him, while I’m standing here, being a survivor without having to play tough. Bodo amat, kalo dia sendiri tidak ingin menolong dirinya sendiri, dan terus menerus mengasihani nasibnya, buat apa aku ikut-ikutan drowning in the dumps with him… Ya iya lah, gua juga ga bakal bohong kalo waktu malam itu, gua nangis. Tapi besoknya, gua bangun dengan perasaan lega…Fiuuuhhh…. I’m officially single and available! Setelah sekitar setengah bulan berlalu, gua lalu sadar, okelah gua putus secara status mungkin baru dua minggu, tapi kayaknya gua putus secara perasaan udah setahunan kali yaaa…..
Sekarang aku lagi dalam fase bengong setiap kali inget apa yang telah berlangsung selama 7 tahun ini…ya ampuuunnnn….kok ya aku tahan selama ini “dizalimi” sama dia yaa… kok aku bisa-bisanya selama tiga tahun ini jadi gadis bodoh yang percayaaa aja sama janji-janji ga jelas dari orang yang cuma bisa menyalahkan nasib dan hidup, serta mencari-cari alasan. He’s not a jerk, but he’s just sooooo PATHETIC. Bener banget tuh judul buku yang dibeli ita kemaren, Kalau Jodoh Nggak Akan Kemana, Kalau Bodoh Nggak Akan Kemana-mana. Kalau memang benang merah di kelingking aku ujungnya ada di kelingkingnya Bambang, ya…pada akhirnya kami nanti bisa bakal bareng lagi. Tapi kalau aku masih jadi orang bodoh yang tetap berkeras berada dalam lingkaran ga jelas ini, ya aku, dan kita, ga bakal kemana-mana, ga bakal maju-maju.
Hmmm… jadilah aku seorang lajang berusia 26 tahun. Wah, aku sih sebenernya juga kadang-kadang mengalami seperti yang jadi judul novelnya Primadonna Angela : A Quarter Life Fear. Huhuhu....iyalah..siapa sih yang ga kepengen settle, raise a family? Tapi semakin hari, aku semakin mensyukuri hidupku. Aku berusaha menjalani hidupku dengan damai. Kesibukanku di kampus, di laboratorium, berantem dan maen sama ponakanku, cengar-cengir ga jelas, kalau ada kejadian langka: meeting My Enigma....
Nah, ini lagi satu drama dalam hidupku. Kenapa sih orang yang satu ini bisa bikin duniaku jadi jungkir balik? Sebel. Jarang-jarang aku ketemu sama dia, begitu ketemu, yang ada aku cuma menunjukkan sisi-sisi konyol dari diriku (yang ternyata ada banyaaaaak banget). Aduh, tapi jangan lalu mikir, gara-gara ada dia inilah hubunganku sama si mantan jadi semrawut. Enggak. He’s just a person coming at a not-very-right-moment. Kayaknya, ada dia maupun ga ada, kami tetap bakal end up this way deeehh… Judul bukunya Tamara Geraldine memang pas banget untuk aku ucapkan di depan The Pathetic Guy (a.k.a. my ex-boyfriend), Kamu Sadar Kan Kalau Aku Punya Alasan Untuk Selingkuh, Sayang? (mohon maaf kalo salah dikit-dikit, aku ga pernah bisa hafal kalimat-kalimat panjang). Tapi enggak. Salah satu usahaku untuk mempertahankan hubungankami dulu adalah berusaha setia. Selama 7 tahun, dengan 3 tahun di antaranya dalam status long distance relationship. Walaupun sebenarnya, ngeliat gimana dianya...iya, aku punya banyak banget alasan untuk selingkuh, secara seharusnya aku pantes banget mendapatkan yang jauh lebih baik daripada dia. Hey, he’s just so pathetic, and in the other hand, I’m a good girl!
So, bukankah kita tadi sedang membicarakan tentang My Enigma? Iya. My Enigma. My Mysterious Guy. My Secret Admirer. Hehe... Dulu ding. Kayaknya sekarang gua deh yang jadi secret admirernya dia… Wakakak… The one who has heaven in his eyes, and makes me freeze and melt at the same time, just by a smile he gives me. Well, sebenernya, the main issue here adalah, aku ga pernah bener-bener tau apa sih yang sebenrnya ada di hatinya. Aku pernah curhat sampe mau nangis sama salah seorang teman, yang dengan polosnya jadi ikut penasaran juga… Seperti yang aku bilang sama temanku itu : “Iya, gua cuma pengen dia ngomong, “iya” apa “enggak”. Kalo “iya” kan artinya gua fokus ke dia aja, tapi kalo “enggak”, ya udah…gua mulai usaha menebar pesona ke yang lain aja, misalnya ke temen dia yang tinggi ikal itu lho…kan lucu juga, senyumnya manis pula…”. Wah, padahal waktu ngomong gitu sih, sebenrnya dalam hati nih ya, aku pengen dia ngomong :”Iya”. Halah. Kayak bisa milih aja gua.
Aduh, sebenernya aku males banget jadi kayak gini. Berasa kayak tokoh sinetron, tau ga siihhh… yang suka insomnia ga jelas tiap malam, yang senyum-senyum sendiri tiap kali inget hal-hal sekecil apapun tentang dia, yang jadi norak sendiri kalo ketemu… Tapi ya itu tadi. Seperti kata penyanyi luar negeri itu lho : “The trouble with love is…”, apa ya? Aku lupa lagunya. Ya, pokoknya love itu suka bikin trouble aja. Maya juga bilang, bahwa sebenernya jatuh cinta itu menyakitkan. Walaupun aku lebih setuju kata-katanya Taibah, “cinta itu membuat segala sesuatunya ada di titik ekstrim”. Kalo aku bilang sih ya…Kita ga pernah bisa milih, kapan rasa itu tiba-tiba kita sadari ada dan sudah membuat kita jadi orang yang berbeda. Dan kita tidak pernah bisa memilih, atau bahkan menebak, siapa yang membuat kita jadi memiliki perasaan itu, whether we like it or no, whether we want it or no.
Kalo aku boleh milih soundtrack buat episode hidupku sama My Enigma ini, ya lagunya Daniel Bedingfield, “I Can’t Read You”, yang lagi kuputer waktu aku ngetik ini.
I can’t read you…I wish I know what’s going through your mind. I cant touch you, your heart’s protected…I get left behind”.
Haduh. Desperado banget. Tapi siapa sih yang ga desperate kalo lagi pengen tau…ada ga sih kita di hatinya, sedikiiiiiiit aja…
Hmm…. Kayaknya habis ini aku mau nyetel lagunya Maliq n D’Essential deh, yang Untitled.
“…adakah ku singgah di hatimu...mungkinkah kau rindukan adaku…adakah ku sedikit di hatimu…bilakah ku mengganggu harimu…mungkinkah kau inginkan adaku…akankan ku sedikit di hatimu…”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar