Senin, 31 Maret 2008

Menanti Pangeran

Hohoho... Ternyata, banyak juga yang ngasih tanggapan sama posting aku yang pas sebelum ini, mulai dari soal si Ayat-ayat Cinta (sekedar pemberitahuan, akhirnya aku selesai juga baca buku laris yang satu itu), atopun soal betapa dalemnya curhatku...

Soal Ayat-ayat Cinta: The Novel... Duhai para penggemar sejati Ayat-ayat Cinta, silakan menghujat diriku sebagai manusia berselera tidak sesuai umat, tapi aku kok ya tidak bisa menjadikannya sebagai novel favorit ya??? Well, soal aku dan Ayat-ayat Cinta, biarlah dia menjadi topik postingku kapa-kapan (entah kapan itu…).

Tapiii…. Karena salah satu teman tiba-tiba menyebutku: “Ami, yang tak kenal cinta…” aku langsung kejang-kejang… Eeeehhh…. Siapa bilang???

  1. Keluarga klan Flamboyanku apa kabar doooong... kalau tidak penuh cinta dan kasih sayang?
  2. Aku cinta mati sama Ihsan Tarore, Indonesian Idol 2006… Huehehehe… Sampai mempertaruhkan kredibilitasku sebagai dosen (yang sebenarnya juga aku tidak pernah yakin, bener-bener ada atau tidak) waktu bergabung dengan serombongan abegong di bawah usia itu untuk nonton konser live Ihsan
  3. Aku cinta langit biruuu.... entah langit biru dengan awan putih, ataupun langit malam bertabur bintang...
  4. I definetely love my life... Walaupun ada saat-saat dimana seringkali aku ngerasa Tuhan lagi becanda, and sometimes I wasn’t cool enough to see the joke...

Oh iyaaa…. Dan aku masih berharap bahwa suatu saat aku akan mencinta lagi….(berasa kayak teks lagu jaman 80 an gitu ga sih???).

Pernah, aku ngomong sama seorang teman: “dan aku masih menantikan pangeran ku akan datang menjemputku dengan kuda putihnya…” (Ya…ya…ya… fairy tales bangeeett…).

Dia cuma menatapku (dengan tatapan yang maknanya jelas sekali tapi tidak penting untuk ditampilkan disini), diiringi komentar: “Yakin kamu Mi??”.

Iya juga sih. Aku ga yakin bahwa akan ada pangeran berkuda putih menjemputku.

Masalahnya…gimana caranya ada kuda putih di Banjarmasin ya? Setelah mempertimbangkan bahwa kuda (entah itu kuda putih, kuda hitam, kuda belang ataupun kuda lumping) nyaris tidak mungkin menjadi alat transportasi sang pangeran (entah siapa dia… aku masih ragu memilih antara Dude Harlino atau Fedi Nuril, atau haruskah aku setia pada Ihsan?)., aku lalu mencari alternatif lain.

“Ya udah deh… gimana kalo pangerannya jemput aku pake bajaj aja?”kataku pada si teman itu, lengkap dengan gaya mengerutkan kening yang berarti gua-serius-lhooo. Sang teman langsung memutuskan bahwa kacang yang sedang dia makan saat itu juga bisa berfungsi untuk dibidikkan ke arahku.

(Sentimental part: sang teman tidak sadar, bahwa sebenarnya aku berharap dia lah yang ada di bajaj itu…Halah. Sempet-sempetin curhat segala)

Hm…Well, entah si pangeran akan datang naik bajaj, sepeda ataupun jalan kaki aja, aku akan tetap menantinya. Walaupun aku berharap, semoga sang pangeran tidak datang menjemputku naik UFO atau sejenisnya, karena membayangkan mahluk-mahluk yang muncul di Men In Black sebagai pangeran (at least pangeran untukku lho ya….) kok ya terasa agak terlalu seperti script film ya?

Gambar pinjem dari blog orang

Kamis, 27 Maret 2008

Karena Masih Belum Sampai waktuku

Akhirnya, mungkin karena gemes aku masiiiihhhh aja belum baca novel Ayat-ayat Cinta yang super duper populer itu, salah satu teman mengirim e-mail khusus untuk aku disertai attachment pdf novel tersebut. Mohon maaf, nama sang teman tidak aku cantumkan demi menghindari terkalahkannya popularitasku sebagai penulis utama di blog ini (alasan yang sungguh tidak penting). Lagi pula, kok ya aku merasa dia akan jauh lebih merasa damai aman dan tentram kalau namanya tidak kusebut-sebut yaaa... *melirik sang teman*.

Well, sebenernya, kenapa aku masih belum juga membaca novel tersebut (sampai akhirnya dapet e-mail dari si teman itu) adalah karena... Ga kepengen. Apapun pendapat orang, bagaimana bagusnya buku ini berdasarkan review berbagai pihak, tetep saja, aku ga berminat. Di Banjar dulu Kamil pernah menawarkan diri untuk meminjamkan novel ini yang menurutnya sangat menyentuh hati. Tapi tetep, dengan berbagai alasan kesibukan (yang sangat tidak terbantahkan dan relevan dengan suasana di MIPA), aku tetep menunda (dengan tujuan akhir menolak) niat mulianya itu.

Kenapa aku ga kepengen baca?

Personal reason.

Judulnya.

Some people will find it silly, but for me, it’s a totally personal reason and experience. Aku pernah kehilangan kepercayaan akan kata-kata CINTA, dan sampai saat ini, I’m still regaining my faith back into it.

I love my family, I love my friends, I even love my students (despite of their strange and unexplainable attittude), but I still haven’t found my soulmate of love.

Once, I thought I have found it, and I have fought for it. Tapi toh, I just found out that it’s only fairytales. Fairytales do come true for some people, but for me, it remains to be words in storybook children.

Aku sudah membangun citacita itu dengan harapan, menyusun balok demi balok rencana yang kupikir adalah mimpi kami bersama. Dan ketika aku mengira sudah tiba saatnya untuk meletakkan balok-balok akhir dari impian itu, ucapan bahwa ternyata belumlah saatnya, menyapu semua tumpukan itu. Seandainya…seandainya saja… Ucapan itu diiringi dengan suatu janji bahwa saat itu akan tiba, mungkin masih ada balok yang masih tegak berdiri. Tapi karena hanya ketidakpastian yang dia tawarkan tanpa sedikitpun rasa sesal, maka balok-balok itu rubuh dan hancur menjadi pasir. Hilang sudah semua rekatan yang menyatukan mereka Dan sejak saat itu semuanya gelap, dan aku betul-betul melangkah tanpa arah. Pertanyaan yang semula pernah tersingkir jauh, tiba-tiba muncul kembali, and this time, it remains stronger. “Inikah cinta itu? Layakkah?”. Dan betapa menyakitkannya begitu dia berkata, bahwa usahaku menyusun harapan itu adalah ilusi yang baginya semu belaka. Aku tahu, aku pernah salah saat berjalan dalam kegelapan itu, ketika kukira ada cahaya yang redup. Aku tahu, aku punya pilihan dan aku berhak untuk memilih. Aku punya pilihan itu…meski sakit baginya, tidakkah dia sadar bahwa aku pun tak kalah menahan tangis? Aku terima dengan lapang dada semua tuduhannya, semua kalimatnya bahwa akulah yang menorehkan pedih itu. Tapi kenapa, darah yang telah menganak sungai di hatiku ini tak pernah dia seka? Bahkan air mataku pun baginya hanyalah tameng bagi keegoisanku.

Seandainya…seandainya saja.. Ada seuntai kata sesal yang dia ulurkan padaku… Seandainya saja, dia tak menyangkal bahwa dia pernah membuatku hilang arah dan terjatuh dalam lubang tak berdasar… Mungkin aku akan tetap meraih tangannya…

Tapi tetap saja…it remains as “If only…”. Karena rasa sakitku yang aku ungkapkan padanya hanya berbalas bahwa dia merasa sakit, bahwa dia lebih merasa sakit, bahwa sakitku pun adalah ulahku… Dan kecewaku baginya hanyalah emosi tak berdasar, bahwa tangis ku hanyalah bukti betapa lemahnya aku. Baginya, semua adalah salahku, dan sudah terlalu banyak pengorbanannya untukku hingga tidaklah layak aku mengharap dia meminta maaf. Kenapa? Kenapa?

Maka, aku tak percaya lagi. Karena pengorbananku tak pernah dianggap ada. Dan rasa sakit itu sudah terlalu dalam untuk bisa terus dirasakan. Karena...hatiku perlahan kehilangan detaknya, kehilangan rasanya... Dia terlalu lelah dalam penantian, dan ditikam mati oleh tuduhan.

Tuhanlah tempatku berpegang satu-satunya kini. Ke hadapanNya lah wajahku yang penuh air mata kini terus aku hadapkan. Meskipun aku tak menyangkal, bahwa aku sering kali masih bertanya padaNya: ”Terlalu banyakkah yang aku minta?”.

Seberapa derasnya doa yang aku alirkan dalam kalimatku padanya... Maafkan aku Ya Tuhan...jika saat ini, aku hanya mengangkat sebelah alis pada kata-kata CINTA. Karena atas dasar cinta aku pernah begitu lama membiarkan diriku dibelenggu oleh ucapannya, yang kemudian membunuh ku dengan tidak pernah menjadi nyata...

Dariku untuk Kampus Biru Ku...

Masih pengen nyambung cerita soal kuliah aaah….

Salah satu hal yang paling berkesan buat aku adalah waktu aku menjadi salah satu wakil UGM di PIMNAS 2004, waktu itu diselenggarakannya di STT Telkom Bandung. Kami satu kelompok bertiga, temen setimku Emilda Putriasih sama Arifatun Anifah. Sodara-sodara, seandainya anda melihat Emil sekilas saja, mungkin Anda tidak akan pernah menyangka betapa gadis lugu yang Sundaaaaa banget ini ternyata adalah jago pidato. Waktu SMA dulu Emil mewakili Jawa Barat tuh untuk Lomba Pidato P4 tingkat Nasional. Waktu PIMNAS kemaren juga Emil menunjukkan betapa dia ternyata bisa berkepribadian ganda...

Sebenernya sih, waktu PKM kami dinyatakan lolos ke PIMNAS, aku udah lulus dan udah balik ke Banjarmasin. Cuma Alhamdulillah...waktu itu belum punya kerjaan tetap selain jadi tentor di bimbel. Kalo udah kerja kantoran, mungkin susah kali yaaaa minta izin gitu... Jadilah aku balik ke Yogya untuk mempersiapkan diri.

Menang? Hehe... Kita kalah di sesi presentasi, tapi untuk display, kami berhasil menjadi salah satu juara.. Walopun cuma setara medali perak... Tetep bangga dooong bisa ngasih sesuatu untuk UGM.

Kenapa ini sangat berkesan bagi aku? Satu hal yang pasti, disini kerasa banget betapa nuansa kekeluargaan antar mahasiswa UGM tuh dalem banget. Kami satu-satunya wakil dari MIPA, jadi pas awal tuh bengong aja... Eh, tapi pas udah nyampe disana... Kita semua kompaaak banget. Okelah, mungkin nyaris tidak mungkin mengenali seluruh wajah dan menghafal nama seluruh kontingen UGM yang rombongannya ada 3-4 bis gitu. Tapi kita langsung penuh senyum ramah-tamah dan sapaan akrab begitu ngeliat ada yang sama-sama pake jas almamater UGM (dan percayalah...tidak ada yang menyamai warna jas almamater kami yang ’unik’ itu...). Kita bakal saling ngasih tau, ”Eh...si ini dari Fakultas ini sebentar lagi presentasi di ruangan...., nonton ya?’. Atau nanya: ”Udah maju? Kapan? Di ruangan mana?”. Pokoknya seru aja, kita berusaha sedapat mungkin setiap kali ada wakil UGM yang presentasi ada supporter yang siap memberikan kegegapgempitaan di barisan belakang. Kalo ga salah sih si Masrur tuh yang bakalan bertugas membagi-bagi kontingen supaya ada pemerataan dan distribusi yang baik untuk pendukung di setiap ruangan. Di kamar juga seru abis... Kebayang aja kalo satu ruangan ada 12 orang gitu... Di kamarku dulu, ada 9 yang dari UGM, 3 orang lagi dari Universitas apaaa... gitu lho... Tapi mereka tidak pernah bertahan lama di kamar selain utnuk tidur... Merasa terintimidasi kali yaaa.... Cuma mahasiswa? Hoho... Bahkan para bapak-bapak staf itu bakal berputar mengelilingi setiap ruangan mencari wakil yang lagi presentasi, dan teriakan-teriakan mereka betul-betul tak dinyana kalo melihat usia dan penampilan mereka.. Salah satu yang membuat aku terharu adalah begitu Pak Bambang Rusdiarso, dosen Kimia yang juga salah satu petinggi bidang Kemahasiswaaan di Rektorat mendatangi aku di stand kami pas acara pembukaan. Untuk apa coba? Mengucapkan : ”Terima kasih ya Mbak...udah mau jauh-jauh dateng dari Kalimantan demi UGM. Kami sangat menghargai kehadiran Mbak disini..”. Hiks. It really touches me.. Dan saat itu juga aku berjanji, I’ll do my best..

Tentu saja...peserta tidak hanya UGM dooongg... Nasional gitu lhooo.... Jadilah kami berkenalan dengan mahasiswa-mahasiswa dari seluruh penjuru Nusantara. Seru aja pokoknya... Tapi teteup... salah satu wakil dari IPB ngomong ke kami: ”Aku ngiri deh liat kekompakan kalian, kami kontingen dengan jumlah peserta terbanyak...jadi susah untuk bisa sekompak kontingen UGM”. Nah, waktu PIMNAS ini juga aku sempet ketemu sama Erick dan Gombloh, wakil dari Unlam. Dan aku ketemu mereka lagi setelah aku berstatus jadi dosen dan mereka masih mahasiwa di Unlam... Hehehe... Kamil juga jadi wakil Unlam waktu itu, dan dia bilang dia liat aku, tapi aku kok tidak merasa melihat dirinya ya??

Acaranya cuma 3 hari 4 malem. Tapi banyaaaaak banget pengalaman yang berkesan... Apalagi pas hari terakhir ada acara city tournya. Kami kebagian ke Kebun Strawberry di Ciwidey, dan Danau Situ Patenggang (kali ya, rada lupa gitu euy...). Malemnya, waktu acara penutupan dan pengumuman pemenang...teteup dong kontingen kami dengan penuh huru hara berfoto ria dan beraksi setiap kali ada kamera, walopun seringkali kamera itu ditujukan sama sekali bukan untuk kami...Kami dengan penuh percaya diri tetap bergaya, walaupun sebenarnya porsi kami hanyalah sebagai latar belakang alias pemeran figuran yang tidak diharapkan oleh yang punya kamera

PIMNAS 2004 itu berakhir dengan IPB sebagai juara umum. Kami dari UGM berada pada posisi keempat dari segi pengumpulan medali terbanyak. Tapi, apapun hasilnya, kami semua sudah merasa bangga bisa mewakili dan menyumbangkan sesuatu bagi UGM di tingkat nasional. Daaaan.... Semua peserta dari UGM berhasil memperoleh penghargaan lho... Jadi kami semua bisa berfoto bersama dengan setiap kelompok dengan bangganya mengangkat tinggi-tinggi sertifikat yang kami peroleh...

Sampai kapanpun juga...kenangan ini tidak akan pernah aku lupakan, dan justru menjadi penyemangat bagi aku untuk membimbing mahasiswaku di PKM. Insya Allah, semangat aku waktu membela UGM akan berusaha aku salurkan dalam bentuk semangat untuk meningkatakan Prestasi Unlam di PKM. Mudah-mudahan mahasiswa kami tetap bersemangat untuk terus berpartisipasi dalam PKM. Amiiiinnn...


