Senin, 30 Juli 2007

Here Comes the New Indonesian Idol!!!

Rini menang!! Horeee!!! Sejarah berulang. Tahun lalu Ihsan (baca : A’a Ican tersayang…) yang gua dukung dengan gegap gempita, with the whole of my body and soul (maksudnya segenap jiwa ragaku), berhasil mengalahkan Dirly (no hurt feeling ya D-Lovers, tapiiii…. Hidup Ihsan!!!). Tahun ini, yang menang Rini!!!! Senangnya…apalagi Ita sempat yakin bahwa kutukan Indonesian Idol II telah kembali di tahun ini. Sedikit flashback dari masa lalu, di Idol 2, entah kenapa semua kontestan yang aku jagokan langsung tersisih dengan mengenaskan begitu aku mendukung mereka. Mulai dari 12 besar sampai 7 besar. Dan tahun ini, begitu aku dengan penuh semangat memaksa teman-temanku untuk vote for Julian (he’s soooo cute!!), dia langsung tersingkir. Kejadian yang sama berulang waktu aku dengan berlinang air mata haru mendukung Dimas (gua ga melebih-lebihkan, gua menangis tersedu-sedu melihat ortunya Dimas), eh…dia harus menerima kenyataan untuk ter-eliminasi. Waktu aku dengan isengnya mau mendukung Fandy, eeeehhh….dia yang ga pernah masuk bottom 3 malah keluar. Dan begitu Sarah yang aku jagokan di malam itu juga mengalami ke-naas-an yang sama…Ita dengan penuh emosi mengirim sms: “Aku semakin yakin Mi, dukunganmu adalah kutukan”…Hiks….

Mulai dari babak cafe2cafe battle kemaren, aku udah menggalang dukungan. Sama seperti tahun lalu, bentuk penghimpunan dukungan yang aku lakukan demi jagoanku bukanlah dengan mengirimkan SMS ke line voting, melainkan mengirimkan SMS ke temen-temenku untuk meyakinkan mereka mendukung Rini.

Here’s the message that I sent them :

Jangan lupa ya dukung Rini untuk jadi Indonesian Idol. Lagian perhatiin baik-baik deh…Rini tuh mirip banget lagi, sama aku…

Mau protes? Silakan mengambil nomor antrian di belakang teman-temanku yang lain. Sebagai gambaran, here’s some of the replies :

Sura : Narsis! Eh, tapi bukannya idol besok?
(Sur, lu kayak ga kenal gua deh...Narsis adalah bagian integral dari kepribadianku!)

Kamilia : Hehe...iya...mirip..mirip. Tapi aku lagi belajar, jadi ga bisa nonton. Titip salam aja buat Rini.
(Serius lu bisa konsen belajar dan melewatkan match of the year? Kamu memang dosen yang baik…)

Taibah : Halah…Nanti tak dukung pake pom-pom deh di depan tipi
(Hmm…menarik juga membayangkan kamu bawa pompom.
Jangan lupa pake rok mini ya!)

My Enigma (Iya....gua juga ngirimin dia....hehehe....):
Mirip? Diliat dari mana ya...Perasaan ga banget deh..haha..Emang jam berapa mulai? Pastinya dukung Rini, suara bagus & cantik sih...
(Tolong ya...dicatat kata-kata ”cantik”. Itukan definisi paling sederhana yang paling tepat untuk menggambarkan dirikuuuu....!!!)

Dewi Iqnatia : Iya Mbak, Rini suaranya bagus...Tapi maaf ya Mbak, anak kos pada dukung Wilson. Dengan sangat menyesal harus kami katakan...
(Apaaa???!!! Lalu dimana rasa persatuan dan kebersamaan yang pernah kita galang saat bersama-sama berjuang mendukung Ihsan tahun lalu??? Teganya kalian mengkhianati janji kita untuk sekost-seselera...)

Widya (Balikpapan) : Ok deh...tapi dengan doa aja ya...Masa sih mirip? Kayaknya enggak deh...
(Mirip kok, coba kalau kami didekatkan jadi saling bersebelahan, gak jauh kan...dari segi jarak maksudnya)

Emil Niar : Iya Mi....Mirip Banget...Hidup ami...
(Hmm... komentar yang sinis...)

Fitria : O, iya ya Mi? Mirip Ami ya? Iya deh, nanti aku dukung..
(Anak yang satu ini memang lugu dan polos...)

Maya : Mi, gimana gua bisa dukung Rini??? Disini mati lampu!!!!
(Lho? Kan sinyal hape tidak tergantung listrik May...tinggal kirim sms dukungan kok...)

Ita (rite, my one and only sister with her sarcasm):
Mi, lu mirip banget deh sama anak SMP yang ngaku-ngaku mirip Wilson. Memang sih di Lamongan RCTI-nya rada kabur, tapi jangan harap kau bisa menipuku. Karena walau kabur dan berbintik pun penampakan Rini udah jauh banget dari dirimu

(hmm... she knows me too well and too long untuk bisa dibohongi)

Nah, pas result and reunion show, aku udah uring-uringan dari sore. Masa…jam 6 sore, tanpa ada maklumat sebelumnya, mati lampu! Sejam berlalu, tidak ada tanda-tanda ke arah perbaikan. Sejam selanjutnya. Masih gelap gulita. Aduuhhh....Pas jam 9 malam masih tidak ada belas kasihan dari PLN, aku udah desperate... Gua udah pengen nyekek kepala PLN aja rasanya...tiba-tiba...15 menit lewat dari jam 9, lampunya nyala!!! Horehorehorehore...!!! Rasanya kepala PLN (yang baru 15 menit yang lalu pengen gua tendang ke sumur) yang bertanggung jawab akan kudukung sepenuh hati buat jadi Presiden.. Jadilah aku bisa menikmati result and reunion show dengan khusyuk, dan menjadikan diriku sebagai salah satu saksi mata atas tonggak bersejarah di dunia entertainment Indonesia. Hmmm...ada Ihsan!!! Histeris...histeris deh gua... Apalagi nih ya...dia nyanyi bareng sama Julian!! Gila, gimana aku ga pengen memeluk TV saking bahagianya... Both of them looked sooooo cute, adorable, gorgeous, dan tiada duanya. Walaupun Ihsan lupa lirik. Dan Julian lupa ke arah mana dia harus bergerak, sehingga nabrak Ihsan. Hahahaha…. Fandy kayaknya cuma jadi penetralisir deh di antara mereka berdua… Setelah mereka selesai nyanyi, Ita (who knows me too well) ngirim SMS : “Udah beres histerisnya? Aku serem ngebayangin dirimu yang dengan mupengnya nemplok di TV ngeliat Ican-mu bersanding dengan Julian”. See? I’ve told you, she knows me too well. Soalnya waktu dia kirim sms itu, aku masih dengan tatapan terpesona menatap ke layar TV (yang gambarnya jelas udah ga lagi menongolkan Ihsan maupun Julian), dengan tatapan menerawang jauh, kedua tangan tertangkup di pipi, sambil ngomong sendiri : “Gilaaa…..kok bisa ya ada cowok semanis mereka berdua…”.

Oke, mari kita lupakan para berondong itu (yang manis-manis banget!!!), dan kembali ke intinya. Pengumuman pemenang kalo ga salah pas udah jam 12 malem (aku pake WITA lho ya….). Ga terlalu dramatis sih, at least ga sedramatis kemaren. Mungkin ya itu tadi…karena Rini secara kualitas udah di atas angin banget. Tapi tetep aja seneng liat wajah Rini yang terkejut-seneng-ga percaya, ngeliat tangis bahagia keluarganya…

Selamat Rini! Salut buat Medan, 2 tahun berturut-turut..wakil dari Medan lah yang mampu mencuri hati Indonesia!

(Baidewei, bener ga sih, katanya Ihsan dan Rini jadian ya?? Bener ga sih?)

Jumat, 27 Juli 2007

Emang Penting Ya Harus Penting?

(Originally written : 25 Juli 2007)

Judul di atas merupakan salah satu subject salah satu e-mail aku di milis Kimia99ugm. Waktu itu, salah seorang teman (yang memang punya spesifikasi standar untuk jadi filsuf) mengusulkan, agar setiap posting di milis adalah hal-hal yang bermakna dan penting. Waduh. Mungkin maksudnya bagus ya...demi peningkatan kualitas milis kami. Usul yang baik tuh. Patut dijalankan demi kebaikan kami semua. Taaapiiii....kayaknya kalo masalah kualitas posting, aku berada di urutan terbelakang deh dari temen-temen yang lain. Aku tuh tipe yang selalu punya komentar garing tentang hal-hal yang penting, dan komentar jayus untuk hal-hal yang nggak penting. Kalo diliat dari track record posting-nya aku, kayaknya banyak topik dari aku cuma merupakan sekedar ”hal-hal ga penting hari ini”.
Hmm...atau mungkin cuma masalah sudut pandang kali ya...bener kata temen-temen yang me-respond e-mail aku itu, bahwa penting-ga pentingnya suatu hal sangat tergantung dari individu yang menghadapinya. Hal yang ga penting bagi seseorang, could mean the whole world to someone else. Bener juga sih. Mungkin karena aku tipe yang suka memperhatikan hal-hal kecil, apa yang aku anggap layak untuk diperhatikan dan dikomentari seringkali adalah hal-hal yang menurut orang lain termasuk dalam kategori ga penting.
Kenapa coba aku suka merhatiin hal-hal kecil? Because those simple things make me realize, that life is wonderful and beautiful indeed. Misalnya nih ya… Gedung baru kampus kami berada pada lokasi yang paling tidak enak dibandingkan Fakultas lain di Unlam, itu fakta penting yang diamini sama semua orang (at least, semua orang yang aku tanyain pendapatnya). Tapi ada hal kecil lain, bunga-bunga liar warna putih yang tumbuh di belukar sepanjang sisi jalan setapak berlumpur menuju gedung kami itu kelihatan cantik sekali di pagi hari…. Fakta penting minggu ini : setiap pagi cuaca mendung, udah dua hari ini malah pagi-pagi hujan. Hari ini saja udah ada 6 orang yang membahas hal itu denganku. Tapi mungkin cuma sedikit yang merhatiin, bahwa sore ini, sekitar jam 16.30…matahari yang muncul dengan sangat terlambat dan akan segera menghilang lagi, hangatnya terasa sangat menyenangkan…

Aku dan Sepatu

(Originally written : 23 Juli 2007)

Senin pagi, sesuatu mengganjal langkahku (Aduh, ga enak banget sih bahasanya). Tadinya sih ga gitu merhatiin. Tapi semakin dicuekin, kok malah semakin terasa ya... Misteri terjawab setelah aku keluar dari kantor lab, habis ngambil kunci. Ternyata.... sepatuku yang sebelah kanan dengan tegas menyatakan bahwa dia menolak untuk bekerja dengan normal! Dia menganga sodara-sodara! Yang menyebalkan adalah, sepatu ini baru aku beli akhir Februari barusan. Waktu itu kan aku beli sepatu 2 pasang (secara aku orang yang cinta diskon, dan waktu itu diskon ”Beli Sepasang Dapat Dua Pasang”). Yang coklat aku pake dari awal Maret sampai dengan...akhir Mei. Dan akhirnya berhenti kupakai karena yang sebelah kanan berubah menjadi buaya, alias menganga juga. Sepatu yang hitam, kupakai dari awal Juni, sampai akhir Juli ini, yang artinya... usianya baru 2 bulan pemakaian.
Arrrggghhh.... dengan tamatnya riwayat kedua pasang sepatu terakhirku itu, I’m officially out of shoes! Gua udah kehabisan sepatu!!!It really makes me wonder, sebenernya gimana caranya sih aku pake sepatu? Nyaris tidak ada sepatuku yang usianya itu lebih dari 6 bulan. Usia maksimal sepatuku adalah 6 bulan, usia minimal 2 bulan pemakaian, dan usia rata-rata pemakaian adalah 3 bulan! Gila aja, sepatu aku mati muda semua euy..Apa telapak kakiku ada gigunya kali ya, sampai-samapi semua sepatu lebih memilih dying young daripada harus setia mendampingi langkahku menapaki hari.
Nah, what makes it worse, hari ini kan rapat tuh, di Fakultas. Kalo berani muncul pake sendal jepit, kayaknya aku bakalan dijitak Dekan pake gagang sapu deh. Jadi dengan manisnya aku mendatangi Tika di kantor lab untuk minta lahban sebagai pertolongan pertama. Tuh kan, kadang-kadang aku bisa kreatif juga kok…

Sewindu Kantorku

(Originally written : 23 Juli 2007)

Fakultas MIPA mau ulang tahun. Orang-orang sih pada ngomong “Sewindu MIPA”, yang membuatku jadi semakin nggak ngeh dengan sistematika penggunaan kalender atau peristilahan di kampus ini. Sewindu kan artinya 8 tahun ya? Kok kalo menurut hitunganku, umur MIPA tuh masih 7 tahun ya? Hmm... mungkin kalender yang dipake kalender Orde Lama. Nah, terkait dengan rencana ulang tahunnya MIPA, siapa lagi coba staf dari PS Kimia yang dengan teganya dijerumuskan untuk jadi panitia kalo bukan Utami Irawati S.Si yang malang ini??? Jadilah aku ikut muncul di rapat koordinasi untuk membahas rencana hajatan tersebut. Biasalah, kegiatannya mau ngapain aja, acaranya apa aja… Sesuai dengan perkiraanku, aku cengo’ sendiri sepanjang rapat. Ketiduran 2 kali. Sumpah! Untunglah entah terlewatkan secara tidak sengaja, atau memang sengaja dilewatkan sebagai antisipasi menghindari jawaban yang tidak jelas, tidak ada pertanyaan tentang sejauh mana persiapan PS Kimia. Persiapan apanya???? Satu-satunya persiapanku untuk rapat tersebut adalah aku meyakinkan diri tidak lupa membawa alat tulis, jadi bisa ngegaya bahwa aku mengikuti jalannya rapat. Halah. Lagi-lagi kebohongan publik. Mana bisa sih aku serius? Aaanyway... rancangan acara-acara yang rencananya mau ditampilakn cukup menarik kok. Anak-anak BEM mau bikin Festival band pula. Asyik asyik asyik... Seneng. Jadi inget jaman kuliah dulu, waktu aku hobi nonton acara-acara band-bandan kampus gitu. Nah, tapi dari sekian rencana kegiatan, ada sesuatu yang ga jelas. Salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), FSI Ulul Albab, bertanggung jawab atas pelaksanaan beberapa acara. Festival Nasyid sih masih mending. Lha, kok ya ada keselip acara ”ruqiah” segalaaa.... Langsung aja muncul perdebatan. Itu maksudnya apa toh? Festival meruqiah orang? Aduh, kayaknya kok gambaran serombongan orang-orang yang sedang menjalani pengobatan ruqiah ditampilkan di atas panggung kok sangat tidak terbayang ya.... Atau lomba meruqiah? Lomba cepet-cepetan meruqiah? Yang dengan suka rela jadi objek nya siapa dong??? Atau lomba ketahanan terhadap ruqiah mungkin? Jadi siapa yang jinnya paling kuat bertahan, itu yang menang? Haduh. Ga jelas niiiyyy...

As Usual, As Always

Yesterday. I met him. He looked so gorgeous…as usual… I was speechless…as always…
Why he always have to be such a mystery for me?

Senin, 23 Juli 2007

Nonton Harry Potter deh!!!

