Kamis, 19 Juni 2014

Koki Karena Kondisi

Kata orang, kita seringkali melakukan sesuatu karena terdesak situasi dan kondisi. And in this case, sekolah lagi di negeri antah berantah ini membuat saya jadi (semacam) seneng memasak.

masakan pertama saya yang levelnya
lebih tinggi daripada indomie
Waktu S1 dulu, karena kuliah di Jogja, saya tetep aja gak bisa masak (malah mantan pacar saya waktu itu lebih jago masak daripada saya.). Secara ya, di Jogja kayaknya lebih murah dan praktis beli makan daripada harus repot-repot masak sendiri. Warung makan yang murah meriah dan enak banyaaaak, yang jualan keliling juga banyak.

Waktu kuliah di Melbourne, mulai deh jadi rajin masak, secara selisih antara beli makan di luar dan kalo masak sendiri itu lumayan deh ya.  Dan gak ada tukang bakso ataupun abang nasi goreng keliling kayak di Indo. Yah, waktu itu sih sebagian besar masih sangat mengandalkan bumbu instan. Toh toko Asia yang jual bumbu-bumbu Indo deket aja sama rumah kami waktu itu.

Balik ke Indo, males masak lagi. Pertama, Mama jago masak. Saya terlalu bahagia dimanjakan dengan masakan mama. Kedua, di Indo gitu lho. Jajanan murah yang menggoda iman ada dimana-mana, dan harganya gak bikin jatuh miskin.

Dan sekarang, sekolah lagi. Di sini, di West Lafayette yang literally mau kemana-mana jauh. Jadilah saya harus super kreatif. Dan entah kenapa, tiba-tiba saja, I sort of find my sanctuary when I cook.

Prestasi pertama saya, bikin nasi uduk dan bistik ayam. Sukses bikin itu rasanya super bahagia.

Lalu mulailah saya nyoba bikin bubur ayam, sama bakso ayam. Eh, itu yang bikin bakso ayam saya empat jam sendiri, dan sukses membuat dapur berantakan abis.

Tapi yang paling drama mungkin waktu saya bikin makaroni panggang. Jadi ceritanya, waktu numis bawang bombay dan bumbunya, entah apa salah dan dosa say

a, itu wajannya beraseeep banget….dan jadilah smoke detector di dapur apartemen saya dengan GR nya menduga that I am trying to burn the kitchen. So I have the fire alarm rang like crazy at 11 PM. Mana waktu itu housemate saya galak pula. Oh well. But at least it tastes reaaallly goooddd…

Dan tiba-tiba saja, bereksperimen di dapur dengan ajaib jadi sarana prokrastinasi saya. Entah kenapa, ngiris-ngiris bawang atau motong-motong kentang berasa jadi sesuatu yang 27 kali lebih menarik daripada ngerjain PR. Buat makan sehari-hari sih, biasanya ya yang simpel aja. Gak jauh lah dari sop, mashed potato, pasta dan semacamnya. Atau apapun yang tersisa di  kulkas.


masakan harian
penampakan: kue lumpur; rasa: wadai bingka
Tapi kalo lagi berprokrastinasi lagi rajin, saya suka dengan isengnya nyoba bikin apaaa…gitu. Proyek terbaru saya kemaren, bikin bingka. Oke, resepnya doang sih pake resep bingka. Tapi tolong ya, dimana nyari cetakan bingka di tengah ladang jagung sini??? Jadilah saya pake cetakan cupcake. Akhirnya memang penampakannya lebih mirip kek kue lumpur sih. Tapi rasanya mirip bingkaaaa… 

Dan barusan, gegara Spanyol kalah dengan menyakitkan di world Cup (lolos ke 16 besar aja nggak), jadilah saya berusaha menghibur diri dengan bikin apple and bread pudding.
apple and bread pudding


So yeah. I guess, one of the good thing of being a student abroad, I realize that maybe I am not bad in cooking ;).

