Selasa, 21 September 2010

Hello, Haters!

Ada suatu kalimat yang pernah diucapkan guru kursus saya di LIA dulu: “You can’t win everyone. Face it…”. Dan entah kenapa, semakin lama saya semakin menyadari kebenaran kalimat itu.

Tak peduli sebaik apapun kita berusaha to be a nice person, tetap akan ada orang yang ga suka sama kita. Sebaik apapun niat kita, tetap tidak menutup kemungkinan ada yang salah menanggapi.

Like what happened to me a few days ago.


Awalnya adalah ketika saya iseng membaca salah satu FF. It’s a short story. Nah, si penulis sudah menyebutkan bahwa cerpen itu menurut dia ‘frontal’. Setelah saya baca, baru setengah saya sudahberhenti membaca. Nope, bukan masalah deskripsinya yang frontal. Temanya mungkin agak ‘frontal’ kali yee… Tentang sex before marriage gitu.

Seandainya… seandainya lho ya… cerpen yang saya baca itu adalah cerpen biasa, bukan FF, mungkin ga akan jadi masalah. The problem is, it’s a fanfiction. Cerita fiksi yang menggunakan nama orang-orang yang non fiktif. Walaupun ceritanya sendiri fiktif.

Nah, disinilah saya mulai merasa gak sreg, karena nama tokoh yang dipakai disitu adalah anak-anak yang masih berusia pra-remaja / remaja. Disitu saja saya sudah merasa ga enak. Karena menurut saya menulis FF itu punya tanggung jawab moril yang lebih besar. Saya ingat, dulu pernah ada forum diskas soal ada anak IC yang gak mau namanya dipakai untuk FF. waktu itu saya termasuk gencar berkomentar, karena menurut pendapat saya, selama jalan ceritanya masih wajar, karakternya, meskipun antagonis, masih ‘normal’, it shouldn’t be a problem. Lagipula banyak anak IC lainnya yang tidak keberatan kok. Nah, tapi kalo di cerita itu, saya kok merasa mulai over the line ya? I mean, disitu karakter mereka adalah cowok berandalan yang suka nidurin cewek. Geez…


Masalah kedua adalah medianya. Fansite tempat cerita itu dimuat, membernya ada juga yang masih SD, yang menurut saya kok ya belum antas membaca cerita semacam itu.


Saya mulai mikir, ini apa saya aja yang sensitif, atau gimanaaa… Lewat twit, sepertinya ada beberapa yang berpendapat sama dengan saya. Lalu saya pikir, ya udah, kenapa ga dibuka diskas aja soal itu?


Jadi begitulah. Saya posting sebuah topik diskusi baru tentang itu. Tentang apakah beberapa tema yang termasuk kontroversial atau ‘frontal’, masih wajar atau tidak untuk dimasukkan dalam fansite itu. Saya tidak punya maksud apapun, selain pengen share pendapat. Siapa tahu memang saya aja yang sensitif ;p…

Melihat respon yang masuk, ternyata cukup banyak juga yang ternyata sependapat dengan saya. Bahwa tema semacam itu kurang pantas untuk dimuat di fansite.

TAAAPIIIII…


Ada beberapa pihak yang merasa tersindir. Bukan cuma tersindir sih kekna, tapi TERSINGGUNG. Komentar dia di diskas itu sih masih pake embel-embel ‘salam damai’. Walaupun dia sudah mengetik beberapa kalimat dengan caps lock menyala. Tapi di fansite dia ber’damai-damai’ gitu, di Twit dong, nge twitnya langsung pake CAPS nyala. Emosi banget dia. Saya sampai geleng-geleng kepala. Mau nanggepin juga males…


Menurut dia, dia cuma gak mau muna, toh anak jaman sekarang pacarannya gayanya udah frontal. Terus emang apa yang salah dengan tema kontroversial semacam itu. And all of those self-defences.


Oh dear, she didn’t get the idea of my discussion. Bukan temanya yang saya permasalahkan. Tapi mediumnya, dan penggunaan nama tokohnya.