Udah pada nonton Harry Potter : The Orde of Phoenix belum? Belum? Ayo nonton! Nontoh deh, asli, ga bakalan rugi…. Hmm…oke deh, mungkin aku agak terlalu melebih-lebihkan, rada ga objektif kali ya…Soalnya kan selain aku memang salah satu penggemar Harry Potter semenjak buku pertama, tadi siang adalah pengalaman aku nonton bioskop lagi setelah saaay…. 3 tahun? Iya nih, udah lama banget ga nonton bioskop. Terakhir aku nonton, Maret 2004, waktu itu aku nonton 30 Hari Mencari Cinta, yang langsung disambung dengan Lord of The Ring 3 : Return of The King. Yah, mari kita tinggalkan petualangan Nirina mencari jodoh dan perjalanan Frodo bersama cincinnya itu di masa lalu, dan kembali ke topik utama hari ini : Harry Potter!
Hal pertama yang aku amati adalah, Daniel Radcliff (bener ga sih aku nulisnya?) keliatan lebih dewasa. Cakep sih. Tapi kehilangan unsur imutnya. Maka aku memutuskan bahwa Daniel terlihat paaaaaling gorgeous di Harry Potter 3. Waktu disitu dia gantengnya udah mulai keliatan, tapi imutnya juga masih ada. Jalan cerita lumayan ga beda jauh dengan yang di buku, kecuali tentang orang yang membocorkan rahasia tentang Laskar Dumbledore. Memang sih, ada beberapa detail di cerita asli yang hilang, seperti cerita tentang Orde Phoenix, latihan Occlumency-nya si Harry, dan proses ujian OWL. Tapi toh, I have to say, visualisasi beberapa adegan sangat fantastis, bahkan untuk bagian-bagian yang digambarkan dengan sangat imajinatif oleh JK Rowling dalam bukunya, mampu ditampilkan dengan sangat mengagumkan. Kastil Hogwarts dengan tangga-tangga yang saling berpindah, adegan Harry dan teman-temannya terbang dengan menaiki Thestral, runtuhnya rak-rak berisikan bola kristal ramalan... It was amazing. Walaupun menurut aku, adegan kaburnya Fred dan George Weasley dari Hogwarts kurang dramatis, dan adegan kissingnya Harry sama Cho Chang (Suit suiiiittt….!!!) kurang romantis dan menyentuh. Berasa agak terlalu diekspos malah. Adegan favoritku? Pertempuran antara Dumbledore dengan Lord Voldemort. Asli, kereeeeeeeen banged pake ‘d’! Walah, tapi puas deh aku nontonnya… Yah, walaupun setelah melakukan survey singkat sesaat… aku baru nyadar. I was the only one yang nonton sendirian. Hehe… bodo amat ah… I enjoy my day, and that’s what matters for me…

And I Heard The News Today

Pagi tadi, angkot yang aku naikin ke kampus belum nyampe Banjarbaru, aku udah dapet sms dari Maya Agustina : “Mi,Maya neh.Mi,km tau kd Cici dah merit tgl 14 Juli td jar.Sm org Padang tp krja di PLN Sby jua.Tau lah?Adalah diundang Mi?Bls ksni aja..”
What? Gila, aku nyaris stroke mendadak! Tanggal 14 Juli kan udah minggu kemareennn...dan aku ga tau apapun sampai dengan sesaat yang lalu!! Ih, bukan apa-apa, tapi Chichi tuh hitungannya masih temen deketnya aku waktu SMA dulu...salah satu teman yang pake acara tangis-tangisan waktu kita misah pas kuliah dulu...Hiks, masa dia ga ngomong APAPUN ke aku??? Aku taunya dari orang lain lagi...Gimana aku ga bete abis... Ngerasa ketinggalan berita banget, aku sms Heru, dan ternyata Heru juga ga tau sodara-sodara... (Well, cukup melegakan, artinya aku masih dianggap sederajat sama Heru, secara kita sama-sama ga dikasih tau). Jadi aja, aku nyampe lab dasar dalam keadaan heboh plus bete abis... Udah aja, aku nelfon si Chichi, untuk mendakwanya atas tuduhan melupakan diriku.. Alasan si Chichi sih, dia ga ngasih tau karena ngirain aku udah berangkat sekolah...Halooooo....!!! Okelah kalau misalnya sinyal Simpati aku bakal tidak berkutik disana..tapi lalu fasilitas e-mail itu gunanya apa kabar dooong??? Huhu..mana Chichi ngasih tau Tenny dan Azka, but still, dia ngelupain guaaaa!!!!
Anyhooooo.... I’m still happy for her. Truly. Tapi ga ngasih taunya itu lhoooo….. Citra aja pake acara bikin pengumuman di FS, si Daus malah nganter sendiri undangannya, bahkan Widya Ciptasari, yang bener-bener ga pernah ketemu aku lagi semenjak lulus SMA, nganter undangannya ke rumah.
Suddenly, I feel left behind. Enggak, bukan masalah ditinggal kawinnya, dilupakannya itu lho yang bikin sedih. Hiks. Aku sampai tidak bisa menahan diri untuk nelfon Heru (si anak jelek itu sekarang di Bogor) untuk berkeluh kesah betapa Chichi sudah begitu tega pada diriku yang malang dan nestapa ini, plus memaksa Heru untuk tidak akan pernah melakukan hal yang sama. Awas aja kalo sampai dia lupa ngasih tau ke aku kalo mau merit, dengan sepenuh hati aku akan mencoret dia dari daftar teman seperjuangan! Hmm…Heru memang jelek, tidak sensitif dan menyebalkan (Ru, lu baca ini ga?), di tengah kegundahanku, dia malah dengan membetekannya menanyakan pertanyaan sensitif :”Lha, kamu kapan nyusul?”. Haduuuhhh…can we focus on the topic that Chichi had forgotten us, instead of discussing when I will catch her (and everybody else) up? The problem is, kalo sama Heru, manusia itu selalu dengan lihainya menangkis semua alasan-alasan dari aku yang biasanya jago ngeles kalo sama orang lain. Tidak terpuaskan bercurhat ria ma Heru, aku nelfon Maya. Abis..abis deh sana pulsa gua. Kami pun merana bersama… Hahaha… Maya juga membuatku berjanji untuk tidak akan melakukan hal yang sama.. Ga May, Insya Allah aku ga bakal ngelupain elo dan teman-teman lain. Segaptek-gapteknya aku, aku masih bisa kok memanfaatkan e-mail untuk menyebarluaskan kabar…
Itulah, mungkin atas dasar rasa sedih karena merasa dilupakan, plus fakta bahwa satu lagi temen aku meninggalkan aku yang lagi meneguhkan hati untuk berstatus sebagai jomblo sejati, aku jadi orang bodoh lagi di Lab Instrumen (huhuhuhu…still feeling sooooooo guilty about what I’ve done…K’Hasnah, K’Riza, I’m very sorry….).
Eeeeniweeeii…. Waktu malam aku menjalani gejala insomnia sambil nulis-nulis ini, I realize that aku masih punya teman untuk berbagi. So I call an old friend of mine. Yang rela terkantuk-kantuk mendengarkan aku. Yang ikut mendoakan supaya aku berbahagia, setelah mencela aku, like he usually and always does. Thank’s ya…. You’re a friend indeed… Tahun 2008 nih? You have all my prayers with you. You will always have it.
So I’m not feeling so bad rite now. I’m smiling, and sing along : “You just call out my name, and you know wherever I am, I’ll come running to see you again…. You’ve got a friend”.
Hmm…. Jadi tambah feeling good, kalo inget bahwa besok aku juga janjian mau ketemuan ma Taibah, another old friend of mine…
Jadi tambah yakin, that I can face this world, for I have my friends around….

Mistake…Again

Bodohbodohbodohbodohbodoh…..! Aku memang gadis paling bodoh se-MIPA (sorry ya…kenarsisanku mencegah aku menistakan diri untuk menobatkan diri sebagai manusia paling bodoh sedunia). Sumpah deh, padahal pagi ini tuh ga ada firasat apapun selain rasa kantuk yang amat sangat berlebihan. Iya, aku tau bahwa pada dasarnya aku tukang tidur, tapi kantuk yang ini bedaaaa…bukan ngantuk bawaan diri yang biasanya. Kayaknya gara-gara minum obat alergi deeehh…
Yah, intinya…aku kembali secara sukses dan gilang gemilang berhasil melakukan satu kesalahan lagi. Habis selesai ngajar, baliklah aku ke lab dasar, mau nge-cek anak-anak udah sampai mana, sekalian ngambil my lovely lappy (baca : laptop). Nah, K’Hasnah dan K’Riza masih dengan rajinnya ngelembur di Lab Instrumen, ngerjain AAS. Weits, rajin banget mereka… orang mah kalau weekend libur, mereka berdua dengan penuh dedikasi ngerjain sampel-sampel itu. Yah, walaupun menurut mereka, jadwal kerjaan di hari Sabtu mesti disesuaikan dengan jadwal mudiknya K’Riza. Nah, frankly speaking, aku pengen banget bisa make AAS. Waktu kuliah dulu kan aku cuma dapet teorinya doang, jadi ga salah dong kalo sekarang aku pengen bisa teknisnya juga… Makanya aku rajin banget nongol dan mendekati K’Hasnah dan K’Riza tiap kali mereka kerja, demi menyerap ilmunya mereka. Pas di awal-awal, aku cuma berani ngeliatin doang. Terus pelan-pelan, aku mulai meniti karir dari penulis data di printer. Lalu sedikit meningkat, kadang-kadang boleh bantuin bikin standar. Akhir-akhir ini, levelku udah naik, sampai aku boleh masukin sampel ke pipa kapiler, bahkan kemaren aku udah boleh jadi operator komputernya!! Nah, tadiiii….aku lagi berasa garing aja, ga tau kenapa lagi berasa serba salah. Pokoknya aku berdiri dalam posisi yang salah...waktu K’Riza ngegeser meja dorong buat ngambil sampel yang lagi mereka kerjain, maksud hati mau nolongin, apa daya, my clumsy hand justru menyenggol rak tabung reaksi...dan...tumpahlah seluruh larutan sampel yang sedang mereka kerjain! Wadduuuhhhh...selama lima detik selanjutnya, aku sempet yakin bakal mati muda dengan mendadak saat itu juga... Halah, mana yang tumpah tuh sampel induk semua.... Sumpah, kayaknya saat itu muka aku udah bisa ditulisin, saking pucatnya... K’Hasnah ma K’Riza cuma bisa liat-liatan, terus nyengir...entah dongkol, entah geli, entah pengen ngamuk.. Huhuhu....dasar bodoh!!! Asli, aku ngerasa bersalaaaaaaaah banget sama mereka berdua.Walaupun K’Hasnah udah berusaha meyakinkan aku, that it’s gonna be allright, tetep aja aku ngerasa desperate ga jelas gitu...Hiks, sia-sia banget deh kayaknya selama ini aku berusaha bantuin mereka, kalo akhirnya I only screwed it up with just a mistake... Halah, kayaknya habis ini K’Hasnah dan K’Riza akan menolak kehadiranku di lab instrumen lagi deehhh... Huhuhu.....sediiiiiiihhhh.... Pada dasarnya aku benci banget bikin susah orang, and I just did it. Again. And there’s even a more (is it more?) important reason, kenapa aku sangat menyesali kejadian tadi...
K’Hasnah, k’Riza…maafin Ami ya….

The Long Journey Part II : Untuk Suatu Kepastian

Inget posting kemaren? Kenapa coba ada tulisan Part I? Karena ada Part II-nya. Here it is.
Pulang dari Kandangan kemaren, aku ga langsung pulang ke Banjarmasin, tapi nginep dulu di rumah P’Abdullah, soalnya Senin pagi aku udah terbang ke Jakarta. Yup. Another medical consultation. Jadi, aku mesti ke Jakarta lagi untuk dapet kepastian tentang hasil tes yang kemaren udah pernah aku lakuin, dan hasilnya perlu waktu 8 minggu. Salah satu penentu, apakah akhirnya I’m really going to see those cute koalas by the end of this year. Rada deg-degan juga, karena kepastian hasilnya bakal jadi salah satu kartu untuk keberangkatanku nanti…
Waktu sampai di Syamsuddin Noor, the beloved airport of Banjarmasin, terjadilah hal-hal yang sudah kuduga tapi tidak kuharapkan akan sungguh-sungguh terjadi!!! Hiks, begitu aku ngeliat Albert cs di pintu pemeriksaan pertama, sadarlah aku, aku dan rombongan PIMNAS dari Universitas Lambung Mangkurat bakal berangkat bareng!! Masalahnya, pastilah P’Taufiq ada dalam rombongan, secara dia yang jadi pembimbing kelompoknya Albert. Dan aku berangkat ke Jakarta sama sekali tidak melalui jalur prosedur perizinan yang baku dan berlaku di MIPA. Cuma sekedar kata-kata “Pak, saya kayaknya nanti mesti ke Jakarta lagi deh Pak” yang diucapkan sambil lalu dengan gaya se-casual mungkin. Entah didorong atas rasa bersalah atau gimana, begitu aku berhasil memastikan bahwa yang ada dalam kisaran jarak tiga meter dari tempatku berdiri (persis di sebelah Albert) betul-betul P’Taufiq, secara refleks aku langsung bersembunyi di belakang troli begitu P’Taufiq menoleh ke arahku. Suatu usaha yang sia-sia, karena dengan penuh percaya diri dan rasa kemenangan P’Taufiq (lengkap dengan senyum puas) langsung ngomong gini : ”Saya tahu, itu pasti kamu ’Mi!!”. Halah. Sial. Tetep kepergok. Selanjutnya dengan usaha membabi buta untuk mendahului rombongan itu di counter check in, aku berhasil duduk jauh terpisah dari mereka. Tapi atas dasar etika, sampai di Cengkareng aku tetap berpamitan sama mereka yang akan melanjutkan perjalanan ke Lampung. Maju terus! Tetap semangat! Do the best!
Perjalanan singkatku di Jakarta pun mulai. Rute singkat biasa : Cengkareng-Gambir naik DAMRI, disambung Gambir-Kuningan naik P20, turun depan MMC. Langsung masuk, naik ke lantai 5. Ternyata…dokter Hilda lagi cuti…hiks… Tapi sekali lagi, dengan memanfaatkan alasan : waduh-gimana-Mbak-ya-saya-udah-jauh-jauh-dari-Banjarmasin, tanpa komplain berkepanjangan, si Mbak resepsionis yang baik hati langsung merujuk aku ke dr. Luci. Sebenernya sih, itu seharusnya ga jadi masalah, karena toh, aku cuma pengen tahu hasil tes kultur bakteri. Hmmm…. Si dr. Luci nelfon ke lab, minta hasil tes-nya diantar…dan...jengjeng...hasilnya…negatif. NEGATIF.. N.E.G.A.T.I.F ..!!! yIPPPIIIEEE!!! Tidak ditemukan adanya bakteri yang nongol di sampel dari aku! Alhamdulillah…. Jadi sekarang tinggal nunggu rontgen ulang aja. Haduh, legaaaaa….. banget. Alhamdulillah…Alhamdulillah.. Selanjutnya jadi berasa cerah ceria aja.
Next destination? Bandung doooongg!!! Hehehe… bukannya langsung pulang ke Banjarmasin aja ya… Jadilah aku keluar dari MMC, nyebrang, turun di Gambir buat ngelanjutin my trip. Eh, baru berapa langkah masuk stasiun :”Ibu!!!”. Waks! Kok ada yang manggil sih?? Halah, rombongan mahasiswa PIMNAS itu lagi. Ternyata secara mengenaskan mereka harus menunggu selama 6 jam lagi untuk melanjutkan perjalanan ke Lampung, naik bis. Waduh, bukannya apa-apa, artinya kan aku ketahuan ma P’Taufiq, bahwasanya dari kisaran 3 hari aku ga masuk, yang betul-betul kupergunakan untuk medical check-up tu cuma 3 jam, sudah termasuk perjalanan Cengkareng-Gambir-Kuningan pp. Adduhhh… untung waktu aku ketemu rombongan mahasiswa itu (Nisa-Albert-Hendro), P’Taufiq lagi sholat. Hmmm… secara ajaib, aku berhasil dapet tiket kereta yang langsung berangkat begitu aku dengan nafas sangat tidak beraturan berhasil duduk. Wah, padahal naik eskalator menuju keretanya aku pake acara lari lho.. Si Mbak yang jual tiket dan mas yang jaga pintu peron juga pake acara memprovokasi supaya aku mengerahkan segenap daya upaya untuk berlari mengejar kereta yang udah mau berangkat.
Sampai di Bandung udah jam 7 malem. Karena Om Dody yang biasanya kena mandat menjemput aku lagi ga bisa nyetir, jadilah aku dijemput Giya dan Mayang, 2 mahluk centil yang berstatus sebagai sepupuku. Well, bukannnya aku ga berterima kasih sama Mayang yang udah jemput, tapi tetep aja I was freaking out sepanjang jalan ke rumah, karena Mayang tuh, nyetir mobil dengan gaya yang sangat nanggung. Pengen selamat enggak…pengen cepet mati juga enggak. Manuver yang dia lakukan di setiap tikungan dan belokan betul betul bikin aku jadi menderita sakit kepala yang parah. Belum lagi si Giya di sebelahnya yang langsung jejeritan ga jelas tiap kali Mayang melakukan perihal-perihal aneh yang bisa mengancam kesempatan kami untuk berumur panjang (which means, setiap 3 menit sekali).
Aaaanywaaayyy…. Setelah menjemput Acil Pipit dan Oom Dody dari tempat terapinya Oom Dody di suatu daerah di seputaran kota Bandung (Halah, berasa jadi penyiar radio), kami dalam keadaan utuh nyampe di rumah secara sukses dan berhasil…
Hmm… Kayaknya minggu lalu langkah kakiku agak lebih jauh daripada Banjarmasin-Banjarbaru…

Kamis, 19 Juli 2007

A Long Journey Part I : Path to The Wedding

No. It's not MY wedding that I'm talking about. Sorry to let you down.
EEEniweeeiiii.... Minggu kemaren, tanggal 15 Juli 2007, Fahrina Kasumawati, salah satu temen aku di Unlam akhirnya memutuskan untuk jadi pengantin. Of course lah, kita-kita pada diundang ke tempat resepsinya di.... Simpur, Kandangan! hmm, Kandangan tuh sekitar 100 km dari kampus kita kali ya... Staf Fakultas MIPA Unlam bela-belai menyewa bus Unlam (yang Kuning, lengkap dengan Logo Unlam plus huruf "Q" besar dan slogan unlam.ac.id di kedua sisi. Keren) buat menempuh perjalanan berdarah-darah kesana. Aku ikuuuuttttt!! Untuk beberapa alasan. Bukan karena aku deket banget ma K'Rina, sebenernya aku dateng lebih karena rasa solidaritas pada kerabat dekat si pengantinnya, K'Hasnah aja sampe bela-belain nelfon ke rumah untuk meyakinkan bahwa aku bakalan nongol. Selain itu, jalan-jalan kesana lebih aku anggap sebagai piknik daripada kondangan. Satu lagi alasan, kayaknya seru aja berangkat bareng rombongan Fakultas.
Jadilah kami serombongan berangkat dari depan Lab Dasar di hari Minggu itu jam 09.00 pagi (yang udah bikin aku rada manyun, karena aku, Asti dan Kamil udah bengong disana dari jam 07.30 pagi!). It was a nice trip, apalagi aku bawa ransum yang cukup untuk membuatku terus mengunyah selama 2,5 jam perjalanan. Dilihat dari pemandangan dari jendela, berasa lagi keluar kota deh *Halah, bukannya memang iya?*. Setelah berkali-kali mencocokkan peta lokasi dengan kondisi sekitar, akhirnya kami dengan suksesnya berhasil mencapai lokasi. Tadinya sih aku udah dengan yakinnya mau turun dimana aja ada acara kawinan. Salah satu hal yang meyakinkan kami bahwa kami sudah mencapai lokasi yang tepat adalah K'Riza (kembarannya K'Rina, which is dengan sangat kebetulan juga adalah teknisi di Lab Dasar) yang muncul untuk mengarahkan bus kami berposisi dengan benar. Tapi toh, begitu menginjakkan kaki di tanah, komentar pertama kami :" Yakin nih turun disini? Ini Kandangan bukan? Kok lagunya gending Jawa sih?". eh, ternyata.... ada Kuda Lumping segala? Ih, seru deh, banyak atraksi tradisionalnya.... Ada panjat pinang juga, serasa lagi syuting Jelajah Indonesia. Aku ma Yuyun dan K'Imai sempet suntuk, karena baru juga nyampe setelah 2,5 jam perjalanan, masa setelah salaman ma K'Rina (she looked soooooo gorgeous and insanely beautiful) kita langsung pulang? Well, setelah dengan suksesnya mengarang berbagai alasan ga penting, sampai "pengen makan cendol yang asli bikinan orang sini" kami jadikan alasan untuk menunda kepulangan... Kami berhasil melihat atraksi utama hari itu : "Penganten Be'usung"!!! Yipppiiiee... Aku orang Banjar asli, tapi sumpah, bahkan akupun belum pernah liat prosesi adat yang satu ini waktu kawinan, secara tinggal orang di daerah saja yang masih mempertahankan tradisi ini. Lucu deh, jadi setelah si pengantin pria diantarkan menuju rumah pengantin perempuan, mereka berdua diarak di atas bahu kerabat pengantin.

