1 komentar:

  1. Ulalaaa, postingan ente berhasil ngebuat perut ane dangdutan gak karuan gan! Nice banget nih ^^

    BalasHapus

Kamis, 19 Juni 2014

Koki Karena Kondisi

Kata orang, kita seringkali melakukan sesuatu karena terdesak situasi dan kondisi. And in this case, sekolah lagi di negeri antah berantah ini membuat saya jadi (semacam) seneng memasak.

masakan pertama saya yang levelnya
lebih tinggi daripada indomie
Waktu S1 dulu, karena kuliah di Jogja, saya tetep aja gak bisa masak (malah mantan pacar saya waktu itu lebih jago masak daripada saya.). Secara ya, di Jogja kayaknya lebih murah dan praktis beli makan daripada harus repot-repot masak sendiri. Warung makan yang murah meriah dan enak banyaaaak, yang jualan keliling juga banyak.

Waktu kuliah di Melbourne, mulai deh jadi rajin masak, secara selisih antara beli makan di luar dan kalo masak sendiri itu lumayan deh ya.  Dan gak ada tukang bakso ataupun abang nasi goreng keliling kayak di Indo. Yah, waktu itu sih sebagian besar masih sangat mengandalkan bumbu instan. Toh toko Asia yang jual bumbu-bumbu Indo deket aja sama rumah kami waktu itu.

Balik ke Indo, males masak lagi. Pertama, Mama jago masak. Saya terlalu bahagia dimanjakan dengan masakan mama. Kedua, di Indo gitu lho. Jajanan murah yang menggoda iman ada dimana-mana, dan harganya gak bikin jatuh miskin.

Dan sekarang, sekolah lagi. Di sini, di West Lafayette yang literally mau kemana-mana jauh. Jadilah saya harus super kreatif. Dan entah kenapa, tiba-tiba saja, I sort of find my sanctuary when I cook.

Prestasi pertama saya, bikin nasi uduk dan bistik ayam. Sukses bikin itu rasanya super bahagia.

Lalu mulailah saya nyoba bikin bubur ayam, sama bakso ayam. Eh, itu yang bikin bakso ayam saya empat jam sendiri, dan sukses membuat dapur berantakan abis.

Tapi yang paling drama mungkin waktu saya bikin makaroni panggang. Jadi ceritanya, waktu numis bawang bombay dan bumbunya, entah apa salah dan dosa say

a, itu wajannya beraseeep banget….dan jadilah smoke detector di dapur apartemen saya dengan GR nya menduga that I am trying to burn the kitchen. So I have the fire alarm rang like crazy at 11 PM. Mana waktu itu housemate saya galak pula. Oh well. But at least it tastes reaaallly goooddd…

Dan tiba-tiba saja, bereksperimen di dapur dengan ajaib jadi sarana prokrastinasi saya. Entah kenapa, ngiris-ngiris bawang atau motong-motong kentang berasa jadi sesuatu yang 27 kali lebih menarik daripada ngerjain PR. Buat makan sehari-hari sih, biasanya ya yang simpel aja. Gak jauh lah dari sop, mashed potato, pasta dan semacamnya. Atau apapun yang tersisa di  kulkas.


masakan harian
penampakan: kue lumpur; rasa: wadai bingka
Tapi kalo lagi berprokrastinasi lagi rajin, saya suka dengan isengnya nyoba bikin apaaa…gitu. Proyek terbaru saya kemaren, bikin bingka. Oke, resepnya doang sih pake resep bingka. Tapi tolong ya, dimana nyari cetakan bingka di tengah ladang jagung sini??? Jadilah saya pake cetakan cupcake. Akhirnya memang penampakannya lebih mirip kek kue lumpur sih. Tapi rasanya mirip bingkaaaa… 

Dan barusan, gegara Spanyol kalah dengan menyakitkan di world Cup (lolos ke 16 besar aja nggak), jadilah saya berusaha menghibur diri dengan bikin apple and bread pudding.
apple and bread pudding


So yeah. I guess, one of the good thing of being a student abroad, I realize that maybe I am not bad in cooking ;).

1 komentar:

  1. Ulalaaa, postingan ente berhasil ngebuat perut ane dangdutan gak karuan gan! Nice banget nih ^^

    BalasHapus