Minggu, 23 Maret 2008

Cintaku pada Kampus Biru

Habis baca blog-nya Indira..aku jadiiii.. Jadi apa ya? Halah. Ga jelas. Enggak, si Indira cerita soal kampusnya dulu, jadi keinget sama kampusku juga. Kampusku yang dulu... Kampus Biru... Sampai sekarang, aku masih bingung kenapa UGM selalu disebut sebagai Kampus Biru. Mama yang aku tanyain pernah menjawab bahwa itu karena dulu UGM pernah jadi setting untuk film (dan novel) yang berjudul "Cintaku di Kampus Biru". Sebenernya sih, sepertinya aku bertanya pada orang yang salah. Kenapa juga aku nanya ke Mama ya? Toh hubungan Mama dengan UGM cuma sekedar anak sulungnya dulu kuliah disana... Terus, aku pernah denger, bahwa dulu Balairung UGM itu warnanya biru, makanya namanya Kampus Biru. Aku sama Retno sama-sama tidak sepakat akan hal itu. Karena Balairung tuh ga ada biru-birunya. Dan pilar-pilar itu sepertinya akan kelihatan konyol kalau di cat biru. Dilihat dari warna jas almamater? Enggak bangeeeettt.... Jas almamater kami warnanya adalah warna yang sangat nanggung, dibilang coklat terlalu muda, dibilang hijau kayak lumutan, dibilang biru juga jauh banget dari kenyataannya..

Eeeniweeeii.... I’m so proud to be a part of this University. One of the best in Indonesia, dan untuk humanity science, UGM juga pernah masuk dalam 100 besar dunia. Yang aku sukaaa banget dari UGM adalah aura kerakyatannya. One of the most humble University. Dulu waktu aku pertama kali ke Jogja, sopir taksi yang aku tumpangi pernah bercerita dengan bangga bahwa anaknya dua-duanya kuliah di UGM, dan berteman dekat dengan anak seorang tukang becak. Waktu kuliah dulu pun, suasana kampus diisi dengan mahasiswa yang berpenampilan ‘yang penting kuliah…bukan ngegaya’. Dan tetep… yang namanya UGM udah punya nama besar and respected as one of the most prestigious one. Yang aku sedih, katanya sekarang UGM sudah tidak sehumble dulu lagi. Katanya sekarang gedung-gedung kuliah semakin tinggi menjulang, dan status BHMN menjadi andalan untuk segala macam aliran uang. Hiks... Pernah beberapa tahun yang lalu aku nangis di depan TV nonton Metro Realitas, waktu itu salah seorang pedagang pinggir jalan berkata dia sudah melepas cita-cita agar anaknya bisa kuliah di UGM, karena ”...cuma orang kaya yang bisa kuliah disana sekarang...”. Padahal dulu, bagi aku (dan mungkin juga bagi semua almamater lainnya) UGM adalah bukti bahwa kalau memang pengen cari ilmu, uang tidak selalu jadi penghalang... Bagi aku dulu, UGM adalah bukti bahwa, selama kita berniat, walaupun secara finansial ’ngepassss banget’, kuliah di UGM tetep bisa dijalankan...

Udah ah...segitu aja dulu kali ya soal kesan-kesanku tentang Universitas ku tercinta. Lagipula sebenernya inti dari cerita aku kali ini bukan itu (lha, terus satu paragraf di atas tadi mukaddimah doang? Jago ngegombal memeng yaa....). Seingatku, aku ga pernah jadi a spectacular student at the University. Ya ngalir aja… Organisasi gitu-gitu aja, walopun pernah beberapa kali ikut kepanitiaan. Jadi inget, salah satu kepanitiaan yang paling berkesan dulu adalah waktu jadi Panitia Sadamika 2001, OSPEK Jurusan Kimia. Seperti biasa sebagaimana di berbagai acara OSPEK lainnya, ada polling tentang ”Panitia Paling...”. Kategorinya adalah ”Paling Kalem”, ”Paling Cerewet”, ”Paling Baik Hati” dan ”Paling Cool”. Oke, bisa nebak dooong aku masuk ke kategori yang mana? Paling Cool? Wah, anda belum mengenal saya kalo menebak itu... Jelassss aku dinobatkan sebagai Panitia Paling Cerewet. Yang cukup menohok adalah, aku terpilih secara sangat aklamasi. Untuk Panitia Paling baik Hati, dari 3 nama teratas hasil polling, peringkat satu ada sekitar 30an suara, peringkat 2 sekitar 25an, dan peringkat 3 sekitar 20an. Gitu juga sama kategori lai-lainnya. Rata-rata selisih antara yang pertama, kedua dan ketiga tuh sekedar selisih 3-4 suara. Lha, aku? Aku langsung melejit ke posisi teratas dengan 86 suara!!! Di bawahku untuk peringkat kedua dan ketiga masing-masing cuma 4 dan 3 suara. Aku ga tau harus bangga atau tertunduk menerima kenyataan ini....

Lulus setelah 4,5 tahun kuliah. Dan aku selalu menekankan 4,5 tahun, bukan 5 tahun. IP? Yaaah... 3 lebih dikitlah...ga sampai cum laude. Itu pun setelah menghapus 6 mata kuliah. Yang aku hapus dulu Kimia Bahan Alam yang dapet C (ga kaget sih begitu liat pengumuman nilainya, aku memang ga pernah bakat dengan struktur-struktur organik yang sombong dan menyebalkan itu), Sains Bahan juga dapet C (sampe sekarang aku masih inget...beberapa temanku jadi merasa bersalah, karena mereka dapet B...Hahahaha... sampai-sampai mereka meyakinkan aku bahwa mereka akan mendampingiku protes ke dosen). Yang lainnya? Aku hapus karena aku tidak merasa layak untuk dapet B: Mikrobiologi (14 kali kuliah, dua kali saja yang sukses aku lewati tanpa tertidur, waktu UTS dan UAS doang), Kimia Permukaan, Kimia Zat Padat, sama apa lagi ya? Yah...pokoknya 6 mata kuliah laah... Sidang Skripsi Alhamdulillah bisa dapet A, dengan nilai 3,37. Skala nilai sidang skripsi kalo ga salah rangenya 0-4, dan untuk dapet A minimal 3,2. Jadi inget, dulu selesai sidang, aku keluar langsung cengengesan, dan ga bisa makan snack. Beda banget sama si Yesi yang begitu keluar malah langsung nyari makan. Sura? Dia keluar dengan wajah lemas dan langsung nyari minum. Ratih tuh yang nyaris nangis waktu keluar ruang sidang. Nunggu dengan rasa deg-degan...dan nyaris ga bisa jalan masuk lagi ke ruangan waktu dipanggil untuk dikasih tau hasinya. Apa yang dikatakan dosen penguji waktu ngasih petuah tentang hasil sidangku ga sepenuhnya aku dengerin, secara telingaku tiba-tiba saja jadi filter untuk menyaring informasi sesungguhnya. Jadi begitu Pak Sri Juari ngomong: ”...jadi berdasarkan hasil diskusi para dosen penguji mengenai sidang skripsi Anda...Saudari Utami Irawati dinyatakan berhasil lulus dengan jumlah nilai 3,37...yang layak untuk memperoleh nilai A”. Aku ingeeet banget, begitu denger itu, reaksi pertamaku adalah: ”Hah? Serius nih Pak? Beneran Pak? Bapak yakin? Ga salah hitung tuh Pak?”. Pak Karna langsung ngomel..”Tuh kaaaan...seharusnya jangan dikasih tau gitu...”. Aku langsung cengar-cengir...setengah mau nangis setengah pengen ketawa lega.... Legaaaaaaa banget rasanya. Apalagi perasaan waktu sidang ada beberapa pertanyaan krusial yang aku bener-bener lupa jawabannya. Aku lupa range sinar IR itu dari berapa-sampai berapa, dan waktu ditanya entropi itu apa, aku cuma jawab: ”Delta G Pak. Rumusnya Delta G sama dengan Delta H minus T kali delta S” dengan wajah tapi-saya-sendiri-tidak-yakin-nih-Pak. Kesalahan fatal, karena itu adalah rumus pertama yang diajarkan oleh Pak Karna, si dosen penguji yang menanyakan hal itu, pada waktu dia mengajar Termodinamika Statistik (Aaaahhh... baru ingeeeet... Aku juga menghapus Termodinamika Statisitik...karena dapet B padahala aku merasa tidak bisa menyerap ilmu apapun dari MK ini)

Eh, udah satu setengah halaman toh? Halah. Kalo bikin tugas esay aja, susah banget dapet satu paragraf...

Ya udahlah...inti dari cerita ini adalah... I’m so proud to be a part of Gadjah Mada Univrsity! I love UGM dah pokoknya… daaaannn…. I love Jogja…. (dan aku bisa melihat ada beberapa yang manggut-manggut setuju begitu baca statement ini…: p)

Gambar berasal dari sini

Kamis, 20 Maret 2008

Kenapa Jurusan ini Sih?

Hari ini ada lagi yang nanya: "Kok ga ngambil kimia lagi aja sih?". Dan dia adalah orang ke 338 yang menanyakan hal itu. Kurang beruntung. Seandainya dia lebih sabar menunggu sampai ada 162 orang lagi yang bertanya, kemudain dia bertanya sebagai orang ke 500, maka dirinya akan mendapatkan sebuah payung cantik...

Hmmm...Kenapa ya? Kalo lagi mentoooooook banget dengan esay (dan percaya deh, mentok itu terjadi setiap 15 menit sekali) di PG Room (my sanctuary), biasanya aku bakalan bengong sambil ngeliat keluar jendela, dan brpikir : "Ya Allah... Apa sih yang sebenernya ada di pikiranku sampe ngambil jurusan ini????". Eh, tapi Senin kemaren mentoknya ga lama ding! Secara waktu lagi bengong gitu...ada mahluk manis lewat jalan tembus Education yang di samping Rotunda terlihat dari jendela...Huhuhu... dan dia berhenti sejenak untuk membetulkan tas ranselnya... Maniiiiissss (Iya Sur...iya...gua tau lu ga bakal percaya, manis standar nya akuuuu....!!!)... Setelah dia berlalu, tiba-tiba saja aku langsung mengetik dengan kecepatan tinggi... Wah, kayaknya setiap Senin jam 12an mesti ngerjain tugas di depan jendela itu deh... Semoga si manis ber tas ransel itu memang jadwal regulernya hari dan jam segitu yaaa....

Eh, aku tadi mau cerita apa ya?

Oh iya... Kenapa aku milih jurusan ini? Kalo ada yang males ngecek di bagian profil, aku sekarang lagi mensukseskan program sertifikasi dosen dengan jalan kuliah lagi, ngambil jurusan Environment and Sustainability. Dan percayalah padaku yang tengah menimba ilmu disini...nyariiiiiisssss ga ada hubungannya sama jurusanku dulu, Kimia. Mari kita liat judul2 mata kuliahku: Environmental Governance and Citizenship; Ecological System and Management; Persepectives on Environment and Sustainability, sama Environmental Analysis. Mana....mana Kimianya coba????

Kalo mau mencari alasan, aku sebenernya cari aman. Kalo aku ngambil Kimia lagi, kayaknya rugi aja kalo bukan by research. Tapiii....semua orang yang punya background Kimia atau pernah penelitian di bidang Kimia pasti tau betapa misterisunya Kimia itu. Kita ga bisa nebak kapan penelitian kita bisa sukses. FYI, aku cuma perlu waktu 3 minggu untuk nulis skripsi hanya dengan masing-masing 1 kali revisi dari kedua dosen pembimbingku. Dan itu ga bisa dibanggakan sebagai suatu proses yang cepet, karena skripsi itu adalah hasil penelitianku selama 1 tahun lebih... Nah, makanya aku jadi mikir mau ngambil Kimia lagi by research. Kalo ternyata penelitiannya ga sesuai sama yang diharapkan sama supervisor kita, gimana coba??? The problem is, aku dapet beasiswanya APS yang pake semacam sistem kontrak gitu. Pokoknya akhir tahun 2009, semua penerima beasiswa sudah harus nongol lagi di Indonesia. Lha, kalo misalnya aku belum selesai gimana coba???

The next reason is... I miss the river in my city... I really love my city, actually. Cuma yang aku ga suka adalah, kami terkesan terlalu memaksakan diri untuk ikut modern, lalu ikut-ikutan membangun disana-sini, lalu kemudian ditinggalkan begitu saja... Dulu, waktu kecil, aku inget...banget, pernah dibawa Abah naik Vespa ke tepian Sungai Barito. Sebagai anak kecil berusia 5 tahunan waktu itu... aku bener-bener terkesan... Dan Abah cerita, dulu waktu dia masih kecil, sungai-sungai jauh lebih 'teduh' dibanding sekarang.

Aku pengen, di jurusanku yang sekarang, aku bisa dapet ilmu untuk melakukan perubahan. Terlalu muluk? enggak juga ah... Aku ga pasang target merubah dunia.. Paling enggak, aku bisa merubah diriku sendiri dulu, merubah perspektif dan cara pandangku...mudah-mudahan bia menjadi lebih baik lagi. Dan salah satu harapnku adalah...membuat orang lain terinspirasi bahwa dunia ini bisa menjadi lebih baik lagi karena perbuatan kita...

Dan Alhamdulillah... 4 minggu kuliah disini, yang aku dapatkan jauuuhhhh lebih banyak daripada yang aku bayangkan. The greates thing about studying here adalah, begitu banyak mahasiswa dari background yang berbeda-beda, dengan perspektif yang berbeda-beda pula. Subhanallah...itu semua membuatku semakin sadar...betapa kayanya dunia ini, betapa berwarnanya hidup ini...

Tapi teteup..kadang-kadang aku merindukan Kimia. Apalagi kalo lagi di ujung jurang keputusasaan sama model esay yang jauh berbeda dengan yang pernah aku kerjakan. Betapa aku merindukan alat-alat gelas itu, bahkan AAS kami yang dari jaman purba. Aku tidak pernah menyangka bahwa aku akan merindukan proses bertahap pengenceran larutan stok Pb 1000 ppm menjadi deret standar 1 - 5 ppm. Kalo biasanya suka deg-degan mau AAS, aku malah sekarang mikir, kapan bisa ngukur lagi ya... Aku pengen liat lagi betapa larutan Cr(VI) itu berubah warna dengan cantiknya dari kuning menjadi violet begitu ditetesi 1,2-difenil karbazid (yang harganya ngajak miskin banget...).Aku kangen Lab. Aku kangen Lab Analitik, Kimia I, Lab Instrumen. Aku pengen bantuin Ka Hasnah dan Fahriza lagi ngukur sampel, walopun hanya sekedar jadi pencatat data (syukur-syukur kalo dipercaya buat mengencerkan)... Hiks.... Aku kangen kerja di laaaabbb.....

Selasa, 18 Maret 2008

Bintang Bersamaku?

Semestinya memang tak perlu......

Dan lagu itu tetap mengalun dalam sekedar gumaman lirih, hanya untuk menghibur diri, bahwa sunyi pun bisa dipecah sendiri

Dan aku? Aku hanya mencari...menepis dedaunan itu... Adakah? Dan bintang itu pun meyakinkan aku..ada salah satu dari mereka yang tersenyum untukku

Ada ribuan bintang di tanpa batas disana...yang mana akan mengulurkan cahayanya untukku?

Dulu, pernah kilau bintang hanya berlalu meninggalkanku yang berlari mengejarnya

Dan aku kini duduk disini, menanti...

