Minggu, 21 Maret 2010

Another Confession

Saya jadi merasa ragu menyebut diri saya sebagai seorang blogger. Lihat saja frekuensi apdet saya di bulan ini. Beuh.

Oke, sebelumnya saya pernah bikin suatu pengakuan yang bisa diliat disini.

Sekarang saya mau bikin pengakuan lagi. Bukan pengakuan dosa, tapi pengakuan atas suatu hal yang tentu saja, merupakan bahan dasar bagi adek saya untuk melontarkan celaan-celaan cerdas dan sarkastiknya.

Siap? Music, please…




Jadi gini, pada postingan yang pas banget sebelum ini, saya udah bilang kan kalo lagi ngefans sama dua anak manis ini?

Iya, Rio dan Ozy. Kalo ada yang ga pernah ngikutin IC, Rio yang mukanya keliatan cuma dikit,*tapi serius, aslinya mah anak ini ganteng abis*. Ozy yang posisi kepalanya ngejendol paling gede.

Nah, selanjutnya, ternyata, saya akhirnya memutuskan untuk bergabung dalam forum ini. Yap. Betul. Websitenya para penggemar Idola Cilik, mulai dari IC1 sampe IC3 sekarang ini. Saya aja sampe sekarang masih berasa geli-geli gimana kalo nyadar bahwa saya punya akun di situs ini.

Apakah pengakuannya sampe situ aja? Cuma sampe soal saya bergabung dalam forum itu aja? Enggak, Masih ada sambungannya. Tapi sebelumnya, mari saya ceritakan terlebih dahulu salah satu sisi dari saya yang menjadi dasar dari lanjutan pengakuan saya.

Saya kalo lagi suka sama sesuatu, bisa diseriusin banget. Sampe dibawa ke hati. Semenjak beberapa dekade yang lalu *padahal saya hidup baru hampir mencapai 3 dekade :D* kalo saya lagi ngefans sama seseorang, suatu grup, atau sesuatu, saya jadi suka berkhayal. Dan khayalan saya berasa kayak sinetron. Saya bukan cuma sekedar berkhayal, tapi menyusun cerita dengan saya sebagai pemeran utama, dan orang yang saya idolakan tersebut sebagai pemeran utama juga. Dan ceritanya bener-bener saya susun rapi, meskipun hanya dalam pikiran saya. Termasuk berbagai dialog yang diucapkan. Setting tempat. Musik latar belakang. Sampai ke pakaian yang dikenakan orang-orang yang berperan dalam khayalan saya. Biasanya saya menghabiskan waktu antara setengah sampai satu jam *tergantung seberapa mengantuknya saya* di atas tempat tidur untuk menjalin cerita khayalan itu dalam benak saya. Sampai sekarang.

Balik lagi ke soal Forum Idola Cilik tadi.

Saya jadi tertarik melihat dalam forum ini ada ruang khusus bagi member yang ingin mengarang cerita dengan anak-anak peserta ICIL sebagai pemeran utamanya. Bermula dari membaca-baca cerita yang ada. Sebagiam besar memang ditulis dengan gaya yang sungguh ABG sangat, sampai-samapi saya pusing sendiri membaca ejaannya. Tapi ada beberapa cerita yang memang bagus. Serius. Saya lalu mikir, kenapa tidak saya coba?

Maka saya mendaftar menjadi member. Dan mulai mengetik sebuah cerita. Bukan cerpen, karena cerita ini berkembang menjadi panjang.

Tiga malam yang lalu, saya mencoba mengklik ikon “Add A Discussion” di forum itu. Meng-copy-paste huruf-huruf yang ada di file saya. Menarik nafas berkali-kali.

Saya belum pernah menuliskan berbagai sinetron khayalan saya itu secara nyata. Apalagi mempublikasikannya. Di ranah maya pula, dimana siapapun tanpa batas dapat membacanya. Maka saya merasa sangat gugup. Bodoh memang. Tapi saya memang tidak percaya diri. Bagaimana kalau orang-orang tidak suka? Lebih parah lagi, bagaimana kalau tidak ada yang tertarik untuk membacanya?

Tapi toh, posting yang merupakan episode pertama dari cerita saya itu akhirnya muncul juga.

Saya menunggu. Besok paginya tiga komentar masuk. Mendorong saya memposting lanjutannya. Yang saya lakukan dengan senang hati.

Saya jadi tidak bisa berhenti menulis. Berbagai adegan bermunculan di benak saya, menunggu untuk dinarasikan lewat kata. Jika tiga hari yang lalu file pertama saya panjangnya hanya 3 halaman, sekarang saya sudah mencapai 30 halaman. Spasi tunggal. Dan sampai sekarang, cerita itu masih terus berlanjut di kepala saya. Berbagai konflik, dialog, pilihan kata. Tapi entah kenapa, endingnya masih tak terbayang. Saya tak peduli, saya hanya ingin terus menulis. Saya merasa seperti sedang menyutradarai sebuah sinetron. Sinetron yang terasa begitu nyata, karena wajah para anak-anak idola cilik itu terasa riil *gimana ga nyata, mereka memang nyata kok :D*. Dan maaph ya, wahai Alyssa Soebandono, Naysilla Mirdad, dan teman-teman, adek-adek Idola Cilik ini terasa jauh lebih menyenangkan untuk dijadikan tokoh sinetron dibanding anda anda semua.

Saat saya menulis ini posting saya sudah mencapai bagian kesembilan. Saya mungkin tidak akan berani untuk terus memposting cerita saya, jika tidak membaca komentar positif yang masuk. Salah seorang member meminta izin mengkopas cerita saya untuk dia tulis di fesbuk. Dia melaporkan betapa teman-temannya menyukai cerita itu dan terus menagih lanjutannya.

Saya bahagia. Bahagia sekali. Ekstasi yang sama dengan yang saya rasakan saat melihat mahasiswa saya manggut-manggut dengan wajah cerah jika saya selesai memaparkan suatu materi.

Siang ini, dengan noraknya, saya tertawa girang membaca salah satu diskusi di forum itu. Dalam diskusi itu, para member membahas mengenai cerita mana yang menjadi favorit mereka.

Dan betapa bangganya saya melihat salah seorang member menuliskan judul cerita saya sebagai favoritnya, dan berkata bahwa dia tak sabar menunggu kelanjutannya.





Saya jadi ragu, ini sebenernya hitungannya suatu pengakuan bukan sih? Karena setelah saya pikir-pikir lagi, toh, yang saya lakukan adalah sesuatu yang sama sekali tidak merugikan siapapun.

Tapi paling tidak posting ini membuat saya semakin menyadari sesuatu: saya memang suka menulis.

PS: See if you can find my story in the website ^_^

PS (lagi): Untuk dua adek kecil ini, Ozy dan Acha, terima kasih sudah menjadi inspirasi bagi saya

*Duh, ni anak berdua memang ngegemesin banget yaaa...*



Minggu, 14 Maret 2010

Dalam Dilema Idola Cilik 3

Soal tontonan di TV, saya relatif konsisten. Entah karena memang saya tipe orang yang konsisten, atau memang acara di TV kita polanya ya gitu-gitu aja. Dan salah satu kekonsistenan saya adalah dalam hal menjadi penonton setia Idola Cilik, yang sekarang udah sampai di Season 3, sehingga berjudul Idola Cilik 3. Sekian puluh persen dari alasan saya, tentu saja, adalah manusia paling cakep seIndonesia Raya yang satu ini.

Iya. Duta, vokalisnya Sheila On 7, si cowok beranak 2 yang suka garing sendiri. Inget video klip SO7 yang Pejantan Tangguh? Coba deh ya, berapa banyak orang selain Duta yang tetep keliatan manis walopun digambarkan mukanya berantakan habis digamparin orang? Keanu Reeves doang deh kayaknya.

Oke, sebelum saya menghabiskan 1500 kata untuk membahas Duta, let’s go to the fact soal saya dan Idola Cilik 3. Semenjak awal, saya udah punya jagoan: Rio. Semenjak liat dia pas audisi di Manado dimana dia nyanyi I’m Yours sambil maen gitar, saya berasa menemukan belahan jiwa saya yang hilang sekian lama. Dan dia memang sungguh berpenampilan sebagai seorang Grand Finalist sejati. Liat aja penampilan dia waktu nyanyi I’m Yours (lagi) di Pentas Idola Cilik.


Nah, beberapa minggu terakhir ini, ada satu lagi finalis yang mencuri hati saya *mind the language, sekali saya lagi pengen garing, I can do it so damn good*. Si anak Makassar dengan cengkok Melayu ini… OZY! Pertama, cengkok Melayunya langsung bikin dia beda aja dari finalis yang lain. Lagu-lagunya ST12 dia babat abis. Dan cengkok Melayunya ini jadi bikin Om Duta keliatan ga jelas. Kalo cengkoknya lagi muncul, kata Om Duta terlalu Melayu. Pas cengkok andalan itu absen, eh, Om Duta juga protes. Sebagai contoh, bandingkan saja antara waktu Ozy nyanyi lagunya ST12 yang Saat Kau Jauh *tentu saja bernuansa melayu*, sama waktu Ozy nyanyi lagunya Nidji, Biarlah *definetely tidak beraroma Melayu*

Episode demi episode, saya semakin jatuh cinta *See? I’ve told you, sekali pengen berbahasa secara garing jaya, saya bakal garing abis*. Karena dia selalu tersenyum. Manis pula senyumnya. This kid got manner. Tambah saya perhatiin, eh, makin suka aja. Kayaknya anak ini kalo nyanyi di panggung, menikmati banget. Dan matanya seakan berbicara. Lagu yang dia bawakan sampe banget di hati saya. Oh my God, I’m talking about a kid that’s not even 12 years old yet! I start to sound like a phaedophilia or something.

Masih dalam rangka memuji Ozy, koreonya juga jagoan. Walopun sebenernya saya suka rada ilpil suripil kalo koreonya Ozy lagi dilengkapi dengan goyang pinggul yang agak lebay bajay. Tapi teteup… begitu melihat senyuman Ozy dan tatapan matanya yang menyentuh hati dan kalbu saya, saya merasa menemukan belahan jiwa saya yang hilang sekian lama. Ngomong-ngomong, melihat frekuensi saya menemukan belahan jiwa, sepertinya jiwa saya bukan cuma terbelah dua, melainkan pecah berkeping-keping dan berhamburan di penjuru dunia, if you get what I mean.

Jadi, kebayang dong betapa cerah cerianya saya melihat bahwa Rio dan Ozy masuk LIMA besar Idola Cilik 3??? Jadi bingung nih, vote siapa ya?

Minggu, 21 Maret 2010

Another Confession

Saya jadi merasa ragu menyebut diri saya sebagai seorang blogger. Lihat saja frekuensi apdet saya di bulan ini. Beuh.

Oke, sebelumnya saya pernah bikin suatu pengakuan yang bisa diliat disini.

Sekarang saya mau bikin pengakuan lagi. Bukan pengakuan dosa, tapi pengakuan atas suatu hal yang tentu saja, merupakan bahan dasar bagi adek saya untuk melontarkan celaan-celaan cerdas dan sarkastiknya.

Siap? Music, please…




Jadi gini, pada postingan yang pas banget sebelum ini, saya udah bilang kan kalo lagi ngefans sama dua anak manis ini?

Iya, Rio dan Ozy. Kalo ada yang ga pernah ngikutin IC, Rio yang mukanya keliatan cuma dikit,*tapi serius, aslinya mah anak ini ganteng abis*. Ozy yang posisi kepalanya ngejendol paling gede.

Nah, selanjutnya, ternyata, saya akhirnya memutuskan untuk bergabung dalam forum ini. Yap. Betul. Websitenya para penggemar Idola Cilik, mulai dari IC1 sampe IC3 sekarang ini. Saya aja sampe sekarang masih berasa geli-geli gimana kalo nyadar bahwa saya punya akun di situs ini.

Apakah pengakuannya sampe situ aja? Cuma sampe soal saya bergabung dalam forum itu aja? Enggak, Masih ada sambungannya. Tapi sebelumnya, mari saya ceritakan terlebih dahulu salah satu sisi dari saya yang menjadi dasar dari lanjutan pengakuan saya.