Tidak cuma sekedar diarak pake payung kembang segala, si kerabat yang memanggul pengantin di atas bahunya tuh pake acara menari-nari segala... Lengkap dengan musik adat dan diiringi rombongan kuda lumping. Trust me, it was fascinating... Saking terharunya aku, aku pake acara menitikkan air mata segala...
It was fun... acara kawinan tidak hanya sekedar "kawinan" semata, tapi juga ajang reunian, lirik-lirik, pasar kaget, dan gelar budaya...
Yah, walaupun secara konyol aku dengan kain sarungku terpaksa berlari-lari hingga titik darah penghabisan untuk mengejar bis yang dengan cueknya meninggalkan diriku... Perjalanan kemaren was really nice..

Kamis, 12 Juli 2007

Selamat Datang Peradaban!!!

Senang senang senang...!!!! Akhirnya komputer di ruang dosen PS Kimia bisa terkoneksi ke virtual world, dan kita punya unlimited access buat make! Well, ga terlalu unlimited juga sih. Secara cuma ada satu komputer yang terfasilitasi, maka etika atas keperluan rekan kerja juga kayaknya yangmenjadilimit penggunaan.... Anyhooo.... akhirnya gua bisa melampiaskan gairah 8Halah* gua untuk ber-blogging ria! Asyik asyik asyik.... Bisa cek imel tiap hari... dan...bisa download! Ha! Gua baru saja berhasil mengunduh (Hidup Bahasa Indonesia!) lagunya Maroon 5 (Marun Lima?) yang baru...Yang "Makes ME Wonder" itu loooohhh.....!!!!
Okelah, bagi sebagian orang mungkin apa istimewanya sih bisa terkonek ke dunia maya di kantor? Tapiiiii... you really got to see my office... Padang pasir di sebelah barat , gedung tak terpakai di sebelah utara, padang ilalang dis ebelah timur, dan rerumputan tak berbatas di sebelah selatan. Intinya, koneksi internet disini merupakan tonggak baru bagi peradaban di PS Kimia!!! Hidup PS Kimia!

Yang lagi semangat...
Ami!

Rabu, 11 Juli 2007

Prosesi AAS



(Originally written : 10 Juli 2007)

After that exhausting week I had, kayaknya minggu ini bakal menjadi minggu yang cukup menenangkan hati. Halah. Enggak juga sih. Senin pagi, ga tau kenapa, aku berangkat dengan semangat menggebu-gebu menuju Banjarbaru. Kayaknya pengaruh kangen lab juga sih (Hmm… aneh…apa coba yang bisa dikangenin dari lab?). Kayaknya udah lamaaaa....banget (Gak bener, baru juga 3 hari) aku ga berkeliaran tak tentu arah seperti biasanya di lab. Tapiiii.... semekin mendekati lab, kayaknya kok rasa semangat itu mulai luntur, tergantikan rasa frustasi yang seperti biasa akan aku rasakan kalo harus analisis. Iya! Betul! Hari Senin kami udah bikin appointment buat AAS sampel kami yang cuma 2 biji itu. I have to admit, aku selalu nervous abis kalo mau analisis. Mulai dari migren, sakit perut, mata berkunang-kunang, lutut yang terasa lemas…sebutin aja semua gejala psikosomatis… Bukan cuma tegang atas hasil analisismya, tapi juga soal kualitas standar! Huhuhu.... apalagi kalo yang bikin standar aku, bener-bener mempertaruhkan kredibilitas tuuuhhh.... Kebayang kalo misalnya ada satu titik aja yang patah. Halah. Udah deh. Semua yang pernah AAS di Lab Instrumen Lab Dasar Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lambung Mangkurat pasti tau betapa menegangkannnya prosesi analisis yang satu ini.
Intermezzo : Buat yang ga punya basic analisis kimia, AAS itu adalah analisis untuk mengetahui berapa banyak kandungan logam dalam suatu sampel. Salah satu prosedurnya melibatkan pembuatan larutan dengan konsentrasi logam yang sudah diketahui (lebih nge-trend dengan sebutan larutan standar). Hasil analisis dari larutan standar ini dibikin dalam bentuk grafik linear, jadi ketahuan banget bikin larutannya dengan segenap jiwa dan perasaan, atau cuma nyampur-nyampur ga jelas.
Aku udah mulai stress waktu mulai bikin larutan standar untuk Pb (Sounds familiar? Iya. Itu logam yang suka ada di BBM fosil konvensional). Tadinya mau nunggu pipet ukurnya kering dulu...tapi begitu salah satu teknisi mulai nongol...Haduuuuhhh.... aku cuma bisa liat-liatan sama Rei (yang pasti juga sama nervousnya, secara dia juga bikin standar untuk Cd). Ya udahlah. Whatever will be, just let it be. Setelah nyuci pipetnya berkali-kali dengan larutan Pb 10 ppm (prosedur standar) diiringi doa agar analisis dilindungi dan dirahmati Tuhan YME, aku selesai bikin 4 macam konsentrasi. Yang jadi masalah. Karena kami perlu 5 (!!!) macam konsentrasi. Haduh. Ya udah, mau gimana lagi. Main nekat aja bikin konsentrasi ke-5 dari larutan baru.
Aku masuk ke ruangan instrumen aja pake acara sesak nafas. Migren. Pusing. Traumatis dengan kejadian minggu lalu, waktu alatnya kayak yang minta dibanting saking rewelnya, aku nyaris ga bisa bernafas. Silly banget, karena teknisinya santai-santai aja tuh. Mahasiswa pun kayaknya juga biasa aja. Aku aja yang memang hiperbolis dalam melakukan segala seuatu.
Tapi itulah. Tuhan memang Maha Adil dan Maha Baik. Optimasi berlangsung dengan mulus. Aku mulai bisa bernafas dengan teratur. Standar Cd masuk...jengjeng.... Grafiknya lurus ! Huaaa.... Next one, waktu standar Pb masuk, aku sempat berhasil membuat teknisi make standar yang dia bikin. Tapi karena ga lurus-lurus banget (Ya iyalah, udah bikinan berapa hari yang lalu...). Akhirnya standar buatanku yang masuk. Aku udah nyaris pingsan. Eh...lurus...! Tralala... Trilili.... Dan tiba-tiba proses selanjutnya berjalan dengan aman, damai, tentram dan menyejukkan hati. Malah sempat diselingi konsultasi masalah hati segala. Sempet pake acara gontok-gontokan. Cela-celaan narsistik (siapa lagi pelakunya kalo bukan aku). Dan begitu prosesi selesai...kita semua langsung berseri-seri (Halah. Emang apaan?). Senangnya...
Hmm... Memang, ga selamanya I Hate Monday kok. Last Monday was fun, actually...

Jumat, 06 Juli 2007

The Best Way

Terinspirasi dari bukunya Adhitya Mulya, "Gege Mengejar Cinta" (A must have book, i have to say), I find the best way to deal with him...
Keep it short. Keep it simple. And most important, keep it away...

Kamis, 05 Juli 2007

Working Hard

(Originally written : 5 Juli 2007)

Kemaren, di pagi buta, kok ya aku dapet morning call langsung dari P’Taufiq. Gila, jam 06.00! Masih untung aku udah mulai berada di dunia nyata. Yah, intinya P’Taufiq meminta (menyuruh?) aku untuk selama 2 hari ini ikut ngerjain PHK-I (or some kinda that) di Rektorat. Hmmm…. Apa lagi nih?
Setelah menengok lab seadanya (yang penting nongol, walopun kemaren blas aku ga ngapa-ngapain), ngasih kuliah yang SANGAT singkat (kan baru pertemuan pertama…ga papa dong kalo cuma kontrak), dengan manisnya aku menunggu P’Taufiq untuk berangkat bareng-bareng.
Akhirnya, kita baru berangkat jam sekitar jam 13.00 gitu… Kita disini artinya adalah P’Taufiq & aku (PS Kimia), P’Gafur (PS Biologi), B’Arnida (PS Farmasi), P’Totok, P’Cahyo dan Ory (PS Fisika). Karena P’Taufiq janji sama Bu Dekan untuk berangkat jam 11.00 dari Banjarbaru (sesuatu hal yang hanya sekedar janji semata, karena P’Taufiq juga sama kayak aku, ngajar jam 11.20), jelaslah bahwa nyaris setiap 15 menit sekali, salah satu dari Bapak-bapak itu ditelfon. Begitu kita nyampe... sebelum masuk ke ruangan kita langsung ditarik B’Ninis yang sudah super-duper dongkol. Untuk sejenak, kami lalu mengheningkan cipta demi mendengarkan petuah Bu Dekan. Hehe... Maaf Bu, we know that we’re late for about...2 hours!!! Hahahaha…. Gimana Bu Ninis mau senyum ya….
Apa coba yang dikerjain disana? Well, karena memang dengan rendah hati aku akui, aku datang dengan tangan kosong (enggak sih, bawa tas dan bawa laptop) alias masih ga punya bayangan jelas (kabur semua) tentang apa yang seharusnya kami kerjain, jadi maafkan daku yang selama setengah jam pertama cuma manggut-manggut dan geleng-geleng tidak jelas setiap kali ada yang ngomong. Akhirnya, setelah sedikit private lesson dari P’Taufiq, baru aku mulai ngerti harus ngapain… Wah Pak, maafkan ya Pak…tapi begitulah resikonya kalo dirimu memilih stafmu yang bodoh ini untuk mendampingi di hal-hal seperti ini, mesti ekstra sabar dalam menjelaskan yang harus aku kerjain.
Aaaaanyway….walaupun sempat diselingi beberapa moment of despair, clueless and frustation, akhirnya aku bisa menyusun narasi tentang betapa menderitanya PS kami… Selama beberapa jam di depan laptop, aku berhasil menyusun karangan yang mengharu-biru mengenai kondisi kami yang sangat melarat, dengan harapan agar pihak pemberi dana kiranya berkenan untuk memberikan bantuan dana sekedarnya…Saaaayyy….10 milyar mungkin? Paling tidak dengan dana segitu kami bisa memperbaiki AAS kami yang sekarang tiap kali optimasi malah ngajak berantem saking rewelnya…
Hmm… kayaknya setelah membaca narasiku yang menyayat hati, P’Taufiq jadi semakin teryakinkan bahwa diriku adalah trouble maker yang jago mendramatisasi segala sesuatu…
Mulai dari sekitar jam 02.00 siang, jam berapa coba aku akhirnya selesai? Jam 08.30 malem!! Ha! Gimana aku ga lemes waktu pulang…Si Abah mah cuma ketawa aja (Thank’s Dad, for being such an understanding person), secara Abah waktu masih kerja dulu juga udah biasa banget working over time gitu. Cuma Mama aja yang rada ngomel, tentang kenapa harus aku yang ikutan ngerjain, kenapa dosen Kimia lain ga ada yang disuruh… Tenang Ma, I can still face it kok…..
Capek? Jelas. Tapi, aku seneng kok. I enjoy working. Tiba-tiba saja, waktu tadi malam berada di ambang batas kesadaran dan alam mimpi, aku mendapat pencerahan bahwa apa yang dikatakan Sunardi mungkin betul…I am kinda workaholic…..

Rabu, 04 Juli 2007

How Those Koreans Had Make My Day

(Originally written : 28 Juni 2007)

Hari yang aneh. Pagi ini sendiri sebenarnya sudah dimulai dengan aneh. Sementara ke arah Utara langit pagi terlihat biru cerah, begitu aku menengok ke Selatan, langitnya biru tua keabu-abuan. Yah, apapun warnanya, warna langit pagi tadi bukan warna yang membangkitkan semangat untuk berangkat ke kampus dengan cerah ceria. Eniwei, karena pada dasarnya aku adalah PNS kebanggaan bangsa yang berdedikasi tinggi, tetaplah aku dengan gagah berani melangkah menuju medan perjuanganku di Banjarbaru. Jam 8 di pagi buta nyampe lab. Karena lab secara perlahan tapi pasti mulai penuh sesak dengan mahasiswa yang penelitian, maka salah satu kerjaan rutinku tiap pagi adalah langsung menyalakan mesin pembuat akuades. Kalo ga gitu, kayaknya bakal ada pertumpahan darah dalam rangka persaingan merebut akuades. Tapiiii…. Kok ya ada mahasiswa yang dengan isengnya membawa pulang kunci Ruang Asam!!! Bete banget. Kerjaan aku ketunda hampir 1 jam cuma gara-gara menunggu si mahasiswa Biologi itu dateng. Itupun dia muncul setelah di-sms K’Hasnah. Ha! Aku jadi merasa tidak perlu lagi mengomeli anak itu, karena yakin deh, sepatah dua patah kata dari K’Hasnah pasti udah cukup untuk membuatnya kapok membawa kunci.
Begitu tim humat-kitosan ku dateng, kita udah pada semangat mau kerja tuh. Eh, pas lewat depan Ruang Asam 1 (Atau Ruang Asam 3 sih? Aku ga pernah ngerti penomoran Lab), para rombongan mahasiswa Korea itu udah pada nongol. Tadinya aku mau lewat tanpa merasa perlu untuk peduli. Tapi K’Riza dengan wajah memelas (Ha! Bisa juga dia yang berwajah memelas...biasanya kan aku tuh...) minta tolong supaya aku ngajak ngobrol mereka. The problem is.... Aku ga ngerti Bahasa Korea SEDIKIT pun. And just to make it worse, ke-empat orang itu juga GA BISA Bahasa Inggris!!! Jadi usahaku untuk sekedar menanyai apa yang sebenarnya ingin mereka lakukan lebih mirip monolog dari diriku. Kata-kata bahasa Inggris dari mereka cuma terbatas pada “No”, “Don’t understand”, “Don’t know”, “Sorry”. Huaaa.... Aku udah frustasi aja. Untunglah, tepat di saat aku udah mau ngelempar para orang itu dengan bangku saking keselnya melihat tatapan hampa dari mereka tiap kali aku nanya, rombongan lengkap mereka akhirnya datang. Ada profesornya mereka yang bisa Bahasa Inggris (Untunglah), dan ada staf Fakultas yang bisa Bahasa Korea (Thank God!!! Dari tadi kek...). Eh, ada si cowok-berkacamata-yang-cakep-tapi-menyebalkan itu juga ternyata. Tetap dengan gaya cool tapi ga ngerti apa-apanya. Huh. Menyebalkan. Eh, ternyata salah satu dari Profesor itu secara ajaib mengobrol denganku, and he gave me his name card!! Senangnya…. Yah, walaupun sebenarnya si Profesor (yang mengatakan dia tahu mana universitas-universitas yang bagus di dunia) membuatku sangat terpukul karena dia tidak tahu mengenai UGM (What???), it was very nice to talk with him. Such an honour.
Apakah pengalamanku dengan para orang Korea itu berakhir disitu? Hoho. TIDAK!! Ternyata entah habis salah makan apa, rombongan tiba-tiba saja terinspirasi untuk praktek analisis air di lab kami. Tanpa pemberitahuan apapun sebelumnya. Gila aja, gimana para teknisi ga pada bete waktu mereka minta berbagai macam alat dan bahan secara mendadak. Dan masalah utama, tentu saja... BAHASA!!! Sebenernya dosen Kimia yang bisa bahasa Korea sih, P’Rodiansono. Tapi dia pas banget lagi ga ada. Jadi staf dosen Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam yang ngerti what those Korean are talking cuma dua, Idris dan Aditya. Forget Idris. Dia dari PS Matematika. Yang ada dia bengong kalo mereka minta ambilkan autoklaf. Adit masih mending, kan dia dari PS Biologi. Tapi tetep aja, secara aku berkeliaran di sana, and I can speak a little English, aku juga kelimpahan jadi translator dadakan. Dan aku sempat emosi jiwa, waktu berusaha memperjelas, mereka sebenarnya nyari labu takar, atau cuma tutupnya aja. K’Hasnah jadi ilfil waktu mereka secara tidak jelas mau make Spektrofotometer, tapi ga punya larutan standar. K’Riza jadi bete waktu aku berusaha mendorong-dorong dia untuk kenalan sama salah satu mahasiswa yang cewek (Lhoo..... siapa tau kan...). Dan aku? As usual, I have the tendency to embarass myself. Waktu berlari-lari mencarikan 36 (!!!!) erlenmeyer 250 mL (gila, mau dipake buat apa aja sih???), aku sempat terkilir 1 kali, dan terpeleset 2 kali.
It was such a chaotic situation. But when I think abut it again rite now, it was funny, actually. Waktu Adit berusaha menenangkan aku yang udah mau ngamuk karena mereka masih ga jelas mau minta sendok plastik atau sendok makan. Waktu aku menghina-dina mereka di hadapan mahasiswa, dan mereka hanya menatapku dengan hampa (Hahaha…sorry…tapi kayaknya kata “O’on” dan “Lelet” ga masuk di perbendaharaan kata Korea deh). Waktu K’Hasnah desperate, karena salah satu dari mereka tidak mengerti, apa yang harus dilakukan waktu absorbansi sampel punya dia pembacaannya over. Waktu K’Riza segitu nervous-nya, sampai salah mencet tombol dan malah menghapus data pembacaan (Ka, yakin ga mau minta nomer HP si cewek itu?). Waktu K’Rudi ngomel, karena alat-alat dia dipakai tanpa mengikuti prosedur peminjaman yang baku. K’Hasnah yang mondar-mandir dengan selembar kertas, mencatat alat-alat yang dipinjam. K’Riza yang dengan pasrahnya mengubek-ubek ruangannya demi erlenmeyer 50 mL. Adit yang berusaha menyabarkan aku. K’Rudi yang (TERPAKSA) merelakan pipet gondoknya pecah. Dan aku yang mencak-mencak karena akuades-ku mereka bawa begitu saja...
Fortunately, aku punya alasan untuk ga terus-terusan di lab. Dengan alasan rapat PS, ngaburlah daku jam 12.15 ke ruang PS (aku lama-lama kangen deh sama ruang dosen, sejak penelitian jadi jarang nongkrong disana). Di rapat PS pun ga kalah seru. Terutama adegan pertempuran penuh emosi antara aku dan Sunardi mengenai jatah pembagian jadwal ngajar PAT. Eeehhh... malah ternyata kita ngajarnya satu tim. Tapi tetep dapet jatah euy... Biokimia pula. Hhfff...
But, just like any other days...hari ini toh tetap sampai pada akhirnya.
Such an exhausting day. Hari yang aneh. Tapi tetap, it was fun… :)

