Minggu, 25 April 2010

Akhir IC3 dan Semua Yang Dihadirkannya

Akhirnya dengan Rapor Grand Final IC3 kemaren malem, rangkaian Idola Cilik 3 beres juga. Sedih sih, Sabtu-Minggu saya kembali garing. Ga ada tontonan.
Eniwei, selamat kepada Lintar yang berhasil menjadi juara.


Tapi maaf, bagi saya juaranya tetap saja anak ini, yang senyum dan tatapan matanya membuat hati saya melayang.RIO!!!


Ah, sebenernya sih dengan berbagai alasan, saya udah ga kaget pas tau bahwa yang menang adalah Lintar, dan bukan Rio. Sebenernya rada ga rela sih, I mean, cari deh di YouTube, rekaman waktu Rio duet sama Once pas nyanyi Dealova. Now that, was SPECTACULAR!!! Sementara waktu Lintar duet sama Rio Febrian, yang ada malah Lintar kebantai.


Jadi saya ga mau ngebahas soal siapa yang menang di IC3. Bagi saya pemenangnya adalah Ozy dan Rio. Oh, oke, sama Om Duta.


Sebenernya, bagi saya IC3 bukan cuma sekedar acara TV. Seperti yang sudah saya bilang, berkat IC3 inilah saya jadi punya proyek pribadi yang sudah pernah saya posting di sini dan di sini.


Dan satu lagi yang menyenangkan, saya jadi punya banyaaak teman-teman baru. Dan yang agak, ehm.. sedikit lebay, saya… jadi punya fans.

NGEEEEK NGOOOOOK…

Gara-gara JADOJC dan ILYILYN itu, si Alda dengan polosnya membuatkan sebuah grup di Facebook yang bernama: AMI LOVERS. Saya tidak tau mesti memeluk anak itu dengan penuh rasa bangga, atau nyebur ke Samudra Pasifik aja saking malunya. Udah gitu, membernya dong udah 100an orang.


Tuhankuuuuu…


Oke, lanjut dari soal grup Ami Lovers itu, satu lagi efek dari IC3 adalah, semakin akrabnya saya dengan Twitter. Ternyata, SERU!!


Hahahah… Saya mulai merasa betapa serunya Twitteran ini waktu nonton GF kemaren. Asli, itu timelinenya rame banget, saut-sautan. Dikit-dikit, RETWEEEETTT!! Apalagi kalo bagian Rio muncul. Atau Ozy. Atau Om Duta. Saya yang sebenernya cuma duduk sendirian di depan TV berasa lagi nonton rame-rame. Dengan adek-adek saya yang baru, yang sukses banget bikin saya cengar-cengir membaca kicauan mereka.

Apalagi waktu Rapor GF kemaren. Nah, salah satu segmen yang paling saya tunggu-tunggu adalah segmen dimana Rio (AAAA!!!) bakal nyanyi dengan diiringi Ify yang maen piano. Oh my God oh my God oh my God!!! Secara ni ya, di ILYILYN kan salah satu pasangan yang saya jadikan fokus adalah Rio dan Ify.

Timeline saya menjelang penampilan mereka pun isinya mulai senada. Ga sabar menunggu pasangan itu.

Waktu mereka tampil, YA AMPUUUNNN!!! KEREN BANGET!!!


Dan yang bikin saya seneeeeng banget adalah, timeline saya juga isinya langsung menyebut-nyebut bahwa penampilan Rio dan Ify tadi, bener-bener momen ILYILYN. Seneng banget, karena saya jadi ngerasa bahwa ILYILYN benar-benar berkesan bagi mereka. Tambah seneng lagi begitu baca twit dari seseorang yang disebut-sebut sebagai penulis legendaris di ICL, yang menulis bahwa dia suka banget baca ILYILYN saya!! HUAAA!! I WAS SO FLATTERED!

Segmen yang juga bikin seru timeline adalah waktu segmen Duta nyanyi. Saya tentu saja dengan twit bernada pujian dan pujaan pada si lelaki paling ganteng senusantara jaya raya itu. Sementara adek-adek saya itu malah pada ribut mention saya, bertanya-tanya apakah saya sedang memeluk TV. HUAHAHAHAHAHA… They know me for not so long yet, tapi mereka udah tau betapa terobsesinya saya sama si Duta.

Kini, IC3 berakhir, dan semua euforia itu pun berakhir, By the time I posted this, saya sedang mengetik scene terakhir ILYILYN. Yang berarti saya akan segera kembali ke kehidupan normal saya. But mind you, my normal life is always normally weird :D.

Tapi yang pasti, saya sangat berterima kasih pada Idola Cilik 3 ini. Karena memberi saya kesempatan untuk melihat Om Duta (yang sejak IC2 menjadi alasan utama saya untuk ngikutin IC). Untuk mengenal sosok Ozy dan Rio (aaahhh… pengen punya adek-adek kayak merekaaa…). Karena IC3 telah menjadi cara Tuhan untuk menunjukkan, that I really have the passion for writing.
Dan terutama, lewat IC3 inilah saya bertemu dengan teman-teman baru saya, yang bener-bener membuat acara nonton jadi lebih SERU sambil Twitteran… Pengen banget ketemu kalian langsung…

Mulai dari Annie yang juga suka baca (kenapa oh kenapa, Gabriel harus dibikin gundul An?), Sakura yang saya yakin pasti anaknya seru banget, Tia dan Lira (guys, love your Twits! Terima kasih sudah menyadarkan betapa kata-kata RINDU dan SETENGAH MATI itu ga pantes didampingkan. Kapan nih kita ngelempar tomat bareng-bareng?), Nanda (my sweet lil’ sister… cerita kamu juga keren banget!), Dimas (aku pengen belajar bikin puisi sama kamuuu!), Afina, Naurah, Fiqha, decoldz (infeksi pa’an?? Hahaha…), Muthia, Annisa, aduuuh… banyak banget dah pokoknya. All that I want to say is just that you guys, are giving bright colors in my life!!!

Semoga pertemanan kita yang unik ini bisa berlanjut terus, meskipun saat ini saya masih belum bisa ketemu langsung dengan kalian semua.

Eh, kalo IC4 ada lagi, nontonnya sambil Twitteran lagi yuuukk…


Rabu, 14 April 2010

(Masih) soal My Personal Projects

Ini sebenernya posting lanjutan dari posting sebelumnya. Soalnya kalo dijadiin dalam satu posting, panjang banget ternyata…

Karena semangat dari adek-adek saya baik melalui Fansite IC L maupun melalui Facebook, saya lalu mencoba menulis cerita yang baru.

Sesuai jam biologis saya yang biasanya, saya baru menemukan ide untuk judul cerita ini jam 1.30 dini hari. Saya memutuskan memberinya judul : “I Love You, I Love You Not”. Sekitar 1-2 hari setelah cerita ini diposting, ada Twit yang menyebut cerita itu ILYILYN. Saya nyengir. Iya ya… bagus juga… Lucuuu…


Kalau JADOJC lebih mengikuti selera pasar, untuk ILYILYN ini saya jadi agak idealis. Walopun beberapa protes masuk, kenapa si ini ga dimasukin, kenapa si ini dipasangkan sama itu, kok si anu naksirnya malah sama si itu sih, kan lebih cocok sama si ini…


Beberapa malah bilang kalo belum dapet gregetnya, ga kayak JADOJC. Heheheh… ya gitu, sindrom setelah karya pertama kali yaa…


Apalagi, di JADOJC, bukannya GR, tapi saya berhasil mempopulerkan beberapa istilah untuk menyebut Ozy. Tadinya rata-rata komentar tentang Ozy adalah senyumnya manis, lucu, imut. You know, those standard terms. Tapi semenjak JADOJC beredar, dimana saya mulai memperkenalkan istilah senyuman yang bagaikan senyuman malaikat untuk mendeskripsikan senyuman Ozy, para Freenzy lalu menyebut senyuman Ozy sebagai… senyuman seorang malaikat.


HUAHAHAHAHA…

Belum lagi waktu saya menggunakan istilah macam : cowok-dengan-senyuman-yang-lebih-manis-daripada-5-liter-sirup. Tiba-tiba banyak yang menggunakan istilah itu waktu membicarakan Ozy.

That’s my dear, is something that I call the power of words ^_^


Sayangnya, dalam ILYILYN, saya belum berhasil menemukan istilah yang bisa “mengikat” pembaca sampai semacam itu.

Paling pol cuma sebutan “Bang Ozy” aja. Itupun banyak yang protes. Menggelikan, kata mereka.

Iya sih.


HUAHAHAHAHAHA…!!! Saya aja geli kok nulisnya.


Tapi, itu semua adalah masukan bagi saya. Saya tetep jalan. Sekali ini, saya ingin menguatkan karakter, jadi bukan cuma pasang nama adek-adek kontestan IC itu.


Alhamdulillah, sambutannya cukup positif. Terutama pas bagian Prolog. Pas masuk ceritanya sendiri, komennya naik turun. Yah, namanya juga ABG ya, jadi komentar yang masuk, kalo pas bagian Ozy-nya banyak, anak-anak Freenzy seneng, anak-anak Rise pada nyariin Rio. Kalo cerita lagi berfokus pada Rio, RISE langsung bilang ceritanya keren, yang Freenzy langsung nanya, Ozy-nya manaaa??


Huahahahaha…. Saya SUKA mengaduk-aduk emosi mereka ^_^

Sudah dua minggu saya menggarap ILYILYN. File yang saya beri nama PROYEK 4 *waktu itu belum dapet judul* berdasarkan info yang saya liat di lappy saya dibuat pas tanggal 1 April. Ceritanya sendiri baru diposting sekitar 4-5 terakhir ini.

Aslinya, saya sudah mengetik sampai 85 halaman, tapi yang dipublish di fansite baru sampai part 9. Dan itu belum taaamaaaattt!!! Duh. Saya aja sampai geleng-geleng kepala sendiri. Soalnya saya suka tiba-tiba punya ide untuk bikin scene tambahan.