Terdorong rasa penasaran, saya telusuri timeline dia, dan hasilnya membuat saya mengangkat sebelah alis. Ternyata tidak hanya soal diskas saya itu, she actually takes this thing personally. For some reasons that I can’t understand, she hates me. Ga cuma dia sih, ada dua temennya lagi yang juga benci sama saya.


Mereka bilang, begitu liat siapa yang bikin diskas, udah bikin ilfil duluan. Mereka bilang, mentang-mentang saya punya nama, saya lalu seenaknya sendiri. Mereka bilang, toh yang nge-reply diskas saya itu cuma teman-teman saya.


And I was like, huh?
Lalu saya ketawa.


Oh dear… I don’t even know you girls…

And you obviously don’t know me either.

Pertama, saya tidak pernah merasa sudah punya nama. Nama saya Utami Irawati. That’s it. Nama apa yang mereka maksud? Senioritas? Helloooo… Saya juga baru belajar menulis FF kok. Baru 6 bulan. Saya tidak pernah sama sekali merasa sebagai seorang senior. Dan saya bikin diskas itu bukan seenaknya sendiri. Saya sudah bilang di awal, tujuan saya cuma untuk share. Kalau perlu mencari solusi bersama-sama. Dan percayalah, saya sama sekali tidak menyebut nama siapapun di diskas itu. Untuk apa?


Yang saya tahu, mereka juga sama-sama nulis FF. Tulisan mereka juga bagus, but not just my cup of tea. Makanya saya gak pernah baca juga sampe tuntas. For the same reason why I choose Coelho instead of Picoult. Bagus, tapi bukan tipe yang saya suka. Mereka ga suka tulisan saya? Monggo :). Saya juga gak masalah. Saya tahu, selera setiap orang berbeda, dan sangat tidak mungkin saya berharap SEMUA orang menyukai tulisan saya. Dan ya sudah. Apa yang mau dipermasalahkan dari situ???

Saya merasa tidak pernah berkomunikasi dengan mereka secara langsung, jadi saya juga heran, what on earth are the reasons for them to hate me?


Kedua, yang membuat saya sedikit miris adalah cara mereka menanggapi saran dan kritikan. Langsung defensif gitu, tanpa berusaha melihat, apa pelajaran yang bisa diambil dari masukan itu. Girls, when will you learn to be better if you think that you don’t need critiques anymore?


Saya juga pernah dikritik. Dan saya selalu berusaha menghadapinya dengan tenang. Saya lihat, ada benernya ga kritik itu. Kalo iya, ya saya berusaha memperbaiki. Kalo enggak, ya saya anggap terpaan angin :). Pernah sih saya merasa down karena kritik. Tapi lebih karena itu datang dari orang yang saya anggap paling dekat dengan saya. Jadi saya langsung mengasosiasikannya dengan tidak adanya dukungan. Then I realized that I was wrong.


Saya lalu mikir, apa mereka benci sama saya karena melihat kalau saya komentar di FF orang saya suka ngasih saran dan terkesan sok tahu ya?
Hmmm… Saya juga milih-milih kaliiiii…

Gini lho, ada beberapa temen yang memang secara khusus bilang ke saya kalo mereka perlu masukan, kritik dan saran. Dan saya anggap itu karena mereka sama seperti saya, ingin terus belajar lewat berbagai masukan dari orang lain.

Dan mereka pun sering kali memberi saran dan kritik terhadap tulisan saya, which I really appreciate. Tyaa, Tash, Anin, Tri, dan temen-temen lain adalah teman-teman yang selalu open minded terhadap berbagai saran, dan komentar serta saran mereka terhadap tulisan saya juga selalu saya tunggu. Saya menganggap mereka adalah partner saya untuk sama-sama belajar menulis.


Lalu komentar mereka bahwa yang nge-reply diskas itu cuma teman-teman saya? Oh wow. At least I still have people around me called as friends ^_^.