Flowery (???) Me

(Originally written : 27 Juni 2007)

Pada dasarnya, aku suka kembang. Banget. Almost any kind, mawar, melati, anggrek, aster, dahlia, sebutin aja semua.... Yang jadi masalah adalah : it’s the flowers that don’t like me. Ga peduli secinta apapun aku ma kembang, tetep aja aku ga bisa nanam bunga, atau apapun yang berbatang, berdaun, dan memiliki klorofil. Waktu kuliah dulu, aku suka (berusaha) menanam bunga pot di kost. Aku bahkan beli buku self-help tentang serba-serbi merawat mawar. Nice book, with great photos of blooming colorful roses. But the fact is, mawar-mawar yang kelihatan berkembang di kost ku cuma ya yang ada dalam gambar di buku-buku tadi. Semua mawar dalam pot ku adalah penggemar Chairil Anwar, spesifically puisi si Chairil Anwar yang judulnya Diponegoro (Or is it “Aku”?, I kinda forget). Hanya saja mereka menterjemahkan bait “Sekali berarti, sudah itu mati” secara konkrit menjadi “Sekali berbunga, sudah itu mati”. That’s it. Bahkan dalam ke-desperate-an aku (hmm…such a strange noun), aku mencoba teori bahwa bunga juga punya perasaan. Jadi aja tiap pagi dan sore aku mengajak mereka (baca : kembang yang kutanam) mengobrol. Yeah, I know I looked like a freak, tapi paling enggak aku tidak merasa mendengar para tanaman itu balas menyahutiku. Dan obrolan pagi-sore itu hanya menyebabkan rata-rata umur tanamanku bertambah 3 hari (Yeah, as if I really do the counting). Memang sih, mawar termasuk tanaman yang rada ribet perawatannya. Jadi mungkin kegagalanku yang bertubi-tubi dan berulang kali dengan bunga mawar tidak bisa dijadikan patokan akan kebodohanku bercocok tanam. Tapiiii…. This is the embarassing fact: bahkan kaktus pun mati dalam perawatanku. Ya. Kaktus yang ga usah disiram. Yang ga usah diapa-apain juga tumbuh. Yang dibuang juga tetep tahan banting. Si kaktus yang gagah perkasa dan tahan segala macam bentuk siksaan itu ternyata menganggap bahwa tumbuh bersama diriku mrupakan pilihan yang terlalu menyedihkan, sehingga dia lebih memilih mati dan mengering saat tahu akulah yang sedang berusaha agar dia bisa tumbuh. Semenjak kematian kaktus dalam pot di depan kamar kostku, aku menghentikan usahaku sepanjang 2 tahun untuk bercocok tanam. Dan resmilah aku dihina-dina di kost sebagai orang-paling-tidak-bisa-menyentuh-tanaman.
Sebenernya fakta bahwa tanaman sangat enggan tumbuh kalo udah aku pegang, cukup menyakitkan hati, secara Abah (Yup! My own father, who had given me half of my DNAs) adalah salah satu orang yang paling bertangan dingin (atau bertangan hijau ya?). Liat aja taman di depan rumah. Di samping rumah. Nyaris tiap 2 minggu sekali, ada aja orang yang minta kembang sama Abah. Apalagi setelah resmi jadi pensiunan, semakin banyaklah Abah bercengkrama dengan tanaman-tanaman tercintanya.
Nah, masih ada hubungannya dengan kembang nih. Begitu melihat Bu Radna bawa-bawa Kamboja Jepang, yang aku tahu disukai sama Abah, aku langsung melihat peluang untuk berbakti kepada orang tua tercinta : apalagi kalo bukan dengan memberi Kamboja Jepang dalam pot sebagai hadiah untuk Abah tercinta? What a great idea from a genious like me!! Masalahnya, Bu Radna ternyata ga beli, dia minta sama K’Riza. Ga masalah. Menabah-nabahkan diri, aku coba minta dengan K’Riza. Dan terjadilah dialog ini di ruangan Kimia I, di sela-sela pengambilan akuades

Setting :
Ruangan Teknisi. Laboratorium Kimia I
Aku (A) : Ka Riza, kayaknya dirimu sudah berlaku tidak adil padaku deh
K’ Riza (Rz) : Hah?
A : Kok cuma Bu Radna yang dikasih kembang?
Rz : Emang kamu juga minta?
A : Enggak.
Rz : ...
B’Radna (Rd) : Ye... aku kan minta Mi, pake acara ngasih pot lagi ke Riza.
Rz : Tuh… Kamu sih ga pake acara minta.
A : Penting ya?
Rd : Naaaahhh…. Nanti dikira apa-apa lho…
Rz : Iya. Enak aja. Nanti dikira apaan aku ngasih-ngasih kembang ke kamu!!
(Oh, come on...kembang dalam pot gitu lhooo.... bukan setangkai mawar!! Gosip macam apa sih yang bisa muncuuuul!!!)
A : Oh, ya udah deh. Ka Riza, aku minta kembang.
Rz : ...
A : Eh, enggak ding. Abah ku yang minta
Rz : Lho?
A : Iya Ka. Aku kan bodoh kalo udah urusan nanem. Kaktus aja mati kok kalo aku
yang nanem
Rz : Mi, kaktus itu ga diapa-apain juga tumbuh
A : Iya, aku tau. Tapi dia lebih memilih mati kalo aku yang nanem
Rz : (Geleng-geleng kepala)
(Tuhan...kenapa ekspresi macam ini yang selalu aku dapet dari orang orang terhadapku????)
A : Atau gimana kalo kita barter aja? Di rumah banyak taneman kok. Kan Abah
jago nanem taneman...
Rz : Emang kamu punyanya apa?
A : Maunya yang berbunga atau yang hijau-hijau saja?
Rz : Yang berbunga dong...
A : Pepaya!!
Rz : Ketinggian.
A : Belimbing mungkin?
Rz : …
A : Atau Jambu?
Rz : ...
A : Hmm...gimana kalo mangga?
Rz : Mi. BerBUNGA.
A : Ah! Aku tau... teratai!!!


Yah, kayaknya adegan selanjutnya sangat mudah ditebak... aku nyengir pada dinding, karena K’Riza udah berlalu dari hadapanku. Dengan kesal. Karena kebodohanku untuk gagal membedakan buah dan bunga...hiks... Tapi kan pepaya juga ada bunganya sedikiiiiitttt!!!!! Dan teratai juga bunga kan??

Tralala…Trilili…

(Originally written : 27 Juni 2007)

Kemarin, everything looked like pieces of puzzles that doesn’t fit each other. Tapi toh, like every other day, I finally get through it. Dan sepanjang perjalanan Banjarbaru-Banjarmasin yang penuh guncangan (entah udah berapa kali kepalaku kebentur dinding bus), gerimis perlahan. I didn’t care. I just look at the sky, just wishing that those raindrops falling from the sky will just wash and bring away my miseries…
Tapi malamnya, langit cerah dan cantik nian. Terang tersaput sedikit awan, dan ada bulan disana, ditemani gemintang. Indah. Membuatku tersebyum kembali, for I realize, that no matter how hard the rain was, the star will always be there, smiling back at me…
Ya! Itulah diriku dan sedikit romantisme yang ada padaku ini…. I don’t know what on my mind was, that I send him a message. I felt like I just want to share to someone. And he was the first one who crossed my mind at that time (Oke deh, gua ngaku… lots of times). Jadilah (dengan noraknya) aku menulis begini :
“Walaupun sore tdi hujan sepanjang bjbru-bjm,tp trnyata langit malam ini tuh baguuus banget. Ada bulan dn banyak bintang.Aq yg hri ni lg rada bad mood,berasa semangat lagi dh..Hopefully you’re feeling good too”.
Ekspektasi akan balasan darinya? Jujur, aku ga berharap apapun…Tapi lima menit kemudian…DIA BALES!!! Cihuuiiii….!!! Hehe. Seneng. Geer. Tapi cuma sebentar doang. Rasa senang melihat bahwa nama pengirim adalah dirinya langsung berubah jadi ekspresi bengong waktu baca balasannya : “Dingin2 gini, enaknya tidur!!! Malas bnget perhatikan bulan n bintang..”.
Sampai disitu saja aura romantisme malam tersebut…Hahaha…. Walaupun ada satu fakta menarik, bahwa aku dan dia sama-sama suka tidur. Howeverrrr….. Aku tetep seneng. Karena sms-sms ga penting semacam itulah yang selalu menghiburku… Bahwa karena itulah, dia ada bagi aku.
Daaaan….keesokan harinya menjadi hari yang riang gembira bagiku. Pagi yang berkabut? Ga masalah. Dioper dari taksi ke Banjarbaru? No problemo. Sarapan sendirian di lab? So what? I can always cope with that. Memang sih si kulit udang yang jadi objek penelitianku itu rada ngajak berantem, secara pH dia ga mau beranjak dari kisaran 11 – 13. Tapi dengan sedikit modifikasi yang diusulkan P’Urip (do you know something Sir, you ARE a REAL genious!!!)..ha-ha! Netral lah dirinya!!! Jelas aja bangga, mengingat selama hampir sebulan ini, K’Riza dan K’Rudi udah mulai bete ngeliat aku tanpa perasaan berdosa (Enggak kok. I DO feeling a little guilty inside) menghabiskan persediaan akuades selama 1 semester dalam waktu 2 minggu. Dengan penuh rasa sombong, kusaringlah si kitosan itu. Jadi aja sisa sepanjang hari ini aku lalui dengan tersenyum. Cengar-cengir ga jelas. Belarian kesana-kemari. The only thing that bother me tonight, cuma komentar from someone, that maybe My Enigma and I, we should try to be together. Hmm… Interestingly and absurd… Tapi jadi kepikiran….

Emang Gunanya Apa Sih?

(Originaly written : 25 Juni 2007)

Aku cinta mati deh ma Friendster. Kalo ga lewat Friendster, gimana caranya coba aku bisa menemukan teman-temanku yang sekarang udah pada dimana-mana. Dari segi bakat, lewat FS juga aku mulai bisa nge-blog. Walaupun aku juga ga yakin berapa banyak dari list temen aku yang menyempatkan diri membaca blog-nya aku. Bahkan sampai sekarang aku masih terkaget-kaget kalo ada yang ngomong : ”Kan aku baca di blog-mu...!”. Whuaaa..... Ya, mending sih kalo yang baca temen-temen aku yang sejaman. Tapi tetep aja aku rada shock kalo ada mahasiswaku yang jadi ikut mengetahui how complicated my life is... Aaaaanyhooo.... aku tetep seneng kalo tau ada yang baca blog aku.
Well, actually that’s not the point. Dari sekian banyak positifnya FS, ada juga beberapa hal yang membuat aku merasa agak-agak annoyed...Walaupun bukan urusan aku, aku masih tidak paham kenapa ada sejumlah orang yang meng-add orang lain, yangbaru saja mereka kenal lewat Friendster? Perasaan tiap kali kita mau meng-add, bakal ada dialog box yang muncul untuk mengkonfirmasi tentang kebenaran hubungan kita dengan orang yang profilnya mau kita add... They didn’t make the dialog box pops up for nothing... Belum lagi kalo ada yang membiarkan comment dari orang-orang yang baru kenal itu muncul di profil, dengan kalimat-kalimat semacam : “Salam kenal”, “Thank’s for the ‘add’”, , “Aku masih sekolah, kamu udah kuliah ya?”… Well, for me….sekali lagi, for me ni ya…. Kayaknya kok ya malah membuat kita keliatan dengan desperatenya mencari-cari teman secara ga jelas di dunia maya….
Dan aku salut banget dengan orang yang bise menulis semacam ini :
“H@@yyyYY…aQ adL gAdiS manIetz y9 sukA d3n9eRin MuZik, baCa, & gW png3N ny@ri t3mEn nii33hh,,,,”
Gila, gimana caranya ngetik dengan berbagai karakter ajaib semacam itu? It took me about 5 minutes just to type a single line, dan mereka menuliskan profilnya, the whole profile, in those characters!
Lalu masalah comment dan testimonial. Some people said that no one can describe yourself better than you can, tapi banyak juga yang bilang, bahwa komentar paling jujur tentang kita comes from our friend. Gua setuju sekaligus dengan kedua pendapat tersebut (jangan diprotes. I’m not in the mood untuk didebat). Jadi salah satu cara bagi aku untuk mengenali suatu profil di FS adalah dengan melihat kolom Testimonial dan Commentnya. However… Kayaknya sebagian besar dari comment dan testimonial tersebut isinya malah cuma : “Hai, apa kabar”, “Iya nih, kapan pulang”, “Lagi pusing nih, banyak kerjaan”. “Ya jelaslah masih ingat sama kamu. Kamu sekarang dimana?”. What? I can’t considered those statement neither as testimonial nor comments on someone… Comment apaan? Emang kata-kata “Apa kabar” bisa menggambarkan bagaimana pendapat kita tentang seseorang? Kayaknya enggak deeehhh....
Maksud aku, hey, fasilitas “Messages” yang ada di FS lalu apa kabar dong… Terus, sebagian besar orang banyak yang dengan manisnya mengisi kolom Comment tersebut dengan gambar-gambar. Hmm.... I know, a picture speaks a thousand words. Tapi gambar-gambar tersebut juga perlu waktu loading yang 1000x lebih lama dibandingkan teks biasa!!!! Okelah bagi orang-orang yang secara beruntung bia memiliki akses berkecepatan tinggi. Tapi aku dengan komputerku yang loading internetnya harus agak dipaksa ini… Aku bawaaannya jadi suka emosi aja kalo mesti menunggu suatu profil terbuka dengan malas-malasan, secara profil tersebut penuh dengan gambar-gambar anime, bunga, teddy bears, or other cute things, yang sebenernya jelas TIDAK menggambarkan si pemilik profil sama sekali…
Bukan berarti aku ga suka dapet comment dari orang lain for my profile, tapi secara aku orang yang cukup simetris dalam berbagai hal, I find that having REAL comments on my profile is more ...well...acceptable…Just can’t find the right word to describe….

The Farewell Party

( Originally written : 23 Juni 2007)

Dulu, entah karena pengaruh apa, aku sempat punya cita-cita mulia, menjadi salah satu otang yang bergerak di bidang pekerjaan sosial, which is: jadi guru TK. Yup. Silakan terheran-heran. I love kids, I really do. Selama mereka bisa bersikap manis di depanku. Dan tidak berlarian kemana-mana sambil meneriakkan lagu peperangan (apalagi yang lebih bisa mendeskripsikan jeritan-jeritan itu?). I love CUTE kids, not the naughty ones. Jadi jangan salahkan aku kalau aku bukanlah orang yang bisa bersikap manis di depan anak kecil. Ask my niece. Bukan berarti aku tukang ambil permen punya mereka (chocolate is what I take from them, not candy), tapi sekali ada anak kecil yang melotot ke aku, tanpa perasaan bersalah (for fighting with someone who is definetely NOT at my age) aku bakalan balas melotot.
Aku tipe orang yang bisa tersenyum dan melambai pada anak kecil lucu yang terlihat manis, tapi begitu mereka keliatan mulai menunjukkan tanda-tanda premanisme, don’t expect me to be an angel.
Tapi tooohhh…aku tetap tante kesayangan keponakanku tercinta. Diana Nadia Maulida. The little angel in our family, who is also known as the little devil. Dan demi keponakan kesayangan Tante Ami yang paling cantik dan paling pintar sedunia (bisa dipastikan anak itu bakalan mengalami gejala narsistik yang sama parahnya dengan aku dan Ita)., aku rela bolos kerja demi menghadiri acara perpisahan Play Groupnya si Dian. Akhirnya Dian bisa lulus dengan selamat dari Play Group, sebagaimana anak-anak lain yang juga sekolah disana.
Jujur, selama disana, aku salut banget dengan guru-guru TK itu. Yang sanggup bertahan di tengah teriakan-teriakan super-duper cempreng itu. Yang tetap bisa sabar melihat anak-anak itu berkeliaran tidak jelas. Yang tidak emosi, walaupun para anak itu telah berdiri di atas panggung, malah saling memukul dengan balon, instead of singing ”Balonku Ada Lima” as what have been planned before.
Aaaanyhoooow... those kids are still looks sooooo cute. Bahkan beberapa dari mereka berhasil terlihat sooooo adorable. Dan si Dian? Wah, aku akhirnya menyadari suatu fakta, bahwa berkat sistem pendidikan Sparta dari aku dan Ita, kami para tantenya ini berhasil membuat dia tumbuh sebagai seorang narsistik yang banci tampil. Pertama, dia sangat sadar akan keberadaan kamera, dan tidak rela kalo kamera itu merekam kejadian apapun tanpa dia bergaya secentil mungkin. Kedua, diantara semua temannya (ada lima atau 6 kali ya…) yang maju ke depan untuk menyanyi lagu “Dua Mata Saya”, cuma dia yang dengan penuh percaya diri bergoyang, melenggok, dan menyanyi sekencang-kencangnya. Sementara yang lain harus dipaksa untuk tetap berdiri di atas panggung… Dan setelah pulang ke rumah, masih merasakan euforia atas penampilan pertama di depan khalayak ramai, dia dengan tegas dan mantap, memutuskan : “Dian kalau kuliah mau ambil jurusan kimia (Ya, aku meng-indoktrinasinya untuk suka kimia. So what?) kayak Tante Ami. Tapi Dian mau jadi artis, menyanyi, masuk tivi. Makanya Dian ga mau gede-gede banget. Nanti tivi-nya nggak muat.” And FYI, yang ngomong gitu adalah ponakan gua, yang baru saja merayakan ultah ke-4nya tanggal 22 Mei kemaren…

That’s Why I Don’t Want To Be Alone

(Originally written : 23 Juni 2007)
Aku ga suka sendirian. It’s not the feeling of loneliness. I can always cope with that. What I hate about being alone, I can’t stop myself from thinking about you. You. YOU. Apa yang telah kamu lakukan. Apa yang sedang kamu lakukan. Apa yang akan kamu lakukan. And I hate to think about it. It hurts.
That’s why I don’t want to be alone. Because I don’t want to feel the pain. Of thinking about you.