Saya sempet agak ragu sih sama cerita ini, karena kalo di cerita sebelumnya Ozy itu diprofilkan sebagai cowok idola banget, disini dia malah saya bikin jadi anak yang “cacat” abis kelakuannya. Untunglah pembaca ga pada protes, malah pada seneng… Heuu…


ILYILYN ini juga saya lebih serius nulisnya. Saya sambil browsing tips-tips menulis. Googling tentang apa saja yang lagi ngetrend di kalangan anak muda. Saya sampai dengan penuh perhatian memperhatikan tipe-tipe mobil yang lewat di jalan dalam perjalanan pulang-pergi ke kantor hanya untuk mencari tipe mobil yang paling cocok untuk dipakai tokoh utama.
Bikin matriks tokoh, kayak yang disarankan Adhitya Mulya.

Dan kejadian itu terus berulang, saya berangkat tidur sambil membayangkan berbagai adegan yang menunggu untuk dinarasikan dalam ILYILYN.

ILYILYN memang berbeda dari JADOJC. Tapi ada satu kesamaan: pengerjaan kedua proyek ini membuat saya senang. Menjadi ekstasi baru bagi saya. Both of them successfully put a big grin on my face. Oh, okay. It's not just a big grin. It's a BIG SILLY GRIN. Sampai Sunardi, kolega saya, kesel sendiri, dan menulis gini di Fesbuk saya: "berhentilah menjadi seorang ABG berusia 29 tahun, masih banyak realita lain dalam hidup ini selain dodol-dodol itu"

HUAHAHAHAHA...
Ah, biarin ah... Bodo ;p. Saya hepi ini kok...

Ada yang penasaran sama JADOJC? Salah seorang adek saya dengan baik hatinya bikin link lengkap di blognya untuk bisa membaca cerita saya *Makasih ya Sakuraaa…^_^*.


Coba deh, liat di link yang dibikinin Sakura ini.



Link untuk cerpen saya yang Acha dan Sang Burung Kenari Kuning juga bisa diliat disitu. Proyek ILYILYN yang ditampilkan Sakura disitu adalah link untuk yang versi blog dalam fansite, jadi navigasinya jauh lebih gampang untuk baca dari satu part ke part lainnya. Tinggal klik Next Post atau Previous Post di bagian bawah posting.


Kalo sempet, please have a look. And I would really appreciate it kalau anda bersedia memberikan kritik dan masukan. Karena saya tidak ingin JADOJC menjadi satu-satunya tulisan saya.


My Personal Projects

Saya lagi punya proyek pribadi. JADOJC, yang sudah rampung, dan ILYILYN.
Singkatan di atas aneh ya? JADOJC, ILYLIYN. Apa sih dua kata aneh itu? They’re titles of my stories…

Sekitar sebulan yang lalu saya memulai proyek kecil-kecilan ini, membuat cerita bersambung, waktu itu saya udah posting soal itu disini. Nah, saking ga ada inspirasinya soal judul, saya buatlah judul seadanya: “Jika Acha dan Ozy Jatuh Cinta”, yang pada akhirnya disingkat jadi JADOJC.

Waktu itu, yang saya tahu adalah saya betul-betul menikmati menulis cerita itu. Apalagi saya bisa sambil cengengesan sendiri membayangkan adek-adek IC itu berperan dalam cerita saya.

Well, what I didn’t know was… the story went further that I’ve ever expected. In terms of people’s response, I mean.

Sebenarnya komentar-komentar di fansite saja sudah betul-betul menyemangati saya dengan pujian-pujian mereka. Tapi saya sangat tergelitik dengan komentar dari Nanda, yang meng-kopas cerita ini di Notes dia di Facebook. Dia bilang Notes dia udah full-tag, dan masih banyak yang (memaksa) minta di-tag.
Dengan penasaran, malam itu saya add dia di Facebook. Besoknya, dia approve. Dan saya lalu iseng ngecek akun dia, di kantor. Kesalahan besar. Karena saya jadi pengen nangis.

Komentar-komentar di Notes itu semua menyatakan betapa teman-teman Nanda sangat menyukai cerita ini. Dan Nanda ternyata tidak bohong waktu dia bilang banyak yang minta di-tag. Wall Nanda sampai penuh bukan dengan post yang isinya tentang Nanda sendiri, tapi dengan pertanyaan orang-orang mengenai JADOJC ini. Saya terharu melihat antusiasme mereka, apalagi waktu membaca komentar seseorang yang sampai mau mencari alamat imel RCTI untuk menyarankan agar Notes saya ini dijadiin sinetron. Halah. Tapi saya seneeeeng banget.


Sebelumnya saya hanya menggunakan nama pena saya: justami sebagai identitas penulis. Lama kelamaan, akhirnya saya me-reveal nama asli dan akun Facebook saya pada temen-temen fesbuknya Nanda. Dan tiba-tiba aja, banyaaaak sekali adek-adek yang meng-add saya. Gampang sekali bagi saya untuk mengenali bahwa mereka adalah pembaca JADOJC. Karena nama-nama mereka ditulis dengan gaya ABG, dan mereka tidak malu-malu untukmencantumkan identitas mereka sebagai Freenzy (fansnya Ozy), RISE (fansnya Rio) atau GFC (Gabriel fans Club).
Ketika akhirnya saya menamatkan cerita ini di Part 28, rasanya campur aduk. Seneng, lega, tapi juga sedih karena harus berpisah dengan cerita ini. Beberapa komentar di Facebook malah menyuruh saya untuk melanjutkan cerita ini. DOH. Emangnya sinetron striping??? Di fansite sendiri, jumlah komentar yang masuk memecahkan rekor…Huahahaha… Oh iya, saya udah pernah bilang kan bahwa sebenernya inspirasi utama dari cerita JADOJC ini adalah adek kecil yang senyumnya bagaikan malaikat ini?
OZY!

Jadi waktu Ozy tinggal kelas di Lima Besar, saya nangis darah sambil garuk-garuk tanah sampai sedalam 5 kilometer. Ga mood sampe berhari-hari. Posting cerita ogah-ogahan. Tapi justru karena rasa kehilangan yang amat sangat itu, saya jadi terinspirasi u
ntuk menulis satu cerita pendek. Jadilah cerita “Acha dan Sang Burung Kenari Kuning”. Saya posting deh cerpen itu di fansite. Ternyata, komentar yang masuk juga cukup mengagetkan saya. Rata-rata mengatakan cerpen saya itu sangat menyentuh. Mungkin karena terbawa perasaan kecewa juga kali ya karena Ozy tinggal kelas..hehehe… seperti biasa, humasnya saya di FB, si Nanda, memposting cerita ini di Notes-nya dia. Dan jumlah komentar yang masuk menyentuh angka 50an lebih.

Yang pasti, saya merasa menemukan banyak hal baru selama saya mengerjakan proyek ini.

After so long, I finally find that I really have the passion for writing.
Rasanya seneng banget pas tau bahwa yang saya tulis bisa menghibur mereka. It’s just so nice setiap kali ada post baru di wall saya
yang mengatakan that they love my story, dan menyemangati saya untuk menulis lagi.


PADAHAL lho yaa… saya bukan tipe pembaca TeenLit. SERIUS. Dunia remaja yang warna-warni seperti permen lolipop itu sepertinya sudah terlalu jauh dari dunia saya. Makanya, kalau saya baca sendiri JADOJC itu, saya suka garuk-garuk kepala sendiri. Kok bisaaaa saya nulis hal-hal kayak gini… Saya sampai geleng-geleng kepala sendiri. Karena menurut saya, JADOJC itu betul-betul, well, bukan tipe cerita yang saya suka. Penokohan karakternya kurang kuat. Pemilihan kata yang suka rada lebay. Adegan romantis ala drama Korea. Saya sampai suka heran sendiri, apa sih yang mereka suka dari cerita saya itu?
Enihooooowww… Tetep aja saya seneng kalau adek-adek saya itu pada suka.
Makanya salah satu alasan saya punya Twitter kemaren adalah karena saya menemukan bahwa JADOJC beberapa kali dibahas di Twit. HAHAHAHA… Ada yang ngetwit gini: “Mungkin Mbak Ami punya Twit? Mau minta lanjutin JADOJC”.


Memang sih, penulisan cerita ini membuat beberapa perubahan yang cukup signifikan dalam hidup saya. Saya jadi kurang konsen ke kerjaan saya. Sebagai contoh, berkas usulan kenaikan pangkat saya sampai tertunda 4 mingguan. Belum lagi koreksian mid itu. Masih untung tugas artikel mahasiswa itu berhasil saya koreksi dalam waktu hanya 2 hari. Rata-rata, saya baru tidur di atas jam satu malem, karena inspirasi saya ngalirnya ya setelah lewat jam 11 malem…
Ada yang jadi temennya saya di Facebook? Well, now you have a clearer idea kenapa wall saya jadi agak berhiaskan nama-nama ABG dan tulisan-tulisannya mereka. Si Ita aja, adek saya yang asli dan sebener-benernya, sampai ngakak jaya waktu nelfon saya dan menyatakan keheranannya atas isi wall saya akhir-akhir ini.
Saya sampai sempat merasa bahwa mungkin saya sudah memilih profesi yang salah. Pada waktu rekan-rekan kerja saya sibuk membahas proposal Hibah Strategis (or something sounds like that), yang saya pikirkan setengah mati adalah, gimana cara tokoh saya nembak cewek incerannya secara romantis, tapi ga terkesan cheesy, dan masih ada unsur lucunya? Makanya, saya sangat iri sekali pada teman SMA saya ini yang bisa menjadi penulis, udah bikin 3 novel lagi (atau 4 sih?) Hiks… *Duduk di pojokan sambil nangis*


Tapi, tetap saja, banyak sekali kesenangan yang saya peroleh lewat proyek kecil ini. Perasaan bahwa saya bisa menghasilkan sesuatu yang disukai orang lain, my GOD, it’s jus AWESOME! Dan saya jadi bertemu dengan banyaaaak teman-teman baru. Yang juga sama-sama lagi belajar menulis. Beneran deh, sebagian besar dari mereka memang berbakat. JeHA, seriously, saya SUKA banget sama tulisan kamu. Dan Ann, tentu saja, yang pilihan kata-katanya bener-bener bikin perasaan saya terbawa sesuai cerita *walopun saya masih ga terima Gabriel dibikin botak… TIDAAAKKK!!!*. Seneeeeng banget bisa share sama mereka-mereka.