Apa mereka menganggap saya sombong? Oh my… untuk apa saya sombong? Saya, seperti yang berkali-kali saya tekankan, saya sendiri masih harus banyak belajar.


Jadi sambil tersenyum sendiri, saya cuma menggeleng-gelengkan kepala sambil mikir, is this really the way you behave? Oh dear… La?bil…


Don’t take me wrong. I’m not angry. I don’t even hate them for hating me. What for? I don’t even know them personally.

Jadi ya, sekali lagi saya anggap mereka cuma selingan dalam kehidupan saya, yang selalu penuh warna.

So this is my message for them


Dear my haters. I have my style. I have my own reason. And I don’t expect you to understand it. From the way you behave, obviously my style is way beyond your comprehension.


Warmest,

The one that you hate, and still don’t care about it :)
= Ami =

Selasa, 14 September 2010

Maafin Saya Yak!

Yuhuuuuu! Akhirnya Lebaran jugaa… Dan kali ini kompakan ya, gak pemerintah, ga Muhammadiyah, lebarannya pada tanggal 10 semua. Ah, senangnyaaaa :D.

Saya tahu, saya suka nyolot dan berkomentar secara sarkastik.

Maap yaaa...

Saya tahu, kelakuan saya suka ajaib.

Maap yaaa…

Aku memang manusia biasaaaa… yang tak sempurna, dan kadang salaaaahhh… *Mas Yovie, saya pinjem lagunya*

And as I have always told people, I’m not white, not as pure as angel, so I know that there are so many mistakes that I might not even realize…

But I’m not black either. So let me say this, again, and again….

I DO APOLOGIZE FOR EVERYTHING.

All the stupid things that I said

All the stupid things that I did

All the stupid thoughts that crossed my mind

Selamat Lebaran semuanyaaaa :D


Jumat, 03 September 2010

Welcome, New Semester!

Akhirnya, tahun akademik baru udah mulai lagi. Dua hari yang lalu, begitu saya nyampe di kampus Banjarbaru, saya disambut dengan barisan mahasiswa berjas kuning. Yang cowok bercepak ria, yang cewek memakai pita.

Saya bengong sebentar, lalu ketawa sendiri.

Iya ya? Udah semester baru lagi ya?

Beuh, rasanya baru kemaren saya menjelaskan pengisian KRS ke mahasiswa 2009 yang perwalian ke saya, sekarang udah dapet mahasiswa baru lagi. How time flies…


Satu September, katanya perkuliahan resmi dimulai. Yang saya sambut dengan protes. Nanggung amaaaaat? Coba ya, kalo tanggal 10 udah Lebaran, kenapa sih gak diliburkan aja sekalian?


Dan seperti biasa, di Prodi Kimia, hari pertama semester diisi dengan perkenalan mahasiswa baru dengan para staf dosen. Termasuk saya, tentunya.

Garing.

Hehehe… I don’t know, saya cuma tidak merasa ada yang baru. Apalagi KaPS yang sekarang ya..gitu…


Dan seperti tahun lalu, pada saat giliran saya diperkenalkan, saya sudah mantap berdiri dong, dengan senyum dipentangkan selebar-lebarnya. Then it happened again. Ketua Prodi kami terdiam waktu hendak menyebutkan tempat dimana saya ngambil S2.

Haha.

Jadi terpaksa saya dengan senyum yang dibikin semanis mungkin, untuk mengelabui kekejaman saya sebagai seorang dosen, dalam satu tarikan nafas menyebutkan nama universitas dan jurusan yang saya ambil waktu S2 kemaren.


Yang rada beda untuk tahun akademik sekarang ini adalah, mulai tahun akademik ini PS Kimia mulai menerima mahasiswa untuk program alih jenjang. Jadi lulusan D3 yang mau ngambil S1 gitu. Nah, yang lucu adalah, banyak dari mahasiswa alih jenjang itu adalah teknisi dan karyawan di MIPA. Tentu saja, tiga serangkai Fahriza-Fahrina-K’Hasnah termasuk di antara mereka. Saya udah ngakak jaya aja ngeliat mereka waktu pada nyamperin ruangan dosen untuk perwalian. Fahriza udah kesel aja ngeliat saya ketawa-ketawa gitu.