Senin, 30 Juli 2007

Here Comes the New Indonesian Idol!!!

Rini menang!! Horeee!!! Sejarah berulang. Tahun lalu Ihsan (baca : A’a Ican tersayang…) yang gua dukung dengan gegap gempita, with the whole of my body and soul (maksudnya segenap jiwa ragaku), berhasil mengalahkan Dirly (no hurt feeling ya D-Lovers, tapiiii…. Hidup Ihsan!!!). Tahun ini, yang menang Rini!!!! Senangnya…apalagi Ita sempat yakin bahwa kutukan Indonesian Idol II telah kembali di tahun ini. Sedikit flashback dari masa lalu, di Idol 2, entah kenapa semua kontestan yang aku jagokan langsung tersisih dengan mengenaskan begitu aku mendukung mereka. Mulai dari 12 besar sampai 7 besar. Dan tahun ini, begitu aku dengan penuh semangat memaksa teman-temanku untuk vote for Julian (he’s soooo cute!!), dia langsung tersingkir. Kejadian yang sama berulang waktu aku dengan berlinang air mata haru mendukung Dimas (gua ga melebih-lebihkan, gua menangis tersedu-sedu melihat ortunya Dimas), eh…dia harus menerima kenyataan untuk ter-eliminasi. Waktu aku dengan isengnya mau mendukung Fandy, eeeehhh….dia yang ga pernah masuk bottom 3 malah keluar. Dan begitu Sarah yang aku jagokan di malam itu juga mengalami ke-naas-an yang sama…Ita dengan penuh emosi mengirim sms: “Aku semakin yakin Mi, dukunganmu adalah kutukan”…Hiks….

Mulai dari babak cafe2cafe battle kemaren, aku udah menggalang dukungan. Sama seperti tahun lalu, bentuk penghimpunan dukungan yang aku lakukan demi jagoanku bukanlah dengan mengirimkan SMS ke line voting, melainkan mengirimkan SMS ke temen-temenku untuk meyakinkan mereka mendukung Rini.

Here’s the message that I sent them :

Jangan lupa ya dukung Rini untuk jadi Indonesian Idol. Lagian perhatiin baik-baik deh…Rini tuh mirip banget lagi, sama aku…

Mau protes? Silakan mengambil nomor antrian di belakang teman-temanku yang lain. Sebagai gambaran, here’s some of the replies :

Sura : Narsis! Eh, tapi bukannya idol besok?
(Sur, lu kayak ga kenal gua deh...Narsis adalah bagian integral dari kepribadianku!)

Kamilia : Hehe...iya...mirip..mirip. Tapi aku lagi belajar, jadi ga bisa nonton. Titip salam aja buat Rini.
(Serius lu bisa konsen belajar dan melewatkan match of the year? Kamu memang dosen yang baik…)

Taibah : Halah…Nanti tak dukung pake pom-pom deh di depan tipi
(Hmm…menarik juga membayangkan kamu bawa pompom.
Jangan lupa pake rok mini ya!)

My Enigma (Iya....gua juga ngirimin dia....hehehe....):
Mirip? Diliat dari mana ya...Perasaan ga banget deh..haha..Emang jam berapa mulai? Pastinya dukung Rini, suara bagus & cantik sih...
(Tolong ya...dicatat kata-kata ”cantik”. Itukan definisi paling sederhana yang paling tepat untuk menggambarkan dirikuuuu....!!!)

Dewi Iqnatia : Iya Mbak, Rini suaranya bagus...Tapi maaf ya Mbak, anak kos pada dukung Wilson. Dengan sangat menyesal harus kami katakan...
(Apaaa???!!! Lalu dimana rasa persatuan dan kebersamaan yang pernah kita galang saat bersama-sama berjuang mendukung Ihsan tahun lalu??? Teganya kalian mengkhianati janji kita untuk sekost-seselera...)

Widya (Balikpapan) : Ok deh...tapi dengan doa aja ya...Masa sih mirip? Kayaknya enggak deh...
(Mirip kok, coba kalau kami didekatkan jadi saling bersebelahan, gak jauh kan...dari segi jarak maksudnya)

Emil Niar : Iya Mi....Mirip Banget...Hidup ami...
(Hmm... komentar yang sinis...)

Fitria : O, iya ya Mi? Mirip Ami ya? Iya deh, nanti aku dukung..
(Anak yang satu ini memang lugu dan polos...)

Maya : Mi, gimana gua bisa dukung Rini??? Disini mati lampu!!!!
(Lho? Kan sinyal hape tidak tergantung listrik May...tinggal kirim sms dukungan kok...)

Ita (rite, my one and only sister with her sarcasm):
Mi, lu mirip banget deh sama anak SMP yang ngaku-ngaku mirip Wilson. Memang sih di Lamongan RCTI-nya rada kabur, tapi jangan harap kau bisa menipuku. Karena walau kabur dan berbintik pun penampakan Rini udah jauh banget dari dirimu

(hmm... she knows me too well and too long untuk bisa dibohongi)

Nah, pas result and reunion show, aku udah uring-uringan dari sore. Masa…jam 6 sore, tanpa ada maklumat sebelumnya, mati lampu! Sejam berlalu, tidak ada tanda-tanda ke arah perbaikan. Sejam selanjutnya. Masih gelap gulita. Aduuhhh....Pas jam 9 malam masih tidak ada belas kasihan dari PLN, aku udah desperate... Gua udah pengen nyekek kepala PLN aja rasanya...tiba-tiba...15 menit lewat dari jam 9, lampunya nyala!!! Horehorehorehore...!!! Rasanya kepala PLN (yang baru 15 menit yang lalu pengen gua tendang ke sumur) yang bertanggung jawab akan kudukung sepenuh hati buat jadi Presiden.. Jadilah aku bisa menikmati result and reunion show dengan khusyuk, dan menjadikan diriku sebagai salah satu saksi mata atas tonggak bersejarah di dunia entertainment Indonesia. Hmmm...ada Ihsan!!! Histeris...histeris deh gua... Apalagi nih ya...dia nyanyi bareng sama Julian!! Gila, gimana aku ga pengen memeluk TV saking bahagianya... Both of them looked sooooo cute, adorable, gorgeous, dan tiada duanya. Walaupun Ihsan lupa lirik. Dan Julian lupa ke arah mana dia harus bergerak, sehingga nabrak Ihsan. Hahahaha…. Fandy kayaknya cuma jadi penetralisir deh di antara mereka berdua… Setelah mereka selesai nyanyi, Ita (who knows me too well) ngirim SMS : “Udah beres histerisnya? Aku serem ngebayangin dirimu yang dengan mupengnya nemplok di TV ngeliat Ican-mu bersanding dengan Julian”. See? I’ve told you, she knows me too well. Soalnya waktu dia kirim sms itu, aku masih dengan tatapan terpesona menatap ke layar TV (yang gambarnya jelas udah ga lagi menongolkan Ihsan maupun Julian), dengan tatapan menerawang jauh, kedua tangan tertangkup di pipi, sambil ngomong sendiri : “Gilaaa…..kok bisa ya ada cowok semanis mereka berdua…”.

Oke, mari kita lupakan para berondong itu (yang manis-manis banget!!!), dan kembali ke intinya. Pengumuman pemenang kalo ga salah pas udah jam 12 malem (aku pake WITA lho ya….). Ga terlalu dramatis sih, at least ga sedramatis kemaren. Mungkin ya itu tadi…karena Rini secara kualitas udah di atas angin banget. Tapi tetep aja seneng liat wajah Rini yang terkejut-seneng-ga percaya, ngeliat tangis bahagia keluarganya…

Selamat Rini! Salut buat Medan, 2 tahun berturut-turut..wakil dari Medan lah yang mampu mencuri hati Indonesia!

(Baidewei, bener ga sih, katanya Ihsan dan Rini jadian ya?? Bener ga sih?)

Jumat, 27 Juli 2007

Emang Penting Ya Harus Penting?

(Originally written : 25 Juli 2007)

Judul di atas merupakan salah satu subject salah satu e-mail aku di milis Kimia99ugm. Waktu itu, salah seorang teman (yang memang punya spesifikasi standar untuk jadi filsuf) mengusulkan, agar setiap posting di milis adalah hal-hal yang bermakna dan penting. Waduh. Mungkin maksudnya bagus ya...demi peningkatan kualitas milis kami. Usul yang baik tuh. Patut dijalankan demi kebaikan kami semua. Taaapiiii....kayaknya kalo masalah kualitas posting, aku berada di urutan terbelakang deh dari temen-temen yang lain. Aku tuh tipe yang selalu punya komentar garing tentang hal-hal yang penting, dan komentar jayus untuk hal-hal yang nggak penting. Kalo diliat dari track record posting-nya aku, kayaknya banyak topik dari aku cuma merupakan sekedar ”hal-hal ga penting hari ini”.
Hmm...atau mungkin cuma masalah sudut pandang kali ya...bener kata temen-temen yang me-respond e-mail aku itu, bahwa penting-ga pentingnya suatu hal sangat tergantung dari individu yang menghadapinya. Hal yang ga penting bagi seseorang, could mean the whole world to someone else. Bener juga sih. Mungkin karena aku tipe yang suka memperhatikan hal-hal kecil, apa yang aku anggap layak untuk diperhatikan dan dikomentari seringkali adalah hal-hal yang menurut orang lain termasuk dalam kategori ga penting.
Kenapa coba aku suka merhatiin hal-hal kecil? Because those simple things make me realize, that life is wonderful and beautiful indeed. Misalnya nih ya… Gedung baru kampus kami berada pada lokasi yang paling tidak enak dibandingkan Fakultas lain di Unlam, itu fakta penting yang diamini sama semua orang (at least, semua orang yang aku tanyain pendapatnya). Tapi ada hal kecil lain, bunga-bunga liar warna putih yang tumbuh di belukar sepanjang sisi jalan setapak berlumpur menuju gedung kami itu kelihatan cantik sekali di pagi hari…. Fakta penting minggu ini : setiap pagi cuaca mendung, udah dua hari ini malah pagi-pagi hujan. Hari ini saja udah ada 6 orang yang membahas hal itu denganku. Tapi mungkin cuma sedikit yang merhatiin, bahwa sore ini, sekitar jam 16.30…matahari yang muncul dengan sangat terlambat dan akan segera menghilang lagi, hangatnya terasa sangat menyenangkan…

Aku dan Sepatu

(Originally written : 23 Juli 2007)

Senin pagi, sesuatu mengganjal langkahku (Aduh, ga enak banget sih bahasanya). Tadinya sih ga gitu merhatiin. Tapi semakin dicuekin, kok malah semakin terasa ya... Misteri terjawab setelah aku keluar dari kantor lab, habis ngambil kunci. Ternyata.... sepatuku yang sebelah kanan dengan tegas menyatakan bahwa dia menolak untuk bekerja dengan normal! Dia menganga sodara-sodara! Yang menyebalkan adalah, sepatu ini baru aku beli akhir Februari barusan. Waktu itu kan aku beli sepatu 2 pasang (secara aku orang yang cinta diskon, dan waktu itu diskon ”Beli Sepasang Dapat Dua Pasang”). Yang coklat aku pake dari awal Maret sampai dengan...akhir Mei. Dan akhirnya berhenti kupakai karena yang sebelah kanan berubah menjadi buaya, alias menganga juga. Sepatu yang hitam, kupakai dari awal Juni, sampai akhir Juli ini, yang artinya... usianya baru 2 bulan pemakaian.
Arrrggghhh.... dengan tamatnya riwayat kedua pasang sepatu terakhirku itu, I’m officially out of shoes! Gua udah kehabisan sepatu!!!It really makes me wonder, sebenernya gimana caranya sih aku pake sepatu? Nyaris tidak ada sepatuku yang usianya itu lebih dari 6 bulan. Usia maksimal sepatuku adalah 6 bulan, usia minimal 2 bulan pemakaian, dan usia rata-rata pemakaian adalah 3 bulan! Gila aja, sepatu aku mati muda semua euy..Apa telapak kakiku ada gigunya kali ya, sampai-samapi semua sepatu lebih memilih dying young daripada harus setia mendampingi langkahku menapaki hari.
Nah, what makes it worse, hari ini kan rapat tuh, di Fakultas. Kalo berani muncul pake sendal jepit, kayaknya aku bakalan dijitak Dekan pake gagang sapu deh. Jadi dengan manisnya aku mendatangi Tika di kantor lab untuk minta lahban sebagai pertolongan pertama. Tuh kan, kadang-kadang aku bisa kreatif juga kok…

Sewindu Kantorku

(Originally written : 23 Juli 2007)

Fakultas MIPA mau ulang tahun. Orang-orang sih pada ngomong “Sewindu MIPA”, yang membuatku jadi semakin nggak ngeh dengan sistematika penggunaan kalender atau peristilahan di kampus ini. Sewindu kan artinya 8 tahun ya? Kok kalo menurut hitunganku, umur MIPA tuh masih 7 tahun ya? Hmm... mungkin kalender yang dipake kalender Orde Lama. Nah, terkait dengan rencana ulang tahunnya MIPA, siapa lagi coba staf dari PS Kimia yang dengan teganya dijerumuskan untuk jadi panitia kalo bukan Utami Irawati S.Si yang malang ini??? Jadilah aku ikut muncul di rapat koordinasi untuk membahas rencana hajatan tersebut. Biasalah, kegiatannya mau ngapain aja, acaranya apa aja… Sesuai dengan perkiraanku, aku cengo’ sendiri sepanjang rapat. Ketiduran 2 kali. Sumpah! Untunglah entah terlewatkan secara tidak sengaja, atau memang sengaja dilewatkan sebagai antisipasi menghindari jawaban yang tidak jelas, tidak ada pertanyaan tentang sejauh mana persiapan PS Kimia. Persiapan apanya???? Satu-satunya persiapanku untuk rapat tersebut adalah aku meyakinkan diri tidak lupa membawa alat tulis, jadi bisa ngegaya bahwa aku mengikuti jalannya rapat. Halah. Lagi-lagi kebohongan publik. Mana bisa sih aku serius? Aaanyway... rancangan acara-acara yang rencananya mau ditampilakn cukup menarik kok. Anak-anak BEM mau bikin Festival band pula. Asyik asyik asyik... Seneng. Jadi inget jaman kuliah dulu, waktu aku hobi nonton acara-acara band-bandan kampus gitu. Nah, tapi dari sekian rencana kegiatan, ada sesuatu yang ga jelas. Salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), FSI Ulul Albab, bertanggung jawab atas pelaksanaan beberapa acara. Festival Nasyid sih masih mending. Lha, kok ya ada keselip acara ”ruqiah” segalaaa.... Langsung aja muncul perdebatan. Itu maksudnya apa toh? Festival meruqiah orang? Aduh, kayaknya kok gambaran serombongan orang-orang yang sedang menjalani pengobatan ruqiah ditampilkan di atas panggung kok sangat tidak terbayang ya.... Atau lomba meruqiah? Lomba cepet-cepetan meruqiah? Yang dengan suka rela jadi objek nya siapa dong??? Atau lomba ketahanan terhadap ruqiah mungkin? Jadi siapa yang jinnya paling kuat bertahan, itu yang menang? Haduh. Ga jelas niiiyyy...

As Usual, As Always

Yesterday. I met him. He looked so gorgeous…as usual… I was speechless…as always…
Why he always have to be such a mystery for me?

Senin, 23 Juli 2007

Nonton Harry Potter deh!!!