Saya kalo lagi suka sama sesuatu, bisa diseriusin banget. Sampe dibawa ke hati. Semenjak beberapa dekade yang lalu *padahal saya hidup baru hampir mencapai 3 dekade :D* kalo saya lagi ngefans sama seseorang, suatu grup, atau sesuatu, saya jadi suka berkhayal. Dan khayalan saya berasa kayak sinetron. Saya bukan cuma sekedar berkhayal, tapi menyusun cerita dengan saya sebagai pemeran utama, dan orang yang saya idolakan tersebut sebagai pemeran utama juga. Dan ceritanya bener-bener saya susun rapi, meskipun hanya dalam pikiran saya. Termasuk berbagai dialog yang diucapkan. Setting tempat. Musik latar belakang. Sampai ke pakaian yang dikenakan orang-orang yang berperan dalam khayalan saya. Biasanya saya menghabiskan waktu antara setengah sampai satu jam *tergantung seberapa mengantuknya saya* di atas tempat tidur untuk menjalin cerita khayalan itu dalam benak saya. Sampai sekarang.

Balik lagi ke soal Forum Idola Cilik tadi.

Saya jadi tertarik melihat dalam forum ini ada ruang khusus bagi member yang ingin mengarang cerita dengan anak-anak peserta ICIL sebagai pemeran utamanya. Bermula dari membaca-baca cerita yang ada. Sebagiam besar memang ditulis dengan gaya yang sungguh ABG sangat, sampai-samapi saya pusing sendiri membaca ejaannya. Tapi ada beberapa cerita yang memang bagus. Serius. Saya lalu mikir, kenapa tidak saya coba?

Maka saya mendaftar menjadi member. Dan mulai mengetik sebuah cerita. Bukan cerpen, karena cerita ini berkembang menjadi panjang.

Tiga malam yang lalu, saya mencoba mengklik ikon “Add A Discussion” di forum itu. Meng-copy-paste huruf-huruf yang ada di file saya. Menarik nafas berkali-kali.

Saya belum pernah menuliskan berbagai sinetron khayalan saya itu secara nyata. Apalagi mempublikasikannya. Di ranah maya pula, dimana siapapun tanpa batas dapat membacanya. Maka saya merasa sangat gugup. Bodoh memang. Tapi saya memang tidak percaya diri. Bagaimana kalau orang-orang tidak suka? Lebih parah lagi, bagaimana kalau tidak ada yang tertarik untuk membacanya?

Tapi toh, posting yang merupakan episode pertama dari cerita saya itu akhirnya muncul juga.

Saya menunggu. Besok paginya tiga komentar masuk. Mendorong saya memposting lanjutannya. Yang saya lakukan dengan senang hati.

Saya jadi tidak bisa berhenti menulis. Berbagai adegan bermunculan di benak saya, menunggu untuk dinarasikan lewat kata. Jika tiga hari yang lalu file pertama saya panjangnya hanya 3 halaman, sekarang saya sudah mencapai 30 halaman. Spasi tunggal. Dan sampai sekarang, cerita itu masih terus berlanjut di kepala saya. Berbagai konflik, dialog, pilihan kata. Tapi entah kenapa, endingnya masih tak terbayang. Saya tak peduli, saya hanya ingin terus menulis. Saya merasa seperti sedang menyutradarai sebuah sinetron. Sinetron yang terasa begitu nyata, karena wajah para anak-anak idola cilik itu terasa riil *gimana ga nyata, mereka memang nyata kok :D*. Dan maaph ya, wahai Alyssa Soebandono, Naysilla Mirdad, dan teman-teman, adek-adek Idola Cilik ini terasa jauh lebih menyenangkan untuk dijadikan tokoh sinetron dibanding anda anda semua.

Saat saya menulis ini posting saya sudah mencapai bagian kesembilan. Saya mungkin tidak akan berani untuk terus memposting cerita saya, jika tidak membaca komentar positif yang masuk. Salah seorang member meminta izin mengkopas cerita saya untuk dia tulis di fesbuk. Dia melaporkan betapa teman-temannya menyukai cerita itu dan terus menagih lanjutannya.

Saya bahagia. Bahagia sekali. Ekstasi yang sama dengan yang saya rasakan saat melihat mahasiswa saya manggut-manggut dengan wajah cerah jika saya selesai memaparkan suatu materi.

Siang ini, dengan noraknya, saya tertawa girang membaca salah satu diskusi di forum itu. Dalam diskusi itu, para member membahas mengenai cerita mana yang menjadi favorit mereka.

Dan betapa bangganya saya melihat salah seorang member menuliskan judul cerita saya sebagai favoritnya, dan berkata bahwa dia tak sabar menunggu kelanjutannya.