Hingga bintang untukku akan menemani memandang indahnya pelangi..pelangi kami

*waktu lagi 'patah hati'...Hiks...*

Senin, 17 Maret 2008

Malam

Malam ini berbicara dalam sunyi

Berbalik, adakah kau disitu?

Hanya setitik debu, melayang...jatuh...

Pekat gelap yang menghimpit membuatku nyaman...dan kurasakan lembut tanganmu menghapus basah yang mengalir, menganak sungai di sisi wajahku...Hanya bisikan bintang kah?

Aku menunggu, terlalu lelah dalam harapan.. Layak kah?

Ada sekilat cahaya di ujung sana..semu..dan menggoda.

Dalam penantianku, kugapai semburat sinar itu...hanya sesaat...sesaat saja..tidak lebih dari sekedar waktu yang diminta angin untuk mengusap perlahan dedaunan di senja hari...

Dan kau tunjukkan ujung jalan itu. Atau aku kah yang mencari ujung itu? Mengapa tak sama?

Sinar itu telah lama memudar, hanya kerling peri yang kemudian lari...tertawa geli melihat diriku..

Kau ulurkan lilin itu padaku, dan meniup cahayanya hingga api itu menari, meliuk namun tak pernah mampu untuk menghangatkan badai ini... Untukku kah pelita itu?

Menari, berliku menghitung setiap kerikil yang kita lempar bersama

Lirih, menelusuri kata yang dihapus ombak dari ukiran di atas pasir dengan sepotong ranting kering...

Jingga,katamu...adalah senja kita

Tapi senja adalah ujung hari...dan jingga selalu ragu di batas kuning dan merah...

Mengapa bukan fajar? Saat awal, dimana hitam berbatas jelas dengan putih...

Haruskah aku berbalik kembali?

Membayangkan Pipa dan Teringat Bola

Another 40 degrees day... Kulia lagi di hari Senin.. dan yang terbayang-bayang di benakku bukanlah bagaimana menyusun DPSIR Analysis Framework on deforestation...tapi bagaimana menyusun pipa... Arrrgghhh.... Seharusnya aku memang tidak usah iseng segala membuka folder game yang aku copy dari si Mayang dulu di Bandung. Yang ada sekarang aku terus menerus terbayang-bayang pipa-pipa di Soda Pipes itu...

Jadi inget, waktu jaman KKN dulu, yang terbayang selain program-program PP adalah...bola-bola ajaib... Hiks, jaman KKN dulu kan aku yang merelakan komputerku menempuh ekspedisi melelahkan Yogya - Jatiroto, Wonogiri. Dan saking tidak adanya hiburan lain, kerjaan kami sehari-hari di depan komputer adalah main Magic Lines. Ada yang pernah main game ini? Game kecil sih, tapi kalo belum pernah main... JANGAN! Apalagi kalo sadar bahwa masa depannya tergantung deadlines dan due dates... HIGHLY ADDICTIVE... Dulu, sampai-sampai Kepala Desaku aja telaaaaaaat banget masuk kantor gara-gara main game ini di komputerku. Kita waktu itu berasa serba ga enak, mau ngusir ya gimanaaa...kepala desa gitu lho, dan kita kan pondokannya ya di rumah beliau. Tapi di sisi lain, kita juga pengen maiiiiinnn.....!!! Game ini juga bisa menjadi sumber pertumpahan darah antar temen, secara kita bakal dengan ambisiusnya berusaha mencapai puncak high score. Kadang-kadang, orang-orang yang terlalu pengecut untuk menunjukkan kemampuannya (atau memang ga bisa?) bakal dengan seenaknya menghapus list high score... Dan yang terjadi selanjutnya adalah histeria dari si (mantan) pemegang rekor: "Siapa yang menghapus high scorenya???? SIALAN LU YAAAA....".

Untunglah...masa itu sudah lewat...

Tapiii....pipa-pipanya kebayang terus niiihhh..... Udah nyampe level 24, dan penasaraaaannn....

Jumat, 14 Maret 2008

Weird

Clayton hari ini: 40 derajat Celcius!!! Gilaaa..... Dan gara-gara males banget beranjak dari tempat tidur, jadilah aku baru nyampe perpustakaan jam...12 siang! Iya, pas panas-panasnya gitu...

Balik ke rumah jam 4an, langsung tidur..eh, makan dulu ding. Ya itu, mungkin saking panasnya, mimpiku jadi aneh... I dreamt about...eng ing eng.... Dia. Bukaaannn... bukan si mantan ituuu... My enigma. Huaaaa.... After so long, setelah sekian lama aku ga pernah berhenti sejenak untuk memikirkan dia, udara panas Clayton tiba-tiba menginspirasi alam bawah sadarku untuk memimpikan dirinya... Mimpi yang aneh... Aku dapet jatah untuk pulang, dan dengan penuh semangat aku nyampe sekolahan (Nah, ini juga aneh...kok bisa-bisanya tempat pertama yang aku datengin adalah SMA ku di jaman dulu) dan dia ada disana (padahal SMA ku dan dia tidak bisa dikorelasikan dengan hubungan apapun). Lagi... ngerujak. Aduuuuhhh... Udah mulai nyampur-nyampur nih, kenangan jaman SMA sama kerinduanku akan buah-buahan lokal: jambu air, belimbing, mangga muda, ampalam, arrrgghhh.... Nikmatnya ngerujak di hawa seperti ini...Slurrrppp.....

Bangun-bangun, aku nyengir sendiri. Apa kabar dia sekarang ya disana? What I feel for him right now is nothing. Cuma sekedar 'cerita'. But still... a dream about him, tiba-tiba membuatku merindukan teman-temanku yang lain... Dan membuatku merindukan rujak...

Kamis, 13 Maret 2008

Baru di FS

Ada yang punya FS alias Friendster? Liat deh...ada yang baru di FS (atau aku aja ya yang baru merhatiin?). Di Pojok kanan atas...itu lhoo...sanaan dikit... Iyaaa.... yang paling atas pojok kanan... Sekarang ada pilihan Bahasa Indonesia sebagai bahasa tampilan di FS. Kemaren aku liat masih "Bahasa" sekarang udah berganti jadi "Indonesian". Masih versi Beta sih, jadi kayaknya masih uji coba gitu ya?

Aku dengan isengnya (sambil berusaha melupakan beban essay 3000 kataku untuk Ecological System and Management) mengklik pilihan tersebut...

Ih, kayaknya rada maksa deeehhh.... Berasa geli aja ngeliat pilihan kata-katanya. Wagu. Statusku masih rada lumayan laaahhh... "Lajang". Tapi... "Shout Out" dirubah jadi apa coba? "Jeritan". Waduh. Serem aja...kesannya kita yang dengan mengerikannya menjerit-jerit gitu... Definisi status lainnya? "Married" ya masih diartikan sebagai "Menikah". "In A Relationship" jadi... "Ada Hubungan Khusus". Mulai maksa kan? Khusus yang gimana coba maksudnya? Nah... "Domestic Partnership" jadi apa coba? "Pasangan dari Dalam Negeri". Iya...Serius gua.... Itulah terjemahan versi FS. Gimana aku ga bengong sedetik kemudian ngakak semenit... Terus, kalo pasangan kita satu daerah apa dong? "Local Partnership"? Kalo dari provinsi yang sama? Halah... Sekalian aja ada "Regional Partnership", terus "International Partnership"...

Terus juga, "how do you connect" dengan ajaib berubah menjadi "Bagaimana Anda berhubungan". Aku jadi gatel pengen jawab: "baik-baik saja kok... ga usah khawatir dengan bagaimana saya berhubungan dengan dia, tidak ada masalah..."

Belum lagi, kalimat "you have...friend in common", masa tiba-tiba saja berubah jadi "Anda memiliki...teman sehobi". Halah. Ga jelas.

Mari lihat sisi baiknya... Artinya Bahasa Indonesia sudah mulai diakui keberadaannya di dunia virtual. Tapi ya wajar sih, denger-denger memang Indonesia dan Filipina adalah yang paling banyak punya account di FS (dan aku adalah salah satunya...). Tapi ya itu tadiiii.... Padanannya banyak yang ga nyambung... Tapi asyik juga buat lucu-lucuan... Walopun kata-kata "Tertarik Dalam: Berkencan dengan Pria, Berhubungan dengan Pria, Teman, Mitra Aktivitas" yang di profilku itu kok berasa ngeganjel banget yaaa.....

Senin, 10 Maret 2008

Deal with It...

Tadi malem, gara-gara bete dengan koneksi internet yang lagi moody, aku maen nongol aja di kosnya Linda yang cuma sepelamparan kerikil dari kost aku. Sekalian ngasih belanjaan titipan Santi... Jadi aja kita ngobrol-ngobrol ga jelas...dan sampai pada satu topik tentang salah seorang temen yang kayaknya betul-betul desperado dengan kuliahnya. Si teman ini katanya sampai sudah berniat menemui student counselor untuk curhat...

Walah, kalo mau jujur mah...kita semua juga pada gelagapan dengan yang namanya kuliah. Apalagi beberapa bapak-bapak yang beralasan sudah 13 tahun meninggalkan bangku kuliah... (kalo tidak salah, bapak itulah yang mengeluarkan statement terkenal di kalangan kami: "I left my English in Indonesia..."). Sistem belajar yang beda sama kuliah di Indonesia, assignment yang bertumpuk-tumpuk...Critical essay, literature review, reading list... Baca..baca...baca... Dulu tuh, waktu jaman kuliah S1 dulu, reading listnya aku kan cuma 4 untuk setiap mata kuliah, catetanku sendiri, fotokopian dari dosen, fotokopian catetan Sura/Ratih, plus fotokopian catetan Retno (kalo dia ngambil mata kuliah yang kebetulan sama, kayaknya jarang deh, anak ini hobi sekali menantang mata kuliah2 yang mengerikan...). Lha, sekarang? Tiap minggu untuk satu mata kuliah aja required readingnya paling enggak 3, masih ditambah supplementary reading. Gimana aku ga berakrobat ria...

Kembali ke masalah stress menyetress itu... Selain masalah bacaan yang setumpuk, si teman yang super desperado itu dengan hopelessnya mengatakan betapa dia terintimidasi dengan salah satu teman sekelasnya yang sepertinya sudah menyerap semua materi kuliah tanpa sisa dan dengan lancarnya ngomong, bertanya, dan bahkan mendebat dosen. Betapa dia merasa seperti orang bodoh begitu para bule non-international student itu nyerocos dan nyaris tidak ada satu kalimatpun yang nyantol dan meresap untuk dimaknai dengan sempurna.

Walah...ya sama aja dong... Tiap kali kuliah juga, tidak 100% kata-kata dosen bisa aku denger dan ngertiin. Dan ya bener, paling susah kalo udah diskusi dengan student asli sini, secara bagi kami logatnya yang sangat mumble ('gerunum-gerunum' ga jelas..) dan cepeeet banget. Tapi, aku mah ya terima aja...So what? Toh, baru kuliah 2 minggu ini... Ya wajar lah kalo kita masih berusaha adaptasi. Ya ga mungkin dong semua langsung bisa ditelen dan dipahami dengan sempurna... Kalo dari penjelasan si dosen ada 50% yang aku ga ngerti, ya paling tidak kan ada 50% lagi yang aku ngerti... Kalo dari diskusi kelas 80% aku ga ngerti apa sih yang mereka omongin, ya sisa 20% itulah yang sedapat mungkin dipahami habis-habisan...

Kalo cuma terpaku pada bagian yang kita ga ngerti, ga bakal maju.. Yang ada malah kita tambah panik. Kenapa ga nyoba dari yang ngerti dulu sih? Learning is a process, not an outcome... Berusahalah untuk maju dengan apa yang kita udah punya, jangan berputar-putar tidak jelas karena meratapi yang tidak kita ngerti...

Doesn't mean that I never complain... Wooo... Teteup dong aku yang drama queen ini berkeluh kesah dengan hiperbolisnya...Hahahaha... Wajar aja kok aku pikir kalo kita pengen 'melepaskan beban'. Cuma kan sekarang masalahnya adalah, setelah berkeluh-kesah, lalu apa? Ya jangan setop di bagian meratapi nasib doang dong ah.....

Dan salah satu prinsip yang aku pegang selama ini: "Kalau memang niatnya baik, Insya Allah jalannya akan selalu dimudahkan sama Yang di Atas". Itu aja. Dan aku percaya banget, bahwa belajar, adalah bagian dari ibadah.

Hmm….kalo gitu, dengan due date untuk 3 essay yang menjelang 3 minggu lagi, kok aku masih sempat ngempi ya?

Gambar diambil dari sini

Sabtu, 08 Maret 2008

Pengisi Dompet

Dompet biasanya isinya apa?

Duit...jelas... Selain itu? Kartu. Berbagai macam. Waktu di Indonesia dulu, isi dompetku kartu-kartu ini: KTP, Karpeg, dan Kartu Askes.

KTP biar ga dirazia (aku kan orang baik-baik...), Karpeg selalu dibawa karena Bagian Kepegawaian Fakultas hobi sekali meminta fotokopi Karpeg kami, kemudian menghilangkannya dan meminta fotokopinya lagi. Kartu Askes jadi tak terpisahkan semenjak jadi peserta Program TB Nasional tahun kemaren.

Plus... Kartu-kartu berobat di berbagai klinik ini...

Um..masih ada 2 kartu berobat lagi sih sebenernya... Gilaaa.... Aku kok kayaknya hobi banget sakit-sakitan ya?

Di sini, selain jenis duit yang berubah (jadi dolar lah Bo’....!), jenis kartunya juga berubah.

  • Student Card

Selain identitas satu-satunya (sudah 2 bulan disini, dan aku masih ga ngerti sistem KTP macam apa yang diterapkan di kabupaten Clayton sini), Student Card ini juga dipake seringnya buat pinjem buku di perpus, kan ada barcodenya. One thing that I really like about this card (selain bahannya yang ga mungkin sobek) adalah, I really look cute on the card, don’t I?

  • OSHC Card, Askesnya International Student disini.

Kartu yang penampilannya paling menyebalkan. Tipis, dan entah kenapa foto yang dipajang sama untuk semuaaa OSHC Card lainnya. Dan jelaaaas, gambar itu sangat tidak representatif terhadap keadaan diriku. Yang pasti, aku selalu keliatan seperti orang bodoh kalo make topi kobi semacam itu. Tapi selalu dibawa-bawa, siapa tau iseng pengen ke GP. Baru dipake sekali waktu ke GP di Universitas, karena...gatelan...

  • ATM Commonwealth

Perlu penjelasan apa lagi??? Inilah penyambung nyawa para international student disini...Dan kartu ini punya siklus per 2 mingguan untuk kembali fit (Rabu untuk APS kayak aku, Kamis untuk yang ADS).

  • Kartu buat Print dan Fotocopy

Buat dipake di perpus. Creditnya bisa diisi ulang pake semacam vending machine gitu. Print atau copy di perpus harganya sama, 12 sen perlembar. Jadi biasanya receh-receh kembalian belanja parkir sebentar di dompet, dan berakhir di vending machine demi kelanjutan hidup si kartu ngeprint ini

  • Metcard

Ke kampus dari kost jalan kaki doang. Tapi karena secara impulsif suka tiba-tiba terinspirasi maen kemanaaaa...gitu, selalu lah si Metcard ini dibawa-bawa. Biasanya nyiapin yang ’10 times, 2 hours, full fare’, kecuali memang rencana dan niat banget mau pergi ke seharian, baru beli yang daily. Bisa beli di atas bus atau di stasiun sih, tapi aku lebih suka beli di toko-toko. Soalnya kalo beli di toko gambarnya bagus-bagus...lucu-lucu... Mau dikumpulin buat mainan si Didut nanti kalo udah pulang.