Udah pada nonton Harry Potter : The Orde of Phoenix belum? Belum? Ayo nonton! Nontoh deh, asli, ga bakalan rugi…. Hmm…oke deh, mungkin aku agak terlalu melebih-lebihkan, rada ga objektif kali ya…Soalnya kan selain aku memang salah satu penggemar Harry Potter semenjak buku pertama, tadi siang adalah pengalaman aku nonton bioskop lagi setelah saaay…. 3 tahun? Iya nih, udah lama banget ga nonton bioskop. Terakhir aku nonton, Maret 2004, waktu itu aku nonton 30 Hari Mencari Cinta, yang langsung disambung dengan Lord of The Ring 3 : Return of The King. Yah, mari kita tinggalkan petualangan Nirina mencari jodoh dan perjalanan Frodo bersama cincinnya itu di masa lalu, dan kembali ke topik utama hari ini : Harry Potter!
Hal pertama yang aku amati adalah, Daniel Radcliff (bener ga sih aku nulisnya?) keliatan lebih dewasa. Cakep sih. Tapi kehilangan unsur imutnya. Maka aku memutuskan bahwa Daniel terlihat paaaaaling gorgeous di Harry Potter 3. Waktu disitu dia gantengnya udah mulai keliatan, tapi imutnya juga masih ada. Jalan cerita lumayan ga beda jauh dengan yang di buku, kecuali tentang orang yang membocorkan rahasia tentang Laskar Dumbledore. Memang sih, ada beberapa detail di cerita asli yang hilang, seperti cerita tentang Orde Phoenix, latihan Occlumency-nya si Harry, dan proses ujian OWL. Tapi toh, I have to say, visualisasi beberapa adegan sangat fantastis, bahkan untuk bagian-bagian yang digambarkan dengan sangat imajinatif oleh JK Rowling dalam bukunya, mampu ditampilkan dengan sangat mengagumkan. Kastil Hogwarts dengan tangga-tangga yang saling berpindah, adegan Harry dan teman-temannya terbang dengan menaiki Thestral, runtuhnya rak-rak berisikan bola kristal ramalan... It was amazing. Walaupun menurut aku, adegan kaburnya Fred dan George Weasley dari Hogwarts kurang dramatis, dan adegan kissingnya Harry sama Cho Chang (Suit suiiiittt….!!!) kurang romantis dan menyentuh. Berasa agak terlalu diekspos malah. Adegan favoritku? Pertempuran antara Dumbledore dengan Lord Voldemort. Asli, kereeeeeeeen banged pake ‘d’! Walah, tapi puas deh aku nontonnya… Yah, walaupun setelah melakukan survey singkat sesaat… aku baru nyadar. I was the only one yang nonton sendirian. Hehe… bodo amat ah… I enjoy my day, and that’s what matters for me…

And I Heard The News Today

Pagi tadi, angkot yang aku naikin ke kampus belum nyampe Banjarbaru, aku udah dapet sms dari Maya Agustina : “Mi,Maya neh.Mi,km tau kd Cici dah merit tgl 14 Juli td jar.Sm org Padang tp krja di PLN Sby jua.Tau lah?Adalah diundang Mi?Bls ksni aja..”
What? Gila, aku nyaris stroke mendadak! Tanggal 14 Juli kan udah minggu kemareennn...dan aku ga tau apapun sampai dengan sesaat yang lalu!! Ih, bukan apa-apa, tapi Chichi tuh hitungannya masih temen deketnya aku waktu SMA dulu...salah satu teman yang pake acara tangis-tangisan waktu kita misah pas kuliah dulu...Hiks, masa dia ga ngomong APAPUN ke aku??? Aku taunya dari orang lain lagi...Gimana aku ga bete abis... Ngerasa ketinggalan berita banget, aku sms Heru, dan ternyata Heru juga ga tau sodara-sodara... (Well, cukup melegakan, artinya aku masih dianggap sederajat sama Heru, secara kita sama-sama ga dikasih tau). Jadi aja, aku nyampe lab dasar dalam keadaan heboh plus bete abis... Udah aja, aku nelfon si Chichi, untuk mendakwanya atas tuduhan melupakan diriku.. Alasan si Chichi sih, dia ga ngasih tau karena ngirain aku udah berangkat sekolah...Halooooo....!!! Okelah kalau misalnya sinyal Simpati aku bakal tidak berkutik disana..tapi lalu fasilitas e-mail itu gunanya apa kabar dooong??? Huhu..mana Chichi ngasih tau Tenny dan Azka, but still, dia ngelupain guaaaa!!!!
Anyhooooo.... I’m still happy for her. Truly. Tapi ga ngasih taunya itu lhoooo….. Citra aja pake acara bikin pengumuman di FS, si Daus malah nganter sendiri undangannya, bahkan Widya Ciptasari, yang bener-bener ga pernah ketemu aku lagi semenjak lulus SMA, nganter undangannya ke rumah.
Suddenly, I feel left behind. Enggak, bukan masalah ditinggal kawinnya, dilupakannya itu lho yang bikin sedih. Hiks. Aku sampai tidak bisa menahan diri untuk nelfon Heru (si anak jelek itu sekarang di Bogor) untuk berkeluh kesah betapa Chichi sudah begitu tega pada diriku yang malang dan nestapa ini, plus memaksa Heru untuk tidak akan pernah melakukan hal yang sama. Awas aja kalo sampai dia lupa ngasih tau ke aku kalo mau merit, dengan sepenuh hati aku akan mencoret dia dari daftar teman seperjuangan! Hmm…Heru memang jelek, tidak sensitif dan menyebalkan (Ru, lu baca ini ga?), di tengah kegundahanku, dia malah dengan membetekannya menanyakan pertanyaan sensitif :”Lha, kamu kapan nyusul?”. Haduuuhhh…can we focus on the topic that Chichi had forgotten us, instead of discussing when I will catch her (and everybody else) up? The problem is, kalo sama Heru, manusia itu selalu dengan lihainya menangkis semua alasan-alasan dari aku yang biasanya jago ngeles kalo sama orang lain. Tidak terpuaskan bercurhat ria ma Heru, aku nelfon Maya. Abis..abis deh sana pulsa gua. Kami pun merana bersama… Hahaha… Maya juga membuatku berjanji untuk tidak akan melakukan hal yang sama.. Ga May, Insya Allah aku ga bakal ngelupain elo dan teman-teman lain. Segaptek-gapteknya aku, aku masih bisa kok memanfaatkan e-mail untuk menyebarluaskan kabar…
Itulah, mungkin atas dasar rasa sedih karena merasa dilupakan, plus fakta bahwa satu lagi temen aku meninggalkan aku yang lagi meneguhkan hati untuk berstatus sebagai jomblo sejati, aku jadi orang bodoh lagi di Lab Instrumen (huhuhuhu…still feeling sooooooo guilty about what I’ve done…K’Hasnah, K’Riza, I’m very sorry….).
Eeeeniweeeii…. Waktu malam aku menjalani gejala insomnia sambil nulis-nulis ini, I realize that aku masih punya teman untuk berbagi. So I call an old friend of mine. Yang rela terkantuk-kantuk mendengarkan aku. Yang ikut mendoakan supaya aku berbahagia, setelah mencela aku, like he usually and always does. Thank’s ya…. You’re a friend indeed… Tahun 2008 nih? You have all my prayers with you. You will always have it.
So I’m not feeling so bad rite now. I’m smiling, and sing along : “You just call out my name, and you know wherever I am, I’ll come running to see you again…. You’ve got a friend”.
Hmm…. Jadi tambah feeling good, kalo inget bahwa besok aku juga janjian mau ketemuan ma Taibah, another old friend of mine…
Jadi tambah yakin, that I can face this world, for I have my friends around….

Mistake…Again

Bodohbodohbodohbodohbodoh…..! Aku memang gadis paling bodoh se-MIPA (sorry ya…kenarsisanku mencegah aku menistakan diri untuk menobatkan diri sebagai manusia paling bodoh sedunia). Sumpah deh, padahal pagi ini tuh ga ada firasat apapun selain rasa kantuk yang amat sangat berlebihan. Iya, aku tau bahwa pada dasarnya aku tukang tidur, tapi kantuk yang ini bedaaaa…bukan ngantuk bawaan diri yang biasanya. Kayaknya gara-gara minum obat alergi deeehh…
Yah, intinya…aku kembali secara sukses dan gilang gemilang berhasil melakukan satu kesalahan lagi. Habis selesai ngajar, baliklah aku ke lab dasar, mau nge-cek anak-anak udah sampai mana, sekalian ngambil my lovely lappy (baca : laptop). Nah, K’Hasnah dan K’Riza masih dengan rajinnya ngelembur di Lab Instrumen, ngerjain AAS. Weits, rajin banget mereka… orang mah kalau weekend libur, mereka berdua dengan penuh dedikasi ngerjain sampel-sampel itu. Yah, walaupun menurut mereka, jadwal kerjaan di hari Sabtu mesti disesuaikan dengan jadwal mudiknya K’Riza. Nah, frankly speaking, aku pengen banget bisa make AAS. Waktu kuliah dulu kan aku cuma dapet teorinya doang, jadi ga salah dong kalo sekarang aku pengen bisa teknisnya juga… Makanya aku rajin banget nongol dan mendekati K’Hasnah dan K’Riza tiap kali mereka kerja, demi menyerap ilmunya mereka. Pas di awal-awal, aku cuma berani ngeliatin doang. Terus pelan-pelan, aku mulai meniti karir dari penulis data di printer. Lalu sedikit meningkat, kadang-kadang boleh bantuin bikin standar. Akhir-akhir ini, levelku udah naik, sampai aku boleh masukin sampel ke pipa kapiler, bahkan kemaren aku udah boleh jadi operator komputernya!! Nah, tadiiii….aku lagi berasa garing aja, ga tau kenapa lagi berasa serba salah. Pokoknya aku berdiri dalam posisi yang salah...waktu K’Riza ngegeser meja dorong buat ngambil sampel yang lagi mereka kerjain, maksud hati mau nolongin, apa daya, my clumsy hand justru menyenggol rak tabung reaksi...dan...tumpahlah seluruh larutan sampel yang sedang mereka kerjain! Wadduuuhhhh...selama lima detik selanjutnya, aku sempet yakin bakal mati muda dengan mendadak saat itu juga... Halah, mana yang tumpah tuh sampel induk semua.... Sumpah, kayaknya saat itu muka aku udah bisa ditulisin, saking pucatnya... K’Hasnah ma K’Riza cuma bisa liat-liatan, terus nyengir...entah dongkol, entah geli, entah pengen ngamuk.. Huhuhu....dasar bodoh!!! Asli, aku ngerasa bersalaaaaaaaah banget sama mereka berdua.Walaupun K’Hasnah udah berusaha meyakinkan aku, that it’s gonna be allright, tetep aja aku ngerasa desperate ga jelas gitu...Hiks, sia-sia banget deh kayaknya selama ini aku berusaha bantuin mereka, kalo akhirnya I only screwed it up with just a mistake... Halah, kayaknya habis ini K’Hasnah dan K’Riza akan menolak kehadiranku di lab instrumen lagi deehhh... Huhuhu.....sediiiiiiihhhh.... Pada dasarnya aku benci banget bikin susah orang, and I just did it. Again. And there’s even a more (is it more?) important reason, kenapa aku sangat menyesali kejadian tadi...
K’Hasnah, k’Riza…maafin Ami ya….

The Long Journey Part II : Untuk Suatu Kepastian

Inget posting kemaren? Kenapa coba ada tulisan Part I? Karena ada Part II-nya. Here it is.
Pulang dari Kandangan kemaren, aku ga langsung pulang ke Banjarmasin, tapi nginep dulu di rumah P’Abdullah, soalnya Senin pagi aku udah terbang ke Jakarta. Yup. Another medical consultation. Jadi, aku mesti ke Jakarta lagi untuk dapet kepastian tentang hasil tes yang kemaren udah pernah aku lakuin, dan hasilnya perlu waktu 8 minggu. Salah satu penentu, apakah akhirnya I’m really going to see those cute koalas by the end of this year. Rada deg-degan juga, karena kepastian hasilnya bakal jadi salah satu kartu untuk keberangkatanku nanti…
Waktu sampai di Syamsuddin Noor, the beloved airport of Banjarmasin, terjadilah hal-hal yang sudah kuduga tapi tidak kuharapkan akan sungguh-sungguh terjadi!!! Hiks, begitu aku ngeliat Albert cs di pintu pemeriksaan pertama, sadarlah aku, aku dan rombongan PIMNAS dari Universitas Lambung Mangkurat bakal berangkat bareng!! Masalahnya, pastilah P’Taufiq ada dalam rombongan, secara dia yang jadi pembimbing kelompoknya Albert. Dan aku berangkat ke Jakarta sama sekali tidak melalui jalur prosedur perizinan yang baku dan berlaku di MIPA. Cuma sekedar kata-kata “Pak, saya kayaknya nanti mesti ke Jakarta lagi deh Pak” yang diucapkan sambil lalu dengan gaya se-casual mungkin. Entah didorong atas rasa bersalah atau gimana, begitu aku berhasil memastikan bahwa yang ada dalam kisaran jarak tiga meter dari tempatku berdiri (persis di sebelah Albert) betul-betul P’Taufiq, secara refleks aku langsung bersembunyi di belakang troli begitu P’Taufiq menoleh ke arahku. Suatu usaha yang sia-sia, karena dengan penuh percaya diri dan rasa kemenangan P’Taufiq (lengkap dengan senyum puas) langsung ngomong gini : ”Saya tahu, itu pasti kamu ’Mi!!”. Halah. Sial. Tetep kepergok. Selanjutnya dengan usaha membabi buta untuk mendahului rombongan itu di counter check in, aku berhasil duduk jauh terpisah dari mereka. Tapi atas dasar etika, sampai di Cengkareng aku tetap berpamitan sama mereka yang akan melanjutkan perjalanan ke Lampung. Maju terus! Tetap semangat! Do the best!
Perjalanan singkatku di Jakarta pun mulai. Rute singkat biasa : Cengkareng-Gambir naik DAMRI, disambung Gambir-Kuningan naik P20, turun depan MMC. Langsung masuk, naik ke lantai 5. Ternyata…dokter Hilda lagi cuti…hiks… Tapi sekali lagi, dengan memanfaatkan alasan : waduh-gimana-Mbak-ya-saya-udah-jauh-jauh-dari-Banjarmasin, tanpa komplain berkepanjangan, si Mbak resepsionis yang baik hati langsung merujuk aku ke dr. Luci. Sebenernya sih, itu seharusnya ga jadi masalah, karena toh, aku cuma pengen tahu hasil tes kultur bakteri. Hmmm…. Si dr. Luci nelfon ke lab, minta hasil tes-nya diantar…dan...jengjeng...hasilnya…negatif. NEGATIF.. N.E.G.A.T.I.F ..!!! yIPPPIIIEEE!!! Tidak ditemukan adanya bakteri yang nongol di sampel dari aku! Alhamdulillah…. Jadi sekarang tinggal nunggu rontgen ulang aja. Haduh, legaaaaa….. banget. Alhamdulillah…Alhamdulillah.. Selanjutnya jadi berasa cerah ceria aja.
Next destination? Bandung doooongg!!! Hehehe… bukannya langsung pulang ke Banjarmasin aja ya… Jadilah aku keluar dari MMC, nyebrang, turun di Gambir buat ngelanjutin my trip. Eh, baru berapa langkah masuk stasiun :”Ibu!!!”. Waks! Kok ada yang manggil sih?? Halah, rombongan mahasiswa PIMNAS itu lagi. Ternyata secara mengenaskan mereka harus menunggu selama 6 jam lagi untuk melanjutkan perjalanan ke Lampung, naik bis. Waduh, bukannya apa-apa, artinya kan aku ketahuan ma P’Taufiq, bahwasanya dari kisaran 3 hari aku ga masuk, yang betul-betul kupergunakan untuk medical check-up tu cuma 3 jam, sudah termasuk perjalanan Cengkareng-Gambir-Kuningan pp. Adduhhh… untung waktu aku ketemu rombongan mahasiswa itu (Nisa-Albert-Hendro), P’Taufiq lagi sholat. Hmmm… secara ajaib, aku berhasil dapet tiket kereta yang langsung berangkat begitu aku dengan nafas sangat tidak beraturan berhasil duduk. Wah, padahal naik eskalator menuju keretanya aku pake acara lari lho.. Si Mbak yang jual tiket dan mas yang jaga pintu peron juga pake acara memprovokasi supaya aku mengerahkan segenap daya upaya untuk berlari mengejar kereta yang udah mau berangkat.
Sampai di Bandung udah jam 7 malem. Karena Om Dody yang biasanya kena mandat menjemput aku lagi ga bisa nyetir, jadilah aku dijemput Giya dan Mayang, 2 mahluk centil yang berstatus sebagai sepupuku. Well, bukannnya aku ga berterima kasih sama Mayang yang udah jemput, tapi tetep aja I was freaking out sepanjang jalan ke rumah, karena Mayang tuh, nyetir mobil dengan gaya yang sangat nanggung. Pengen selamat enggak…pengen cepet mati juga enggak. Manuver yang dia lakukan di setiap tikungan dan belokan betul betul bikin aku jadi menderita sakit kepala yang parah. Belum lagi si Giya di sebelahnya yang langsung jejeritan ga jelas tiap kali Mayang melakukan perihal-perihal aneh yang bisa mengancam kesempatan kami untuk berumur panjang (which means, setiap 3 menit sekali).
Aaaanywaaayyy…. Setelah menjemput Acil Pipit dan Oom Dody dari tempat terapinya Oom Dody di suatu daerah di seputaran kota Bandung (Halah, berasa jadi penyiar radio), kami dalam keadaan utuh nyampe di rumah secara sukses dan berhasil…
Hmm… Kayaknya minggu lalu langkah kakiku agak lebih jauh daripada Banjarmasin-Banjarbaru…

