Kamis, 19 Juni 2014

Koki Karena Kondisi

Kata orang, kita seringkali melakukan sesuatu karena terdesak situasi dan kondisi. And in this case, sekolah lagi di negeri antah berantah ini membuat saya jadi (semacam) seneng memasak.

masakan pertama saya yang levelnya
lebih tinggi daripada indomie
Waktu S1 dulu, karena kuliah di Jogja, saya tetep aja gak bisa masak (malah mantan pacar saya waktu itu lebih jago masak daripada saya.). Secara ya, di Jogja kayaknya lebih murah dan praktis beli makan daripada harus repot-repot masak sendiri. Warung makan yang murah meriah dan enak banyaaaak, yang jualan keliling juga banyak.

Waktu kuliah di Melbourne, mulai deh jadi rajin masak, secara selisih antara beli makan di luar dan kalo masak sendiri itu lumayan deh ya.  Dan gak ada tukang bakso ataupun abang nasi goreng keliling kayak di Indo. Yah, waktu itu sih sebagian besar masih sangat mengandalkan bumbu instan. Toh toko Asia yang jual bumbu-bumbu Indo deket aja sama rumah kami waktu itu.

Balik ke Indo, males masak lagi. Pertama, Mama jago masak. Saya terlalu bahagia dimanjakan dengan masakan mama. Kedua, di Indo gitu lho. Jajanan murah yang menggoda iman ada dimana-mana, dan harganya gak bikin jatuh miskin.

Dan sekarang, sekolah lagi. Di sini, di West Lafayette yang literally mau kemana-mana jauh. Jadilah saya harus super kreatif. Dan entah kenapa, tiba-tiba saja, I sort of find my sanctuary when I cook.

Prestasi pertama saya, bikin nasi uduk dan bistik ayam. Sukses bikin itu rasanya super bahagia.

Lalu mulailah saya nyoba bikin bubur ayam, sama bakso ayam. Eh, itu yang bikin bakso ayam saya empat jam sendiri, dan sukses membuat dapur berantakan abis.

Tapi yang paling drama mungkin waktu saya bikin makaroni panggang. Jadi ceritanya, waktu numis bawang bombay dan bumbunya, entah apa salah dan dosa say

a, itu wajannya beraseeep banget….dan jadilah smoke detector di dapur apartemen saya dengan GR nya menduga that I am trying to burn the kitchen. So I have the fire alarm rang like crazy at 11 PM. Mana waktu itu housemate saya galak pula. Oh well. But at least it tastes reaaallly goooddd…

Dan tiba-tiba saja, bereksperimen di dapur dengan ajaib jadi sarana prokrastinasi saya. Entah kenapa, ngiris-ngiris bawang atau motong-motong kentang berasa jadi sesuatu yang 27 kali lebih menarik daripada ngerjain PR. Buat makan sehari-hari sih, biasanya ya yang simpel aja. Gak jauh lah dari sop, mashed potato, pasta dan semacamnya. Atau apapun yang tersisa di  kulkas.


masakan harian
penampakan: kue lumpur; rasa: wadai bingka
Tapi kalo lagi berprokrastinasi lagi rajin, saya suka dengan isengnya nyoba bikin apaaa…gitu. Proyek terbaru saya kemaren, bikin bingka. Oke, resepnya doang sih pake resep bingka. Tapi tolong ya, dimana nyari cetakan bingka di tengah ladang jagung sini??? Jadilah saya pake cetakan cupcake. Akhirnya memang penampakannya lebih mirip kek kue lumpur sih. Tapi rasanya mirip bingkaaaa… 

Dan barusan, gegara Spanyol kalah dengan menyakitkan di world Cup (lolos ke 16 besar aja nggak), jadilah saya berusaha menghibur diri dengan bikin apple and bread pudding.
apple and bread pudding


So yeah. I guess, one of the good thing of being a student abroad, I realize that maybe I am not bad in cooking ;).

Senin, 16 Juni 2014

Blog Challenge – Day 23

Iya. Terakhir apdet blog challenge udah 37 tahun yang lalu. Tapi ya masih mending kan saya masih punya niat dan itikad baik untuk menyelesaikan apa yang sudah saya mulai? *Wetsah*
Betewe angkanya bagus nih, tujuh.

Anyway, jadi tema blog challenge ke-23 ini adalaaaahhh…. Seven things that cross my mind a lot

1. My Family
Mama, Abah, Ita. Because I miss them so much. Enough said.

2. My study
Dan biasanya, kalo sudah mikirin urusan studi dan riset, tiba-tiba aja berasa denger suaranya Chris Martin sebagai backsong: “Nooobody said it was eeeeaaasyyyyy…..”

3. Sepakbola
Dan masih untung saya cuma ngikutinnya EPL dan La Liga. Seriously, this one particular thing can either be my ultimate mood booster, atau malah sebaliknya, ngancurin mood saya abis-abisan.

4. Can I save enough money to go home this winter holiday?
Kenapa sih Indonesia- Amerika Serikat itu jaraknya jauh banget? Kenapa harga tiketnya super mahal? Kenapa? Kenapa Ya Tuhaaaan? Duh, mbok pas winter itu
hujan duit aja deh jangan hujan salju, biar saya bisa pulang T_T

5. Online shopping
Di Indonesia saya gak begitu suka belanja online, kecuali beli buku. Tapi disini aduh ya ampun deh ya itu online shop itu bener-bener godaan syaitonirrojim bangeeeettttt

6. How to be socially acceptable
Mungkin inilah salah satu tantangan sekolah di negara yang beda budaya ya. Sampai sekarang saya masih suka mikir banget, kalo saya ngomong begini, atau bersikap seperti ini, is it acceptable here? Nulis imel aja bisa sampe 3 jam, cuma buat mikir mesti gimana nulisnya…

7. Dia yang namanya tidak boleh disebut
I know. What happened between us should no longer be more than just memory. Then again every now and then, the flashes of memory will cross my mind.

7. Enaknya masak apa ya?
Sebenernya bukan cuma karena laper dan harus makan. Kalo mau jujur sih, sebenernya salah satu bentuk prokrastinasi terselubung adalah…masak-memasak dan mencoba resep baru! Mehehehe… I’ll write another post about this :)


Udah tujuh aja niiiihhhhh…Ahahahaha…tadi mikirnya mah bakalan rumit, ternyata malah masih banyak yang ternyata pengen saya tambahin. Baiklah. Cukup sekian dulu. Anyway, Day 23, FINISHED!

Senin, 02 Juni 2014

Tentang Instagram

Satu dari sekian banyak social media yang bagi saya menyenangkan sekaligus terkadang aduh-gimana-banget-gitu-ya bagi saya adalah Instagram.
Saya punya akun di IG semenjak akhir Mei 2012. Udah 2 tahun ajaaaa…
Bagi saya sih, sebenernya IG ini adalah manifestasi (wetsah) dari that classic saying: “A picture speaks a thousand words”.