  • Sunday Saver

Temennya si Metcard.

Tapi jauuuuh lebih murah . Kebayang aja, kalo daily tiket Zone 1 itu $6.5, daily ticket untuk Zone 2 $4.60, terus daily ticket untuk zone 1&2 sekaligus itu sekitar $10-11 (ga tau pasti, ga pernah beli soalnya…). Lha, si Sunday Saver ini bisa dipake seharian untuk semua Zone (selama itu masih hari Minggu) dan harganya cuma $2.90!!! Siapapun yang menciptakan peraturan ini… Semoga Tuhan memberikan banyak rezeki kepada anda-anda…

  • Fotokopi Paspor

Daripada dituduh imigran gelap?? Karena sadar diri sebagai orang yang suka amnesia sesaat, dan males menanggung resiko kehilangan sehingga harus mengurus penggantinya, yang aku bawa dalam dompet cuma fotokopi aja (diperbesar dua kali dengan niatnya...). Yang asli tersimpan dengan aman di rumah. Oh iya...satu hal penting: jangan percaya pada fotonya. Aslinya aku jauuuuh lebih cakep dibanding yang di foto itu.

  • Kartu Minum Kopi

Kartu ga penting sebenernya. Cuma pernah ngerasa rugi waktu beli kopi di Meeting Point dan lupa bawa kartu ini, jadi aja sekarang dibawa-bawa terus. Tiap kali beli kopi kan dijeglek tuh sama yang jual, kalo udah dijeglek 8 kali, dapet gratis satu cangkir kopi… Sampai sekarang baru 2 kali dijeglek, karena sekarang bawa coffeemix sachetan sendiri..

Tapi, mau ada dimanapun juga…yang tidak pernah beranjak sebagai isi dompet adalah foto-foto ini…. For I always miss them...

Kamis, 06 Maret 2008

Membalik Kurva

Gara-gara percakapan yang tidak mengenakkan di malam sebelumnya, aku bangun dengan muaaaalleeeeessss banget pagi ini. Dan sarapan tidak membantu membangkitkan mood. Jadi aja aku browsing ga jelas di depan laptop (well, mau mood bagus atopun enggak, aku memang selalu brwosing ga jelas sih...). Waduh, mana imedia lagi dihentikan sementara penayangannya (Wahai para PR yang banyak duit...Mbok pada nyumbang supaya mahasiswa perantauan ini bisa tetep mengikuti gosip seleb Indonesia...). Kutak-katik ga jelas selama beberapa...umm.. oke...belasan menit, aku baru nyadar. Bahwa playlist yang ada di winamp aku sama sekali tidak membantu. Lha, masa pagi-pagi udah dengan sentimentilnya mendengarkan Dudi Oris (yang cakep itu lhoooo) bernyanyi: "...Biarkan aku menjaga perasaan ini...menjaga segenap cinta yang telah kau beri....". Halah. Dan jadi inget 'nasihat' temenku waktu aku mengeluh that I felt like at the bottom of my curve: "Balik aja kurvanya Mi!".

So, muncullah lagu Sheila-Jalan Terus, New Radical - You Get What You Give dan sederet lagu penuh semangatnya aku... It works! lalalala.... And the day seems brighter...

Whenever you're feeling like at the bottom of the curve, turn the curve upside down, and you'll be on top of it...

PS: To a good old friend: Thank's. I don't need to say more. You know what I mean...

Senin, 03 Maret 2008

Perjuangan Sehari-hari

Sabtu kemaren waktu mau belanja sembako ke Clayton, ketemu Mbak Ola di bis. Dengan hiperbolisnya aku menceritakan betapa seringnya aku pengen menjedot-jedotkan kepalaku di dinding saking pusingnya ngeliat deretan reading list dan tumpukan assignment.... Ucapan bijak Mbak Ola bikin aku manggut-manggut: "Emang Mi, saat yang paling menyenangkan dari menerima beasiswa adalah saat kita dapet surat pemberitahuan bahwa kita apet beasiswa. Selebihnya adalah perjuangan, darah dan air mata". Iya Mbak...bener. apalagi kalo ngejedot-jedotin kepalanya ke dinding beton dengan kecepatan 20 km/jam. Penuh darah banget tuh...

Intinya adalah: perjuangan. PERJUANGAN!!! *tangan mengepal ke atas, rambut berkibar-kibar ditiup angin*

Dan salah satu perjuangan aku disini adalah... mandi.

Iya, bener, ga salah baca kok. Mandi. MANDI. Mandi disini tuh bener-bener perjuangan lagiiii....!!! Gini deh, aku aslinya dari Banjarmasin, dan kuliah di Yogya, kerja di Banjarbaru. Berapa coba rata-rata suhu di kedua kota tersebut? 29 derajat? 30-33? Pokoknya masih di atas 25 lah. Dan berapa coba suhu di sini? Summer yang sedang aku lewati ini aja kadang-kadang bisa drop ke angka 13 derajat celcius. gimana aku ga mau nangis??? Itu baru summer!!! Pas winter malah bakal lebih susah nyari suhu belas-belasan gituu....

Ka Dauli sudah pernah menghibur:

Ka Dauli : "Ga sedingin di Eropa kok, ga sampe turun salju segala..."

Aku : " O yaaa ??? Alhamdulillah..." * harapan yang mulai membuncah*

Ka Dauli: "Paling-paling cuma sampai airnya membeku aja kok"

Aku: "O yaaa??? Astaghfirullah..." *harapan yang terpuruk*

Dari dulu aku dan cuaca dingin tidak pernah berteman dekat, apalagi bersahabat akrab. Aku ga tahan lama-lama berada di ruangan berAC. Dan itu sama sekali bukan pertanda bahwa aku ga bakat jadi orang kaya yang rumahnya pake AC di setiap ruangan. Ketidakkuatan aku terhadap AC justru menunjukkan bakatku sebagai orang kaya yang sangat peduli lingkungan sehingga beritikad sangat keras untuk mengurangi kadar CFC yang dapat merusak lapisan ozon kita yang semakin tipis ini. Jadi ya, jangan heran kalo aku betul-betul harus mengais-ngais semua semangat yang ada untuk masuk ke kamar mandi, menyalakan keran dan menyiramkan air sedingin kekejaman dunia itu ke tubuhku yang menderita dan menggigil kedinginan... Yaaa...ada keran air panas, tapi it really takes some times sampai bisa dapet level suhu air yang acceptable. You don't want to freeze under the shower, you want a warm and nice shower, but not THAT HOT anyway. Perlu seni, teknik, skill dan keterampilan tersendiri untuk mengatur posisi keran hingga menghasilkan air dengan suhu yang sesuai.

Nah, perjuangan untuk mulai mandi itu baru satu babak, tapi mohon dicatat, bahwa meninggalkan mandi itu juga perlu perjuangan tersendiri. Keharusan untuk harus meninggalkan nyamannya kehangatan air yang sedang menyelimuti tubuh betul-betul...uuummm...menyebalkan....

Dan udah dua bulan disini...aku masih belum bisa mengubah mindset Indonesia nya aku, bahwa yang namanya mandi itu DUA kali sehari. Jadi, hampir setiap hari, aku harus menghadapi perjuangan semacam ini dua kali sehari. Fhhhh.... I really miss the tropical climate of Indonesia... Kalo di Indonesia, mandi tuh bukan perjuangan, tapi salah satu kenikmatan... Hiks.

*Gambar diambil dari sini*

Minggu, 02 Maret 2008

How does it end?

Arrrggghhhh......12 menit menjelang berakhirnya weekend!

Capek. Kamar berantakan. Esay ga bertambah satu tanda baca pun. Have a severe headache.

Jadi, berakhirlah weekend...malam ini diakhiri dengan suatu janji. Besok bangun pagi. Dan beresin kamar...

Sabtu, 01 Maret 2008

Soundtrack to My Life

Iyaa....iya... Aku tauuu... Posting ga penting kayak ginian barusan aja ada seminggu sebelum aku nyoba yang kayak ginian lagi....But I just can't help myself. Lucu lageeee..... Dan yang ini lebih terstruktur... Sekarang ceritanya, adalah bikin Soundtrack buat kehidupan kita...hihihi.... Seru juga ya... And FYI, kebetulan waktu dalam kesempatan ini rasa rinduku pada Indonesia tengah menjadi-jadi, sehingga playlist Winampku adalah 179 lagu Indonesiaaa..... semua. Mari kita coba...

Aturan mainnya masih sama:
  1. Open your music player (iTunes, Winamp, Media Player, etc) ,or mp3 player.
  2. Put it on shuffle.
  3. Press play.
  4. For every question type the song that's playing. When you go to a new question press the next button.
  5. Ready? GO!
  • Opening Credits: Sheila On 7 - Mari Bercinta

"Lihat dirimu...semakin jauh mengayuh lewati segala tujuan hidup yang mungkin kau tempuh..."

Cieee..... Lagu awalnya aja udah penuh semangat gituuu.... Senangnya! Looks like my life's gonna be a sweet comedy romantic movie, mungkin??

  • Waking Up: Padi - Kasih Tak Sampai

"Tetaplah seperti bintang di langit... Agar cinta kita akan tetap abadi..."

hah? Walah, masa sih aku bangun dengan perasaan mellow abis gini??? Huaaaa... Mbok lagu yang ada kata-kata 'secangkir kopi' kek...biar lebih realistis..Fiuhh...however, next one, please...

  • Falling in Love: Ada Band - Pura-pura Cinta

"Pura-pura kau mencintaiku...pura-pura pula sayang ituuuu..."

Aaaarrrrggghhhh.... mana ada syair : 'memang sialnya hidupkuu....'. Apa coba maksudnya? Jadi aku kalo falling in love bo'ong-bo'ongan doang? Waduh, kayaknya sampai bawah nanti bakalan ga bener nih filmnya...

  • Fight scene: Repvblik - Hanya Ingin Kau Tahu

"Aku hanya ingin kau tahu...besarnya cintaku, tingginya khayalku bersamamu..."

Berantemnya slow motion, karena memperebutkan cintaku mungkin? Eh, atau fight scene disini maksudnya waktu berantem sama pasangan gitu? Kalo gitu, berantem karena mau putus kali ya...

  • Breaking up: ST12 - Rasa yang Tertinggal

"Dapatkah aku memeluknya, menjadikan bintang di surga..memberikan warna yang bisa indah...Aku tak mampu mengatakan, aku tak mampu tuk mengungkapkan...hingga sampai sat ini perasaan yang tertinggal"

Ituuu....breaking upnya karena perasaan yang ga pernah disampaikan dan ditunjukkan...

  • Getting back together: Sheila On 7 - Seberapa Pantas

"Celakanya hanya kaulah yang benar-benar aku tunggu, hanya kaulah yang benar-benar memahamiku..."

Hiyaaa....ini baru cocok nih... Karena pada akhirnya memang...hanya dialah satu-satunya yang pantas...

  • Secret Love: Keris Patih - Mengenangmu

"Biarlah kusimpan sampai nanti aku kan ada disana... Ingatlah cintaku, kau tak terlihat lagiii..."

Secret love nya keburu pergii... Sedih amaaat....

  • Life's okay: Matta - Ketahuan

"Ooo...oo...kamu ketahuan, pacaran lagi dengan dirinya: teman baikku..."

Hah? Dikhianati pacar dengan temen sendiri and life's still okay? I'm such a tough girl... (Dan ngapain juga aku masang lagu mureeehhh kayak gini ya??)

  • Mental Breakdown: Melly feat Eric - Ada Apa dengan Cinta

"Ada apa dengan cinta...perbedaan aku dan engkau, biar menjadi bait dalam puisi cinta terindah..."

Ada apa sih dengan cinta? For that crazy thing can really turn your whole world upside down...

  • Driving: Yovie & Nuno - Menjaga Hati

"Biarkan aku menjaga perasaan ini...menjaga segenap cinta yang telah kau beri.. Engkau pergi, aku takkan pergi. Kau menjauh aku takkan jauh...Sesungguhnya diriku masih mengharapkanmu..."

Nyetirnya dengan mata berkaca-kaca....

  • FirstFlashbacks: Jikustik - Samudera Mengering

"Tak ada yang akan bisa meruntuhkan niatku, tuk bertemu, memluk dan menyanding...meski surya membenamkan tubuhku di lautan, kutunggu sampai samudra mengering..."

Flashback akan kenangan tentang pantai...cocok tuh, cocok.....

  • Happy dance: Sheila On 7 - Waktu yang Tepat untuk Berpisah

"Sehangat pelukan hujan, saat kau lambaikan tangan...tenang wajahmu berbisik...inilah waktu yang tepat tuk berpisah..."

Addduuhhh...itu bisa ga ya diganti bukan happy dancing, tapi farewell dance?

  • Regretting: Acha dan Irwansyah - My Heart

"Bila kita mencintai yang lain, mungkinkah hati ini akan tegar? Sebisa mungkin tak akan pernah sayangku akan hilang..."

Menyesali bahwa rasa itu sempat memudar....

  • Long night alone: Padi - Aku Bisa Menjadi Kekasihmu

"Memaafkan itu tak seberat memindah samudra, tak ada yang paling sempurna...Kuserahkan kepadamu, kepadamu...Aku bisa menjadi kekasihmu..."

At night, alone, wish that he would ever forgive me, sehingga aku bisa (kembali) menjadi kekasihmu... hahaha.... Bagus juga...

  • Final Battle: Padhyangan Project - Good Bye Ayu

"Yu...kau memang perkasa, membuat tak berdaya...tinjumu laksana si Rambo...Aku ingin segera putuskan cinta kita...Dan mengucap kata...oh, Good Bye..."

HUAHAHAHAHA.... Kok ya sampe disini...Cocok tuh, battle pake ada Rambo segala....

  • Death scene: KLa Project - Jarak Dua Kota

"Sekian jauh perjalanan bersama kita tempuh, di saat mesti bertahan, kita lelah dan kalah... Jarak dua kota kucoba taklukkan, menjemput dikau merangkai kenyatan..."

Well, ini sih bukan buat death scene, tapi yang breaking up di atas kali
yee....

  • Ending credits: Gita Gutawa - Bukan Permainan
  • "Kita pisah lagi, balik lagi, pisah lagi... Apa kau mengerti bahwa ini bukanlah, bukan permainan... Kau tak bisa buat ku menangis lagi, kau tak bisa buatku bersedih lagi... Tanpa aku kau akan baik saja, tanpa kau aku akan baik saja..."

    Huehehehe... Akhir yang bagus... Tetep optimis bahwa aku akan baik-baik saja... Bahkan lagu endingnya jadi moral of the story: Love is Not A Game. Well, at least don't play with my heart deeehhhh....

    Seru juga... Jadi inget Ratih, tau ga siiihhh... Soalnya dulu dia yang sellau punya usul theme song untuk kejadian apapun di antara kami.... Hmmm. Sura, Mbak Vivi, Unieq, mau coba???

    Rumah Baru

    Teman, pembaca, ataupun yang singgah, terdampar, tersesat, nyampe pas blogwalking disini... Aku punya rumah baruuuuu!!!! Di MP. Iya, Multiply, di www.amiutami.multiply.com ... Looks like I can share more things there.... However, secara aku berusaha untuk setia, isi antara MPku dan rumah kecilku yang satu ini ga bakal banyak berbeda. Malah kayaknya bakal crossposting gitu deeeehhhh... Feel free untuk mau liat yang mana...

    Senin, 31 Maret 2008

    Menanti Pangeran

    Hohoho... Ternyata, banyak juga yang ngasih tanggapan sama posting aku yang pas sebelum ini, mulai dari soal si Ayat-ayat Cinta (sekedar pemberitahuan, akhirnya aku selesai juga baca buku laris yang satu itu), atopun soal betapa dalemnya curhatku...