Sekali lagi, saya jadi sering kali mendongak ke atas sambil berbisik, Terima kasih Ya Alloh.

Karena lewat semua ini, saya jadi semakin yakin dan menyadari, bahwa Dia memang selalu punya cara untuk membuat saya merasa bahagia. Saya sering mikir, waktu IC2 dulu juga saya suka nonton. Tapi entah kenapa, waktu IC3 ini baru saya punya feel untuk menulis cerita tentang mereka. Ya bagus sih, secara waktu IC2 tayang, kan saya lagi nulis tesis…huahahaha…
See, once again, Tuhan memang punya cara-Nya sendiri untuk membahagiakan umatNya. Termasuk saya…
PS: To Farah: You’re ABSOLUTELY right. Menulis itu memang SANGAT menyenangkan ^^

PS (lagi): Nanda bela-belain ngedit gambar ini untuk dipajang di Notes-nya, and I LOVE it! Thanks ya Nanda… *peyuk-p
eyuk*

Senin, 12 April 2010

Now I'm Also on Twitter

Saya udah lama ga buka FS. Aktivitas MP pun akhirnya resmi saya hentikan karena proses sign in nya yang bikin saya pengen membelah samudra saking betenya. Facebook? Well, it’s a legal way of procrastinating, so I’m still on it :D.
Dan sekarang saya memutuskan untuk bikin satu lagi account jejaring sosial.

I’m (also) on Twitter now.
http://twitter.com/utamiirawati


Sebelumnya sih, saya emang kadang-kadang suka buka-buka twitternya seleb. Iseng ajah. Tapi ga pernah kepikiran buat punya account sendiri.
Sampai akhirnya seseorang bertanya, “Kaka’ punya Twitter ga?”
Saya langsung nyengir.

Tapi makin kepikiran waktu “adek” saya yang lain mendesak, dengan kata-kata semacam ini:

btw, kakak gak punya twit? masa sih? bkin dong kak.. biar bisa deket ama penulis terhebat xP


HAUAHAUAHUAUA… Saya SUNGGUH tersanjung sangat! Padahal apalah artinya saya? Kata-kata bahwa saya seorang “penulis” saja sebenernya agak berlebihan…
Tapi saya semakin tergelitik ketika dengan isengnya saya browsing tentang cerita-cerita yang saya buat (I’ll have a special posting about these personal projects that I’ve been working on). Saya cengar cengir dengan noraknya waktu melihat cerita-cerita itu ternyata menjadi salah satu pembicaraan di Twitter. Ya jelas lah ga sampe jadi TrendingTopics. Tapi tetep aja rasanya gimanaaaa gitu waktu melihat adek-adek itu membahas cerita saya.

Lagian, setelah saya pikir, kalau punya Twitter, saya bisa menyalurkan hasrat saya yang sebenernya suka diam-diam mengomentari berbagai hal ini. Secara saya suka gengsi untuk meng-apdet status di fesbuk setiap setengah jam sekali. Alay banget sih kayaknya.
Tapi kalo Twitter... kayaknya jauh lebih bisa dimaklumi deh kalo kita membukanya setiap 15 menit sekali.

Maka, jeng jeeeengg…

Saya bikin account. Dan hanya dalam selang waktu 2 jam, saya udah nge-tweet 4 kali. Sambil cengengesan sendiri. Karena saya sungguh tidak paham panel navigasinya. Serius. Itu mesti diapain sih sebenernya???

Jadi, dengan alasan saya mau memperdalam ilmu per-Twitter-an ini, niat mulia saya untuk mulai mengoreksi mid mahasiswa saya kemaren tertunda kembali.
Bythe way, ada yang mau saya follow ga? Tapi nanti follow saya juga ya… Jadi kita follow-follow-an *sungguh istilah yang menggelikan*

Sabtu, 10 April 2010

Sorry, but It’s NOT About You

Heuu… Saya gatel banget buat nulis soal ini, walopun sifatnya curhat colongan.

Seperti biasa, Sabtu siang saya diisi dengan menonton Idola Cilik 3 yang sudah masuk 3 Besar. Walopun gairah saya (eleuh…) jadi jauuuuh berkurangbuat nonton IC semenjak Ozy yang memiliki senyuman bagai malaikat itu tinggal kelas di 5 besar, toh masih ada Rio, jagoan saya yang satunya. Dan tentu saja, masih ada Om DUTA. Orang yang semenjak saya kelas 3 SMA saya nobatkan sebagai manusia paling ganteng se Nusantara jaya raya.

Salah satu bintang tamu yang muncul itu keren banget. Dia maen musik pake sisir. Entah gimana caranya. Keren deh. Lalu, si Duta disuruh nyanyi, dengan si bintang tamu itu mengiringinya dengan sisir ajaibnya itu. Dan tahukah Anda, lagu apa yang dinyanyikan Duta? Anugerah Terindah yang Pernah Kumiliki. Telak banget. Karena lembaran kenangan yang ada di benak saya langsung membuka tanpa diminta. Tentang saat-saat itu. Saat dimana seseorang pernah menjadi Anugerah Terindah dalam hidup saya.

Kalau mau jujur, alasan saya menyukai Sheila On 7 sebenernya jauh lebih dalem daripada sekedar alasan standar. Jadi, kenapa saya suka Sheila On 7? Lagu mereka cocok dengan selera saya. Personilnya asyik-asyik. Vokalisnya ganteng abis. Tapi, SO7 juga membawa kenangan. Tentang seseorang yang pada tahun 1999, dateng siang-siang ke rumah saya, dan dengan wajah cuek, menyodorkan album pertama SO7 untuk saya. My Incognito.

Itulah. SO7 selalu membawa kenangan bagi saya, tentang seseorang yang tidak pernah mampu saya gapai. Tapi dialah orang yang juga selalu mengingatkan saya untuk membalik kurva saya when I’m feeling like sliding down to the bottom of my curve. And mind you, seseorang itu sekarang adalah kepala keluarga yang bahagia dengan satu orang istri dan satu orang anak laki-laki yang lucu (his son really has his eyes, I must say). Seseorang yang tidak pernah tahu, betapa saya menyimpan rasa selama belasan tahun.

Maka jangan salahkan saya ketika tiba-tiba saja sudah ada air mata di sudut mata saya. Geez, and I thought I have already let the feeling go.


Dan saya pun dengan lebay-nya menuliskannya di status saya:
dengerin Duta nyanyi Anugerah Yang Terindah, membuka kembali kenangan 11-12 tahun yang lalu...*dan tiba-tiba setitik air mata muncul di sudut mata ini...*

Beberapa komen masuk. Mulai dari yang menyarankan saya untuk menjadikannya sebagai inspirasi cerbung yang baru, sampai yang dengan teganya menuduh saya lebay. Well, iya sih, rada lebay jaya memang :D.

Tapi dong, beberapa menit kemudian, waktu saya mengklik “Home” di papan kontrol itu, pada baris pertama NewsFeed-nya saya, muncullah status baru dari The Pathetic One, aka mantan saya. Saya membacanya, ternganga, lalu tertawa geli.
Karena dia menulis seperti ini:

kenapa harus kukomentari,, bukankah kerudungmu itu telah menjadi bukti, kalaulah engkau memilih imanmu sebagai jalan hidupmu, bukan memilih aku sebagai kekasihmu,,, aku hanya bisa mendoakan, kamu bahagia dalam jalan yang indah jalan Allah, jalan idaman yang teriring oleh berjuta malaikat,,, *sementara aku disini berjalan diiringi sorak sorai klakson metromini dan kopaja*

Anyone who knows the past story about us would definintely get it, that it’s me that he’s talking about.

Dan yang ada di pikiran saya adalah: What? Apa dia pikir status saya tadi untuknya? Untuk DIA? Dia yang sudah sebegitu menghancurkan harapan saya? Yang pernah menyatakan keberatannya atas keinginan saya untuk memakai kerudung, karena dia pikir saya masih perlu banyak belajar agama? You’re SO kidding me! Man, I’m SO over with you. Reality bites, does it?

Excuse me, but it’s not you that crossed my mind when I heard that song. Not even the foggiest image of YOU. Not at all!

Saya jadi tambah yakin, kalau kalimat-kalimat terakhir di posting saya yang pas sebelum ini, bener-bener pas:

He’s not man enough for me. But I know for sure, for him, I am irreplaceable.

Dan oh, satu lagi, di status saya itu saya tulis bahwa kenangan yang saya maksud adalah kenangan 11-12 tahun yang lalu. Yang adalah tahun 98-99, di saat saya dan mantan saya itu ketemu aja belum pernah. Geez, he can not even do a simple math like that…

Perasaan saya sekarang? I’m okay… I’m all okay ^_^ …

Kamis, 08 April 2010

The Video - Detik (tuk Dikenang)



Sebelumnya, saya kagum pada diri saya sendiri. Karena berhasil juga memasukkan video dalam posting. Keren kali saya ini yak?

Anyway, ini mungkin adalah posting yang ketinggalan pesawat banget. Secara lagu ini ngetop udah sekitar 2 tahun yang lalu. Tapi tetep ajah, saya cinta mati sama lagu ini. Pertama kali denger waktu saya sekolah kemaren, lewat streaming radio. Dan langsung jatuh cinta setengah mati sama lagu ini.