Kalo menurut saya sih, isi akun IG seseorang, biasanya menunjukkan apa minat atau hal yang paling disukai oleh orang tersebut. Jadi ya wajar kali ya kalo isi IG seorang chef isinya ya foto makanan. IG seseorang yang suka traveling ya isinya foto-foto tempat dia traveling. A proud parent will have pictures of their child/children. And so on and so forth.

Saya? Yang pasti akhir-akhir ini, IG saya isinya penuh dengan gambar bunga. Secara ya lagi Spring begini. Trus kalau ada event atau lagi maen sama temen, I like to post the picture of me and my friends on IG.  Here’re some screenshots of my IG.






Hmmm…random juga ya ternyata?

Anyway.
Seperti yang sudah saya bilang di atas, walaupun saya suka dengan IG, ada beberapa hal yang saya gak ngerti aja kalo liat di Instagram.

1. Akun Instagram yang isinya lebih dari 70% selfie semua. Ya mending deh ya selfie tapi masih menunjukkan background dari foto itu diambil dimana. Atau selfie rame-rame sama temen-temen. Lah ini? Bener-bener muka yang punya IG aja yang muncul. Do you really love yourself that much? Udah gitu, kadang-kadang ada aja tuh yang gak cukup cuma satu foto selfie aja, tapi beberapa foto selfie gitu dibikin kolase jadi satu foto gitu. Duh. Bukannya saya anti selfie sama sekali sih. Every once in a while, it’s okay. Saya aja kadang-kadang nge-post selfie kok. Dan begitu saya ngepost selfie, salah seorang temen saya bakal komentar, “You’re posting a selfie of you. Something’s wrong?”. Halah. Anyway, kalo tiap kali posting isinya selfie mulu ya geleuh aja gitu.  Kalau yang temanya #ootd sih saya masih suka liat. I am not that in so much to fashion, tapi seneng aja liat orang yang kalo pake baju keliatan modis dan cocok sama dia dan situasinya.

2. Foto dengan caption yang gak nyambung dengan fotonya. Ada beberapa akun yang caption fotonya bikin ngakak karena kocak abis. Tapi ada juga foto yang captionnya apaaaa…isi fotonya entah apa hubungannya. Pernah nih ada suatu foto lewat di feed saya, captionya: “Ketika cantik saja tidak cukup.”. Terus fotonya dong apa coba? Selfie si yang punya akun. Mikir gak sih jadinya hubungannya apa? Saya gagal paham.

3. Hash tag segabruk-gabruk. Oke. Hestek sejuta umat semacam #ootd, #latepost, #throwback dan beberapa jenis hestek lain masih acceptable. Yang saya gak abis pikir adalah hestek semacam #likeforlike #sfs #tagsforlikes #followforfollow dan semacamnya itu lho. Maksudnya apaaaa???

4. Akun OL shop yang nyampah di foto orang dengan promosi barang dia. Serius ini annoying banget.

Di antara sejumlah akun Instagram temen saya yang saya follow, di antara yang jadi favorit saya adalah akunnya Mbak Ayu dan akunnya Farah. Mbak Ayu ini pinteran banget ngeliat hal-hal yang sederhana tapi bisa jadi obyek foto yang menarik. Bahkan hasil jepretan dia dipake sama kampusnya, Duke University, untuk buletin kampus lho… Kurang keren gimana lagi coba.


Kalau Farah, memang pada dasarnya dia artistik, dan arsitek sih yaaaa… Jadi seneng aja kalo liat foto dia yang obyeknya gedung-gedung gitu. Cantik.


Anyway, then again, tetap saja sih, yang namanya social media, ya kembali tergantung pada yang punya akun mau memperlakukan seperti apa. Termasuk juga Instagram ini :).

For now, Ami, over and out!

Minggu, 01 Juni 2014

Spring is in the Air!

Di postingan saya yang ini, saya udah pernah cerita about the horrible winter, where the thing called polar vortex gave us the coldest winter in the last 20 years. Gak cuma dingin, tapi juga winternya lama. Lama pake banget. Kita masih sempet kebagian snow shower sampai…akhir Maret. Argh. Jadi kebayang dong betapa excitednya saya when the days got warmer? Resminya sih, first day of Spring adalah tanggal 20 Maret. Tapi sampe tanggal segitu masih dingin ajaaaa… Anyway, minggu keempat Maret, mulailah suhu perlahan-lahan naik (walopun sempet ada snow shower sebentar di tanggal 29 Maret. Argh). Saya nyaris nangis bahagia. Seriusan, after weeks and weeks of having lower than -20degree celcius, suhu sekitar 10 derajat celcius aja sudah berasa hangaaaat banget.
Dan menjelang pertengahan April, it’s not only the trees that turning back to green, but flowers start to bloom everywhere!

Last Fall was actually beautiful, as the trees turned to have bright red, orange and yellow colors. But Spring… Spring is even prettier with all those flowers here and there. It takes more time for me to walk now, secara saya jalannya sambil ngeliatin kembang yang bermunculan dimana-mana, and of course: taking pictures! Itu Instagram saya isinya foto kembaaaanggg semuaaaa…

Ahahaha… Maaphkeun. I just can’t help it, all the flowers are just so pretty. Apalagi di mid April sampe sekitar pertengahan Mei, begitu yang jenis ceri dan apel mulai bersemi. OMG. Itu nyaris gak keliatan lho daun hijaunya. Subhanalloh… It’s just so beautiful.

So yeah. Enough with words. Let these pictures tell more stories about Spring!













 




Jumat, 30 Mei 2014

KUChat with KampusUpdate - Berbagi Pengalaman Berburu Beasiswa

Awalnya cuma obrolan di WhatsApp dengan salah seorang temen saya, si Ifa. Dia nanya, boleh gak nulis tentang profil saya untuk contoh tulisan, secara dia mau magang di Kampus Update. Saya pikir, ya tidak ada salahnya. Walaupun juga sebenernya, siapa saya sih sampe diprofilin segala. Ahahahaha…. Beberapa minggu kemudian, lewat Twitter, dia mengirimkan hasil tulisannya yang dimuat di Kampus Update. Ihik… seneng…. Berasa jadi seleb dadakan. Whuahahahaha….

Tapi ternyata, ada lanjutannya. Ifa bilang ke saya kalo Mas Adit, foundernya Kampus Update, tertarik untuk ngadain sesi KUChat dengan saya. Saya dengan polosnya iya-iya aja. Jadi begitu si Mas Adit ini konfirmasi ke saya, saya bersedia. Saya bahkan langsung ceria aja begitu Mas Adit ngirim banner yang akan dipakai untuk tweet informasi mengenai sesi KUChat tersebut.
ihik...itu kenapa ya senyum saya sumringah sekali?
Nah. Habis itu saya kepoin TL-nya Kampus Update untuk liat gimana sih sebenernya KUChat ini. Dan hasilnyaaaa…. Saya speechless sodara-sodarah sekalian!