    Soal Ayat-ayat Cinta: The Novel... Duhai para penggemar sejati Ayat-ayat Cinta, silakan menghujat diriku sebagai manusia berselera tidak sesuai umat, tapi aku kok ya tidak bisa menjadikannya sebagai novel favorit ya??? Well, soal aku dan Ayat-ayat Cinta, biarlah dia menjadi topik postingku kapa-kapan (entah kapan itu…).

    Tapiii…. Karena salah satu teman tiba-tiba menyebutku: “Ami, yang tak kenal cinta…” aku langsung kejang-kejang… Eeeehhh…. Siapa bilang???

    1. Keluarga klan Flamboyanku apa kabar doooong... kalau tidak penuh cinta dan kasih sayang?
    2. Aku cinta mati sama Ihsan Tarore, Indonesian Idol 2006… Huehehehe… Sampai mempertaruhkan kredibilitasku sebagai dosen (yang sebenarnya juga aku tidak pernah yakin, bener-bener ada atau tidak) waktu bergabung dengan serombongan abegong di bawah usia itu untuk nonton konser live Ihsan
    3. Aku cinta langit biruuu.... entah langit biru dengan awan putih, ataupun langit malam bertabur bintang...
    4. I definetely love my life... Walaupun ada saat-saat dimana seringkali aku ngerasa Tuhan lagi becanda, and sometimes I wasn’t cool enough to see the joke...

    Oh iyaaa…. Dan aku masih berharap bahwa suatu saat aku akan mencinta lagi….(berasa kayak teks lagu jaman 80 an gitu ga sih???).

    Pernah, aku ngomong sama seorang teman: “dan aku masih menantikan pangeran ku akan datang menjemputku dengan kuda putihnya…” (Ya…ya…ya… fairy tales bangeeett…).

    Dia cuma menatapku (dengan tatapan yang maknanya jelas sekali tapi tidak penting untuk ditampilkan disini), diiringi komentar: “Yakin kamu Mi??”.

    Iya juga sih. Aku ga yakin bahwa akan ada pangeran berkuda putih menjemputku.

    Masalahnya…gimana caranya ada kuda putih di Banjarmasin ya? Setelah mempertimbangkan bahwa kuda (entah itu kuda putih, kuda hitam, kuda belang ataupun kuda lumping) nyaris tidak mungkin menjadi alat transportasi sang pangeran (entah siapa dia… aku masih ragu memilih antara Dude Harlino atau Fedi Nuril, atau haruskah aku setia pada Ihsan?)., aku lalu mencari alternatif lain.

    “Ya udah deh… gimana kalo pangerannya jemput aku pake bajaj aja?”kataku pada si teman itu, lengkap dengan gaya mengerutkan kening yang berarti gua-serius-lhooo. Sang teman langsung memutuskan bahwa kacang yang sedang dia makan saat itu juga bisa berfungsi untuk dibidikkan ke arahku.

    (Sentimental part: sang teman tidak sadar, bahwa sebenarnya aku berharap dia lah yang ada di bajaj itu…Halah. Sempet-sempetin curhat segala)

    Hm…Well, entah si pangeran akan datang naik bajaj, sepeda ataupun jalan kaki aja, aku akan tetap menantinya. Walaupun aku berharap, semoga sang pangeran tidak datang menjemputku naik UFO atau sejenisnya, karena membayangkan mahluk-mahluk yang muncul di Men In Black sebagai pangeran (at least pangeran untukku lho ya….) kok ya terasa agak terlalu seperti script film ya?

    Gambar pinjem dari blog orang

    Kamis, 27 Maret 2008

    Karena Masih Belum Sampai waktuku

    Akhirnya, mungkin karena gemes aku masiiiihhhh aja belum baca novel Ayat-ayat Cinta yang super duper populer itu, salah satu teman mengirim e-mail khusus untuk aku disertai attachment pdf novel tersebut. Mohon maaf, nama sang teman tidak aku cantumkan demi menghindari terkalahkannya popularitasku sebagai penulis utama di blog ini (alasan yang sungguh tidak penting). Lagi pula, kok ya aku merasa dia akan jauh lebih merasa damai aman dan tentram kalau namanya tidak kusebut-sebut yaaa... *melirik sang teman*.

    Well, sebenernya, kenapa aku masih belum juga membaca novel tersebut (sampai akhirnya dapet e-mail dari si teman itu) adalah karena... Ga kepengen. Apapun pendapat orang, bagaimana bagusnya buku ini berdasarkan review berbagai pihak, tetep saja, aku ga berminat. Di Banjar dulu Kamil pernah menawarkan diri untuk meminjamkan novel ini yang menurutnya sangat menyentuh hati. Tapi tetep, dengan berbagai alasan kesibukan (yang sangat tidak terbantahkan dan relevan dengan suasana di MIPA), aku tetep menunda (dengan tujuan akhir menolak) niat mulianya itu.

    Kenapa aku ga kepengen baca?

    Personal reason.

    Judulnya.

    Some people will find it silly, but for me, it’s a totally personal reason and experience. Aku pernah kehilangan kepercayaan akan kata-kata CINTA, dan sampai saat ini, I’m still regaining my faith back into it.

    I love my family, I love my friends, I even love my students (despite of their strange and unexplainable attittude), but I still haven’t found my soulmate of love.

    Once, I thought I have found it, and I have fought for it. Tapi toh, I just found out that it’s only fairytales. Fairytales do come true for some people, but for me, it remains to be words in storybook children.

    Aku sudah membangun citacita itu dengan harapan, menyusun balok demi balok rencana yang kupikir adalah mimpi kami bersama. Dan ketika aku mengira sudah tiba saatnya untuk meletakkan balok-balok akhir dari impian itu, ucapan bahwa ternyata belumlah saatnya, menyapu semua tumpukan itu. Seandainya…seandainya saja… Ucapan itu diiringi dengan suatu janji bahwa saat itu akan tiba, mungkin masih ada balok yang masih tegak berdiri. Tapi karena hanya ketidakpastian yang dia tawarkan tanpa sedikitpun rasa sesal, maka balok-balok itu rubuh dan hancur menjadi pasir. Hilang sudah semua rekatan yang menyatukan mereka Dan sejak saat itu semuanya gelap, dan aku betul-betul melangkah tanpa arah. Pertanyaan yang semula pernah tersingkir jauh, tiba-tiba muncul kembali, and this time, it remains stronger. “Inikah cinta itu? Layakkah?”. Dan betapa menyakitkannya begitu dia berkata, bahwa usahaku menyusun harapan itu adalah ilusi yang baginya semu belaka. Aku tahu, aku pernah salah saat berjalan dalam kegelapan itu, ketika kukira ada cahaya yang redup. Aku tahu, aku punya pilihan dan aku berhak untuk memilih. Aku punya pilihan itu…meski sakit baginya, tidakkah dia sadar bahwa aku pun tak kalah menahan tangis? Aku terima dengan lapang dada semua tuduhannya, semua kalimatnya bahwa akulah yang menorehkan pedih itu. Tapi kenapa, darah yang telah menganak sungai di hatiku ini tak pernah dia seka? Bahkan air mataku pun baginya hanyalah tameng bagi keegoisanku.

    Seandainya…seandainya saja.. Ada seuntai kata sesal yang dia ulurkan padaku… Seandainya saja, dia tak menyangkal bahwa dia pernah membuatku hilang arah dan terjatuh dalam lubang tak berdasar… Mungkin aku akan tetap meraih tangannya…

    Tapi tetap saja…it remains as “If only…”. Karena rasa sakitku yang aku ungkapkan padanya hanya berbalas bahwa dia merasa sakit, bahwa dia lebih merasa sakit, bahwa sakitku pun adalah ulahku… Dan kecewaku baginya hanyalah emosi tak berdasar, bahwa tangis ku hanyalah bukti betapa lemahnya aku. Baginya, semua adalah salahku, dan sudah terlalu banyak pengorbanannya untukku hingga tidaklah layak aku mengharap dia meminta maaf. Kenapa? Kenapa?

    Maka, aku tak percaya lagi. Karena pengorbananku tak pernah dianggap ada. Dan rasa sakit itu sudah terlalu dalam untuk bisa terus dirasakan. Karena...hatiku perlahan kehilangan detaknya, kehilangan rasanya... Dia terlalu lelah dalam penantian, dan ditikam mati oleh tuduhan.

    Tuhanlah tempatku berpegang satu-satunya kini. Ke hadapanNya lah wajahku yang penuh air mata kini terus aku hadapkan. Meskipun aku tak menyangkal, bahwa aku sering kali masih bertanya padaNya: ”Terlalu banyakkah yang aku minta?”.

    Seberapa derasnya doa yang aku alirkan dalam kalimatku padanya... Maafkan aku Ya Tuhan...jika saat ini, aku hanya mengangkat sebelah alis pada kata-kata CINTA. Karena atas dasar cinta aku pernah begitu lama membiarkan diriku dibelenggu oleh ucapannya, yang kemudian membunuh ku dengan tidak pernah menjadi nyata...

    Dariku untuk Kampus Biru Ku...

    Masih pengen nyambung cerita soal kuliah aaah….

    Salah satu hal yang paling berkesan buat aku adalah waktu aku menjadi salah satu wakil UGM di PIMNAS 2004, waktu itu diselenggarakannya di STT Telkom Bandung. Kami satu kelompok bertiga, temen setimku Emilda Putriasih sama Arifatun Anifah. Sodara-sodara, seandainya anda melihat Emil sekilas saja, mungkin Anda tidak akan pernah menyangka betapa gadis lugu yang Sundaaaaa banget ini ternyata adalah jago pidato. Waktu SMA dulu Emil mewakili Jawa Barat tuh untuk Lomba Pidato P4 tingkat Nasional. Waktu PIMNAS kemaren juga Emil menunjukkan betapa dia ternyata bisa berkepribadian ganda...

    Sebenernya sih, waktu PKM kami dinyatakan lolos ke PIMNAS, aku udah lulus dan udah balik ke Banjarmasin. Cuma Alhamdulillah...waktu itu belum punya kerjaan tetap selain jadi tentor di bimbel. Kalo udah kerja kantoran, mungkin susah kali yaaaa minta izin gitu... Jadilah aku balik ke Yogya untuk mempersiapkan diri.

    Menang? Hehe... Kita kalah di sesi presentasi, tapi untuk display, kami berhasil menjadi salah satu juara.. Walopun cuma setara medali perak... Tetep bangga dooong bisa ngasih sesuatu untuk UGM.

    Kenapa ini sangat berkesan bagi aku? Satu hal yang pasti, disini kerasa banget betapa nuansa kekeluargaan antar mahasiswa UGM tuh dalem banget. Kami satu-satunya wakil dari MIPA, jadi pas awal tuh bengong aja... Eh, tapi pas udah nyampe disana... Kita semua kompaaak banget. Okelah, mungkin nyaris tidak mungkin mengenali seluruh wajah dan menghafal nama seluruh kontingen UGM yang rombongannya ada 3-4 bis gitu. Tapi kita langsung penuh senyum ramah-tamah dan sapaan akrab begitu ngeliat ada yang sama-sama pake jas almamater UGM (dan percayalah...tidak ada yang menyamai warna jas almamater kami yang ’unik’ itu...). Kita bakal saling ngasih tau, ”Eh...si ini dari Fakultas ini sebentar lagi presentasi di ruangan...., nonton ya?’. Atau nanya: ”Udah maju? Kapan? Di ruangan mana?”. Pokoknya seru aja, kita berusaha sedapat mungkin setiap kali ada wakil UGM yang presentasi ada supporter yang siap memberikan kegegapgempitaan di barisan belakang. Kalo ga salah sih si Masrur tuh yang bakalan bertugas membagi-bagi kontingen supaya ada pemerataan dan distribusi yang baik untuk pendukung di setiap ruangan. Di kamar juga seru abis... Kebayang aja kalo satu ruangan ada 12 orang gitu... Di kamarku dulu, ada 9 yang dari UGM, 3 orang lagi dari Universitas apaaa... gitu lho... Tapi mereka tidak pernah bertahan lama di kamar selain utnuk tidur... Merasa terintimidasi kali yaaa.... Cuma mahasiswa? Hoho... Bahkan para bapak-bapak staf itu bakal berputar mengelilingi setiap ruangan mencari wakil yang lagi presentasi, dan teriakan-teriakan mereka betul-betul tak dinyana kalo melihat usia dan penampilan mereka.. Salah satu yang membuat aku terharu adalah begitu Pak Bambang Rusdiarso, dosen Kimia yang juga salah satu petinggi bidang Kemahasiswaaan di Rektorat mendatangi aku di stand kami pas acara pembukaan. Untuk apa coba? Mengucapkan : ”Terima kasih ya Mbak...udah mau jauh-jauh dateng dari Kalimantan demi UGM. Kami sangat menghargai kehadiran Mbak disini..”. Hiks. It really touches me.. Dan saat itu juga aku berjanji, I’ll do my best..

    Tentu saja...peserta tidak hanya UGM dooongg... Nasional gitu lhooo.... Jadilah kami berkenalan dengan mahasiswa-mahasiswa dari seluruh penjuru Nusantara. Seru aja pokoknya... Tapi teteup... salah satu wakil dari IPB ngomong ke kami: ”Aku ngiri deh liat kekompakan kalian, kami kontingen dengan jumlah peserta terbanyak...jadi susah untuk bisa sekompak kontingen UGM”. Nah, waktu PIMNAS ini juga aku sempet ketemu sama Erick dan Gombloh, wakil dari Unlam. Dan aku ketemu mereka lagi setelah aku berstatus jadi dosen dan mereka masih mahasiwa di Unlam... Hehehe... Kamil juga jadi wakil Unlam waktu itu, dan dia bilang dia liat aku, tapi aku kok tidak merasa melihat dirinya ya??

    Acaranya cuma 3 hari 4 malem. Tapi banyaaaaak banget pengalaman yang berkesan... Apalagi pas hari terakhir ada acara city tournya. Kami kebagian ke Kebun Strawberry di Ciwidey, dan Danau Situ Patenggang (kali ya, rada lupa gitu euy...). Malemnya, waktu acara penutupan dan pengumuman pemenang...teteup dong kontingen kami dengan penuh huru hara berfoto ria dan beraksi setiap kali ada kamera, walopun seringkali kamera itu ditujukan sama sekali bukan untuk kami...Kami dengan penuh percaya diri tetap bergaya, walaupun sebenarnya porsi kami hanyalah sebagai latar belakang alias pemeran figuran yang tidak diharapkan oleh yang punya kamera

    PIMNAS 2004 itu berakhir dengan IPB sebagai juara umum. Kami dari UGM berada pada posisi keempat dari segi pengumpulan medali terbanyak. Tapi, apapun hasilnya, kami semua sudah merasa bangga bisa mewakili dan menyumbangkan sesuatu bagi UGM di tingkat nasional. Daaaan.... Semua peserta dari UGM berhasil memperoleh penghargaan lho... Jadi kami semua bisa berfoto bersama dengan setiap kelompok dengan bangganya mengangkat tinggi-tinggi sertifikat yang kami peroleh...

    Sampai kapanpun juga...kenangan ini tidak akan pernah aku lupakan, dan justru menjadi penyemangat bagi aku untuk membimbing mahasiswaku di PKM. Insya Allah, semangat aku waktu membela UGM akan berusaha aku salurkan dalam bentuk semangat untuk meningkatakan Prestasi Unlam di PKM. Mudah-mudahan mahasiswa kami tetap bersemangat untuk terus berpartisipasi dalam PKM. Amiiiinnn...