OMG! Gak kebayang aja saya…jadi dosennya mereka!!

BHUAHAHAHAHA!!!

I mean, selama ini kan saya sama mereka cenderung ke arah temenan banget. Cuma K’Rina aja yang kadang-kadang manggil saya pake sebutan “Ibu”.

Lha, Fahriza? Dia mah gak pernah formil gitu ke saya. Malah kalo di lab, lebih sering dia yang ngomelin saya. Jiahahahaha XDD

Anyway, seperti yang sudah saya duga, Fahriza dinobatkan sebagai sekretaris angkatannya dia. Dan K’layla, jadi bendahara. Good choice. Secara memang K’Layla itu bendaharawan di MIPA kok :D.

Saya jadi inget waktu pertama kali jadi mahasiswa baru di Jogja dulu.

Kesepian, karena gak ada satupun yang berasal dari kota yang sama dengan saya. Afraid, for being a stranger. Bingung sendiri dengan istilah-istilah perkuliahan yang aneh itu.

But hey, akhirnya toh semuanya terjalani kan :D? Saya bertemu teman-teman baru, and some of them are still my bestfriends up until now ^_^.


So, welcome, new students :D!


Oh iya, satu lagi yang selalu berkaiotan dengan semester baru: PEMBAGIAN MATA KULIAH!


Hiks, tahun ini saya… bakalan pontang panting. Saya dapet jatah ngajar Kimia Dasar (PS Kimia-Biologi), Kimia Lingkungan, Kimia Tanah, dan Kimia Unsur. Plus Kimia Dasar untuk Faperta. Dan jangan lupa, ngajar di alih jenjang untuk Kimia Lingkungan, Kimia Unsur dan Kimia Tanah.

Beuh.

Udah… jeblosin aja saya ke sumur sekalian. Jeblosin daaaahhhhh!!!

Wish me luck for this semester :)

Selasa, 21 September 2010

Hello, Haters!

Ada suatu kalimat yang pernah diucapkan guru kursus saya di LIA dulu: “You can’t win everyone. Face it…”. Dan entah kenapa, semakin lama saya semakin menyadari kebenaran kalimat itu.

Tak peduli sebaik apapun kita berusaha to be a nice person, tetap akan ada orang yang ga suka sama kita. Sebaik apapun niat kita, tetap tidak menutup kemungkinan ada yang salah menanggapi.

Like what happened to me a few days ago.


Awalnya adalah ketika saya iseng membaca salah satu FF. It’s a short story. Nah, si penulis sudah menyebutkan bahwa cerpen itu menurut dia ‘frontal’. Setelah saya baca, baru setengah saya sudahberhenti membaca. Nope, bukan masalah deskripsinya yang frontal. Temanya mungkin agak ‘frontal’ kali yee… Tentang sex before marriage gitu.

Seandainya… seandainya lho ya… cerpen yang saya baca itu adalah cerpen biasa, bukan FF, mungkin ga akan jadi masalah. The problem is, it’s a fanfiction. Cerita fiksi yang menggunakan nama orang-orang yang non fiktif. Walaupun ceritanya sendiri fiktif.

Nah, disinilah saya mulai merasa gak sreg, karena nama tokoh yang dipakai disitu adalah anak-anak yang masih berusia pra-remaja / remaja. Disitu saja saya sudah merasa ga enak. Karena menurut saya menulis FF itu punya tanggung jawab moril yang lebih besar. Saya ingat, dulu pernah ada forum diskas soal ada anak IC yang gak mau namanya dipakai untuk FF. waktu itu saya termasuk gencar berkomentar, karena menurut pendapat saya, selama jalan ceritanya masih wajar, karakternya, meskipun antagonis, masih ‘normal’, it shouldn’t be a problem. Lagipula banyak anak IC lainnya yang tidak keberatan kok. Nah, tapi kalo di cerita itu, saya kok merasa mulai over the line ya? I mean, disitu karakter mereka adalah cowok berandalan yang suka nidurin cewek. Geez…


Masalah kedua adalah medianya. Fansite tempat cerita itu dimuat, membernya ada juga yang masih SD, yang menurut saya kok ya belum antas membaca cerita semacam itu.