Edemi ya itu yang jadi nara sumber di KU Chat itu orang-orang keren semuaaaa! Ada yang sudah nulis buku lah, ada yang mahasiswa teladan lah, co-founder NGO yang awesome, penerima beasiswa dari Columbia University, bahkan ada semifinalis Putri Indonesia. Lah sayaaaa? Kok kayaknya jauh banget dari orang-orang hebat itu ._. . Gak mungkin deh kayaknya prestasi sebagai Juara 1 lomba masak se MIPA kemaren dijadiin bandingan.

Saya nyaris nge-WA Mas Adit, telling him that I changed my mind due to my alarming low level self confidence.

Anyway, jadi disepakatilah hari Kamis, 29 Mei untuk sesi KUChat tersebut. Jam 20.00 WIB, yang artinya disini baru Kamis pagi jam 9. Mas Adit sebelumnya sudah ngirim script pertanyaan. Dan saya nyiapin jawabannya sampe…jam 3 pagi. Haha. Ya iyalah gimana gak pake begadang secara disambi nonton Australia’s Next Top Model *selfkeplak*. Untunglah saya gak bangun kesiangan.

Tentu saja, saya si ratu drama harus banget ngerasa deg-degan. Takut salah jawab. Mehehehe…

Alhamdulillah, sesi KUChat berlangsung cukup lancar :D. Seneng banget liat tanggapan temen-temen yang jadi merasa tertarik untuk mencari beasiswa juga. Bahkan beberapa bilang kalo obrolan kita inspiratif. Awww… Saya sungguh terharu sekaliiiii! Karena sungguh, saya hanya berharap apa yang saya lakukan bisa bermanfaat buat orang lain. Sekecil apapun bentuk manfaat itu. Jadi mudah-mudahan saja sharing saya bersama Kampus Update bisa bermanfaat bagi para pemburu beasiswa :D.

Rangkuman versi online dari KUChat saya bisa dilihat di link ini ya :)

Tapi sebenernya, versi asli dari jawaban saya sebelum dimodifikasi supaya bisa muat dalam jumlah karakter Twitter lebih panjang.

Here is the longer version of my answers:

Hai @utamiirawati Kamu sekarang sedang sibuk apa?
Halo :). Lagi summer break sih, tapi sedang mulai mempersiapkan penelitian

Boleh ceritakan bagaimana awal mula kamu bisa mendapat beasiswa Fulbright untuk kuliah di Purdue University, US? 
Saya ikut mailing list beasiswa, dari sana banyak informasi tentang tawaran beasiswa, termasuk Fulbright ini. Saya juga sering googling untuk mencari informasi tentang beasiswa. Kebetulan AMINEF selaku pengelola beasiswa Fulbright di Indonesia mengadakan Q&A session di kota saya, jadi saya bisa mendapat informasi langsung dari mereka, termasuk persyaratan yang diperlukan. Sekitar dua bulan sebelum deadline, saya sudah menyiapkan dokumen yang diperlukan, dan menghubungi orang-orang yang saya minta bantuannya untuk memberi surat rekomendasi, dan juga menulis study objectives.

Bagaimana sih sistem pemberian beasiswa Fulbright @utamiirawati?
Tiap tahun Fulbright memberikan beasiswa untuk berbagai macam program, termasuk untuk yang masih S1 lho, bisa dicek di http://www.aminef.or.id/ . Angkatan saya yang berangkat tahun 2013 kemarin ada sekitar 90 orang, untuk program S2, S3, student exchange untuk S1 dan program lain. Beasiswa dari Fulbright mencakup tuition fee, biaya hidup yang disesuaikan dengan state dimana kita studi, dan return tiket untuk berangkat saat memulai studi dan kembali ke Indonesia setelah studi selesai. Selain itu, Fulbright juga menanggung biaya tes iBT dan GRE yang jadi persyaratan untuk mendaftar ke universita di USA, dan juga biaya pendaftaran ke Universitas yang kita pilih.

Apa saja proses seleksi yang kamu lewati hingga bisa mendapat beasiswa Fulbright @utamiirawati? 
Yang paling awal tentu saja seleksi berkas. Dan saya akan bilang bahwa dalam seleksi berkas ini, Study Objective ini sangat penting. Banyak yang IPKnya tinggi dan nilai TOEFL nya bagus, tapi tidak semua orang bisa menyajikan visi misi mereka secara ringkas dan menarik dalam satu lembar essay berupa study objective. Sekitar 3 bulan setelah deadline pengiriman berkas, saya dihubungi untuk wawancara.  Sekitar 3 minggu setelah wawancara, Alhamdulillah pihak AMINEF mengabarkan bahwa saya lulus untuk memperoleh beasiswa ini. Meskipun demikian, prosesnya masih berlanjut, yaitu tes iBT, tes GRE, dan aplikasi ke universitas tujuan.

Bagaimana menjadi seorang pelajar Indonesia di USA?
Well, waktu awal, mungkin agak kaget ya..karena ritme belajar disini beda dengan di Indonesia. Lebih demanding. Dan mungkin juga kita sebagai international student merasa canggung karena beda bahasa dan beda budaya. Tapi kalau kita bisa mengatasi rasa malu untuk bertanya, things will get better as time goes by. Oh, dan jangan terlalu memforsir diri dengan terus menerus belajar. Banyak aktivitas lain yang bisa dilakukan disini, mulai dari menonton konser, atau bergabung dengan organisasi mahasiswa atau klub lainnya yang sesuai hobi kita. Disini saya bergabung dengan Purdue Fulbright Association, jadibisa banyak punya teman dari berbagai negara lain. Dan satu lagi, mau tidak mau, kita harus siap untuk ditanya orang tentang bagaimana sih sebenarnya Indonesia itu. Ingat, disini kita juga menjadi semacam duta Indonesia lho :).

Sebagai penerima Fulbright, apa ada kewajiban khusus yang harus kamu jalankan setelah beasiswa itu selesai @utamiirawati?
Yang pasti, salah satu ekspektasi dari Fulbright committee adalah kami selaku Fulbright alumni dapat berbagi pengalaman yang telah kami peroleh selama kami studi, dalam bentuk apapun sharingnya.  Selain itu juga kami diharapkan dapat membawa perubahan, paling tidak di lingkungan kami berada dengan bekal pengalaman yang kami peroleh

Menurutmu, hal apa yang membuat kamu bisa terpilih mendapat beasiswa Fulbright tersebut @utamiirawati?
Ahahaha… yang pasti sih ini berkah dari Alloh SWT, jawaban atas doa dan usaha saya. Tapi kalau saya boleh menganalisis, mungkin komite seleksi melihat bahwa yang saya tuliskan di study objective saya dan jawaban saya waktu wawancara memang menunjukkan bahwa saya punya passion terhadap bidang yang saya ajukan. Dan saya juga menunjukkan bahwa saya tidak hanya berpikir tentang bagaimana saya akan menempuh studi di sana, tapi juga saya punya pemikiran tentang apa yang akan saya lakukan begitu saya pulang ke Indonesia setelah selesai studi. Salah satu jawaban saya yang saya ingat sampai sekarang atas pertanyaan waktu wawancara tentang kenapa mereka harus memilih saya above : “Like many others, I am a dreamer. But I don’t stop at being a dreamer. I am a fighter who fights for my dreams. And because I am a fighter, I know, that eventually, I will be a winner. I will win the fight to make my dreams comes true.”