    Minggu, 23 Maret 2008

    Cintaku pada Kampus Biru

    Habis baca blog-nya Indira..aku jadiiii.. Jadi apa ya? Halah. Ga jelas. Enggak, si Indira cerita soal kampusnya dulu, jadi keinget sama kampusku juga. Kampusku yang dulu... Kampus Biru... Sampai sekarang, aku masih bingung kenapa UGM selalu disebut sebagai Kampus Biru. Mama yang aku tanyain pernah menjawab bahwa itu karena dulu UGM pernah jadi setting untuk film (dan novel) yang berjudul "Cintaku di Kampus Biru". Sebenernya sih, sepertinya aku bertanya pada orang yang salah. Kenapa juga aku nanya ke Mama ya? Toh hubungan Mama dengan UGM cuma sekedar anak sulungnya dulu kuliah disana... Terus, aku pernah denger, bahwa dulu Balairung UGM itu warnanya biru, makanya namanya Kampus Biru. Aku sama Retno sama-sama tidak sepakat akan hal itu. Karena Balairung tuh ga ada biru-birunya. Dan pilar-pilar itu sepertinya akan kelihatan konyol kalau di cat biru. Dilihat dari warna jas almamater? Enggak bangeeeettt.... Jas almamater kami warnanya adalah warna yang sangat nanggung, dibilang coklat terlalu muda, dibilang hijau kayak lumutan, dibilang biru juga jauh banget dari kenyataannya..

    Eeeniweeeii.... I’m so proud to be a part of this University. One of the best in Indonesia, dan untuk humanity science, UGM juga pernah masuk dalam 100 besar dunia. Yang aku sukaaa banget dari UGM adalah aura kerakyatannya. One of the most humble University. Dulu waktu aku pertama kali ke Jogja, sopir taksi yang aku tumpangi pernah bercerita dengan bangga bahwa anaknya dua-duanya kuliah di UGM, dan berteman dekat dengan anak seorang tukang becak. Waktu kuliah dulu pun, suasana kampus diisi dengan mahasiswa yang berpenampilan ‘yang penting kuliah…bukan ngegaya’. Dan tetep… yang namanya UGM udah punya nama besar and respected as one of the most prestigious one. Yang aku sedih, katanya sekarang UGM sudah tidak sehumble dulu lagi. Katanya sekarang gedung-gedung kuliah semakin tinggi menjulang, dan status BHMN menjadi andalan untuk segala macam aliran uang. Hiks... Pernah beberapa tahun yang lalu aku nangis di depan TV nonton Metro Realitas, waktu itu salah seorang pedagang pinggir jalan berkata dia sudah melepas cita-cita agar anaknya bisa kuliah di UGM, karena ”...cuma orang kaya yang bisa kuliah disana sekarang...”. Padahal dulu, bagi aku (dan mungkin juga bagi semua almamater lainnya) UGM adalah bukti bahwa kalau memang pengen cari ilmu, uang tidak selalu jadi penghalang... Bagi aku dulu, UGM adalah bukti bahwa, selama kita berniat, walaupun secara finansial ’ngepassss banget’, kuliah di UGM tetep bisa dijalankan...

    Udah ah...segitu aja dulu kali ya soal kesan-kesanku tentang Universitas ku tercinta. Lagipula sebenernya inti dari cerita aku kali ini bukan itu (lha, terus satu paragraf di atas tadi mukaddimah doang? Jago ngegombal memeng yaa....). Seingatku, aku ga pernah jadi a spectacular student at the University. Ya ngalir aja… Organisasi gitu-gitu aja, walopun pernah beberapa kali ikut kepanitiaan. Jadi inget, salah satu kepanitiaan yang paling berkesan dulu adalah waktu jadi Panitia Sadamika 2001, OSPEK Jurusan Kimia. Seperti biasa sebagaimana di berbagai acara OSPEK lainnya, ada polling tentang ”Panitia Paling...”. Kategorinya adalah ”Paling Kalem”, ”Paling Cerewet”, ”Paling Baik Hati” dan ”Paling Cool”. Oke, bisa nebak dooong aku masuk ke kategori yang mana? Paling Cool? Wah, anda belum mengenal saya kalo menebak itu... Jelassss aku dinobatkan sebagai Panitia Paling Cerewet. Yang cukup menohok adalah, aku terpilih secara sangat aklamasi. Untuk Panitia Paling baik Hati, dari 3 nama teratas hasil polling, peringkat satu ada sekitar 30an suara, peringkat 2 sekitar 25an, dan peringkat 3 sekitar 20an. Gitu juga sama kategori lai-lainnya. Rata-rata selisih antara yang pertama, kedua dan ketiga tuh sekedar selisih 3-4 suara. Lha, aku? Aku langsung melejit ke posisi teratas dengan 86 suara!!! Di bawahku untuk peringkat kedua dan ketiga masing-masing cuma 4 dan 3 suara. Aku ga tau harus bangga atau tertunduk menerima kenyataan ini....

    Lulus setelah 4,5 tahun kuliah. Dan aku selalu menekankan 4,5 tahun, bukan 5 tahun. IP? Yaaah... 3 lebih dikitlah...ga sampai cum laude. Itu pun setelah menghapus 6 mata kuliah. Yang aku hapus dulu Kimia Bahan Alam yang dapet C (ga kaget sih begitu liat pengumuman nilainya, aku memang ga pernah bakat dengan struktur-struktur organik yang sombong dan menyebalkan itu), Sains Bahan juga dapet C (sampe sekarang aku masih inget...beberapa temanku jadi merasa bersalah, karena mereka dapet B...Hahahaha... sampai-sampai mereka meyakinkan aku bahwa mereka akan mendampingiku protes ke dosen). Yang lainnya? Aku hapus karena aku tidak merasa layak untuk dapet B: Mikrobiologi (14 kali kuliah, dua kali saja yang sukses aku lewati tanpa tertidur, waktu UTS dan UAS doang), Kimia Permukaan, Kimia Zat Padat, sama apa lagi ya? Yah...pokoknya 6 mata kuliah laah... Sidang Skripsi Alhamdulillah bisa dapet A, dengan nilai 3,37. Skala nilai sidang skripsi kalo ga salah rangenya 0-4, dan untuk dapet A minimal 3,2. Jadi inget, dulu selesai sidang, aku keluar langsung cengengesan, dan ga bisa makan snack. Beda banget sama si Yesi yang begitu keluar malah langsung nyari makan. Sura? Dia keluar dengan wajah lemas dan langsung nyari minum. Ratih tuh yang nyaris nangis waktu keluar ruang sidang. Nunggu dengan rasa deg-degan...dan nyaris ga bisa jalan masuk lagi ke ruangan waktu dipanggil untuk dikasih tau hasinya. Apa yang dikatakan dosen penguji waktu ngasih petuah tentang hasil sidangku ga sepenuhnya aku dengerin, secara telingaku tiba-tiba saja jadi filter untuk menyaring informasi sesungguhnya. Jadi begitu Pak Sri Juari ngomong: ”...jadi berdasarkan hasil diskusi para dosen penguji mengenai sidang skripsi Anda...Saudari Utami Irawati dinyatakan berhasil lulus dengan jumlah nilai 3,37...yang layak untuk memperoleh nilai A”. Aku ingeeet banget, begitu denger itu, reaksi pertamaku adalah: ”Hah? Serius nih Pak? Beneran Pak? Bapak yakin? Ga salah hitung tuh Pak?”. Pak Karna langsung ngomel..”Tuh kaaaan...seharusnya jangan dikasih tau gitu...”. Aku langsung cengar-cengir...setengah mau nangis setengah pengen ketawa lega.... Legaaaaaaa banget rasanya. Apalagi perasaan waktu sidang ada beberapa pertanyaan krusial yang aku bener-bener lupa jawabannya. Aku lupa range sinar IR itu dari berapa-sampai berapa, dan waktu ditanya entropi itu apa, aku cuma jawab: ”Delta G Pak. Rumusnya Delta G sama dengan Delta H minus T kali delta S” dengan wajah tapi-saya-sendiri-tidak-yakin-nih-Pak. Kesalahan fatal, karena itu adalah rumus pertama yang diajarkan oleh Pak Karna, si dosen penguji yang menanyakan hal itu, pada waktu dia mengajar Termodinamika Statistik (Aaaahhh... baru ingeeeet... Aku juga menghapus Termodinamika Statisitik...karena dapet B padahala aku merasa tidak bisa menyerap ilmu apapun dari MK ini)

    Eh, udah satu setengah halaman toh? Halah. Kalo bikin tugas esay aja, susah banget dapet satu paragraf...

    Ya udahlah...inti dari cerita ini adalah... I’m so proud to be a part of Gadjah Mada Univrsity! I love UGM dah pokoknya… daaaannn…. I love Jogja…. (dan aku bisa melihat ada beberapa yang manggut-manggut setuju begitu baca statement ini…: p)

    Gambar berasal dari sini

    Kamis, 20 Maret 2008

    Kenapa Jurusan ini Sih?

    Hari ini ada lagi yang nanya: "Kok ga ngambil kimia lagi aja sih?". Dan dia adalah orang ke 338 yang menanyakan hal itu. Kurang beruntung. Seandainya dia lebih sabar menunggu sampai ada 162 orang lagi yang bertanya, kemudain dia bertanya sebagai orang ke 500, maka dirinya akan mendapatkan sebuah payung cantik...

    Hmmm...Kenapa ya? Kalo lagi mentoooooook banget dengan esay (dan percaya deh, mentok itu terjadi setiap 15 menit sekali) di PG Room (my sanctuary), biasanya aku bakalan bengong sambil ngeliat keluar jendela, dan brpikir : "Ya Allah... Apa sih yang sebenernya ada di pikiranku sampe ngambil jurusan ini????". Eh, tapi Senin kemaren mentoknya ga lama ding! Secara waktu lagi bengong gitu...ada mahluk manis lewat jalan tembus Education yang di samping Rotunda terlihat dari jendela...Huhuhu... dan dia berhenti sejenak untuk membetulkan tas ranselnya... Maniiiiissss (Iya Sur...iya...gua tau lu ga bakal percaya, manis standar nya akuuuu....!!!)... Setelah dia berlalu, tiba-tiba saja aku langsung mengetik dengan kecepatan tinggi... Wah, kayaknya setiap Senin jam 12an mesti ngerjain tugas di depan jendela itu deh... Semoga si manis ber tas ransel itu memang jadwal regulernya hari dan jam segitu yaaa....

    Eh, aku tadi mau cerita apa ya?

    Oh iya... Kenapa aku milih jurusan ini? Kalo ada yang males ngecek di bagian profil, aku sekarang lagi mensukseskan program sertifikasi dosen dengan jalan kuliah lagi, ngambil jurusan Environment and Sustainability. Dan percayalah padaku yang tengah menimba ilmu disini...nyariiiiiisssss ga ada hubungannya sama jurusanku dulu, Kimia. Mari kita liat judul2 mata kuliahku: Environmental Governance and Citizenship; Ecological System and Management; Persepectives on Environment and Sustainability, sama Environmental Analysis. Mana....mana Kimianya coba????

    Kalo mau mencari alasan, aku sebenernya cari aman. Kalo aku ngambil Kimia lagi, kayaknya rugi aja kalo bukan by research. Tapiii....semua orang yang punya background Kimia atau pernah penelitian di bidang Kimia pasti tau betapa misterisunya Kimia itu. Kita ga bisa nebak kapan penelitian kita bisa sukses. FYI, aku cuma perlu waktu 3 minggu untuk nulis skripsi hanya dengan masing-masing 1 kali revisi dari kedua dosen pembimbingku. Dan itu ga bisa dibanggakan sebagai suatu proses yang cepet, karena skripsi itu adalah hasil penelitianku selama 1 tahun lebih... Nah, makanya aku jadi mikir mau ngambil Kimia lagi by research. Kalo ternyata penelitiannya ga sesuai sama yang diharapkan sama supervisor kita, gimana coba??? The problem is, aku dapet beasiswanya APS yang pake semacam sistem kontrak gitu. Pokoknya akhir tahun 2009, semua penerima beasiswa sudah harus nongol lagi di Indonesia. Lha, kalo misalnya aku belum selesai gimana coba???

    The next reason is... I miss the river in my city... I really love my city, actually. Cuma yang aku ga suka adalah, kami terkesan terlalu memaksakan diri untuk ikut modern, lalu ikut-ikutan membangun disana-sini, lalu kemudian ditinggalkan begitu saja... Dulu, waktu kecil, aku inget...banget, pernah dibawa Abah naik Vespa ke tepian Sungai Barito. Sebagai anak kecil berusia 5 tahunan waktu itu... aku bener-bener terkesan... Dan Abah cerita, dulu waktu dia masih kecil, sungai-sungai jauh lebih 'teduh' dibanding sekarang.

    Aku pengen, di jurusanku yang sekarang, aku bisa dapet ilmu untuk melakukan perubahan. Terlalu muluk? enggak juga ah... Aku ga pasang target merubah dunia.. Paling enggak, aku bisa merubah diriku sendiri dulu, merubah perspektif dan cara pandangku...mudah-mudahan bia menjadi lebih baik lagi. Dan salah satu harapnku adalah...membuat orang lain terinspirasi bahwa dunia ini bisa menjadi lebih baik lagi karena perbuatan kita...

    Dan Alhamdulillah... 4 minggu kuliah disini, yang aku dapatkan jauuuhhhh lebih banyak daripada yang aku bayangkan. The greates thing about studying here adalah, begitu banyak mahasiswa dari background yang berbeda-beda, dengan perspektif yang berbeda-beda pula. Subhanallah...itu semua membuatku semakin sadar...betapa kayanya dunia ini, betapa berwarnanya hidup ini...

    Tapi teteup..kadang-kadang aku merindukan Kimia. Apalagi kalo lagi di ujung jurang keputusasaan sama model esay yang jauh berbeda dengan yang pernah aku kerjakan. Betapa aku merindukan alat-alat gelas itu, bahkan AAS kami yang dari jaman purba. Aku tidak pernah menyangka bahwa aku akan merindukan proses bertahap pengenceran larutan stok Pb 1000 ppm menjadi deret standar 1 - 5 ppm. Kalo biasanya suka deg-degan mau AAS, aku malah sekarang mikir, kapan bisa ngukur lagi ya... Aku pengen liat lagi betapa larutan Cr(VI) itu berubah warna dengan cantiknya dari kuning menjadi violet begitu ditetesi 1,2-difenil karbazid (yang harganya ngajak miskin banget...).Aku kangen Lab. Aku kangen Lab Analitik, Kimia I, Lab Instrumen. Aku pengen bantuin Ka Hasnah dan Fahriza lagi ngukur sampel, walopun hanya sekedar jadi pencatat data (syukur-syukur kalo dipercaya buat mengencerkan)... Hiks.... Aku kangen kerja di laaaabbb.....

    Selasa, 18 Maret 2008

    Bintang Bersamaku?

    Semestinya memang tak perlu......

    Dan lagu itu tetap mengalun dalam sekedar gumaman lirih, hanya untuk menghibur diri, bahwa sunyi pun bisa dipecah sendiri

    Dan aku? Aku hanya mencari...menepis dedaunan itu... Adakah? Dan bintang itu pun meyakinkan aku..ada salah satu dari mereka yang tersenyum untukku

    Ada ribuan bintang di tanpa batas disana...yang mana akan mengulurkan cahayanya untukku?

    Dulu, pernah kilau bintang hanya berlalu meninggalkanku yang berlari mengejarnya

    Dan aku kini duduk disini, menanti...