Saya mulai mikir, ini apa saya aja yang sensitif, atau gimanaaa… Lewat twit, sepertinya ada beberapa yang berpendapat sama dengan saya. Lalu saya pikir, ya udah, kenapa ga dibuka diskas aja soal itu?


Jadi begitulah. Saya posting sebuah topik diskusi baru tentang itu. Tentang apakah beberapa tema yang termasuk kontroversial atau ‘frontal’, masih wajar atau tidak untuk dimasukkan dalam fansite itu. Saya tidak punya maksud apapun, selain pengen share pendapat. Siapa tahu memang saya aja yang sensitif ;p…

Melihat respon yang masuk, ternyata cukup banyak juga yang ternyata sependapat dengan saya. Bahwa tema semacam itu kurang pantas untuk dimuat di fansite.

TAAAPIIIII…


Ada beberapa pihak yang merasa tersindir. Bukan cuma tersindir sih kekna, tapi TERSINGGUNG. Komentar dia di diskas itu sih masih pake embel-embel ‘salam damai’. Walaupun dia sudah mengetik beberapa kalimat dengan caps lock menyala. Tapi di fansite dia ber’damai-damai’ gitu, di Twit dong, nge twitnya langsung pake CAPS nyala. Emosi banget dia. Saya sampai geleng-geleng kepala. Mau nanggepin juga males…


Menurut dia, dia cuma gak mau muna, toh anak jaman sekarang pacarannya gayanya udah frontal. Terus emang apa yang salah dengan tema kontroversial semacam itu. And all of those self-defences.


Oh dear, she didn’t get the idea of my discussion. Bukan temanya yang saya permasalahkan. Tapi mediumnya, dan penggunaan nama tokohnya.


Terdorong rasa penasaran, saya telusuri timeline dia, dan hasilnya membuat saya mengangkat sebelah alis. Ternyata tidak hanya soal diskas saya itu, she actually takes this thing personally. For some reasons that I can’t understand, she hates me. Ga cuma dia sih, ada dua temennya lagi yang juga benci sama saya.


Mereka bilang, begitu liat siapa yang bikin diskas, udah bikin ilfil duluan. Mereka bilang, mentang-mentang saya punya nama, saya lalu seenaknya sendiri. Mereka bilang, toh yang nge-reply diskas saya itu cuma teman-teman saya.


And I was like, huh?
Lalu saya ketawa.


Oh dear… I don’t even know you girls…

And you obviously don’t know me either.

Pertama, saya tidak pernah merasa sudah punya nama. Nama saya Utami Irawati. That’s it. Nama apa yang mereka maksud? Senioritas? Helloooo… Saya juga baru belajar menulis FF kok. Baru 6 bulan. Saya tidak pernah sama sekali merasa sebagai seorang senior. Dan saya bikin diskas itu bukan seenaknya sendiri. Saya sudah bilang di awal, tujuan saya cuma untuk share. Kalau perlu mencari solusi bersama-sama. Dan percayalah, saya sama sekali tidak menyebut nama siapapun di diskas itu. Untuk apa?


Yang saya tahu, mereka juga sama-sama nulis FF. Tulisan mereka juga bagus, but not just my cup of tea. Makanya saya gak pernah baca juga sampe tuntas. For the same reason why I choose Coelho instead of Picoult. Bagus, tapi bukan tipe yang saya suka. Mereka ga suka tulisan saya? Monggo :). Saya juga gak masalah. Saya tahu, selera setiap orang berbeda, dan sangat tidak mungkin saya berharap SEMUA orang menyukai tulisan saya. Dan ya sudah. Apa yang mau dipermasalahkan dari situ???