Apa yang harus teman-teman siapkan jika tertarik mengajukan beasiswa seperti kamu @utamiirawati?
Yang pasti, jangan malas duluan untuk menyiapkan berkas. Kalo kita bener-bener pengen, pasti kita akan melihat persyaratan sebagai tantangan yang bisa kita hadapi, bukannya sebagai halangan. Jangan malu menjalin komunikasi dengan orang lain, baik untuk minta saran, bahkan dukungan. Ini juga pentingnya komunikasi yang baik dengan dosen atau orang lain yang pernah memiliki posisi sebagai atasan atau supervisor kita, karena banyak sekali beasiswa yang  mensyaratkan surat rekomendasi.  Dan yang pasti, harus siap mental. Baik untuk menyiapkan berkas, tahap wawancara, bahkan mendapat berita bahwa kita belum berhasil mendapat beasiswa. Harus siap mental untuk terus mencoba.

Ada pesan untuk teman-teman yang ingin mendapat beasiswa Fulbright seperti kamu @utamiirawati?
Yang pasti, kalau memang punya cita-cita, harus siap berjuang untuk mewujudkannya. Nothing is easy to the unwilling. Dan jangan cepat patah semangat hanya karena satu dua kali kegagalan. Why should we complain about one single failure when God gives us the opportunity to try again 10 more times? Usaha, dan berdoa. God is there. Watching, listening, and granting. Oh iyaaa… supaya tetap semangat, coba dengerin dua lagu ini deh: https://www.youtube.com/watch?v=bxV-OOIamyk dan https://www.youtube.com/watch?v=mk48xRzuNvA

 So yeah. That’s me sharing my experience. Semoga bisa membantu yang sedang nyari beasiswa jugaaa :D

Sabtu, 24 Mei 2014

Purdue Fulbright Association

If it wasn’t because of the Fulbright scholarship, I wouldn’t be here. Yeah, being a Fulbrighter means that you have a privilege to have this amazing experience of studying here in the USA. Then again, being a Fulbrighter does not mean that you only ave to stuck with studying stuff. One of the thing that I find really nice, is that here in Purdue, we also have a Fulbright Association.

It’s not something uncommon for universities here to have this kind of Fulbright Association. Then again, not all universities have it. Luckily, we have PFA, Purdue Fulbright Association here. I found that this association has helped me a lot with so many things, not to mention that I meet some good friends here.

The first time that I come in contact with PFA, was when I was still in my Pre Academic Program in UC Davis. Baiba, the President of PFA, sent me a message to welcome me to Purdue. She even offered to pick me up by the day I arrived in Purdue. And at the second day, she even helped me and some other friends to go to Walmart to buy some basic stuffs.

So basically, PFA is a student association in Purdue, mainly aimed to facilitate communication between people who are related to Fulbright in Purdue. Not just students who are currently having the grant, but also Fulbright alumni, or people who are interested in the Fulbright program.
At the beginning of the semester, PFA has a formal reception for the new incoming students. We also had a campus tour, where some of the seniors led us for a walk around the campus, showing us places around the campus.

Throughout the semester, PFA has a bi-weekly coffee hour, where we would sit together just to relax and have a light chat about what’s happening in life. We also have monthly dinner, but sometimes instead of just having dinner, we have some other fun activities. We did pumpkin carving, ice skating, bowling…
It’s a nice organization, really. Not too formal that you feel awkward to join, instead you’re actually making friends through this organization.

Ngeeeniweeeiii… before I continue, let me just tell you something about me. Somehow, I always have a lack of confidence in my social ability. Like, seriously, I am not a very social person anyway. In fact, I always consider myself to be socially awkward. I don’t like doing public speaking, and always get terribly nervous whenever I have to do it.

So when PFA Board 2013 sent an e-mail, announcing that they are opening the application to be members of PFA Bpard 2014, I was in doubt.
On one hand, I was really unsure whether I can do that. But then again, I know that maybe by joining this organization I can actually help myself on my social skills.
Dan tentu saja, saya dengan lebaynya bergalau ria cuma untuk mikir mau daftar atau enggak. Dan akhirnya saya daftar. Pas hari terakhir. Mhuahahahahaha XD.

In 2014, the PFA board has 5 members. Baiba, from Latvia as the president, Gulcin (from Turkey) as the Vice President, Timo (from Germany) as the treasurer, Ularee (from Thailand) as the Outreach Officer, and me. My position? Communication Officer.

Jiaaaahhhh… So basically, I am in charge of…communicating. Isn’t it obvious?
Oh well, pada dasarnya sih, saya in charge untuk membuat pengumuman-pengumuman yang terkait dengan acaranya PFA. Dan sebenernya juga, apapun posisi kita, tetep aja kok ngerjainnya bareng-bareng.
Tahun 2014 ini, selain coffee hour rutin itu, sampai dengan akhir Spring Semester, kita udah ngadain Bowling Night, dan PFA Picnic! Yeay!

Me and Ularee were in charge to organize the Bowling night, while Timo and Gulcin organized the picnic. The bowling night actually became a bit messy, because we didn’t expect so many people would join us. We estimated an event for about 12-15 people, and we ended up having almost 30 people showing up. But still, it was super fuuunnnn… :D
PFA Bowling Night
Me and Gulcin at the Bowling Night
Ignacio in action
The picnic was also a fun one. Especially because it was when we were starting to have gorgeous warm days of Spring after the long winter. There are plenty of good food, and it was a very nice break from studying before the finals.
such a glorious sunny day
picture of a picture. Me, David, and Mariana

see that sweets on the left? it's just so good!
more food...
can we just start eating? good weather is good for your appetite

And our biggest event? PFA Farewell Dinner. To be completely honest, maybe organizing this event was even a little bit…stressful. Anyway, despite all the tensions and this and that, we finally made it. The PFA Farewell Dinner went successfully.

seneng dengan foto ini karena saya jadi paling cantik sendiri :p
It was such a relief that we finally made it. And in fact, it was a nice event indeed. It’s a formal dinner to celebrate the Fulbrighters who graduate in Spring. And because it’s a formal occasion, we had some VIP guests (which made me and some other a bit nervous, actually).
our table at that night
Purdue Fulbrighters who are graduating in Spring 2014
 Oh, dan tentu saja, salah satu highlight dari acara ini adalah… saya jadinya di make-over dong sama Dhina. Mhuahahahahaha… Jarang-jarang lho ya saya tampil pake dress formal, high heels, dan full make up. Kayaknya malah Dhina dan Pam lebih semangat pas dandanin saya. Mehehehehe….
sekali-sekali deh ya tampil kek gini :)
Anyway, this is Summer now, so we’re kind of having a break. But soon, PFA will be busy again, welcoming new incoming students of 2014, and of course, arranging some other event. Well, bring it on :D! 

PFA Bpard 2014: Gulcin - me - Timo - Baiba - Ularee
Purdue Fulbrighters!