Pertama, lagunya enak banget buat didengerin. Tipe-tipe lagu yang menurut saya, paaaas banget. Ga mellow, rada nge-rock, tapi ga bikin sakit kepala. Ada yang bilang, rada mirip sama tipe-tipe lagu Japanese Rock gitu. Secara saya ga pernah dengerin lagu model gitu, I would say… whatev… Pokoknya saya suka. Dan suara vokalisnya keren banget.


Kedua, lagu ini dalem banget. Kalo diperhatiin liriknya, sebenernya ini hitungannya lagu sedih deh. Liat aja:


Detik (tuk Dikenang), by The Video

Lantunkan sebait rindumu untukku, penawar rindu
Tak perlu lagi kau sembunyi di kabut cinta yang semu
Ku pun takkan pernah meminta tuk kembali hati ini bersama
Ku tahu di lubuk hatimu, lentera takkan padam karena ku yang terbaik

Reff:
Sudahlah sayangku, jangan pernah sesali yang terjadi
Kini kita bertemu hanya tuk melepaskan rindu
Nikmati detik indah yang mungkin takkan pernah terulang
Semoga bagimu kan menjadi satu yang indah tuk dikenang

Lupakan cinta kita dulu yang kan membuka luka lama
Anggap saja tak pernah ada cerita cinta berdua
Ku pun takkan pernah meminta tuk kembali hati ini bersama
Ku tahu di lubuk hatimu, lentera takkan padam karena ku yang terbaik


Beuh. DALEM. Nancep banget di hati. Tipe lagu kayak gini nih yang saya suka banget. Lagu yang kesannya pahit, tapi ga cengeng. Kebayang dong, betapa saya dengan ekspresi bengong menerawang meresapi setiap makna lagu ini?


Next, saya lalu nyari videonya di YouTube. Begitu ketemu, tambah suka aja sama lagu ini. Konsep videonya menurut saya keren banget. Ga lepas dari makna lagu. Apalagi pada bagian dimana si model cowok dan cewek jalan, gandengan, tapi sambil menolak untuk saling menatap. Kerasa banget emosi lagu ini disitu.


Selain itu, beda sama band-band lain jaman sekarang yang penyanyinya belum apa-apa udah kebanyakan gaya banget. Semua personil band ini disorotnya ala kadarnya. Jarang banget ada personil yang disorot close-up dengan durasi waktu lama. Tapi malah jadinya keren abis. Padahal lho, dari sorotan yang ada, vokalisnya gayanya udah keren banget. Saya suka banget outfitnya dia. Selain itu, gestur dia waktu nyanyi juga WOW banget. Saya ga ngerti siapa yang bikin konsep vidklip ini, but I find that the person seems to have a good sense of humour. Perhatiin deh, selain para personel band dan model vidklip itu, ada alien yang kadang-kadang ikut muncul. Apalagi vidklipnya kan dibikin hitam putih gitu, sementara aliennya itu warna pink, dengan kostum kuning. Love it. I mean, I love the way the director plays with the scenes.


Oh, okay. Faktor lain yang juga bikin saya bisa memutar lagu ini sampai 17 kali dalam sehari: satu baris lirik yang menurut saya pas banget untuk menggambarkan perasaan saya sama sang mantan.

Ku tahu di lubuk hatimu, lentera takkan padam karena ku yang terbaik
With a strong emphasis on the words: ku yang terbaik
He’s not man enough for me. But I know for sure, for him, I am irreplaceable.
^_^

Jumat, 02 April 2010

Diagnosis Medis VS Traditional Way

Bulan Maret kemaren, yang paling menonjol adalah soal saya dan rumah sakit. Dalam sebulan, tiga kali bolak-balik masuk rumah sakit. Pingsan di kantor segala.
Beuh, pokoknya mah, it was HORRIBLE.

Sakit apa sih sebenernya coba? Jadi gini. Memang sudah 1-2 bulan terakhir saya suka merasa sakit di dada. Kadang-kadang nyesek, kadang-kadang nusuk banget, kalo lagi parah banget, saya sampe ga bisa ngapa-ngapain. Sampe-sampe nafas aja susah.
Jadi, oleh dokter keluarga kami *yang waktu kelas 2 SMA dulu sekelas sama adek saya !*, disuruhlah saya periksa EKG.

Oke, saya turuti.

Dan selama ngantri nunggu giliran di RS Ulin, saya setres jaya. Satu-satunya pasien yang berusia di bawah 50 tahun itu SAYA. Yang lainnya aki-aki nini-nini semua. Untungnya, hasil EKG-nya normal.

Next, disuruh foto torax, sama dokter spesialis parunya, disuruh sekalian periksa darah.
Hasil keluar, dokter bilang semua normal. Kecuali hasil lab: kolesterol saya tinggi. Iya,saya ga salah ketik. KOLESTEROL saya tinggi. Kalo normalnya sampe 200 mg/L, kolesterol saya 230 mg/L. Shock ga sih? Saya gitu, lho… SAYA! Yang pernah ketiup angin waktu extreme weather di Melbourne dulu. Saya yang sama temen sekelas saya dulu suka mau diiketin ke lidi, terus disambung dengan benang buat dijadikan layang-layang.

Saking shocknya, besoknya saya langsung makan sop buntut.


Nah, lalu sebenernya sakit apa? Kata doketr saya itu sih, karena EKG dan rontgen normal, kemungkinannya tinggal maag saya emang udah red alert.

Itu diagnosa medis.

Karena saya juga mencari diagnosis tradisional. Dan menurut semua orang-orang yang mendengar gejala-gejala ini, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa saya ini… MENYAMAK.


Sungguh nama penyakit yang aneh. Bukannya menyamak itu adalah sesuatu yang dilakukan dengan kulit binatang? Ya kan?


Tapi enggak, kalo dalam Bahasa Banjar, menyamak itu adalah nama suatu penyakit dimana ada suatu angin khusus yang bersarang secara permanen di salah satu bagian dalam tubuh. Penyembuhannya? Jalan satu-satunya adalah dengan cara mencabut angin tersebut.


Sementara saya bersikukuh bahwa toh hasil EKG saya baik-baik saja, Mama ribut menelfoni kerabat kami, untuk mencari tahu apakah ada kenalan mereka yang ahli mencabut angin. Dan akhirnya sopir keluarga kami menawarkan diri untuk membawakan seseorang yang menurut dia sudah terkenal jagoan mencabut angin. Denger-denger, sebelumnya pekerjaan si Bapak Pencabut Angin ini adalah petani biasa. Tapi saking sibuknya dia dengan bajir order untuk mencabut angin, ladangnya jadi ga keurus lagi.


Anyway, di hari Jum’at siang, datanglah sopir kami itu dengan Si Bapak Pencabut Angin. Mereka datang tidak dengan tangan kosong, tetapi dengan membawa sebuah kantong plastik item berisi kapur (bukan kapur tulis tapi) dan seikat daun sirih. Daun sirihnya pun mesti khusus, harus yang urat daunnya saling bertemu.

Saya tadinya biasa-biasa aja, karena mikir paling prosesnya kayak diurut biasa kalo keseleo. Tapi saya mulai dag dig dug waktu si Bapak Pencabut Angin minta carikan sebatang jarum.

Lalu proses pencabutan angin pun dimulai. Si Bapak sempat berpesan pada saya, bahwa apapun yang terjadi, ini hanya sekedar ikhtiar kami untuk mencari kesembuhan. Dia ngingetin saya untuk tetap berdoa memohon kesembuhan kepada Alloh SWT semata. Dan sebelum mulai mengurut, saya sempet mendengar dia membaca Al Fatihah dan salawat.
Awalnya sih biasa saja, malah ga begitu kayak diurut kok rasanya. Tapi lama kelamaan… Ya Tuhaaaannn…
SUUUUUUUUAAAAAAAAAAAKKKKKKKIIIIIIIIIIIIITTTTTTTTT banget!


Padahal kata Mama si Bapak cuma sekedar menekan-nekankan jari-jarinya di punggung saya. Tapi yang saya rasakan, tulang saya serasa dicabut pake tang baja. Serius. Buat teriak kesakitan aja saya udah ga sanggup. Udah gitu, tiap beberapa kali tekanan, si Bapak bersendawa. Beuh. Bener-bener nih kayaknya anginnya dicabut, terus ditransfer ke Bapak Pencabut Angin. Beberapa kali saya merasakan ada sesuatu yang ditempelkan ke punggung saya, diiringi suara ‘pletak!’ kayak kayu patah. Kata Mama yang menyaksikan saya, yang ditempelkan si Bapak di punggung saya itu sebenernya cuma daun sirih. Tapi begitu ditempel, si daun sirih itu langsung layu, diiringi suara patah tadi.


Proses pencabutan angin tersebut kalau berdasarkan jam di dinding hanya berlangsung sekitar 20 menit *tapi bagi saya berasa kayak 5 jam!*. Setelah itu, anehnya, rasa sesak dan menusuk-nusuk di dada saya benar-benar HILANG. Dada saya terasa begitu lega, dibandingkan kondisi saya selama 2 bulan terakhir. Yang masih terasa sakit tinggal punggung saya, bekas-bekas usaha pencabutan tadi.

Beuh.

Ajaib deh pokoknya.


Begitu saya menanyakan apa sih sebenernya sumber penyakit ini, si tukang cabut angin itu cuma menjawab secara ambigu, bahwa salah satu kesulitan kita dengan adanya “dua alam”, (or in other words, keberadaan dunia lain) adalah kita tidak pernah benar-benar tahu apa yang diinginkan oleh alam yang satunya itu.