Saya merasa tidak pernah berkomunikasi dengan mereka secara langsung, jadi saya juga heran, what on earth are the reasons for them to hate me?


Kedua, yang membuat saya sedikit miris adalah cara mereka menanggapi saran dan kritikan. Langsung defensif gitu, tanpa berusaha melihat, apa pelajaran yang bisa diambil dari masukan itu. Girls, when will you learn to be better if you think that you don’t need critiques anymore?


Saya juga pernah dikritik. Dan saya selalu berusaha menghadapinya dengan tenang. Saya lihat, ada benernya ga kritik itu. Kalo iya, ya saya berusaha memperbaiki. Kalo enggak, ya saya anggap terpaan angin :). Pernah sih saya merasa down karena kritik. Tapi lebih karena itu datang dari orang yang saya anggap paling dekat dengan saya. Jadi saya langsung mengasosiasikannya dengan tidak adanya dukungan. Then I realized that I was wrong.


Saya lalu mikir, apa mereka benci sama saya karena melihat kalau saya komentar di FF orang saya suka ngasih saran dan terkesan sok tahu ya?
Hmmm… Saya juga milih-milih kaliiiii…

Gini lho, ada beberapa temen yang memang secara khusus bilang ke saya kalo mereka perlu masukan, kritik dan saran. Dan saya anggap itu karena mereka sama seperti saya, ingin terus belajar lewat berbagai masukan dari orang lain.

Dan mereka pun sering kali memberi saran dan kritik terhadap tulisan saya, which I really appreciate. Tyaa, Tash, Anin, Tri, dan temen-temen lain adalah teman-teman yang selalu open minded terhadap berbagai saran, dan komentar serta saran mereka terhadap tulisan saya juga selalu saya tunggu. Saya menganggap mereka adalah partner saya untuk sama-sama belajar menulis.


Lalu komentar mereka bahwa yang nge-reply diskas itu cuma teman-teman saya? Oh wow. At least I still have people around me called as friends ^_^.


Apa mereka menganggap saya sombong? Oh my… untuk apa saya sombong? Saya, seperti yang berkali-kali saya tekankan, saya sendiri masih harus banyak belajar.


Jadi sambil tersenyum sendiri, saya cuma menggeleng-gelengkan kepala sambil mikir, is this really the way you behave? Oh dear… La?bil…


Don’t take me wrong. I’m not angry. I don’t even hate them for hating me. What for? I don’t even know them personally.

Jadi ya, sekali lagi saya anggap mereka cuma selingan dalam kehidupan saya, yang selalu penuh warna.

So this is my message for them


Dear my haters. I have my style. I have my own reason. And I don’t expect you to understand it. From the way you behave, obviously my style is way beyond your comprehension.


Warmest,

The one that you hate, and still don’t care about it :)
= Ami =

Selasa, 14 September 2010

Maafin Saya Yak!

Yuhuuuuu! Akhirnya Lebaran jugaa… Dan kali ini kompakan ya, gak pemerintah, ga Muhammadiyah, lebarannya pada tanggal 10 semua. Ah, senangnyaaaa :D.

Saya tahu, saya suka nyolot dan berkomentar secara sarkastik.

Maap yaaa...

Saya tahu, kelakuan saya suka ajaib.

Maap yaaa…

Aku memang manusia biasaaaa… yang tak sempurna, dan kadang salaaaahhh… *Mas Yovie, saya pinjem lagunya*

And as I have always told people, I’m not white, not as pure as angel, so I know that there are so many mistakes that I might not even realize…

But I’m not black either. So let me say this, again, and again….

I DO APOLOGIZE FOR EVERYTHING.

All the stupid things that I said

All the stupid things that I did

All the stupid thoughts that crossed my mind

Selamat Lebaran semuanyaaaa :D


Jumat, 03 September 2010

Welcome, New Semester!

Akhirnya, tahun akademik baru udah mulai lagi. Dua hari yang lalu, begitu saya nyampe di kampus Banjarbaru, saya disambut dengan barisan mahasiswa berjas kuning. Yang cowok bercepak ria, yang cewek memakai pita.