Kamis, 19 Juni 2014

Koki Karena Kondisi

Kata orang, kita seringkali melakukan sesuatu karena terdesak situasi dan kondisi. And in this case, sekolah lagi di negeri antah berantah ini membuat saya jadi (semacam) seneng memasak.

masakan pertama saya yang levelnya
lebih tinggi daripada indomie
Waktu S1 dulu, karena kuliah di Jogja, saya tetep aja gak bisa masak (malah mantan pacar saya waktu itu lebih jago masak daripada saya.). Secara ya, di Jogja kayaknya lebih murah dan praktis beli makan daripada harus repot-repot masak sendiri. Warung makan yang murah meriah dan enak banyaaaak, yang jualan keliling juga banyak.

Waktu kuliah di Melbourne, mulai deh jadi rajin masak, secara selisih antara beli makan di luar dan kalo masak sendiri itu lumayan deh ya.  Dan gak ada tukang bakso ataupun abang nasi goreng keliling kayak di Indo. Yah, waktu itu sih sebagian besar masih sangat mengandalkan bumbu instan. Toh toko Asia yang jual bumbu-bumbu Indo deket aja sama rumah kami waktu itu.

Balik ke Indo, males masak lagi. Pertama, Mama jago masak. Saya terlalu bahagia dimanjakan dengan masakan mama. Kedua, di Indo gitu lho. Jajanan murah yang menggoda iman ada dimana-mana, dan harganya gak bikin jatuh miskin.

Dan sekarang, sekolah lagi. Di sini, di West Lafayette yang literally mau kemana-mana jauh. Jadilah saya harus super kreatif. Dan entah kenapa, tiba-tiba saja, I sort of find my sanctuary when I cook.

Prestasi pertama saya, bikin nasi uduk dan bistik ayam. Sukses bikin itu rasanya super bahagia.

Lalu mulailah saya nyoba bikin bubur ayam, sama bakso ayam. Eh, itu yang bikin bakso ayam saya empat jam sendiri, dan sukses membuat dapur berantakan abis.

Tapi yang paling drama mungkin waktu saya bikin makaroni panggang. Jadi ceritanya, waktu numis bawang bombay dan bumbunya, entah apa salah dan dosa say

a, itu wajannya beraseeep banget….dan jadilah smoke detector di dapur apartemen saya dengan GR nya menduga that I am trying to burn the kitchen. So I have the fire alarm rang like crazy at 11 PM. Mana waktu itu housemate saya galak pula. Oh well. But at least it tastes reaaallly goooddd…

Dan tiba-tiba saja, bereksperimen di dapur dengan ajaib jadi sarana prokrastinasi saya. Entah kenapa, ngiris-ngiris bawang atau motong-motong kentang berasa jadi sesuatu yang 27 kali lebih menarik daripada ngerjain PR. Buat makan sehari-hari sih, biasanya ya yang simpel aja. Gak jauh lah dari sop, mashed potato, pasta dan semacamnya. Atau apapun yang tersisa di  kulkas.


masakan harian
penampakan: kue lumpur; rasa: wadai bingka
Tapi kalo lagi berprokrastinasi lagi rajin, saya suka dengan isengnya nyoba bikin apaaa…gitu. Proyek terbaru saya kemaren, bikin bingka. Oke, resepnya doang sih pake resep bingka. Tapi tolong ya, dimana nyari cetakan bingka di tengah ladang jagung sini??? Jadilah saya pake cetakan cupcake. Akhirnya memang penampakannya lebih mirip kek kue lumpur sih. Tapi rasanya mirip bingkaaaa… 

Dan barusan, gegara Spanyol kalah dengan menyakitkan di world Cup (lolos ke 16 besar aja nggak), jadilah saya berusaha menghibur diri dengan bikin apple and bread pudding.
apple and bread pudding


So yeah. I guess, one of the good thing of being a student abroad, I realize that maybe I am not bad in cooking ;).

Senin, 16 Juni 2014

Blog Challenge – Day 23

Iya. Terakhir apdet blog challenge udah 37 tahun yang lalu. Tapi ya masih mending kan saya masih punya niat dan itikad baik untuk menyelesaikan apa yang sudah saya mulai? *Wetsah*
Betewe angkanya bagus nih, tujuh.

Anyway, jadi tema blog challenge ke-23 ini adalaaaahhh…. Seven things that cross my mind a lot

1. My Family
Mama, Abah, Ita. Because I miss them so much. Enough said.

2. My study
Dan biasanya, kalo sudah mikirin urusan studi dan riset, tiba-tiba aja berasa denger suaranya Chris Martin sebagai backsong: “Nooobody said it was eeeeaaasyyyyy…..”

3. Sepakbola
Dan masih untung saya cuma ngikutinnya EPL dan La Liga. Seriously, this one particular thing can either be my ultimate mood booster, atau malah sebaliknya, ngancurin mood saya abis-abisan.

4. Can I save enough money to go home this winter holiday?
Kenapa sih Indonesia- Amerika Serikat itu jaraknya jauh banget? Kenapa harga tiketnya super mahal? Kenapa? Kenapa Ya Tuhaaaan? Duh, mbok pas winter itu
hujan duit aja deh jangan hujan salju, biar saya bisa pulang T_T

5. Online shopping
Di Indonesia saya gak begitu suka belanja online, kecuali beli buku. Tapi disini aduh ya ampun deh ya itu online shop itu bener-bener godaan syaitonirrojim bangeeeettttt

6. How to be socially acceptable
Mungkin inilah salah satu tantangan sekolah di negara yang beda budaya ya. Sampai sekarang saya masih suka mikir banget, kalo saya ngomong begini, atau bersikap seperti ini, is it acceptable here? Nulis imel aja bisa sampe 3 jam, cuma buat mikir mesti gimana nulisnya…

7. Dia yang namanya tidak boleh disebut
I know. What happened between us should no longer be more than just memory. Then again every now and then, the flashes of memory will cross my mind.

7. Enaknya masak apa ya?
Sebenernya bukan cuma karena laper dan harus makan. Kalo mau jujur sih, sebenernya salah satu bentuk prokrastinasi terselubung adalah…masak-memasak dan mencoba resep baru! Mehehehe… I’ll write another post about this :)


Udah tujuh aja niiiihhhhh…Ahahahaha…tadi mikirnya mah bakalan rumit, ternyata malah masih banyak yang ternyata pengen saya tambahin. Baiklah. Cukup sekian dulu. Anyway, Day 23, FINISHED!

Senin, 02 Juni 2014

Tentang Instagram

Satu dari sekian banyak social media yang bagi saya menyenangkan sekaligus terkadang aduh-gimana-banget-gitu-ya bagi saya adalah Instagram.
Saya punya akun di IG semenjak akhir Mei 2012. Udah 2 tahun ajaaaa…
Bagi saya sih, sebenernya IG ini adalah manifestasi (wetsah) dari that classic saying: “A picture speaks a thousand words”.