Saya langsung menyesal menanyakan hal itu. Entah kenapa, rasanya kok saya lebih tenang kalau ga tahu yaaa…

Anyway, sepertinya sekali ini saya mesti mengakui, bahwa diagnosis tradisional pun kadang-kadang harus diperhitungkan juga…


Minggu, 25 April 2010

Akhir IC3 dan Semua Yang Dihadirkannya

Akhirnya dengan Rapor Grand Final IC3 kemaren malem, rangkaian Idola Cilik 3 beres juga. Sedih sih, Sabtu-Minggu saya kembali garing. Ga ada tontonan.
Eniwei, selamat kepada Lintar yang berhasil menjadi juara.


Tapi maaf, bagi saya juaranya tetap saja anak ini, yang senyum dan tatapan matanya membuat hati saya melayang.RIO!!!


Ah, sebenernya sih dengan berbagai alasan, saya udah ga kaget pas tau bahwa yang menang adalah Lintar, dan bukan Rio. Sebenernya rada ga rela sih, I mean, cari deh di YouTube, rekaman waktu Rio duet sama Once pas nyanyi Dealova. Now that, was SPECTACULAR!!! Sementara waktu Lintar duet sama Rio Febrian, yang ada malah Lintar kebantai.


Jadi saya ga mau ngebahas soal siapa yang menang di IC3. Bagi saya pemenangnya adalah Ozy dan Rio. Oh, oke, sama Om Duta.


Sebenernya, bagi saya IC3 bukan cuma sekedar acara TV. Seperti yang sudah saya bilang, berkat IC3 inilah saya jadi punya proyek pribadi yang sudah pernah saya posting di sini dan di sini.


Dan satu lagi yang menyenangkan, saya jadi punya banyaaak teman-teman baru. Dan yang agak, ehm.. sedikit lebay, saya… jadi punya fans.

NGEEEEK NGOOOOOK…

Gara-gara JADOJC dan ILYILYN itu, si Alda dengan polosnya membuatkan sebuah grup di Facebook yang bernama: AMI LOVERS. Saya tidak tau mesti memeluk anak itu dengan penuh rasa bangga, atau nyebur ke Samudra Pasifik aja saking malunya. Udah gitu, membernya dong udah 100an orang.


Tuhankuuuuu…


Oke, lanjut dari soal grup Ami Lovers itu, satu lagi efek dari IC3 adalah, semakin akrabnya saya dengan Twitter. Ternyata, SERU!!


Hahahah… Saya mulai merasa betapa serunya Twitteran ini waktu nonton GF kemaren. Asli, itu timelinenya rame banget, saut-sautan. Dikit-dikit, RETWEEEETTT!! Apalagi kalo bagian Rio muncul. Atau Ozy. Atau Om Duta. Saya yang sebenernya cuma duduk sendirian di depan TV berasa lagi nonton rame-rame. Dengan adek-adek saya yang baru, yang sukses banget bikin saya cengar-cengir membaca kicauan mereka.

Apalagi waktu Rapor GF kemaren. Nah, salah satu segmen yang paling saya tunggu-tunggu adalah segmen dimana Rio (AAAA!!!) bakal nyanyi dengan diiringi Ify yang maen piano. Oh my God oh my God oh my God!!! Secara ni ya, di ILYILYN kan salah satu pasangan yang saya jadikan fokus adalah Rio dan Ify.

Timeline saya menjelang penampilan mereka pun isinya mulai senada. Ga sabar menunggu pasangan itu.

Waktu mereka tampil, YA AMPUUUNNN!!! KEREN BANGET!!!


Dan yang bikin saya seneeeeng banget adalah, timeline saya juga isinya langsung menyebut-nyebut bahwa penampilan Rio dan Ify tadi, bener-bener momen ILYILYN. Seneng banget, karena saya jadi ngerasa bahwa ILYILYN benar-benar berkesan bagi mereka. Tambah seneng lagi begitu baca twit dari seseorang yang disebut-sebut sebagai penulis legendaris di ICL, yang menulis bahwa dia suka banget baca ILYILYN saya!! HUAAA!! I WAS SO FLATTERED!

Segmen yang juga bikin seru timeline adalah waktu segmen Duta nyanyi. Saya tentu saja dengan twit bernada pujian dan pujaan pada si lelaki paling ganteng senusantara jaya raya itu. Sementara adek-adek saya itu malah pada ribut mention saya, bertanya-tanya apakah saya sedang memeluk TV. HUAHAHAHAHAHA… They know me for not so long yet, tapi mereka udah tau betapa terobsesinya saya sama si Duta.

Kini, IC3 berakhir, dan semua euforia itu pun berakhir, By the time I posted this, saya sedang mengetik scene terakhir ILYILYN. Yang berarti saya akan segera kembali ke kehidupan normal saya. But mind you, my normal life is always normally weird :D.

Tapi yang pasti, saya sangat berterima kasih pada Idola Cilik 3 ini. Karena memberi saya kesempatan untuk melihat Om Duta (yang sejak IC2 menjadi alasan utama saya untuk ngikutin IC). Untuk mengenal sosok Ozy dan Rio (aaahhh… pengen punya adek-adek kayak merekaaa…). Karena IC3 telah menjadi cara Tuhan untuk menunjukkan, that I really have the passion for writing.
Dan terutama, lewat IC3 inilah saya bertemu dengan teman-teman baru saya, yang bener-bener membuat acara nonton jadi lebih SERU sambil Twitteran… Pengen banget ketemu kalian langsung…

Mulai dari Annie yang juga suka baca (kenapa oh kenapa, Gabriel harus dibikin gundul An?), Sakura yang saya yakin pasti anaknya seru banget, Tia dan Lira (guys, love your Twits! Terima kasih sudah menyadarkan betapa kata-kata RINDU dan SETENGAH MATI itu ga pantes didampingkan. Kapan nih kita ngelempar tomat bareng-bareng?), Nanda (my sweet lil’ sister… cerita kamu juga keren banget!), Dimas (aku pengen belajar bikin puisi sama kamuuu!), Afina, Naurah, Fiqha, decoldz (infeksi pa’an?? Hahaha…), Muthia, Annisa, aduuuh… banyak banget dah pokoknya. All that I want to say is just that you guys, are giving bright colors in my life!!!

Semoga pertemanan kita yang unik ini bisa berlanjut terus, meskipun saat ini saya masih belum bisa ketemu langsung dengan kalian semua.

Eh, kalo IC4 ada lagi, nontonnya sambil Twitteran lagi yuuukk…


Rabu, 14 April 2010

(Masih) soal My Personal Projects

Ini sebenernya posting lanjutan dari posting sebelumnya. Soalnya kalo dijadiin dalam satu posting, panjang banget ternyata…

Karena semangat dari adek-adek saya baik melalui Fansite IC L maupun melalui Facebook, saya lalu mencoba menulis cerita yang baru.

Sesuai jam biologis saya yang biasanya, saya baru menemukan ide untuk judul cerita ini jam 1.30 dini hari. Saya memutuskan memberinya judul : “I Love You, I Love You Not”. Sekitar 1-2 hari setelah cerita ini diposting, ada Twit yang menyebut cerita itu ILYILYN. Saya nyengir. Iya ya… bagus juga… Lucuuu…


Kalau JADOJC lebih mengikuti selera pasar, untuk ILYILYN ini saya jadi agak idealis. Walopun beberapa protes masuk, kenapa si ini ga dimasukin, kenapa si ini dipasangkan sama itu, kok si anu naksirnya malah sama si itu sih, kan lebih cocok sama si ini…


Beberapa malah bilang kalo belum dapet gregetnya, ga kayak JADOJC. Heheheh… ya gitu, sindrom setelah karya pertama kali yaa…


Apalagi, di JADOJC, bukannya GR, tapi saya berhasil mempopulerkan beberapa istilah untuk menyebut Ozy. Tadinya rata-rata komentar tentang Ozy adalah senyumnya manis, lucu, imut. You know, those standard terms. Tapi semenjak JADOJC beredar, dimana saya mulai memperkenalkan istilah senyuman yang bagaikan senyuman malaikat untuk mendeskripsikan senyuman Ozy, para Freenzy lalu menyebut senyuman Ozy sebagai… senyuman seorang malaikat.


HUAHAHAHAHA…

Belum lagi waktu saya menggunakan istilah macam : cowok-dengan-senyuman-yang-lebih-manis-daripada-5-liter-sirup. Tiba-tiba banyak yang menggunakan istilah itu waktu membicarakan Ozy.

That’s my dear, is something that I call the power of words ^_^


Sayangnya, dalam ILYILYN, saya belum berhasil menemukan istilah yang bisa “mengikat” pembaca sampai semacam itu.

Paling pol cuma sebutan “Bang Ozy” aja. Itupun banyak yang protes. Menggelikan, kata mereka.

Iya sih.


HUAHAHAHAHAHA…!!! Saya aja geli kok nulisnya.


Tapi, itu semua adalah masukan bagi saya. Saya tetep jalan. Sekali ini, saya ingin menguatkan karakter, jadi bukan cuma pasang nama adek-adek kontestan IC itu.


Alhamdulillah, sambutannya cukup positif. Terutama pas bagian Prolog. Pas masuk ceritanya sendiri, komennya naik turun. Yah, namanya juga ABG ya, jadi komentar yang masuk, kalo pas bagian Ozy-nya banyak, anak-anak Freenzy seneng, anak-anak Rise pada nyariin Rio. Kalo cerita lagi berfokus pada Rio, RISE langsung bilang ceritanya keren, yang Freenzy langsung nanya, Ozy-nya manaaa??


Huahahahaha…. Saya SUKA mengaduk-aduk emosi mereka ^_^

Sudah dua minggu saya menggarap ILYILYN. File yang saya beri nama PROYEK 4 *waktu itu belum dapet judul* berdasarkan info yang saya liat di lappy saya dibuat pas tanggal 1 April. Ceritanya sendiri baru diposting sekitar 4-5 terakhir ini.

Aslinya, saya sudah mengetik sampai 85 halaman, tapi yang dipublish di fansite baru sampai part 9. Dan itu belum taaamaaaattt!!! Duh. Saya aja sampai geleng-geleng kepala sendiri. Soalnya saya suka tiba-tiba punya ide untuk bikin scene tambahan.