Kamis, 19 Juli 2007

A Long Journey Part I : Path to The Wedding

No. It's not MY wedding that I'm talking about. Sorry to let you down.
EEEniweeeiiii.... Minggu kemaren, tanggal 15 Juli 2007, Fahrina Kasumawati, salah satu temen aku di Unlam akhirnya memutuskan untuk jadi pengantin. Of course lah, kita-kita pada diundang ke tempat resepsinya di.... Simpur, Kandangan! hmm, Kandangan tuh sekitar 100 km dari kampus kita kali ya... Staf Fakultas MIPA Unlam bela-belai menyewa bus Unlam (yang Kuning, lengkap dengan Logo Unlam plus huruf "Q" besar dan slogan unlam.ac.id di kedua sisi. Keren) buat menempuh perjalanan berdarah-darah kesana. Aku ikuuuuttttt!! Untuk beberapa alasan. Bukan karena aku deket banget ma K'Rina, sebenernya aku dateng lebih karena rasa solidaritas pada kerabat dekat si pengantinnya, K'Hasnah aja sampe bela-belain nelfon ke rumah untuk meyakinkan bahwa aku bakalan nongol. Selain itu, jalan-jalan kesana lebih aku anggap sebagai piknik daripada kondangan. Satu lagi alasan, kayaknya seru aja berangkat bareng rombongan Fakultas.
Jadilah kami serombongan berangkat dari depan Lab Dasar di hari Minggu itu jam 09.00 pagi (yang udah bikin aku rada manyun, karena aku, Asti dan Kamil udah bengong disana dari jam 07.30 pagi!). It was a nice trip, apalagi aku bawa ransum yang cukup untuk membuatku terus mengunyah selama 2,5 jam perjalanan. Dilihat dari pemandangan dari jendela, berasa lagi keluar kota deh *Halah, bukannya memang iya?*. Setelah berkali-kali mencocokkan peta lokasi dengan kondisi sekitar, akhirnya kami dengan suksesnya berhasil mencapai lokasi. Tadinya sih aku udah dengan yakinnya mau turun dimana aja ada acara kawinan. Salah satu hal yang meyakinkan kami bahwa kami sudah mencapai lokasi yang tepat adalah K'Riza (kembarannya K'Rina, which is dengan sangat kebetulan juga adalah teknisi di Lab Dasar) yang muncul untuk mengarahkan bus kami berposisi dengan benar. Tapi toh, begitu menginjakkan kaki di tanah, komentar pertama kami :" Yakin nih turun disini? Ini Kandangan bukan? Kok lagunya gending Jawa sih?". eh, ternyata.... ada Kuda Lumping segala? Ih, seru deh, banyak atraksi tradisionalnya.... Ada panjat pinang juga, serasa lagi syuting Jelajah Indonesia. Aku ma Yuyun dan K'Imai sempet suntuk, karena baru juga nyampe setelah 2,5 jam perjalanan, masa setelah salaman ma K'Rina (she looked soooooo gorgeous and insanely beautiful) kita langsung pulang? Well, setelah dengan suksesnya mengarang berbagai alasan ga penting, sampai "pengen makan cendol yang asli bikinan orang sini" kami jadikan alasan untuk menunda kepulangan... Kami berhasil melihat atraksi utama hari itu : "Penganten Be'usung"!!! Yipppiiiee... Aku orang Banjar asli, tapi sumpah, bahkan akupun belum pernah liat prosesi adat yang satu ini waktu kawinan, secara tinggal orang di daerah saja yang masih mempertahankan tradisi ini. Lucu deh, jadi setelah si pengantin pria diantarkan menuju rumah pengantin perempuan, mereka berdua diarak di atas bahu kerabat pengantin.

















Tidak cuma sekedar diarak pake payung kembang segala, si kerabat yang memanggul pengantin di atas bahunya tuh pake acara menari-nari segala... Lengkap dengan musik adat dan diiringi rombongan kuda lumping. Trust me, it was fascinating... Saking terharunya aku, aku pake acara menitikkan air mata segala...
It was fun... acara kawinan tidak hanya sekedar "kawinan" semata, tapi juga ajang reunian, lirik-lirik, pasar kaget, dan gelar budaya...
Yah, walaupun secara konyol aku dengan kain sarungku terpaksa berlari-lari hingga titik darah penghabisan untuk mengejar bis yang dengan cueknya meninggalkan diriku... Perjalanan kemaren was really nice..

Kamis, 12 Juli 2007

Selamat Datang Peradaban!!!

Senang senang senang...!!!! Akhirnya komputer di ruang dosen PS Kimia bisa terkoneksi ke virtual world, dan kita punya unlimited access buat make! Well, ga terlalu unlimited juga sih. Secara cuma ada satu komputer yang terfasilitasi, maka etika atas keperluan rekan kerja juga kayaknya yangmenjadilimit penggunaan.... Anyhooo.... akhirnya gua bisa melampiaskan gairah 8Halah* gua untuk ber-blogging ria! Asyik asyik asyik.... Bisa cek imel tiap hari... dan...bisa download! Ha! Gua baru saja berhasil mengunduh (Hidup Bahasa Indonesia!) lagunya Maroon 5 (Marun Lima?) yang baru...Yang "Makes ME Wonder" itu loooohhh.....!!!!
Okelah, bagi sebagian orang mungkin apa istimewanya sih bisa terkonek ke dunia maya di kantor? Tapiiiii... you really got to see my office... Padang pasir di sebelah barat , gedung tak terpakai di sebelah utara, padang ilalang dis ebelah timur, dan rerumputan tak berbatas di sebelah selatan. Intinya, koneksi internet disini merupakan tonggak baru bagi peradaban di PS Kimia!!! Hidup PS Kimia!

Yang lagi semangat...
Ami!

Rabu, 11 Juli 2007

Prosesi AAS



(Originally written : 10 Juli 2007)

After that exhausting week I had, kayaknya minggu ini bakal menjadi minggu yang cukup menenangkan hati. Halah. Enggak juga sih. Senin pagi, ga tau kenapa, aku berangkat dengan semangat menggebu-gebu menuju Banjarbaru. Kayaknya pengaruh kangen lab juga sih (Hmm… aneh…apa coba yang bisa dikangenin dari lab?). Kayaknya udah lamaaaa....banget (Gak bener, baru juga 3 hari) aku ga berkeliaran tak tentu arah seperti biasanya di lab. Tapiiii.... semekin mendekati lab, kayaknya kok rasa semangat itu mulai luntur, tergantikan rasa frustasi yang seperti biasa akan aku rasakan kalo harus analisis. Iya! Betul! Hari Senin kami udah bikin appointment buat AAS sampel kami yang cuma 2 biji itu. I have to admit, aku selalu nervous abis kalo mau analisis. Mulai dari migren, sakit perut, mata berkunang-kunang, lutut yang terasa lemas…sebutin aja semua gejala psikosomatis… Bukan cuma tegang atas hasil analisismya, tapi juga soal kualitas standar! Huhuhu.... apalagi kalo yang bikin standar aku, bener-bener mempertaruhkan kredibilitas tuuuhhh.... Kebayang kalo misalnya ada satu titik aja yang patah. Halah. Udah deh. Semua yang pernah AAS di Lab Instrumen Lab Dasar Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lambung Mangkurat pasti tau betapa menegangkannnya prosesi analisis yang satu ini.
Intermezzo : Buat yang ga punya basic analisis kimia, AAS itu adalah analisis untuk mengetahui berapa banyak kandungan logam dalam suatu sampel. Salah satu prosedurnya melibatkan pembuatan larutan dengan konsentrasi logam yang sudah diketahui (lebih nge-trend dengan sebutan larutan standar). Hasil analisis dari larutan standar ini dibikin dalam bentuk grafik linear, jadi ketahuan banget bikin larutannya dengan segenap jiwa dan perasaan, atau cuma nyampur-nyampur ga jelas.
Aku udah mulai stress waktu mulai bikin larutan standar untuk Pb (Sounds familiar? Iya. Itu logam yang suka ada di BBM fosil konvensional). Tadinya mau nunggu pipet ukurnya kering dulu...tapi begitu salah satu teknisi mulai nongol...Haduuuuhhh.... aku cuma bisa liat-liatan sama Rei (yang pasti juga sama nervousnya, secara dia juga bikin standar untuk Cd). Ya udahlah. Whatever will be, just let it be. Setelah nyuci pipetnya berkali-kali dengan larutan Pb 10 ppm (prosedur standar) diiringi doa agar analisis dilindungi dan dirahmati Tuhan YME, aku selesai bikin 4 macam konsentrasi. Yang jadi masalah. Karena kami perlu 5 (!!!) macam konsentrasi. Haduh. Ya udah, mau gimana lagi. Main nekat aja bikin konsentrasi ke-5 dari larutan baru.
Aku masuk ke ruangan instrumen aja pake acara sesak nafas. Migren. Pusing. Traumatis dengan kejadian minggu lalu, waktu alatnya kayak yang minta dibanting saking rewelnya, aku nyaris ga bisa bernafas. Silly banget, karena teknisinya santai-santai aja tuh. Mahasiswa pun kayaknya juga biasa aja. Aku aja yang memang hiperbolis dalam melakukan segala seuatu.
Tapi itulah. Tuhan memang Maha Adil dan Maha Baik. Optimasi berlangsung dengan mulus. Aku mulai bisa bernafas dengan teratur. Standar Cd masuk...jengjeng.... Grafiknya lurus ! Huaaa.... Next one, waktu standar Pb masuk, aku sempat berhasil membuat teknisi make standar yang dia bikin. Tapi karena ga lurus-lurus banget (Ya iyalah, udah bikinan berapa hari yang lalu...). Akhirnya standar buatanku yang masuk. Aku udah nyaris pingsan. Eh...lurus...! Tralala... Trilili.... Dan tiba-tiba proses selanjutnya berjalan dengan aman, damai, tentram dan menyejukkan hati. Malah sempat diselingi konsultasi masalah hati segala. Sempet pake acara gontok-gontokan. Cela-celaan narsistik (siapa lagi pelakunya kalo bukan aku). Dan begitu prosesi selesai...kita semua langsung berseri-seri (Halah. Emang apaan?). Senangnya...
Hmm... Memang, ga selamanya I Hate Monday kok. Last Monday was fun, actually...

Jumat, 06 Juli 2007

The Best Way

Terinspirasi dari bukunya Adhitya Mulya, "Gege Mengejar Cinta" (A must have book, i have to say), I find the best way to deal with him...
Keep it short. Keep it simple. And most important, keep it away...

Kamis, 05 Juli 2007

Working Hard

(Originally written : 5 Juli 2007)

Kemaren, di pagi buta, kok ya aku dapet morning call langsung dari P’Taufiq. Gila, jam 06.00! Masih untung aku udah mulai berada di dunia nyata. Yah, intinya P’Taufiq meminta (menyuruh?) aku untuk selama 2 hari ini ikut ngerjain PHK-I (or some kinda that) di Rektorat. Hmmm…. Apa lagi nih?
Setelah menengok lab seadanya (yang penting nongol, walopun kemaren blas aku ga ngapa-ngapain), ngasih kuliah yang SANGAT singkat (kan baru pertemuan pertama…ga papa dong kalo cuma kontrak), dengan manisnya aku menunggu P’Taufiq untuk berangkat bareng-bareng.
Akhirnya, kita baru berangkat jam sekitar jam 13.00 gitu… Kita disini artinya adalah P’Taufiq & aku (PS Kimia), P’Gafur (PS Biologi), B’Arnida (PS Farmasi), P’Totok, P’Cahyo dan Ory (PS Fisika). Karena P’Taufiq janji sama Bu Dekan untuk berangkat jam 11.00 dari Banjarbaru (sesuatu hal yang hanya sekedar janji semata, karena P’Taufiq juga sama kayak aku, ngajar jam 11.20), jelaslah bahwa nyaris setiap 15 menit sekali, salah satu dari Bapak-bapak itu ditelfon. Begitu kita nyampe... sebelum masuk ke ruangan kita langsung ditarik B’Ninis yang sudah super-duper dongkol. Untuk sejenak, kami lalu mengheningkan cipta demi mendengarkan petuah Bu Dekan. Hehe... Maaf Bu, we know that we’re late for about...2 hours!!! Hahahaha…. Gimana Bu Ninis mau senyum ya….
Apa coba yang dikerjain disana? Well, karena memang dengan rendah hati aku akui, aku datang dengan tangan kosong (enggak sih, bawa tas dan bawa laptop) alias masih ga punya bayangan jelas (kabur semua) tentang apa yang seharusnya kami kerjain, jadi maafkan daku yang selama setengah jam pertama cuma manggut-manggut dan geleng-geleng tidak jelas setiap kali ada yang ngomong. Akhirnya, setelah sedikit private lesson dari P’Taufiq, baru aku mulai ngerti harus ngapain… Wah Pak, maafkan ya Pak…tapi begitulah resikonya kalo dirimu memilih stafmu yang bodoh ini untuk mendampingi di hal-hal seperti ini, mesti ekstra sabar dalam menjelaskan yang harus aku kerjain.
Aaaaanyway….walaupun sempat diselingi beberapa moment of despair, clueless and frustation, akhirnya aku bisa menyusun narasi tentang betapa menderitanya PS kami… Selama beberapa jam di depan laptop, aku berhasil menyusun karangan yang mengharu-biru mengenai kondisi kami yang sangat melarat, dengan harapan agar pihak pemberi dana kiranya berkenan untuk memberikan bantuan dana sekedarnya…Saaaayyy….10 milyar mungkin? Paling tidak dengan dana segitu kami bisa memperbaiki AAS kami yang sekarang tiap kali optimasi malah ngajak berantem saking rewelnya…
Hmm… kayaknya setelah membaca narasiku yang menyayat hati, P’Taufiq jadi semakin teryakinkan bahwa diriku adalah trouble maker yang jago mendramatisasi segala sesuatu…
Mulai dari sekitar jam 02.00 siang, jam berapa coba aku akhirnya selesai? Jam 08.30 malem!! Ha! Gimana aku ga lemes waktu pulang…Si Abah mah cuma ketawa aja (Thank’s Dad, for being such an understanding person), secara Abah waktu masih kerja dulu juga udah biasa banget working over time gitu. Cuma Mama aja yang rada ngomel, tentang kenapa harus aku yang ikutan ngerjain, kenapa dosen Kimia lain ga ada yang disuruh… Tenang Ma, I can still face it kok…..
Capek? Jelas. Tapi, aku seneng kok. I enjoy working. Tiba-tiba saja, waktu tadi malam berada di ambang batas kesadaran dan alam mimpi, aku mendapat pencerahan bahwa apa yang dikatakan Sunardi mungkin betul…I am kinda workaholic…..

Rabu, 04 Juli 2007

How Those Koreans Had Make My Day

(Originally written : 28 Juni 2007)

Hari yang aneh. Pagi ini sendiri sebenarnya sudah dimulai dengan aneh. Sementara ke arah Utara langit pagi terlihat biru cerah, begitu aku menengok ke Selatan, langitnya biru tua keabu-abuan. Yah, apapun warnanya, warna langit pagi tadi bukan warna yang membangkitkan semangat untuk berangkat ke kampus dengan cerah ceria. Eniwei, karena pada dasarnya aku adalah PNS kebanggaan bangsa yang berdedikasi tinggi, tetaplah aku dengan gagah berani melangkah menuju medan perjuanganku di Banjarbaru. Jam 8 di pagi buta nyampe lab. Karena lab secara perlahan tapi pasti mulai penuh sesak dengan mahasiswa yang penelitian, maka salah satu kerjaan rutinku tiap pagi adalah langsung menyalakan mesin pembuat akuades. Kalo ga gitu, kayaknya bakal ada pertumpahan darah dalam rangka persaingan merebut akuades. Tapiiii…. Kok ya ada mahasiswa yang dengan isengnya membawa pulang kunci Ruang Asam!!! Bete banget. Kerjaan aku ketunda hampir 1 jam cuma gara-gara menunggu si mahasiswa Biologi itu dateng. Itupun dia muncul setelah di-sms K’Hasnah. Ha! Aku jadi merasa tidak perlu lagi mengomeli anak itu, karena yakin deh, sepatah dua patah kata dari K’Hasnah pasti udah cukup untuk membuatnya kapok membawa kunci.
Begitu tim humat-kitosan ku dateng, kita udah pada semangat mau kerja tuh. Eh, pas lewat depan Ruang Asam 1 (Atau Ruang Asam 3 sih? Aku ga pernah ngerti penomoran Lab), para rombongan mahasiswa Korea itu udah pada nongol. Tadinya aku mau lewat tanpa merasa perlu untuk peduli. Tapi K’Riza dengan wajah memelas (Ha! Bisa juga dia yang berwajah memelas...biasanya kan aku tuh...) minta tolong supaya aku ngajak ngobrol mereka. The problem is.... Aku ga ngerti Bahasa Korea SEDIKIT pun. And just to make it worse, ke-empat orang itu juga GA BISA Bahasa Inggris!!! Jadi usahaku untuk sekedar menanyai apa yang sebenarnya ingin mereka lakukan lebih mirip monolog dari diriku. Kata-kata bahasa Inggris dari mereka cuma terbatas pada “No”, “Don’t understand”, “Don’t know”, “Sorry”. Huaaa.... Aku udah frustasi aja. Untunglah, tepat di saat aku udah mau ngelempar para orang itu dengan bangku saking keselnya melihat tatapan hampa dari mereka tiap kali aku nanya, rombongan lengkap mereka akhirnya datang. Ada profesornya mereka yang bisa Bahasa Inggris (Untunglah), dan ada staf Fakultas yang bisa Bahasa Korea (Thank God!!! Dari tadi kek...). Eh, ada si cowok-berkacamata-yang-cakep-tapi-menyebalkan itu juga ternyata. Tetap dengan gaya cool tapi ga ngerti apa-apanya. Huh. Menyebalkan. Eh, ternyata salah satu dari Profesor itu secara ajaib mengobrol denganku, and he gave me his name card!! Senangnya…. Yah, walaupun sebenarnya si Profesor (yang mengatakan dia tahu mana universitas-universitas yang bagus di dunia) membuatku sangat terpukul karena dia tidak tahu mengenai UGM (What???), it was very nice to talk with him. Such an honour.
Apakah pengalamanku dengan para orang Korea itu berakhir disitu? Hoho. TIDAK!! Ternyata entah habis salah makan apa, rombongan tiba-tiba saja terinspirasi untuk praktek analisis air di lab kami. Tanpa pemberitahuan apapun sebelumnya. Gila aja, gimana para teknisi ga pada bete waktu mereka minta berbagai macam alat dan bahan secara mendadak. Dan masalah utama, tentu saja... BAHASA!!! Sebenernya dosen Kimia yang bisa bahasa Korea sih, P’Rodiansono. Tapi dia pas banget lagi ga ada. Jadi staf dosen Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam yang ngerti what those Korean are talking cuma dua, Idris dan Aditya. Forget Idris. Dia dari PS Matematika. Yang ada dia bengong kalo mereka minta ambilkan autoklaf. Adit masih mending, kan dia dari PS Biologi. Tapi tetep aja, secara aku berkeliaran di sana, and I can speak a little English, aku juga kelimpahan jadi translator dadakan. Dan aku sempat emosi jiwa, waktu berusaha memperjelas, mereka sebenarnya nyari labu takar, atau cuma tutupnya aja. K’Hasnah jadi ilfil waktu mereka secara tidak jelas mau make Spektrofotometer, tapi ga punya larutan standar. K’Riza jadi bete waktu aku berusaha mendorong-dorong dia untuk kenalan sama salah satu mahasiswa yang cewek (Lhoo..... siapa tau kan...). Dan aku? As usual, I have the tendency to embarass myself. Waktu berlari-lari mencarikan 36 (!!!!) erlenmeyer 250 mL (gila, mau dipake buat apa aja sih???), aku sempat terkilir 1 kali, dan terpeleset 2 kali.
It was such a chaotic situation. But when I think abut it again rite now, it was funny, actually. Waktu Adit berusaha menenangkan aku yang udah mau ngamuk karena mereka masih ga jelas mau minta sendok plastik atau sendok makan. Waktu aku menghina-dina mereka di hadapan mahasiswa, dan mereka hanya menatapku dengan hampa (Hahaha…sorry…tapi kayaknya kata “O’on” dan “Lelet” ga masuk di perbendaharaan kata Korea deh). Waktu K’Hasnah desperate, karena salah satu dari mereka tidak mengerti, apa yang harus dilakukan waktu absorbansi sampel punya dia pembacaannya over. Waktu K’Riza segitu nervous-nya, sampai salah mencet tombol dan malah menghapus data pembacaan (Ka, yakin ga mau minta nomer HP si cewek itu?). Waktu K’Rudi ngomel, karena alat-alat dia dipakai tanpa mengikuti prosedur peminjaman yang baku. K’Hasnah yang mondar-mandir dengan selembar kertas, mencatat alat-alat yang dipinjam. K’Riza yang dengan pasrahnya mengubek-ubek ruangannya demi erlenmeyer 50 mL. Adit yang berusaha menyabarkan aku. K’Rudi yang (TERPAKSA) merelakan pipet gondoknya pecah. Dan aku yang mencak-mencak karena akuades-ku mereka bawa begitu saja...
Fortunately, aku punya alasan untuk ga terus-terusan di lab. Dengan alasan rapat PS, ngaburlah daku jam 12.15 ke ruang PS (aku lama-lama kangen deh sama ruang dosen, sejak penelitian jadi jarang nongkrong disana). Di rapat PS pun ga kalah seru. Terutama adegan pertempuran penuh emosi antara aku dan Sunardi mengenai jatah pembagian jadwal ngajar PAT. Eeehhh... malah ternyata kita ngajarnya satu tim. Tapi tetep dapet jatah euy... Biokimia pula. Hhfff...
But, just like any other days...hari ini toh tetap sampai pada akhirnya.
Such an exhausting day. Hari yang aneh. Tapi tetap, it was fun… :)