Kalo menurut saya sih, isi akun IG seseorang, biasanya menunjukkan apa minat atau hal yang paling disukai oleh orang tersebut. Jadi ya wajar kali ya kalo isi IG seorang chef isinya ya foto makanan. IG seseorang yang suka traveling ya isinya foto-foto tempat dia traveling. A proud parent will have pictures of their child/children. And so on and so forth.

Saya? Yang pasti akhir-akhir ini, IG saya isinya penuh dengan gambar bunga. Secara ya lagi Spring begini. Trus kalau ada event atau lagi maen sama temen, I like to post the picture of me and my friends on IG.  Here’re some screenshots of my IG.






Hmmm…random juga ya ternyata?

Anyway.
Seperti yang sudah saya bilang di atas, walaupun saya suka dengan IG, ada beberapa hal yang saya gak ngerti aja kalo liat di Instagram.

1. Akun Instagram yang isinya lebih dari 70% selfie semua. Ya mending deh ya selfie tapi masih menunjukkan background dari foto itu diambil dimana. Atau selfie rame-rame sama temen-temen. Lah ini? Bener-bener muka yang punya IG aja yang muncul. Do you really love yourself that much? Udah gitu, kadang-kadang ada aja tuh yang gak cukup cuma satu foto selfie aja, tapi beberapa foto selfie gitu dibikin kolase jadi satu foto gitu. Duh. Bukannya saya anti selfie sama sekali sih. Every once in a while, it’s okay. Saya aja kadang-kadang nge-post selfie kok. Dan begitu saya ngepost selfie, salah seorang temen saya bakal komentar, “You’re posting a selfie of you. Something’s wrong?”. Halah. Anyway, kalo tiap kali posting isinya selfie mulu ya geleuh aja gitu.  Kalau yang temanya #ootd sih saya masih suka liat. I am not that in so much to fashion, tapi seneng aja liat orang yang kalo pake baju keliatan modis dan cocok sama dia dan situasinya.

2. Foto dengan caption yang gak nyambung dengan fotonya. Ada beberapa akun yang caption fotonya bikin ngakak karena kocak abis. Tapi ada juga foto yang captionnya apaaaa…isi fotonya entah apa hubungannya. Pernah nih ada suatu foto lewat di feed saya, captionya: “Ketika cantik saja tidak cukup.”. Terus fotonya dong apa coba? Selfie si yang punya akun. Mikir gak sih jadinya hubungannya apa? Saya gagal paham.

3. Hash tag segabruk-gabruk. Oke. Hestek sejuta umat semacam #ootd, #latepost, #throwback dan beberapa jenis hestek lain masih acceptable. Yang saya gak abis pikir adalah hestek semacam #likeforlike #sfs #tagsforlikes #followforfollow dan semacamnya itu lho. Maksudnya apaaaa???

4. Akun OL shop yang nyampah di foto orang dengan promosi barang dia. Serius ini annoying banget.

Di antara sejumlah akun Instagram temen saya yang saya follow, di antara yang jadi favorit saya adalah akunnya Mbak Ayu dan akunnya Farah. Mbak Ayu ini pinteran banget ngeliat hal-hal yang sederhana tapi bisa jadi obyek foto yang menarik. Bahkan hasil jepretan dia dipake sama kampusnya, Duke University, untuk buletin kampus lho… Kurang keren gimana lagi coba.


Kalau Farah, memang pada dasarnya dia artistik, dan arsitek sih yaaaa… Jadi seneng aja kalo liat foto dia yang obyeknya gedung-gedung gitu. Cantik.


Anyway, then again, tetap saja sih, yang namanya social media, ya kembali tergantung pada yang punya akun mau memperlakukan seperti apa. Termasuk juga Instagram ini :).

For now, Ami, over and out!

Minggu, 01 Juni 2014

Spring is in the Air!

Di postingan saya yang ini, saya udah pernah cerita about the horrible winter, where the thing called polar vortex gave us the coldest winter in the last 20 years. Gak cuma dingin, tapi juga winternya lama. Lama pake banget. Kita masih sempet kebagian snow shower sampai…akhir Maret. Argh. Jadi kebayang dong betapa excitednya saya when the days got warmer? Resminya sih, first day of Spring adalah tanggal 20 Maret. Tapi sampe tanggal segitu masih dingin ajaaaa… Anyway, minggu keempat Maret, mulailah suhu perlahan-lahan naik (walopun sempet ada snow shower sebentar di tanggal 29 Maret. Argh). Saya nyaris nangis bahagia. Seriusan, after weeks and weeks of having lower than -20degree celcius, suhu sekitar 10 derajat celcius aja sudah berasa hangaaaat banget.
Dan menjelang pertengahan April, it’s not only the trees that turning back to green, but flowers start to bloom everywhere!

Last Fall was actually beautiful, as the trees turned to have bright red, orange and yellow colors. But Spring… Spring is even prettier with all those flowers here and there. It takes more time for me to walk now, secara saya jalannya sambil ngeliatin kembang yang bermunculan dimana-mana, and of course: taking pictures! Itu Instagram saya isinya foto kembaaaanggg semuaaaa…

Ahahaha… Maaphkeun. I just can’t help it, all the flowers are just so pretty. Apalagi di mid April sampe sekitar pertengahan Mei, begitu yang jenis ceri dan apel mulai bersemi. OMG. Itu nyaris gak keliatan lho daun hijaunya. Subhanalloh… It’s just so beautiful.

So yeah. Enough with words. Let these pictures tell more stories about Spring!













 




Jumat, 30 Mei 2014

KUChat with KampusUpdate - Berbagi Pengalaman Berburu Beasiswa

Awalnya cuma obrolan di WhatsApp dengan salah seorang temen saya, si Ifa. Dia nanya, boleh gak nulis tentang profil saya untuk contoh tulisan, secara dia mau magang di Kampus Update. Saya pikir, ya tidak ada salahnya. Walaupun juga sebenernya, siapa saya sih sampe diprofilin segala. Ahahahaha…. Beberapa minggu kemudian, lewat Twitter, dia mengirimkan hasil tulisannya yang dimuat di Kampus Update. Ihik… seneng…. Berasa jadi seleb dadakan. Whuahahahaha….

Tapi ternyata, ada lanjutannya. Ifa bilang ke saya kalo Mas Adit, foundernya Kampus Update, tertarik untuk ngadain sesi KUChat dengan saya. Saya dengan polosnya iya-iya aja. Jadi begitu si Mas Adit ini konfirmasi ke saya, saya bersedia. Saya bahkan langsung ceria aja begitu Mas Adit ngirim banner yang akan dipakai untuk tweet informasi mengenai sesi KUChat tersebut.
ihik...itu kenapa ya senyum saya sumringah sekali?
Nah. Habis itu saya kepoin TL-nya Kampus Update untuk liat gimana sih sebenernya KUChat ini. Dan hasilnyaaaa…. Saya speechless sodara-sodarah sekalian!