Saya sempet agak ragu sih sama cerita ini, karena kalo di cerita sebelumnya Ozy itu diprofilkan sebagai cowok idola banget, disini dia malah saya bikin jadi anak yang “cacat” abis kelakuannya. Untunglah pembaca ga pada protes, malah pada seneng… Heuu…


ILYILYN ini juga saya lebih serius nulisnya. Saya sambil browsing tips-tips menulis. Googling tentang apa saja yang lagi ngetrend di kalangan anak muda. Saya sampai dengan penuh perhatian memperhatikan tipe-tipe mobil yang lewat di jalan dalam perjalanan pulang-pergi ke kantor hanya untuk mencari tipe mobil yang paling cocok untuk dipakai tokoh utama.
Bikin matriks tokoh, kayak yang disarankan Adhitya Mulya.

Dan kejadian itu terus berulang, saya berangkat tidur sambil membayangkan berbagai adegan yang menunggu untuk dinarasikan dalam ILYILYN.

ILYILYN memang berbeda dari JADOJC. Tapi ada satu kesamaan: pengerjaan kedua proyek ini membuat saya senang. Menjadi ekstasi baru bagi saya. Both of them successfully put a big grin on my face. Oh, okay. It's not just a big grin. It's a BIG SILLY GRIN. Sampai Sunardi, kolega saya, kesel sendiri, dan menulis gini di Fesbuk saya: "berhentilah menjadi seorang ABG berusia 29 tahun, masih banyak realita lain dalam hidup ini selain dodol-dodol itu"

HUAHAHAHAHA...
Ah, biarin ah... Bodo ;p. Saya hepi ini kok...

Ada yang penasaran sama JADOJC? Salah seorang adek saya dengan baik hatinya bikin link lengkap di blognya untuk bisa membaca cerita saya *Makasih ya Sakuraaa…^_^*.


Coba deh, liat di link yang dibikinin Sakura ini.



Link untuk cerpen saya yang Acha dan Sang Burung Kenari Kuning juga bisa diliat disitu. Proyek ILYILYN yang ditampilkan Sakura disitu adalah link untuk yang versi blog dalam fansite, jadi navigasinya jauh lebih gampang untuk baca dari satu part ke part lainnya. Tinggal klik Next Post atau Previous Post di bagian bawah posting.


Kalo sempet, please have a look. And I would really appreciate it kalau anda bersedia memberikan kritik dan masukan. Karena saya tidak ingin JADOJC menjadi satu-satunya tulisan saya.


My Personal Projects

Saya lagi punya proyek pribadi. JADOJC, yang sudah rampung, dan ILYILYN.
Singkatan di atas aneh ya? JADOJC, ILYLIYN. Apa sih dua kata aneh itu? They’re titles of my stories…

Sekitar sebulan yang lalu saya memulai proyek kecil-kecilan ini, membuat cerita bersambung, waktu itu saya udah posting soal itu disini. Nah, saking ga ada inspirasinya soal judul, saya buatlah judul seadanya: “Jika Acha dan Ozy Jatuh Cinta”, yang pada akhirnya disingkat jadi JADOJC.

Waktu itu, yang saya tahu adalah saya betul-betul menikmati menulis cerita itu. Apalagi saya bisa sambil cengengesan sendiri membayangkan adek-adek IC itu berperan dalam cerita saya.

Well, what I didn’t know was… the story went further that I’ve ever expected. In terms of people’s response, I mean.

Sebenarnya komentar-komentar di fansite saja sudah betul-betul menyemangati saya dengan pujian-pujian mereka. Tapi saya sangat tergelitik dengan komentar dari Nanda, yang meng-kopas cerita ini di Notes dia di Facebook. Dia bilang Notes dia udah full-tag, dan masih banyak yang (memaksa) minta di-tag.
Dengan penasaran, malam itu saya add dia di Facebook. Besoknya, dia approve. Dan saya lalu iseng ngecek akun dia, di kantor. Kesalahan besar. Karena saya jadi pengen nangis.

Komentar-komentar di Notes itu semua menyatakan betapa teman-teman Nanda sangat menyukai cerita ini. Dan Nanda ternyata tidak bohong waktu dia bilang banyak yang minta di-tag. Wall Nanda sampai penuh bukan dengan post yang isinya tentang Nanda sendiri, tapi dengan pertanyaan orang-orang mengenai JADOJC ini. Saya terharu melihat antusiasme mereka, apalagi waktu membaca komentar seseorang yang sampai mau mencari alamat imel RCTI untuk menyarankan agar Notes saya ini dijadiin sinetron. Halah. Tapi saya seneeeeng banget.


Sebelumnya saya hanya menggunakan nama pena saya: justami sebagai identitas penulis. Lama kelamaan, akhirnya saya me-reveal nama asli dan akun Facebook saya pada temen-temen fesbuknya Nanda. Dan tiba-tiba aja, banyaaaak sekali adek-adek yang meng-add saya. Gampang sekali bagi saya untuk mengenali bahwa mereka adalah pembaca JADOJC. Karena nama-nama mereka ditulis dengan gaya ABG, dan mereka tidak malu-malu untukmencantumkan identitas mereka sebagai Freenzy (fansnya Ozy), RISE (fansnya Rio) atau GFC (Gabriel fans Club).
Ketika akhirnya saya menamatkan cerita ini di Part 28, rasanya campur aduk. Seneng, lega, tapi juga sedih karena harus berpisah dengan cerita ini. Beberapa komentar di Facebook malah menyuruh saya untuk melanjutkan cerita ini. DOH. Emangnya sinetron striping??? Di fansite sendiri, jumlah komentar yang masuk memecahkan rekor…Huahahaha… Oh iya, saya udah pernah bilang kan bahwa sebenernya inspirasi utama dari cerita JADOJC ini adalah adek kecil yang senyumnya bagaikan malaikat ini?
OZY!

Jadi waktu Ozy tinggal kelas di Lima Besar, saya nangis darah sambil garuk-garuk tanah sampai sedalam 5 kilometer. Ga mood sampe berhari-hari. Posting cerita ogah-ogahan. Tapi justru karena rasa kehilangan yang amat sangat itu, saya jadi terinspirasi u
ntuk menulis satu cerita pendek. Jadilah cerita “Acha dan Sang Burung Kenari Kuning”. Saya posting deh cerpen itu di fansite. Ternyata, komentar yang masuk juga cukup mengagetkan saya. Rata-rata mengatakan cerpen saya itu sangat menyentuh. Mungkin karena terbawa perasaan kecewa juga kali ya karena Ozy tinggal kelas..hehehe… seperti biasa, humasnya saya di FB, si Nanda, memposting cerita ini di Notes-nya dia. Dan jumlah komentar yang masuk menyentuh angka 50an lebih.

Yang pasti, saya merasa menemukan banyak hal baru selama saya mengerjakan proyek ini.

After so long, I finally find that I really have the passion for writing.
Rasanya seneng banget pas tau bahwa yang saya tulis bisa menghibur mereka. It’s just so nice setiap kali ada post baru di wall saya
yang mengatakan that they love my story, dan menyemangati saya untuk menulis lagi.


PADAHAL lho yaa… saya bukan tipe pembaca TeenLit. SERIUS. Dunia remaja yang warna-warni seperti permen lolipop itu sepertinya sudah terlalu jauh dari dunia saya. Makanya, kalau saya baca sendiri JADOJC itu, saya suka garuk-garuk kepala sendiri. Kok bisaaaa saya nulis hal-hal kayak gini… Saya sampai geleng-geleng kepala sendiri. Karena menurut saya, JADOJC itu betul-betul, well, bukan tipe cerita yang saya suka. Penokohan karakternya kurang kuat. Pemilihan kata yang suka rada lebay. Adegan romantis ala drama Korea. Saya sampai suka heran sendiri, apa sih yang mereka suka dari cerita saya itu?
Enihooooowww… Tetep aja saya seneng kalau adek-adek saya itu pada suka.
Makanya salah satu alasan saya punya Twitter kemaren adalah karena saya menemukan bahwa JADOJC beberapa kali dibahas di Twit. HAHAHAHA… Ada yang ngetwit gini: “Mungkin Mbak Ami punya Twit? Mau minta lanjutin JADOJC”.


Memang sih, penulisan cerita ini membuat beberapa perubahan yang cukup signifikan dalam hidup saya. Saya jadi kurang konsen ke kerjaan saya. Sebagai contoh, berkas usulan kenaikan pangkat saya sampai tertunda 4 mingguan. Belum lagi koreksian mid itu. Masih untung tugas artikel mahasiswa itu berhasil saya koreksi dalam waktu hanya 2 hari. Rata-rata, saya baru tidur di atas jam satu malem, karena inspirasi saya ngalirnya ya setelah lewat jam 11 malem…
Ada yang jadi temennya saya di Facebook? Well, now you have a clearer idea kenapa wall saya jadi agak berhiaskan nama-nama ABG dan tulisan-tulisannya mereka. Si Ita aja, adek saya yang asli dan sebener-benernya, sampai ngakak jaya waktu nelfon saya dan menyatakan keheranannya atas isi wall saya akhir-akhir ini.
Saya sampai sempat merasa bahwa mungkin saya sudah memilih profesi yang salah. Pada waktu rekan-rekan kerja saya sibuk membahas proposal Hibah Strategis (or something sounds like that), yang saya pikirkan setengah mati adalah, gimana cara tokoh saya nembak cewek incerannya secara romantis, tapi ga terkesan cheesy, dan masih ada unsur lucunya? Makanya, saya sangat iri sekali pada teman SMA saya ini yang bisa menjadi penulis, udah bikin 3 novel lagi (atau 4 sih?) Hiks… *Duduk di pojokan sambil nangis*


Tapi, tetap saja, banyak sekali kesenangan yang saya peroleh lewat proyek kecil ini. Perasaan bahwa saya bisa menghasilkan sesuatu yang disukai orang lain, my GOD, it’s jus AWESOME! Dan saya jadi bertemu dengan banyaaaak teman-teman baru. Yang juga sama-sama lagi belajar menulis. Beneran deh, sebagian besar dari mereka memang berbakat. JeHA, seriously, saya SUKA banget sama tulisan kamu. Dan Ann, tentu saja, yang pilihan kata-katanya bener-bener bikin perasaan saya terbawa sesuai cerita *walopun saya masih ga terima Gabriel dibikin botak… TIDAAAKKK!!!*. Seneeeeng banget bisa share sama mereka-mereka.