    Hingga bintang untukku akan menemani memandang indahnya pelangi..pelangi kami

    *waktu lagi 'patah hati'...Hiks...*

    Senin, 17 Maret 2008

    Malam

    Malam ini berbicara dalam sunyi

    Berbalik, adakah kau disitu?

    Hanya setitik debu, melayang...jatuh...

    Pekat gelap yang menghimpit membuatku nyaman...dan kurasakan lembut tanganmu menghapus basah yang mengalir, menganak sungai di sisi wajahku...Hanya bisikan bintang kah?

    Aku menunggu, terlalu lelah dalam harapan.. Layak kah?

    Ada sekilat cahaya di ujung sana..semu..dan menggoda.

    Dalam penantianku, kugapai semburat sinar itu...hanya sesaat...sesaat saja..tidak lebih dari sekedar waktu yang diminta angin untuk mengusap perlahan dedaunan di senja hari...

    Dan kau tunjukkan ujung jalan itu. Atau aku kah yang mencari ujung itu? Mengapa tak sama?

    Sinar itu telah lama memudar, hanya kerling peri yang kemudian lari...tertawa geli melihat diriku..

    Kau ulurkan lilin itu padaku, dan meniup cahayanya hingga api itu menari, meliuk namun tak pernah mampu untuk menghangatkan badai ini... Untukku kah pelita itu?

    Menari, berliku menghitung setiap kerikil yang kita lempar bersama

    Lirih, menelusuri kata yang dihapus ombak dari ukiran di atas pasir dengan sepotong ranting kering...

    Jingga,katamu...adalah senja kita

    Tapi senja adalah ujung hari...dan jingga selalu ragu di batas kuning dan merah...

    Mengapa bukan fajar? Saat awal, dimana hitam berbatas jelas dengan putih...

    Haruskah aku berbalik kembali?

    Membayangkan Pipa dan Teringat Bola

    Another 40 degrees day... Kulia lagi di hari Senin.. dan yang terbayang-bayang di benakku bukanlah bagaimana menyusun DPSIR Analysis Framework on deforestation...tapi bagaimana menyusun pipa... Arrrgghhh.... Seharusnya aku memang tidak usah iseng segala membuka folder game yang aku copy dari si Mayang dulu di Bandung. Yang ada sekarang aku terus menerus terbayang-bayang pipa-pipa di Soda Pipes itu...

    Jadi inget, waktu jaman KKN dulu, yang terbayang selain program-program PP adalah...bola-bola ajaib... Hiks, jaman KKN dulu kan aku yang merelakan komputerku menempuh ekspedisi melelahkan Yogya - Jatiroto, Wonogiri. Dan saking tidak adanya hiburan lain, kerjaan kami sehari-hari di depan komputer adalah main Magic Lines. Ada yang pernah main game ini? Game kecil sih, tapi kalo belum pernah main... JANGAN! Apalagi kalo sadar bahwa masa depannya tergantung deadlines dan due dates... HIGHLY ADDICTIVE... Dulu, sampai-sampai Kepala Desaku aja telaaaaaaat banget masuk kantor gara-gara main game ini di komputerku. Kita waktu itu berasa serba ga enak, mau ngusir ya gimanaaa...kepala desa gitu lho, dan kita kan pondokannya ya di rumah beliau. Tapi di sisi lain, kita juga pengen maiiiiinnn.....!!! Game ini juga bisa menjadi sumber pertumpahan darah antar temen, secara kita bakal dengan ambisiusnya berusaha mencapai puncak high score. Kadang-kadang, orang-orang yang terlalu pengecut untuk menunjukkan kemampuannya (atau memang ga bisa?) bakal dengan seenaknya menghapus list high score... Dan yang terjadi selanjutnya adalah histeria dari si (mantan) pemegang rekor: "Siapa yang menghapus high scorenya???? SIALAN LU YAAAA....".

    Untunglah...masa itu sudah lewat...

    Tapiii....pipa-pipanya kebayang terus niiihhh..... Udah nyampe level 24, dan penasaraaaannn....

    Jumat, 14 Maret 2008

    Weird

    Clayton hari ini: 40 derajat Celcius!!! Gilaaa..... Dan gara-gara males banget beranjak dari tempat tidur, jadilah aku baru nyampe perpustakaan jam...12 siang! Iya, pas panas-panasnya gitu...

    Balik ke rumah jam 4an, langsung tidur..eh, makan dulu ding. Ya itu, mungkin saking panasnya, mimpiku jadi aneh... I dreamt about...eng ing eng.... Dia. Bukaaannn... bukan si mantan ituuu... My enigma. Huaaaa.... After so long, setelah sekian lama aku ga pernah berhenti sejenak untuk memikirkan dia, udara panas Clayton tiba-tiba menginspirasi alam bawah sadarku untuk memimpikan dirinya... Mimpi yang aneh... Aku dapet jatah untuk pulang, dan dengan penuh semangat aku nyampe sekolahan (Nah, ini juga aneh...kok bisa-bisanya tempat pertama yang aku datengin adalah SMA ku di jaman dulu) dan dia ada disana (padahal SMA ku dan dia tidak bisa dikorelasikan dengan hubungan apapun). Lagi... ngerujak. Aduuuuhhh... Udah mulai nyampur-nyampur nih, kenangan jaman SMA sama kerinduanku akan buah-buahan lokal: jambu air, belimbing, mangga muda, ampalam, arrrgghhh.... Nikmatnya ngerujak di hawa seperti ini...Slurrrppp.....

    Bangun-bangun, aku nyengir sendiri. Apa kabar dia sekarang ya disana? What I feel for him right now is nothing. Cuma sekedar 'cerita'. But still... a dream about him, tiba-tiba membuatku merindukan teman-temanku yang lain... Dan membuatku merindukan rujak...

    Kamis, 13 Maret 2008

    Baru di FS

    Ada yang punya FS alias Friendster? Liat deh...ada yang baru di FS (atau aku aja ya yang baru merhatiin?). Di Pojok kanan atas...itu lhoo...sanaan dikit... Iyaaa.... yang paling atas pojok kanan... Sekarang ada pilihan Bahasa Indonesia sebagai bahasa tampilan di FS. Kemaren aku liat masih "Bahasa" sekarang udah berganti jadi "Indonesian". Masih versi Beta sih, jadi kayaknya masih uji coba gitu ya?

    Aku dengan isengnya (sambil berusaha melupakan beban essay 3000 kataku untuk Ecological System and Management) mengklik pilihan tersebut...

    Ih, kayaknya rada maksa deeehhh.... Berasa geli aja ngeliat pilihan kata-katanya. Wagu. Statusku masih rada lumayan laaahhh... "Lajang". Tapi... "Shout Out" dirubah jadi apa coba? "Jeritan". Waduh. Serem aja...kesannya kita yang dengan mengerikannya menjerit-jerit gitu... Definisi status lainnya? "Married" ya masih diartikan sebagai "Menikah". "In A Relationship" jadi... "Ada Hubungan Khusus". Mulai maksa kan? Khusus yang gimana coba maksudnya? Nah... "Domestic Partnership" jadi apa coba? "Pasangan dari Dalam Negeri". Iya...Serius gua.... Itulah terjemahan versi FS. Gimana aku ga bengong sedetik kemudian ngakak semenit... Terus, kalo pasangan kita satu daerah apa dong? "Local Partnership"? Kalo dari provinsi yang sama? Halah... Sekalian aja ada "Regional Partnership", terus "International Partnership"...

    Terus juga, "how do you connect" dengan ajaib berubah menjadi "Bagaimana Anda berhubungan". Aku jadi gatel pengen jawab: "baik-baik saja kok... ga usah khawatir dengan bagaimana saya berhubungan dengan dia, tidak ada masalah..."

    Belum lagi, kalimat "you have...friend in common", masa tiba-tiba saja berubah jadi "Anda memiliki...teman sehobi". Halah. Ga jelas.

    Mari lihat sisi baiknya... Artinya Bahasa Indonesia sudah mulai diakui keberadaannya di dunia virtual. Tapi ya wajar sih, denger-denger memang Indonesia dan Filipina adalah yang paling banyak punya account di FS (dan aku adalah salah satunya...). Tapi ya itu tadiiii.... Padanannya banyak yang ga nyambung... Tapi asyik juga buat lucu-lucuan... Walopun kata-kata "Tertarik Dalam: Berkencan dengan Pria, Berhubungan dengan Pria, Teman, Mitra Aktivitas" yang di profilku itu kok berasa ngeganjel banget yaaa.....

    Senin, 10 Maret 2008

    Deal with It...

    Tadi malem, gara-gara bete dengan koneksi internet yang lagi moody, aku maen nongol aja di kosnya Linda yang cuma sepelamparan kerikil dari kost aku. Sekalian ngasih belanjaan titipan Santi... Jadi aja kita ngobrol-ngobrol ga jelas...dan sampai pada satu topik tentang salah seorang temen yang kayaknya betul-betul desperado dengan kuliahnya. Si teman ini katanya sampai sudah berniat menemui student counselor untuk curhat...

    Walah, kalo mau jujur mah...kita semua juga pada gelagapan dengan yang namanya kuliah. Apalagi beberapa bapak-bapak yang beralasan sudah 13 tahun meninggalkan bangku kuliah... (kalo tidak salah, bapak itulah yang mengeluarkan statement terkenal di kalangan kami: "I left my English in Indonesia..."). Sistem belajar yang beda sama kuliah di Indonesia, assignment yang bertumpuk-tumpuk...Critical essay, literature review, reading list... Baca..baca...baca... Dulu tuh, waktu jaman kuliah S1 dulu, reading listnya aku kan cuma 4 untuk setiap mata kuliah, catetanku sendiri, fotokopian dari dosen, fotokopian catetan Sura/Ratih, plus fotokopian catetan Retno (kalo dia ngambil mata kuliah yang kebetulan sama, kayaknya jarang deh, anak ini hobi sekali menantang mata kuliah2 yang mengerikan...). Lha, sekarang? Tiap minggu untuk satu mata kuliah aja required readingnya paling enggak 3, masih ditambah supplementary reading. Gimana aku ga berakrobat ria...

    Kembali ke masalah stress menyetress itu... Selain masalah bacaan yang setumpuk, si teman yang super desperado itu dengan hopelessnya mengatakan betapa dia terintimidasi dengan salah satu teman sekelasnya yang sepertinya sudah menyerap semua materi kuliah tanpa sisa dan dengan lancarnya ngomong, bertanya, dan bahkan mendebat dosen. Betapa dia merasa seperti orang bodoh begitu para bule non-international student itu nyerocos dan nyaris tidak ada satu kalimatpun yang nyantol dan meresap untuk dimaknai dengan sempurna.

    Walah...ya sama aja dong... Tiap kali kuliah juga, tidak 100% kata-kata dosen bisa aku denger dan ngertiin. Dan ya bener, paling susah kalo udah diskusi dengan student asli sini, secara bagi kami logatnya yang sangat mumble ('gerunum-gerunum' ga jelas..) dan cepeeet banget. Tapi, aku mah ya terima aja...So what? Toh, baru kuliah 2 minggu ini... Ya wajar lah kalo kita masih berusaha adaptasi. Ya ga mungkin dong semua langsung bisa ditelen dan dipahami dengan sempurna... Kalo dari penjelasan si dosen ada 50% yang aku ga ngerti, ya paling tidak kan ada 50% lagi yang aku ngerti... Kalo dari diskusi kelas 80% aku ga ngerti apa sih yang mereka omongin, ya sisa 20% itulah yang sedapat mungkin dipahami habis-habisan...

    Kalo cuma terpaku pada bagian yang kita ga ngerti, ga bakal maju.. Yang ada malah kita tambah panik. Kenapa ga nyoba dari yang ngerti dulu sih? Learning is a process, not an outcome... Berusahalah untuk maju dengan apa yang kita udah punya, jangan berputar-putar tidak jelas karena meratapi yang tidak kita ngerti...

    Doesn't mean that I never complain... Wooo... Teteup dong aku yang drama queen ini berkeluh kesah dengan hiperbolisnya...Hahahaha... Wajar aja kok aku pikir kalo kita pengen 'melepaskan beban'. Cuma kan sekarang masalahnya adalah, setelah berkeluh-kesah, lalu apa? Ya jangan setop di bagian meratapi nasib doang dong ah.....

    Dan salah satu prinsip yang aku pegang selama ini: "Kalau memang niatnya baik, Insya Allah jalannya akan selalu dimudahkan sama Yang di Atas". Itu aja. Dan aku percaya banget, bahwa belajar, adalah bagian dari ibadah.

    Hmm….kalo gitu, dengan due date untuk 3 essay yang menjelang 3 minggu lagi, kok aku masih sempat ngempi ya?

    Gambar diambil dari sini

    Sabtu, 08 Maret 2008

    Pengisi Dompet

    Dompet biasanya isinya apa?

    Duit...jelas... Selain itu? Kartu. Berbagai macam. Waktu di Indonesia dulu, isi dompetku kartu-kartu ini: KTP, Karpeg, dan Kartu Askes.

    KTP biar ga dirazia (aku kan orang baik-baik...), Karpeg selalu dibawa karena Bagian Kepegawaian Fakultas hobi sekali meminta fotokopi Karpeg kami, kemudian menghilangkannya dan meminta fotokopinya lagi. Kartu Askes jadi tak terpisahkan semenjak jadi peserta Program TB Nasional tahun kemaren.

    Plus... Kartu-kartu berobat di berbagai klinik ini...

    Um..masih ada 2 kartu berobat lagi sih sebenernya... Gilaaa.... Aku kok kayaknya hobi banget sakit-sakitan ya?

    Di sini, selain jenis duit yang berubah (jadi dolar lah Bo’....!), jenis kartunya juga berubah.

    • Student Card

    Selain identitas satu-satunya (sudah 2 bulan disini, dan aku masih ga ngerti sistem KTP macam apa yang diterapkan di kabupaten Clayton sini), Student Card ini juga dipake seringnya buat pinjem buku di perpus, kan ada barcodenya. One thing that I really like about this card (selain bahannya yang ga mungkin sobek) adalah, I really look cute on the card, don’t I?

    • OSHC Card, Askesnya International Student disini.

    Kartu yang penampilannya paling menyebalkan. Tipis, dan entah kenapa foto yang dipajang sama untuk semuaaa OSHC Card lainnya. Dan jelaaaas, gambar itu sangat tidak representatif terhadap keadaan diriku. Yang pasti, aku selalu keliatan seperti orang bodoh kalo make topi kobi semacam itu. Tapi selalu dibawa-bawa, siapa tau iseng pengen ke GP. Baru dipake sekali waktu ke GP di Universitas, karena...gatelan...

    • ATM Commonwealth

    Perlu penjelasan apa lagi??? Inilah penyambung nyawa para international student disini...Dan kartu ini punya siklus per 2 mingguan untuk kembali fit (Rabu untuk APS kayak aku, Kamis untuk yang ADS).

    • Kartu buat Print dan Fotocopy

    Buat dipake di perpus. Creditnya bisa diisi ulang pake semacam vending machine gitu. Print atau copy di perpus harganya sama, 12 sen perlembar. Jadi biasanya receh-receh kembalian belanja parkir sebentar di dompet, dan berakhir di vending machine demi kelanjutan hidup si kartu ngeprint ini

    • Metcard

    Ke kampus dari kost jalan kaki doang. Tapi karena secara impulsif suka tiba-tiba terinspirasi maen kemanaaaa...gitu, selalu lah si Metcard ini dibawa-bawa. Biasanya nyiapin yang ’10 times, 2 hours, full fare’, kecuali memang rencana dan niat banget mau pergi ke seharian, baru beli yang daily. Bisa beli di atas bus atau di stasiun sih, tapi aku lebih suka beli di toko-toko. Soalnya kalo beli di toko gambarnya bagus-bagus...lucu-lucu... Mau dikumpulin buat mainan si Didut nanti kalo udah pulang.