Saya jadi ragu, ini sebenernya hitungannya suatu pengakuan bukan sih? Karena setelah saya pikir-pikir lagi, toh, yang saya lakukan adalah sesuatu yang sama sekali tidak merugikan siapapun.

Tapi paling tidak posting ini membuat saya semakin menyadari sesuatu: saya memang suka menulis.

PS: See if you can find my story in the website ^_^

PS (lagi): Untuk dua adek kecil ini, Ozy dan Acha, terima kasih sudah menjadi inspirasi bagi saya

*Duh, ni anak berdua memang ngegemesin banget yaaa...*



Minggu, 14 Maret 2010

Dalam Dilema Idola Cilik 3

Soal tontonan di TV, saya relatif konsisten. Entah karena memang saya tipe orang yang konsisten, atau memang acara di TV kita polanya ya gitu-gitu aja. Dan salah satu kekonsistenan saya adalah dalam hal menjadi penonton setia Idola Cilik, yang sekarang udah sampai di Season 3, sehingga berjudul Idola Cilik 3. Sekian puluh persen dari alasan saya, tentu saja, adalah manusia paling cakep seIndonesia Raya yang satu ini.

Iya. Duta, vokalisnya Sheila On 7, si cowok beranak 2 yang suka garing sendiri. Inget video klip SO7 yang Pejantan Tangguh? Coba deh ya, berapa banyak orang selain Duta yang tetep keliatan manis walopun digambarkan mukanya berantakan habis digamparin orang? Keanu Reeves doang deh kayaknya.

Oke, sebelum saya menghabiskan 1500 kata untuk membahas Duta, let’s go to the fact soal saya dan Idola Cilik 3. Semenjak awal, saya udah punya jagoan: Rio. Semenjak liat dia pas audisi di Manado dimana dia nyanyi I’m Yours sambil maen gitar, saya berasa menemukan belahan jiwa saya yang hilang sekian lama. Dan dia memang sungguh berpenampilan sebagai seorang Grand Finalist sejati. Liat aja penampilan dia waktu nyanyi I’m Yours (lagi) di Pentas Idola Cilik.


Nah, beberapa minggu terakhir ini, ada satu lagi finalis yang mencuri hati saya *mind the language, sekali saya lagi pengen garing, I can do it so damn good*. Si anak Makassar dengan cengkok Melayu ini… OZY! Pertama, cengkok Melayunya langsung bikin dia beda aja dari finalis yang lain. Lagu-lagunya ST12 dia babat abis. Dan cengkok Melayunya ini jadi bikin Om Duta keliatan ga jelas. Kalo cengkoknya lagi muncul, kata Om Duta terlalu Melayu. Pas cengkok andalan itu absen, eh, Om Duta juga protes. Sebagai contoh, bandingkan saja antara waktu Ozy nyanyi lagunya ST12 yang Saat Kau Jauh *tentu saja bernuansa melayu*, sama waktu Ozy nyanyi lagunya Nidji, Biarlah *definetely tidak beraroma Melayu*

Episode demi episode, saya semakin jatuh cinta *See? I’ve told you, sekali pengen berbahasa secara garing jaya, saya bakal garing abis*. Karena dia selalu tersenyum. Manis pula senyumnya. This kid got manner. Tambah saya perhatiin, eh, makin suka aja. Kayaknya anak ini kalo nyanyi di panggung, menikmati banget. Dan matanya seakan berbicara. Lagu yang dia bawakan sampe banget di hati saya. Oh my God, I’m talking about a kid that’s not even 12 years old yet! I start to sound like a phaedophilia or something.

Masih dalam rangka memuji Ozy, koreonya juga jagoan. Walopun sebenernya saya suka rada ilpil suripil kalo koreonya Ozy lagi dilengkapi dengan goyang pinggul yang agak lebay bajay. Tapi teteup… begitu melihat senyuman Ozy dan tatapan matanya yang menyentuh hati dan kalbu saya, saya merasa menemukan belahan jiwa saya yang hilang sekian lama. Ngomong-ngomong, melihat frekuensi saya menemukan belahan jiwa, sepertinya jiwa saya bukan cuma terbelah dua, melainkan pecah berkeping-keping dan berhamburan di penjuru dunia, if you get what I mean.

Jadi, kebayang dong betapa cerah cerianya saya melihat bahwa Rio dan Ozy masuk LIMA besar Idola Cilik 3??? Jadi bingung nih, vote siapa ya?