Sekali lagi, saya jadi sering kali mendongak ke atas sambil berbisik, Terima kasih Ya Alloh.

Karena lewat semua ini, saya jadi semakin yakin dan menyadari, bahwa Dia memang selalu punya cara untuk membuat saya merasa bahagia. Saya sering mikir, waktu IC2 dulu juga saya suka nonton. Tapi entah kenapa, waktu IC3 ini baru saya punya feel untuk menulis cerita tentang mereka. Ya bagus sih, secara waktu IC2 tayang, kan saya lagi nulis tesis…huahahaha…
See, once again, Tuhan memang punya cara-Nya sendiri untuk membahagiakan umatNya. Termasuk saya…
PS: To Farah: You’re ABSOLUTELY right. Menulis itu memang SANGAT menyenangkan ^^

PS (lagi): Nanda bela-belain ngedit gambar ini untuk dipajang di Notes-nya, and I LOVE it! Thanks ya Nanda… *peyuk-p
eyuk*

Senin, 12 April 2010

Now I'm Also on Twitter

Saya udah lama ga buka FS. Aktivitas MP pun akhirnya resmi saya hentikan karena proses sign in nya yang bikin saya pengen membelah samudra saking betenya. Facebook? Well, it’s a legal way of procrastinating, so I’m still on it :D.
Dan sekarang saya memutuskan untuk bikin satu lagi account jejaring sosial.

I’m (also) on Twitter now.
http://twitter.com/utamiirawati


Sebelumnya sih, saya emang kadang-kadang suka buka-buka twitternya seleb. Iseng ajah. Tapi ga pernah kepikiran buat punya account sendiri.
Sampai akhirnya seseorang bertanya, “Kaka’ punya Twitter ga?”
Saya langsung nyengir.

Tapi makin kepikiran waktu “adek” saya yang lain mendesak, dengan kata-kata semacam ini:

btw, kakak gak punya twit? masa sih? bkin dong kak.. biar bisa deket ama penulis terhebat xP


HAUAHAUAHUAUA… Saya SUNGGUH tersanjung sangat! Padahal apalah artinya saya? Kata-kata bahwa saya seorang “penulis” saja sebenernya agak berlebihan…
Tapi saya semakin tergelitik ketika dengan isengnya saya browsing tentang cerita-cerita yang saya buat (I’ll have a special posting about these personal projects that I’ve been working on). Saya cengar cengir dengan noraknya waktu melihat cerita-cerita itu ternyata menjadi salah satu pembicaraan di Twitter. Ya jelas lah ga sampe jadi TrendingTopics. Tapi tetep aja rasanya gimanaaaa gitu waktu melihat adek-adek itu membahas cerita saya.

Lagian, setelah saya pikir, kalau punya Twitter, saya bisa menyalurkan hasrat saya yang sebenernya suka diam-diam mengomentari berbagai hal ini. Secara saya suka gengsi untuk meng-apdet status di fesbuk setiap setengah jam sekali. Alay banget sih kayaknya.
Tapi kalo Twitter... kayaknya jauh lebih bisa dimaklumi deh kalo kita membukanya setiap 15 menit sekali.

Maka, jeng jeeeengg…

Saya bikin account. Dan hanya dalam selang waktu 2 jam, saya udah nge-tweet 4 kali. Sambil cengengesan sendiri. Karena saya sungguh tidak paham panel navigasinya. Serius. Itu mesti diapain sih sebenernya???

Jadi, dengan alasan saya mau memperdalam ilmu per-Twitter-an ini, niat mulia saya untuk mulai mengoreksi mid mahasiswa saya kemaren tertunda kembali.
Bythe way, ada yang mau saya follow ga? Tapi nanti follow saya juga ya… Jadi kita follow-follow-an *sungguh istilah yang menggelikan*

Sabtu, 10 April 2010

Sorry, but It’s NOT About You

Heuu… Saya gatel banget buat nulis soal ini, walopun sifatnya curhat colongan.

Seperti biasa, Sabtu siang saya diisi dengan menonton Idola Cilik 3 yang sudah masuk 3 Besar. Walopun gairah saya (eleuh…) jadi jauuuuh berkurangbuat nonton IC semenjak Ozy yang memiliki senyuman bagai malaikat itu tinggal kelas di 5 besar, toh masih ada Rio, jagoan saya yang satunya. Dan tentu saja, masih ada Om DUTA. Orang yang semenjak saya kelas 3 SMA saya nobatkan sebagai manusia paling ganteng se Nusantara jaya raya.

Salah satu bintang tamu yang muncul itu keren banget. Dia maen musik pake sisir. Entah gimana caranya. Keren deh. Lalu, si Duta disuruh nyanyi, dengan si bintang tamu itu mengiringinya dengan sisir ajaibnya itu. Dan tahukah Anda, lagu apa yang dinyanyikan Duta? Anugerah Terindah yang Pernah Kumiliki. Telak banget. Karena lembaran kenangan yang ada di benak saya langsung membuka tanpa diminta. Tentang saat-saat itu. Saat dimana seseorang pernah menjadi Anugerah Terindah dalam hidup saya.

Kalau mau jujur, alasan saya menyukai Sheila On 7 sebenernya jauh lebih dalem daripada sekedar alasan standar. Jadi, kenapa saya suka Sheila On 7? Lagu mereka cocok dengan selera saya. Personilnya asyik-asyik. Vokalisnya ganteng abis. Tapi, SO7 juga membawa kenangan. Tentang seseorang yang pada tahun 1999, dateng siang-siang ke rumah saya, dan dengan wajah cuek, menyodorkan album pertama SO7 untuk saya. My Incognito.

Itulah. SO7 selalu membawa kenangan bagi saya, tentang seseorang yang tidak pernah mampu saya gapai. Tapi dialah orang yang juga selalu mengingatkan saya untuk membalik kurva saya when I’m feeling like sliding down to the bottom of my curve. And mind you, seseorang itu sekarang adalah kepala keluarga yang bahagia dengan satu orang istri dan satu orang anak laki-laki yang lucu (his son really has his eyes, I must say). Seseorang yang tidak pernah tahu, betapa saya menyimpan rasa selama belasan tahun.

Maka jangan salahkan saya ketika tiba-tiba saja sudah ada air mata di sudut mata saya. Geez, and I thought I have already let the feeling go.


Dan saya pun dengan lebay-nya menuliskannya di status saya:
dengerin Duta nyanyi Anugerah Yang Terindah, membuka kembali kenangan 11-12 tahun yang lalu...*dan tiba-tiba setitik air mata muncul di sudut mata ini...*

Beberapa komen masuk. Mulai dari yang menyarankan saya untuk menjadikannya sebagai inspirasi cerbung yang baru, sampai yang dengan teganya menuduh saya lebay. Well, iya sih, rada lebay jaya memang :D.

Tapi dong, beberapa menit kemudian, waktu saya mengklik “Home” di papan kontrol itu, pada baris pertama NewsFeed-nya saya, muncullah status baru dari The Pathetic One, aka mantan saya. Saya membacanya, ternganga, lalu tertawa geli.
Karena dia menulis seperti ini:

kenapa harus kukomentari,, bukankah kerudungmu itu telah menjadi bukti, kalaulah engkau memilih imanmu sebagai jalan hidupmu, bukan memilih aku sebagai kekasihmu,,, aku hanya bisa mendoakan, kamu bahagia dalam jalan yang indah jalan Allah, jalan idaman yang teriring oleh berjuta malaikat,,, *sementara aku disini berjalan diiringi sorak sorai klakson metromini dan kopaja*

Anyone who knows the past story about us would definintely get it, that it’s me that he’s talking about.

Dan yang ada di pikiran saya adalah: What? Apa dia pikir status saya tadi untuknya? Untuk DIA? Dia yang sudah sebegitu menghancurkan harapan saya? Yang pernah menyatakan keberatannya atas keinginan saya untuk memakai kerudung, karena dia pikir saya masih perlu banyak belajar agama? You’re SO kidding me! Man, I’m SO over with you. Reality bites, does it?

Excuse me, but it’s not you that crossed my mind when I heard that song. Not even the foggiest image of YOU. Not at all!

Saya jadi tambah yakin, kalau kalimat-kalimat terakhir di posting saya yang pas sebelum ini, bener-bener pas:

He’s not man enough for me. But I know for sure, for him, I am irreplaceable.

Dan oh, satu lagi, di status saya itu saya tulis bahwa kenangan yang saya maksud adalah kenangan 11-12 tahun yang lalu. Yang adalah tahun 98-99, di saat saya dan mantan saya itu ketemu aja belum pernah. Geez, he can not even do a simple math like that…

Perasaan saya sekarang? I’m okay… I’m all okay ^_^ …

Kamis, 08 April 2010

The Video - Detik (tuk Dikenang)



Sebelumnya, saya kagum pada diri saya sendiri. Karena berhasil juga memasukkan video dalam posting. Keren kali saya ini yak?

Anyway, ini mungkin adalah posting yang ketinggalan pesawat banget. Secara lagu ini ngetop udah sekitar 2 tahun yang lalu. Tapi tetep ajah, saya cinta mati sama lagu ini. Pertama kali denger waktu saya sekolah kemaren, lewat streaming radio. Dan langsung jatuh cinta setengah mati sama lagu ini.