Edemi ya itu yang jadi nara sumber di KU Chat itu orang-orang keren semuaaaa! Ada yang sudah nulis buku lah, ada yang mahasiswa teladan lah, co-founder NGO yang awesome, penerima beasiswa dari Columbia University, bahkan ada semifinalis Putri Indonesia. Lah sayaaaa? Kok kayaknya jauh banget dari orang-orang hebat itu ._. . Gak mungkin deh kayaknya prestasi sebagai Juara 1 lomba masak se MIPA kemaren dijadiin bandingan.

Saya nyaris nge-WA Mas Adit, telling him that I changed my mind due to my alarming low level self confidence.

Anyway, jadi disepakatilah hari Kamis, 29 Mei untuk sesi KUChat tersebut. Jam 20.00 WIB, yang artinya disini baru Kamis pagi jam 9. Mas Adit sebelumnya sudah ngirim script pertanyaan. Dan saya nyiapin jawabannya sampe…jam 3 pagi. Haha. Ya iyalah gimana gak pake begadang secara disambi nonton Australia’s Next Top Model *selfkeplak*. Untunglah saya gak bangun kesiangan.

Tentu saja, saya si ratu drama harus banget ngerasa deg-degan. Takut salah jawab. Mehehehe…

Alhamdulillah, sesi KUChat berlangsung cukup lancar :D. Seneng banget liat tanggapan temen-temen yang jadi merasa tertarik untuk mencari beasiswa juga. Bahkan beberapa bilang kalo obrolan kita inspiratif. Awww… Saya sungguh terharu sekaliiiii! Karena sungguh, saya hanya berharap apa yang saya lakukan bisa bermanfaat buat orang lain. Sekecil apapun bentuk manfaat itu. Jadi mudah-mudahan saja sharing saya bersama Kampus Update bisa bermanfaat bagi para pemburu beasiswa :D.

Rangkuman versi online dari KUChat saya bisa dilihat di link ini ya :)

Tapi sebenernya, versi asli dari jawaban saya sebelum dimodifikasi supaya bisa muat dalam jumlah karakter Twitter lebih panjang.

Here is the longer version of my answers:

Hai @utamiirawati Kamu sekarang sedang sibuk apa?
Halo :). Lagi summer break sih, tapi sedang mulai mempersiapkan penelitian

Boleh ceritakan bagaimana awal mula kamu bisa mendapat beasiswa Fulbright untuk kuliah di Purdue University, US? 
Saya ikut mailing list beasiswa, dari sana banyak informasi tentang tawaran beasiswa, termasuk Fulbright ini. Saya juga sering googling untuk mencari informasi tentang beasiswa. Kebetulan AMINEF selaku pengelola beasiswa Fulbright di Indonesia mengadakan Q&A session di kota saya, jadi saya bisa mendapat informasi langsung dari mereka, termasuk persyaratan yang diperlukan. Sekitar dua bulan sebelum deadline, saya sudah menyiapkan dokumen yang diperlukan, dan menghubungi orang-orang yang saya minta bantuannya untuk memberi surat rekomendasi, dan juga menulis study objectives.

Bagaimana sih sistem pemberian beasiswa Fulbright @utamiirawati?
Tiap tahun Fulbright memberikan beasiswa untuk berbagai macam program, termasuk untuk yang masih S1 lho, bisa dicek di http://www.aminef.or.id/ . Angkatan saya yang berangkat tahun 2013 kemarin ada sekitar 90 orang, untuk program S2, S3, student exchange untuk S1 dan program lain. Beasiswa dari Fulbright mencakup tuition fee, biaya hidup yang disesuaikan dengan state dimana kita studi, dan return tiket untuk berangkat saat memulai studi dan kembali ke Indonesia setelah studi selesai. Selain itu, Fulbright juga menanggung biaya tes iBT dan GRE yang jadi persyaratan untuk mendaftar ke universita di USA, dan juga biaya pendaftaran ke Universitas yang kita pilih.

Apa saja proses seleksi yang kamu lewati hingga bisa mendapat beasiswa Fulbright @utamiirawati? 
Yang paling awal tentu saja seleksi berkas. Dan saya akan bilang bahwa dalam seleksi berkas ini, Study Objective ini sangat penting. Banyak yang IPKnya tinggi dan nilai TOEFL nya bagus, tapi tidak semua orang bisa menyajikan visi misi mereka secara ringkas dan menarik dalam satu lembar essay berupa study objective. Sekitar 3 bulan setelah deadline pengiriman berkas, saya dihubungi untuk wawancara.  Sekitar 3 minggu setelah wawancara, Alhamdulillah pihak AMINEF mengabarkan bahwa saya lulus untuk memperoleh beasiswa ini. Meskipun demikian, prosesnya masih berlanjut, yaitu tes iBT, tes GRE, dan aplikasi ke universitas tujuan.

Bagaimana menjadi seorang pelajar Indonesia di USA?
Well, waktu awal, mungkin agak kaget ya..karena ritme belajar disini beda dengan di Indonesia. Lebih demanding. Dan mungkin juga kita sebagai international student merasa canggung karena beda bahasa dan beda budaya. Tapi kalau kita bisa mengatasi rasa malu untuk bertanya, things will get better as time goes by. Oh, dan jangan terlalu memforsir diri dengan terus menerus belajar. Banyak aktivitas lain yang bisa dilakukan disini, mulai dari menonton konser, atau bergabung dengan organisasi mahasiswa atau klub lainnya yang sesuai hobi kita. Disini saya bergabung dengan Purdue Fulbright Association, jadibisa banyak punya teman dari berbagai negara lain. Dan satu lagi, mau tidak mau, kita harus siap untuk ditanya orang tentang bagaimana sih sebenarnya Indonesia itu. Ingat, disini kita juga menjadi semacam duta Indonesia lho :).

Sebagai penerima Fulbright, apa ada kewajiban khusus yang harus kamu jalankan setelah beasiswa itu selesai @utamiirawati?
Yang pasti, salah satu ekspektasi dari Fulbright committee adalah kami selaku Fulbright alumni dapat berbagi pengalaman yang telah kami peroleh selama kami studi, dalam bentuk apapun sharingnya.  Selain itu juga kami diharapkan dapat membawa perubahan, paling tidak di lingkungan kami berada dengan bekal pengalaman yang kami peroleh

Menurutmu, hal apa yang membuat kamu bisa terpilih mendapat beasiswa Fulbright tersebut @utamiirawati?
Ahahaha… yang pasti sih ini berkah dari Alloh SWT, jawaban atas doa dan usaha saya. Tapi kalau saya boleh menganalisis, mungkin komite seleksi melihat bahwa yang saya tuliskan di study objective saya dan jawaban saya waktu wawancara memang menunjukkan bahwa saya punya passion terhadap bidang yang saya ajukan. Dan saya juga menunjukkan bahwa saya tidak hanya berpikir tentang bagaimana saya akan menempuh studi di sana, tapi juga saya punya pemikiran tentang apa yang akan saya lakukan begitu saya pulang ke Indonesia setelah selesai studi. Salah satu jawaban saya yang saya ingat sampai sekarang atas pertanyaan waktu wawancara tentang kenapa mereka harus memilih saya above : “Like many others, I am a dreamer. But I don’t stop at being a dreamer. I am a fighter who fights for my dreams. And because I am a fighter, I know, that eventually, I will be a winner. I will win the fight to make my dreams comes true.”