Saya bengong sebentar, lalu ketawa sendiri.

Iya ya? Udah semester baru lagi ya?

Beuh, rasanya baru kemaren saya menjelaskan pengisian KRS ke mahasiswa 2009 yang perwalian ke saya, sekarang udah dapet mahasiswa baru lagi. How time flies…


Satu September, katanya perkuliahan resmi dimulai. Yang saya sambut dengan protes. Nanggung amaaaaat? Coba ya, kalo tanggal 10 udah Lebaran, kenapa sih gak diliburkan aja sekalian?


Dan seperti biasa, di Prodi Kimia, hari pertama semester diisi dengan perkenalan mahasiswa baru dengan para staf dosen. Termasuk saya, tentunya.

Garing.

Hehehe… I don’t know, saya cuma tidak merasa ada yang baru. Apalagi KaPS yang sekarang ya..gitu…


Dan seperti tahun lalu, pada saat giliran saya diperkenalkan, saya sudah mantap berdiri dong, dengan senyum dipentangkan selebar-lebarnya. Then it happened again. Ketua Prodi kami terdiam waktu hendak menyebutkan tempat dimana saya ngambil S2.

Haha.

Jadi terpaksa saya dengan senyum yang dibikin semanis mungkin, untuk mengelabui kekejaman saya sebagai seorang dosen, dalam satu tarikan nafas menyebutkan nama universitas dan jurusan yang saya ambil waktu S2 kemaren.


Yang rada beda untuk tahun akademik sekarang ini adalah, mulai tahun akademik ini PS Kimia mulai menerima mahasiswa untuk program alih jenjang. Jadi lulusan D3 yang mau ngambil S1 gitu. Nah, yang lucu adalah, banyak dari mahasiswa alih jenjang itu adalah teknisi dan karyawan di MIPA. Tentu saja, tiga serangkai Fahriza-Fahrina-K’Hasnah termasuk di antara mereka. Saya udah ngakak jaya aja ngeliat mereka waktu pada nyamperin ruangan dosen untuk perwalian. Fahriza udah kesel aja ngeliat saya ketawa-ketawa gitu.


OMG! Gak kebayang aja saya…jadi dosennya mereka!!

BHUAHAHAHAHA!!!

I mean, selama ini kan saya sama mereka cenderung ke arah temenan banget. Cuma K’Rina aja yang kadang-kadang manggil saya pake sebutan “Ibu”.

Lha, Fahriza? Dia mah gak pernah formil gitu ke saya. Malah kalo di lab, lebih sering dia yang ngomelin saya. Jiahahahaha XDD

Anyway, seperti yang sudah saya duga, Fahriza dinobatkan sebagai sekretaris angkatannya dia. Dan K’layla, jadi bendahara. Good choice. Secara memang K’Layla itu bendaharawan di MIPA kok :D.

Saya jadi inget waktu pertama kali jadi mahasiswa baru di Jogja dulu.

Kesepian, karena gak ada satupun yang berasal dari kota yang sama dengan saya. Afraid, for being a stranger. Bingung sendiri dengan istilah-istilah perkuliahan yang aneh itu.

But hey, akhirnya toh semuanya terjalani kan :D? Saya bertemu teman-teman baru, and some of them are still my bestfriends up until now ^_^.


So, welcome, new students :D!


Oh iya, satu lagi yang selalu berkaiotan dengan semester baru: PEMBAGIAN MATA KULIAH!


Hiks, tahun ini saya… bakalan pontang panting. Saya dapet jatah ngajar Kimia Dasar (PS Kimia-Biologi), Kimia Lingkungan, Kimia Tanah, dan Kimia Unsur. Plus Kimia Dasar untuk Faperta. Dan jangan lupa, ngajar di alih jenjang untuk Kimia Lingkungan, Kimia Unsur dan Kimia Tanah.

Beuh.

Udah… jeblosin aja saya ke sumur sekalian. Jeblosin daaaahhhhh!!!

Wish me luck for this semester :)