Pertama, lagunya enak banget buat didengerin. Tipe-tipe lagu yang menurut saya, paaaas banget. Ga mellow, rada nge-rock, tapi ga bikin sakit kepala. Ada yang bilang, rada mirip sama tipe-tipe lagu Japanese Rock gitu. Secara saya ga pernah dengerin lagu model gitu, I would say… whatev… Pokoknya saya suka. Dan suara vokalisnya keren banget.


Kedua, lagu ini dalem banget. Kalo diperhatiin liriknya, sebenernya ini hitungannya lagu sedih deh. Liat aja:


Detik (tuk Dikenang), by The Video

Lantunkan sebait rindumu untukku, penawar rindu
Tak perlu lagi kau sembunyi di kabut cinta yang semu
Ku pun takkan pernah meminta tuk kembali hati ini bersama
Ku tahu di lubuk hatimu, lentera takkan padam karena ku yang terbaik

Reff:
Sudahlah sayangku, jangan pernah sesali yang terjadi
Kini kita bertemu hanya tuk melepaskan rindu
Nikmati detik indah yang mungkin takkan pernah terulang
Semoga bagimu kan menjadi satu yang indah tuk dikenang

Lupakan cinta kita dulu yang kan membuka luka lama
Anggap saja tak pernah ada cerita cinta berdua
Ku pun takkan pernah meminta tuk kembali hati ini bersama
Ku tahu di lubuk hatimu, lentera takkan padam karena ku yang terbaik


Beuh. DALEM. Nancep banget di hati. Tipe lagu kayak gini nih yang saya suka banget. Lagu yang kesannya pahit, tapi ga cengeng. Kebayang dong, betapa saya dengan ekspresi bengong menerawang meresapi setiap makna lagu ini?


Next, saya lalu nyari videonya di YouTube. Begitu ketemu, tambah suka aja sama lagu ini. Konsep videonya menurut saya keren banget. Ga lepas dari makna lagu. Apalagi pada bagian dimana si model cowok dan cewek jalan, gandengan, tapi sambil menolak untuk saling menatap. Kerasa banget emosi lagu ini disitu.


Selain itu, beda sama band-band lain jaman sekarang yang penyanyinya belum apa-apa udah kebanyakan gaya banget. Semua personil band ini disorotnya ala kadarnya. Jarang banget ada personil yang disorot close-up dengan durasi waktu lama. Tapi malah jadinya keren abis. Padahal lho, dari sorotan yang ada, vokalisnya gayanya udah keren banget. Saya suka banget outfitnya dia. Selain itu, gestur dia waktu nyanyi juga WOW banget. Saya ga ngerti siapa yang bikin konsep vidklip ini, but I find that the person seems to have a good sense of humour. Perhatiin deh, selain para personel band dan model vidklip itu, ada alien yang kadang-kadang ikut muncul. Apalagi vidklipnya kan dibikin hitam putih gitu, sementara aliennya itu warna pink, dengan kostum kuning. Love it. I mean, I love the way the director plays with the scenes.


Oh, okay. Faktor lain yang juga bikin saya bisa memutar lagu ini sampai 17 kali dalam sehari: satu baris lirik yang menurut saya pas banget untuk menggambarkan perasaan saya sama sang mantan.

Ku tahu di lubuk hatimu, lentera takkan padam karena ku yang terbaik
With a strong emphasis on the words: ku yang terbaik
He’s not man enough for me. But I know for sure, for him, I am irreplaceable.
^_^

Jumat, 02 April 2010

Diagnosis Medis VS Traditional Way

Bulan Maret kemaren, yang paling menonjol adalah soal saya dan rumah sakit. Dalam sebulan, tiga kali bolak-balik masuk rumah sakit. Pingsan di kantor segala.
Beuh, pokoknya mah, it was HORRIBLE.

Sakit apa sih sebenernya coba? Jadi gini. Memang sudah 1-2 bulan terakhir saya suka merasa sakit di dada. Kadang-kadang nyesek, kadang-kadang nusuk banget, kalo lagi parah banget, saya sampe ga bisa ngapa-ngapain. Sampe-sampe nafas aja susah.
Jadi, oleh dokter keluarga kami *yang waktu kelas 2 SMA dulu sekelas sama adek saya !*, disuruhlah saya periksa EKG.

Oke, saya turuti.

Dan selama ngantri nunggu giliran di RS Ulin, saya setres jaya. Satu-satunya pasien yang berusia di bawah 50 tahun itu SAYA. Yang lainnya aki-aki nini-nini semua. Untungnya, hasil EKG-nya normal.

Next, disuruh foto torax, sama dokter spesialis parunya, disuruh sekalian periksa darah.
Hasil keluar, dokter bilang semua normal. Kecuali hasil lab: kolesterol saya tinggi. Iya,saya ga salah ketik. KOLESTEROL saya tinggi. Kalo normalnya sampe 200 mg/L, kolesterol saya 230 mg/L. Shock ga sih? Saya gitu, lho… SAYA! Yang pernah ketiup angin waktu extreme weather di Melbourne dulu. Saya yang sama temen sekelas saya dulu suka mau diiketin ke lidi, terus disambung dengan benang buat dijadikan layang-layang.

Saking shocknya, besoknya saya langsung makan sop buntut.


Nah, lalu sebenernya sakit apa? Kata doketr saya itu sih, karena EKG dan rontgen normal, kemungkinannya tinggal maag saya emang udah red alert.

Itu diagnosa medis.

Karena saya juga mencari diagnosis tradisional. Dan menurut semua orang-orang yang mendengar gejala-gejala ini, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa saya ini… MENYAMAK.


Sungguh nama penyakit yang aneh. Bukannya menyamak itu adalah sesuatu yang dilakukan dengan kulit binatang? Ya kan?


Tapi enggak, kalo dalam Bahasa Banjar, menyamak itu adalah nama suatu penyakit dimana ada suatu angin khusus yang bersarang secara permanen di salah satu bagian dalam tubuh. Penyembuhannya? Jalan satu-satunya adalah dengan cara mencabut angin tersebut.


Sementara saya bersikukuh bahwa toh hasil EKG saya baik-baik saja, Mama ribut menelfoni kerabat kami, untuk mencari tahu apakah ada kenalan mereka yang ahli mencabut angin. Dan akhirnya sopir keluarga kami menawarkan diri untuk membawakan seseorang yang menurut dia sudah terkenal jagoan mencabut angin. Denger-denger, sebelumnya pekerjaan si Bapak Pencabut Angin ini adalah petani biasa. Tapi saking sibuknya dia dengan bajir order untuk mencabut angin, ladangnya jadi ga keurus lagi.


Anyway, di hari Jum’at siang, datanglah sopir kami itu dengan Si Bapak Pencabut Angin. Mereka datang tidak dengan tangan kosong, tetapi dengan membawa sebuah kantong plastik item berisi kapur (bukan kapur tulis tapi) dan seikat daun sirih. Daun sirihnya pun mesti khusus, harus yang urat daunnya saling bertemu.

Saya tadinya biasa-biasa aja, karena mikir paling prosesnya kayak diurut biasa kalo keseleo. Tapi saya mulai dag dig dug waktu si Bapak Pencabut Angin minta carikan sebatang jarum.

Lalu proses pencabutan angin pun dimulai. Si Bapak sempat berpesan pada saya, bahwa apapun yang terjadi, ini hanya sekedar ikhtiar kami untuk mencari kesembuhan. Dia ngingetin saya untuk tetap berdoa memohon kesembuhan kepada Alloh SWT semata. Dan sebelum mulai mengurut, saya sempet mendengar dia membaca Al Fatihah dan salawat.
Awalnya sih biasa saja, malah ga begitu kayak diurut kok rasanya. Tapi lama kelamaan… Ya Tuhaaaannn…
SUUUUUUUUAAAAAAAAAAAKKKKKKKIIIIIIIIIIIIITTTTTTTTT banget!


Padahal kata Mama si Bapak cuma sekedar menekan-nekankan jari-jarinya di punggung saya. Tapi yang saya rasakan, tulang saya serasa dicabut pake tang baja. Serius. Buat teriak kesakitan aja saya udah ga sanggup. Udah gitu, tiap beberapa kali tekanan, si Bapak bersendawa. Beuh. Bener-bener nih kayaknya anginnya dicabut, terus ditransfer ke Bapak Pencabut Angin. Beberapa kali saya merasakan ada sesuatu yang ditempelkan ke punggung saya, diiringi suara ‘pletak!’ kayak kayu patah. Kata Mama yang menyaksikan saya, yang ditempelkan si Bapak di punggung saya itu sebenernya cuma daun sirih. Tapi begitu ditempel, si daun sirih itu langsung layu, diiringi suara patah tadi.


Proses pencabutan angin tersebut kalau berdasarkan jam di dinding hanya berlangsung sekitar 20 menit *tapi bagi saya berasa kayak 5 jam!*. Setelah itu, anehnya, rasa sesak dan menusuk-nusuk di dada saya benar-benar HILANG. Dada saya terasa begitu lega, dibandingkan kondisi saya selama 2 bulan terakhir. Yang masih terasa sakit tinggal punggung saya, bekas-bekas usaha pencabutan tadi.

Beuh.

Ajaib deh pokoknya.


Begitu saya menanyakan apa sih sebenernya sumber penyakit ini, si tukang cabut angin itu cuma menjawab secara ambigu, bahwa salah satu kesulitan kita dengan adanya “dua alam”, (or in other words, keberadaan dunia lain) adalah kita tidak pernah benar-benar tahu apa yang diinginkan oleh alam yang satunya itu.

Saya langsung menyesal menanyakan hal itu. Entah kenapa, rasanya kok saya lebih tenang kalau ga tahu yaaa…

Anyway, sepertinya sekali ini saya mesti mengakui, bahwa diagnosis tradisional pun kadang-kadang harus diperhitungkan juga…