    • Sunday Saver

    Temennya si Metcard.

    Tapi jauuuuh lebih murah . Kebayang aja, kalo daily tiket Zone 1 itu $6.5, daily ticket untuk Zone 2 $4.60, terus daily ticket untuk zone 1&2 sekaligus itu sekitar $10-11 (ga tau pasti, ga pernah beli soalnya…). Lha, si Sunday Saver ini bisa dipake seharian untuk semua Zone (selama itu masih hari Minggu) dan harganya cuma $2.90!!! Siapapun yang menciptakan peraturan ini… Semoga Tuhan memberikan banyak rezeki kepada anda-anda…

    • Fotokopi Paspor

    Daripada dituduh imigran gelap?? Karena sadar diri sebagai orang yang suka amnesia sesaat, dan males menanggung resiko kehilangan sehingga harus mengurus penggantinya, yang aku bawa dalam dompet cuma fotokopi aja (diperbesar dua kali dengan niatnya...). Yang asli tersimpan dengan aman di rumah. Oh iya...satu hal penting: jangan percaya pada fotonya. Aslinya aku jauuuuh lebih cakep dibanding yang di foto itu.

    • Kartu Minum Kopi

    Kartu ga penting sebenernya. Cuma pernah ngerasa rugi waktu beli kopi di Meeting Point dan lupa bawa kartu ini, jadi aja sekarang dibawa-bawa terus. Tiap kali beli kopi kan dijeglek tuh sama yang jual, kalo udah dijeglek 8 kali, dapet gratis satu cangkir kopi… Sampai sekarang baru 2 kali dijeglek, karena sekarang bawa coffeemix sachetan sendiri..

    Tapi, mau ada dimanapun juga…yang tidak pernah beranjak sebagai isi dompet adalah foto-foto ini…. For I always miss them...

    Kamis, 06 Maret 2008

    Membalik Kurva

    Gara-gara percakapan yang tidak mengenakkan di malam sebelumnya, aku bangun dengan muaaaalleeeeessss banget pagi ini. Dan sarapan tidak membantu membangkitkan mood. Jadi aja aku browsing ga jelas di depan laptop (well, mau mood bagus atopun enggak, aku memang selalu brwosing ga jelas sih...). Waduh, mana imedia lagi dihentikan sementara penayangannya (Wahai para PR yang banyak duit...Mbok pada nyumbang supaya mahasiswa perantauan ini bisa tetep mengikuti gosip seleb Indonesia...). Kutak-katik ga jelas selama beberapa...umm.. oke...belasan menit, aku baru nyadar. Bahwa playlist yang ada di winamp aku sama sekali tidak membantu. Lha, masa pagi-pagi udah dengan sentimentilnya mendengarkan Dudi Oris (yang cakep itu lhoooo) bernyanyi: "...Biarkan aku menjaga perasaan ini...menjaga segenap cinta yang telah kau beri....". Halah. Dan jadi inget 'nasihat' temenku waktu aku mengeluh that I felt like at the bottom of my curve: "Balik aja kurvanya Mi!".

    So, muncullah lagu Sheila-Jalan Terus, New Radical - You Get What You Give dan sederet lagu penuh semangatnya aku... It works! lalalala.... And the day seems brighter...

    Whenever you're feeling like at the bottom of the curve, turn the curve upside down, and you'll be on top of it...

    PS: To a good old friend: Thank's. I don't need to say more. You know what I mean...

    Senin, 03 Maret 2008

    Perjuangan Sehari-hari

    Sabtu kemaren waktu mau belanja sembako ke Clayton, ketemu Mbak Ola di bis. Dengan hiperbolisnya aku menceritakan betapa seringnya aku pengen menjedot-jedotkan kepalaku di dinding saking pusingnya ngeliat deretan reading list dan tumpukan assignment.... Ucapan bijak Mbak Ola bikin aku manggut-manggut: "Emang Mi, saat yang paling menyenangkan dari menerima beasiswa adalah saat kita dapet surat pemberitahuan bahwa kita apet beasiswa. Selebihnya adalah perjuangan, darah dan air mata". Iya Mbak...bener. apalagi kalo ngejedot-jedotin kepalanya ke dinding beton dengan kecepatan 20 km/jam. Penuh darah banget tuh...

    Intinya adalah: perjuangan. PERJUANGAN!!! *tangan mengepal ke atas, rambut berkibar-kibar ditiup angin*

    Dan salah satu perjuangan aku disini adalah... mandi.

    Iya, bener, ga salah baca kok. Mandi. MANDI. Mandi disini tuh bener-bener perjuangan lagiiii....!!! Gini deh, aku aslinya dari Banjarmasin, dan kuliah di Yogya, kerja di Banjarbaru. Berapa coba rata-rata suhu di kedua kota tersebut? 29 derajat? 30-33? Pokoknya masih di atas 25 lah. Dan berapa coba suhu di sini? Summer yang sedang aku lewati ini aja kadang-kadang bisa drop ke angka 13 derajat celcius. gimana aku ga mau nangis??? Itu baru summer!!! Pas winter malah bakal lebih susah nyari suhu belas-belasan gituu....

    Ka Dauli sudah pernah menghibur:

    Ka Dauli : "Ga sedingin di Eropa kok, ga sampe turun salju segala..."

    Aku : " O yaaa ??? Alhamdulillah..." * harapan yang mulai membuncah*

    Ka Dauli: "Paling-paling cuma sampai airnya membeku aja kok"

    Aku: "O yaaa??? Astaghfirullah..." *harapan yang terpuruk*

    Dari dulu aku dan cuaca dingin tidak pernah berteman dekat, apalagi bersahabat akrab. Aku ga tahan lama-lama berada di ruangan berAC. Dan itu sama sekali bukan pertanda bahwa aku ga bakat jadi orang kaya yang rumahnya pake AC di setiap ruangan. Ketidakkuatan aku terhadap AC justru menunjukkan bakatku sebagai orang kaya yang sangat peduli lingkungan sehingga beritikad sangat keras untuk mengurangi kadar CFC yang dapat merusak lapisan ozon kita yang semakin tipis ini. Jadi ya, jangan heran kalo aku betul-betul harus mengais-ngais semua semangat yang ada untuk masuk ke kamar mandi, menyalakan keran dan menyiramkan air sedingin kekejaman dunia itu ke tubuhku yang menderita dan menggigil kedinginan... Yaaa...ada keran air panas, tapi it really takes some times sampai bisa dapet level suhu air yang acceptable. You don't want to freeze under the shower, you want a warm and nice shower, but not THAT HOT anyway. Perlu seni, teknik, skill dan keterampilan tersendiri untuk mengatur posisi keran hingga menghasilkan air dengan suhu yang sesuai.

    Nah, perjuangan untuk mulai mandi itu baru satu babak, tapi mohon dicatat, bahwa meninggalkan mandi itu juga perlu perjuangan tersendiri. Keharusan untuk harus meninggalkan nyamannya kehangatan air yang sedang menyelimuti tubuh betul-betul...uuummm...menyebalkan....

    Dan udah dua bulan disini...aku masih belum bisa mengubah mindset Indonesia nya aku, bahwa yang namanya mandi itu DUA kali sehari. Jadi, hampir setiap hari, aku harus menghadapi perjuangan semacam ini dua kali sehari. Fhhhh.... I really miss the tropical climate of Indonesia... Kalo di Indonesia, mandi tuh bukan perjuangan, tapi salah satu kenikmatan... Hiks.

    *Gambar diambil dari sini*

    Minggu, 02 Maret 2008

    How does it end?

    Arrrggghhhh......12 menit menjelang berakhirnya weekend!

    Capek. Kamar berantakan. Esay ga bertambah satu tanda baca pun. Have a severe headache.

    Jadi, berakhirlah weekend...malam ini diakhiri dengan suatu janji. Besok bangun pagi. Dan beresin kamar...

    Sabtu, 01 Maret 2008

    Soundtrack to My Life

    Iyaa....iya... Aku tauuu... Posting ga penting kayak ginian barusan aja ada seminggu sebelum aku nyoba yang kayak ginian lagi....But I just can't help myself. Lucu lageeee..... Dan yang ini lebih terstruktur... Sekarang ceritanya, adalah bikin Soundtrack buat kehidupan kita...hihihi.... Seru juga ya... And FYI, kebetulan waktu dalam kesempatan ini rasa rinduku pada Indonesia tengah menjadi-jadi, sehingga playlist Winampku adalah 179 lagu Indonesiaaa..... semua. Mari kita coba...

    Aturan mainnya masih sama:
    1. Open your music player (iTunes, Winamp, Media Player, etc) ,or mp3 player.
    2. Put it on shuffle.
    3. Press play.
    4. For every question type the song that's playing. When you go to a new question press the next button.
    5. Ready? GO!
    • Opening Credits: Sheila On 7 - Mari Bercinta

    "Lihat dirimu...semakin jauh mengayuh lewati segala tujuan hidup yang mungkin kau tempuh..."

    Cieee..... Lagu awalnya aja udah penuh semangat gituuu.... Senangnya! Looks like my life's gonna be a sweet comedy romantic movie, mungkin??

    • Waking Up: Padi - Kasih Tak Sampai

    "Tetaplah seperti bintang di langit... Agar cinta kita akan tetap abadi..."

    hah? Walah, masa sih aku bangun dengan perasaan mellow abis gini??? Huaaaa... Mbok lagu yang ada kata-kata 'secangkir kopi' kek...biar lebih realistis..Fiuhh...however, next one, please...

    • Falling in Love: Ada Band - Pura-pura Cinta

    "Pura-pura kau mencintaiku...pura-pura pula sayang ituuuu..."

    Aaaarrrrggghhhh.... mana ada syair : 'memang sialnya hidupkuu....'. Apa coba maksudnya? Jadi aku kalo falling in love bo'ong-bo'ongan doang? Waduh, kayaknya sampai bawah nanti bakalan ga bener nih filmnya...

    • Fight scene: Repvblik - Hanya Ingin Kau Tahu

    "Aku hanya ingin kau tahu...besarnya cintaku, tingginya khayalku bersamamu..."

    Berantemnya slow motion, karena memperebutkan cintaku mungkin? Eh, atau fight scene disini maksudnya waktu berantem sama pasangan gitu? Kalo gitu, berantem karena mau putus kali ya...

    • Breaking up: ST12 - Rasa yang Tertinggal

    "Dapatkah aku memeluknya, menjadikan bintang di surga..memberikan warna yang bisa indah...Aku tak mampu mengatakan, aku tak mampu tuk mengungkapkan...hingga sampai sat ini perasaan yang tertinggal"

    Ituuu....breaking upnya karena perasaan yang ga pernah disampaikan dan ditunjukkan...

    • Getting back together: Sheila On 7 - Seberapa Pantas

    "Celakanya hanya kaulah yang benar-benar aku tunggu, hanya kaulah yang benar-benar memahamiku..."

    Hiyaaa....ini baru cocok nih... Karena pada akhirnya memang...hanya dialah satu-satunya yang pantas...

    • Secret Love: Keris Patih - Mengenangmu

    "Biarlah kusimpan sampai nanti aku kan ada disana... Ingatlah cintaku, kau tak terlihat lagiii..."

    Secret love nya keburu pergii... Sedih amaaat....

    • Life's okay: Matta - Ketahuan

    "Ooo...oo...kamu ketahuan, pacaran lagi dengan dirinya: teman baikku..."

    Hah? Dikhianati pacar dengan temen sendiri and life's still okay? I'm such a tough girl... (Dan ngapain juga aku masang lagu mureeehhh kayak gini ya??)

    • Mental Breakdown: Melly feat Eric - Ada Apa dengan Cinta

    "Ada apa dengan cinta...perbedaan aku dan engkau, biar menjadi bait dalam puisi cinta terindah..."

    Ada apa sih dengan cinta? For that crazy thing can really turn your whole world upside down...

    • Driving: Yovie & Nuno - Menjaga Hati

    "Biarkan aku menjaga perasaan ini...menjaga segenap cinta yang telah kau beri.. Engkau pergi, aku takkan pergi. Kau menjauh aku takkan jauh...Sesungguhnya diriku masih mengharapkanmu..."

    Nyetirnya dengan mata berkaca-kaca....

    • FirstFlashbacks: Jikustik - Samudera Mengering

    "Tak ada yang akan bisa meruntuhkan niatku, tuk bertemu, memluk dan menyanding...meski surya membenamkan tubuhku di lautan, kutunggu sampai samudra mengering..."

    Flashback akan kenangan tentang pantai...cocok tuh, cocok.....

    • Happy dance: Sheila On 7 - Waktu yang Tepat untuk Berpisah

    "Sehangat pelukan hujan, saat kau lambaikan tangan...tenang wajahmu berbisik...inilah waktu yang tepat tuk berpisah..."

    Addduuhhh...itu bisa ga ya diganti bukan happy dancing, tapi farewell dance?

    • Regretting: Acha dan Irwansyah - My Heart

    "Bila kita mencintai yang lain, mungkinkah hati ini akan tegar? Sebisa mungkin tak akan pernah sayangku akan hilang..."

    Menyesali bahwa rasa itu sempat memudar....

    • Long night alone: Padi - Aku Bisa Menjadi Kekasihmu

    "Memaafkan itu tak seberat memindah samudra, tak ada yang paling sempurna...Kuserahkan kepadamu, kepadamu...Aku bisa menjadi kekasihmu..."

    At night, alone, wish that he would ever forgive me, sehingga aku bisa (kembali) menjadi kekasihmu... hahaha.... Bagus juga...

    • Final Battle: Padhyangan Project - Good Bye Ayu

    "Yu...kau memang perkasa, membuat tak berdaya...tinjumu laksana si Rambo...Aku ingin segera putuskan cinta kita...Dan mengucap kata...oh, Good Bye..."

    HUAHAHAHAHA.... Kok ya sampe disini...Cocok tuh, battle pake ada Rambo segala....

    • Death scene: KLa Project - Jarak Dua Kota

    "Sekian jauh perjalanan bersama kita tempuh, di saat mesti bertahan, kita lelah dan kalah... Jarak dua kota kucoba taklukkan, menjemput dikau merangkai kenyatan..."

    Well, ini sih bukan buat death scene, tapi yang breaking up di atas kali
    yee....

  • Ending credits: Gita Gutawa - Bukan Permainan
  • "Kita pisah lagi, balik lagi, pisah lagi... Apa kau mengerti bahwa ini bukanlah, bukan permainan... Kau tak bisa buat ku menangis lagi, kau tak bisa buatku bersedih lagi... Tanpa aku kau akan baik saja, tanpa kau aku akan baik saja..."

    Huehehehe... Akhir yang bagus... Tetep optimis bahwa aku akan baik-baik saja... Bahkan lagu endingnya jadi moral of the story: Love is Not A Game. Well, at least don't play with my heart deeehhhh....

    Seru juga... Jadi inget Ratih, tau ga siiihhh... Soalnya dulu dia yang sellau punya usul theme song untuk kejadian apapun di antara kami.... Hmmm. Sura, Mbak Vivi, Unieq, mau coba???

    Rumah Baru

    Teman, pembaca, ataupun yang singgah, terdampar, tersesat, nyampe pas blogwalking disini... Aku punya rumah baruuuuu!!!! Di MP. Iya, Multiply, di www.amiutami.multiply.com ... Looks like I can share more things there.... However, secara aku berusaha untuk setia, isi antara MPku dan rumah kecilku yang satu ini ga bakal banyak berbeda. Malah kayaknya bakal crossposting gitu deeeehhhh... Feel free untuk mau liat yang mana...