Apa yang harus teman-teman siapkan jika tertarik mengajukan beasiswa seperti kamu @utamiirawati?
Yang pasti, jangan malas duluan untuk menyiapkan berkas. Kalo kita bener-bener pengen, pasti kita akan melihat persyaratan sebagai tantangan yang bisa kita hadapi, bukannya sebagai halangan. Jangan malu menjalin komunikasi dengan orang lain, baik untuk minta saran, bahkan dukungan. Ini juga pentingnya komunikasi yang baik dengan dosen atau orang lain yang pernah memiliki posisi sebagai atasan atau supervisor kita, karena banyak sekali beasiswa yang  mensyaratkan surat rekomendasi.  Dan yang pasti, harus siap mental. Baik untuk menyiapkan berkas, tahap wawancara, bahkan mendapat berita bahwa kita belum berhasil mendapat beasiswa. Harus siap mental untuk terus mencoba.

Ada pesan untuk teman-teman yang ingin mendapat beasiswa Fulbright seperti kamu @utamiirawati?
Yang pasti, kalau memang punya cita-cita, harus siap berjuang untuk mewujudkannya. Nothing is easy to the unwilling. Dan jangan cepat patah semangat hanya karena satu dua kali kegagalan. Why should we complain about one single failure when God gives us the opportunity to try again 10 more times? Usaha, dan berdoa. God is there. Watching, listening, and granting. Oh iyaaa… supaya tetap semangat, coba dengerin dua lagu ini deh: https://www.youtube.com/watch?v=bxV-OOIamyk dan https://www.youtube.com/watch?v=mk48xRzuNvA

 So yeah. That’s me sharing my experience. Semoga bisa membantu yang sedang nyari beasiswa jugaaa :D

Sabtu, 24 Mei 2014

Purdue Fulbright Association

If it wasn’t because of the Fulbright scholarship, I wouldn’t be here. Yeah, being a Fulbrighter means that you have a privilege to have this amazing experience of studying here in the USA. Then again, being a Fulbrighter does not mean that you only ave to stuck with studying stuff. One of the thing that I find really nice, is that here in Purdue, we also have a Fulbright Association.

It’s not something uncommon for universities here to have this kind of Fulbright Association. Then again, not all universities have it. Luckily, we have PFA, Purdue Fulbright Association here. I found that this association has helped me a lot with so many things, not to mention that I meet some good friends here.

The first time that I come in contact with PFA, was when I was still in my Pre Academic Program in UC Davis. Baiba, the President of PFA, sent me a message to welcome me to Purdue. She even offered to pick me up by the day I arrived in Purdue. And at the second day, she even helped me and some other friends to go to Walmart to buy some basic stuffs.

So basically, PFA is a student association in Purdue, mainly aimed to facilitate communication between people who are related to Fulbright in Purdue. Not just students who are currently having the grant, but also Fulbright alumni, or people who are interested in the Fulbright program.
At the beginning of the semester, PFA has a formal reception for the new incoming students. We also had a campus tour, where some of the seniors led us for a walk around the campus, showing us places around the campus.

Throughout the semester, PFA has a bi-weekly coffee hour, where we would sit together just to relax and have a light chat about what’s happening in life. We also have monthly dinner, but sometimes instead of just having dinner, we have some other fun activities. We did pumpkin carving, ice skating, bowling…
It’s a nice organization, really. Not too formal that you feel awkward to join, instead you’re actually making friends through this organization.

Ngeeeniweeeiii… before I continue, let me just tell you something about me. Somehow, I always have a lack of confidence in my social ability. Like, seriously, I am not a very social person anyway. In fact, I always consider myself to be socially awkward. I don’t like doing public speaking, and always get terribly nervous whenever I have to do it.

So when PFA Board 2013 sent an e-mail, announcing that they are opening the application to be members of PFA Bpard 2014, I was in doubt.
On one hand, I was really unsure whether I can do that. But then again, I know that maybe by joining this organization I can actually help myself on my social skills.
Dan tentu saja, saya dengan lebaynya bergalau ria cuma untuk mikir mau daftar atau enggak. Dan akhirnya saya daftar. Pas hari terakhir. Mhuahahahahaha XD.

In 2014, the PFA board has 5 members. Baiba, from Latvia as the president, Gulcin (from Turkey) as the Vice President, Timo (from Germany) as the treasurer, Ularee (from Thailand) as the Outreach Officer, and me. My position? Communication Officer.

Jiaaaahhhh… So basically, I am in charge of…communicating. Isn’t it obvious?
Oh well, pada dasarnya sih, saya in charge untuk membuat pengumuman-pengumuman yang terkait dengan acaranya PFA. Dan sebenernya juga, apapun posisi kita, tetep aja kok ngerjainnya bareng-bareng.
Tahun 2014 ini, selain coffee hour rutin itu, sampai dengan akhir Spring Semester, kita udah ngadain Bowling Night, dan PFA Picnic! Yeay!

Me and Ularee were in charge to organize the Bowling night, while Timo and Gulcin organized the picnic. The bowling night actually became a bit messy, because we didn’t expect so many people would join us. We estimated an event for about 12-15 people, and we ended up having almost 30 people showing up. But still, it was super fuuunnnn… :D
PFA Bowling Night
Me and Gulcin at the Bowling Night
Ignacio in action
The picnic was also a fun one. Especially because it was when we were starting to have gorgeous warm days of Spring after the long winter. There are plenty of good food, and it was a very nice break from studying before the finals.
such a glorious sunny day
picture of a picture. Me, David, and Mariana

see that sweets on the left? it's just so good!
more food...
can we just start eating? good weather is good for your appetite

And our biggest event? PFA Farewell Dinner. To be completely honest, maybe organizing this event was even a little bit…stressful. Anyway, despite all the tensions and this and that, we finally made it. The PFA Farewell Dinner went successfully.

seneng dengan foto ini karena saya jadi paling cantik sendiri :p
It was such a relief that we finally made it. And in fact, it was a nice event indeed. It’s a formal dinner to celebrate the Fulbrighters who graduate in Spring. And because it’s a formal occasion, we had some VIP guests (which made me and some other a bit nervous, actually).
our table at that night
Purdue Fulbrighters who are graduating in Spring 2014
 Oh, dan tentu saja, salah satu highlight dari acara ini adalah… saya jadinya di make-over dong sama Dhina. Mhuahahahahaha… Jarang-jarang lho ya saya tampil pake dress formal, high heels, dan full make up. Kayaknya malah Dhina dan Pam lebih semangat pas dandanin saya. Mehehehehe….
sekali-sekali deh ya tampil kek gini :)
Anyway, this is Summer now, so we’re kind of having a break. But soon, PFA will be busy again, welcoming new incoming students of 2014, and of course, arranging some other event. Well, bring it on :D! 

PFA Bpard 2014: Gulcin - me - Timo - Baiba - Ularee
Purdue Fulbrighters!