Flowery (???) Me

(Originally written : 27 Juni 2007)

Pada dasarnya, aku suka kembang. Banget. Almost any kind, mawar, melati, anggrek, aster, dahlia, sebutin aja semua.... Yang jadi masalah adalah : it’s the flowers that don’t like me. Ga peduli secinta apapun aku ma kembang, tetep aja aku ga bisa nanam bunga, atau apapun yang berbatang, berdaun, dan memiliki klorofil. Waktu kuliah dulu, aku suka (berusaha) menanam bunga pot di kost. Aku bahkan beli buku self-help tentang serba-serbi merawat mawar. Nice book, with great photos of blooming colorful roses. But the fact is, mawar-mawar yang kelihatan berkembang di kost ku cuma ya yang ada dalam gambar di buku-buku tadi. Semua mawar dalam pot ku adalah penggemar Chairil Anwar, spesifically puisi si Chairil Anwar yang judulnya Diponegoro (Or is it “Aku”?, I kinda forget). Hanya saja mereka menterjemahkan bait “Sekali berarti, sudah itu mati” secara konkrit menjadi “Sekali berbunga, sudah itu mati”. That’s it. Bahkan dalam ke-desperate-an aku (hmm…such a strange noun), aku mencoba teori bahwa bunga juga punya perasaan. Jadi aja tiap pagi dan sore aku mengajak mereka (baca : kembang yang kutanam) mengobrol. Yeah, I know I looked like a freak, tapi paling enggak aku tidak merasa mendengar para tanaman itu balas menyahutiku. Dan obrolan pagi-sore itu hanya menyebabkan rata-rata umur tanamanku bertambah 3 hari (Yeah, as if I really do the counting). Memang sih, mawar termasuk tanaman yang rada ribet perawatannya. Jadi mungkin kegagalanku yang bertubi-tubi dan berulang kali dengan bunga mawar tidak bisa dijadikan patokan akan kebodohanku bercocok tanam. Tapiiii…. This is the embarassing fact: bahkan kaktus pun mati dalam perawatanku. Ya. Kaktus yang ga usah disiram. Yang ga usah diapa-apain juga tumbuh. Yang dibuang juga tetep tahan banting. Si kaktus yang gagah perkasa dan tahan segala macam bentuk siksaan itu ternyata menganggap bahwa tumbuh bersama diriku mrupakan pilihan yang terlalu menyedihkan, sehingga dia lebih memilih mati dan mengering saat tahu akulah yang sedang berusaha agar dia bisa tumbuh. Semenjak kematian kaktus dalam pot di depan kamar kostku, aku menghentikan usahaku sepanjang 2 tahun untuk bercocok tanam. Dan resmilah aku dihina-dina di kost sebagai orang-paling-tidak-bisa-menyentuh-tanaman.
Sebenernya fakta bahwa tanaman sangat enggan tumbuh kalo udah aku pegang, cukup menyakitkan hati, secara Abah (Yup! My own father, who had given me half of my DNAs) adalah salah satu orang yang paling bertangan dingin (atau bertangan hijau ya?). Liat aja taman di depan rumah. Di samping rumah. Nyaris tiap 2 minggu sekali, ada aja orang yang minta kembang sama Abah. Apalagi setelah resmi jadi pensiunan, semakin banyaklah Abah bercengkrama dengan tanaman-tanaman tercintanya.
Nah, masih ada hubungannya dengan kembang nih. Begitu melihat Bu Radna bawa-bawa Kamboja Jepang, yang aku tahu disukai sama Abah, aku langsung melihat peluang untuk berbakti kepada orang tua tercinta : apalagi kalo bukan dengan memberi Kamboja Jepang dalam pot sebagai hadiah untuk Abah tercinta? What a great idea from a genious like me!! Masalahnya, Bu Radna ternyata ga beli, dia minta sama K’Riza. Ga masalah. Menabah-nabahkan diri, aku coba minta dengan K’Riza. Dan terjadilah dialog ini di ruangan Kimia I, di sela-sela pengambilan akuades

Setting :
Ruangan Teknisi. Laboratorium Kimia I
Aku (A) : Ka Riza, kayaknya dirimu sudah berlaku tidak adil padaku deh
K’ Riza (Rz) : Hah?
A : Kok cuma Bu Radna yang dikasih kembang?
Rz : Emang kamu juga minta?
A : Enggak.
Rz : ...
B’Radna (Rd) : Ye... aku kan minta Mi, pake acara ngasih pot lagi ke Riza.
Rz : Tuh… Kamu sih ga pake acara minta.
A : Penting ya?
Rd : Naaaahhh…. Nanti dikira apa-apa lho…
Rz : Iya. Enak aja. Nanti dikira apaan aku ngasih-ngasih kembang ke kamu!!
(Oh, come on...kembang dalam pot gitu lhooo.... bukan setangkai mawar!! Gosip macam apa sih yang bisa muncuuuul!!!)
A : Oh, ya udah deh. Ka Riza, aku minta kembang.
Rz : ...
A : Eh, enggak ding. Abah ku yang minta
Rz : Lho?
A : Iya Ka. Aku kan bodoh kalo udah urusan nanem. Kaktus aja mati kok kalo aku
yang nanem
Rz : Mi, kaktus itu ga diapa-apain juga tumbuh
A : Iya, aku tau. Tapi dia lebih memilih mati kalo aku yang nanem
Rz : (Geleng-geleng kepala)
(Tuhan...kenapa ekspresi macam ini yang selalu aku dapet dari orang orang terhadapku????)
A : Atau gimana kalo kita barter aja? Di rumah banyak taneman kok. Kan Abah
jago nanem taneman...
Rz : Emang kamu punyanya apa?
A : Maunya yang berbunga atau yang hijau-hijau saja?
Rz : Yang berbunga dong...
A : Pepaya!!
Rz : Ketinggian.
A : Belimbing mungkin?
Rz : …
A : Atau Jambu?
Rz : ...
A : Hmm...gimana kalo mangga?
Rz : Mi. BerBUNGA.
A : Ah! Aku tau... teratai!!!


Yah, kayaknya adegan selanjutnya sangat mudah ditebak... aku nyengir pada dinding, karena K’Riza udah berlalu dari hadapanku. Dengan kesal. Karena kebodohanku untuk gagal membedakan buah dan bunga...hiks... Tapi kan pepaya juga ada bunganya sedikiiiiitttt!!!!! Dan teratai juga bunga kan??

Tralala…Trilili…

(Originally written : 27 Juni 2007)

Kemarin, everything looked like pieces of puzzles that doesn’t fit each other. Tapi toh, like every other day, I finally get through it. Dan sepanjang perjalanan Banjarbaru-Banjarmasin yang penuh guncangan (entah udah berapa kali kepalaku kebentur dinding bus), gerimis perlahan. I didn’t care. I just look at the sky, just wishing that those raindrops falling from the sky will just wash and bring away my miseries…
Tapi malamnya, langit cerah dan cantik nian. Terang tersaput sedikit awan, dan ada bulan disana, ditemani gemintang. Indah. Membuatku tersebyum kembali, for I realize, that no matter how hard the rain was, the star will always be there, smiling back at me…
Ya! Itulah diriku dan sedikit romantisme yang ada padaku ini…. I don’t know what on my mind was, that I send him a message. I felt like I just want to share to someone. And he was the first one who crossed my mind at that time (Oke deh, gua ngaku… lots of times). Jadilah (dengan noraknya) aku menulis begini :
“Walaupun sore tdi hujan sepanjang bjbru-bjm,tp trnyata langit malam ini tuh baguuus banget. Ada bulan dn banyak bintang.Aq yg hri ni lg rada bad mood,berasa semangat lagi dh..Hopefully you’re feeling good too”.
Ekspektasi akan balasan darinya? Jujur, aku ga berharap apapun…Tapi lima menit kemudian…DIA BALES!!! Cihuuiiii….!!! Hehe. Seneng. Geer. Tapi cuma sebentar doang. Rasa senang melihat bahwa nama pengirim adalah dirinya langsung berubah jadi ekspresi bengong waktu baca balasannya : “Dingin2 gini, enaknya tidur!!! Malas bnget perhatikan bulan n bintang..”.
Sampai disitu saja aura romantisme malam tersebut…Hahaha…. Walaupun ada satu fakta menarik, bahwa aku dan dia sama-sama suka tidur. Howeverrrr….. Aku tetep seneng. Karena sms-sms ga penting semacam itulah yang selalu menghiburku… Bahwa karena itulah, dia ada bagi aku.
Daaaan….keesokan harinya menjadi hari yang riang gembira bagiku. Pagi yang berkabut? Ga masalah. Dioper dari taksi ke Banjarbaru? No problemo. Sarapan sendirian di lab? So what? I can always cope with that. Memang sih si kulit udang yang jadi objek penelitianku itu rada ngajak berantem, secara pH dia ga mau beranjak dari kisaran 11 – 13. Tapi dengan sedikit modifikasi yang diusulkan P’Urip (do you know something Sir, you ARE a REAL genious!!!)..ha-ha! Netral lah dirinya!!! Jelas aja bangga, mengingat selama hampir sebulan ini, K’Riza dan K’Rudi udah mulai bete ngeliat aku tanpa perasaan berdosa (Enggak kok. I DO feeling a little guilty inside) menghabiskan persediaan akuades selama 1 semester dalam waktu 2 minggu. Dengan penuh rasa sombong, kusaringlah si kitosan itu. Jadi aja sisa sepanjang hari ini aku lalui dengan tersenyum. Cengar-cengir ga jelas. Belarian kesana-kemari. The only thing that bother me tonight, cuma komentar from someone, that maybe My Enigma and I, we should try to be together. Hmm… Interestingly and absurd… Tapi jadi kepikiran….

Emang Gunanya Apa Sih?

(Originaly written : 25 Juni 2007)

Aku cinta mati deh ma Friendster. Kalo ga lewat Friendster, gimana caranya coba aku bisa menemukan teman-temanku yang sekarang udah pada dimana-mana. Dari segi bakat, lewat FS juga aku mulai bisa nge-blog. Walaupun aku juga ga yakin berapa banyak dari list temen aku yang menyempatkan diri membaca blog-nya aku. Bahkan sampai sekarang aku masih terkaget-kaget kalo ada yang ngomong : ”Kan aku baca di blog-mu...!”. Whuaaa..... Ya, mending sih kalo yang baca temen-temen aku yang sejaman. Tapi tetep aja aku rada shock kalo ada mahasiswaku yang jadi ikut mengetahui how complicated my life is... Aaaaanyhooo.... aku tetep seneng kalo tau ada yang baca blog aku.
Well, actually that’s not the point. Dari sekian banyak positifnya FS, ada juga beberapa hal yang membuat aku merasa agak-agak annoyed...Walaupun bukan urusan aku, aku masih tidak paham kenapa ada sejumlah orang yang meng-add orang lain, yangbaru saja mereka kenal lewat Friendster? Perasaan tiap kali kita mau meng-add, bakal ada dialog box yang muncul untuk mengkonfirmasi tentang kebenaran hubungan kita dengan orang yang profilnya mau kita add... They didn’t make the dialog box pops up for nothing... Belum lagi kalo ada yang membiarkan comment dari orang-orang yang baru kenal itu muncul di profil, dengan kalimat-kalimat semacam : “Salam kenal”, “Thank’s for the ‘add’”, , “Aku masih sekolah, kamu udah kuliah ya?”… Well, for me….sekali lagi, for me ni ya…. Kayaknya kok ya malah membuat kita keliatan dengan desperatenya mencari-cari teman secara ga jelas di dunia maya….
Dan aku salut banget dengan orang yang bise menulis semacam ini :
“H@@yyyYY…aQ adL gAdiS manIetz y9 sukA d3n9eRin MuZik, baCa, & gW png3N ny@ri t3mEn nii33hh,,,,”
Gila, gimana caranya ngetik dengan berbagai karakter ajaib semacam itu? It took me about 5 minutes just to type a single line, dan mereka menuliskan profilnya, the whole profile, in those characters!
Lalu masalah comment dan testimonial. Some people said that no one can describe yourself better than you can, tapi banyak juga yang bilang, bahwa komentar paling jujur tentang kita comes from our friend. Gua setuju sekaligus dengan kedua pendapat tersebut (jangan diprotes. I’m not in the mood untuk didebat). Jadi salah satu cara bagi aku untuk mengenali suatu profil di FS adalah dengan melihat kolom Testimonial dan Commentnya. However… Kayaknya sebagian besar dari comment dan testimonial tersebut isinya malah cuma : “Hai, apa kabar”, “Iya nih, kapan pulang”, “Lagi pusing nih, banyak kerjaan”. “Ya jelaslah masih ingat sama kamu. Kamu sekarang dimana?”. What? I can’t considered those statement neither as testimonial nor comments on someone… Comment apaan? Emang kata-kata “Apa kabar” bisa menggambarkan bagaimana pendapat kita tentang seseorang? Kayaknya enggak deeehhh....
Maksud aku, hey, fasilitas “Messages” yang ada di FS lalu apa kabar dong… Terus, sebagian besar orang banyak yang dengan manisnya mengisi kolom Comment tersebut dengan gambar-gambar. Hmm.... I know, a picture speaks a thousand words. Tapi gambar-gambar tersebut juga perlu waktu loading yang 1000x lebih lama dibandingkan teks biasa!!!! Okelah bagi orang-orang yang secara beruntung bia memiliki akses berkecepatan tinggi. Tapi aku dengan komputerku yang loading internetnya harus agak dipaksa ini… Aku bawaaannya jadi suka emosi aja kalo mesti menunggu suatu profil terbuka dengan malas-malasan, secara profil tersebut penuh dengan gambar-gambar anime, bunga, teddy bears, or other cute things, yang sebenernya jelas TIDAK menggambarkan si pemilik profil sama sekali…
Bukan berarti aku ga suka dapet comment dari orang lain for my profile, tapi secara aku orang yang cukup simetris dalam berbagai hal, I find that having REAL comments on my profile is more ...well...acceptable…Just can’t find the right word to describe….

The Farewell Party

( Originally written : 23 Juni 2007)

Dulu, entah karena pengaruh apa, aku sempat punya cita-cita mulia, menjadi salah satu otang yang bergerak di bidang pekerjaan sosial, which is: jadi guru TK. Yup. Silakan terheran-heran. I love kids, I really do. Selama mereka bisa bersikap manis di depanku. Dan tidak berlarian kemana-mana sambil meneriakkan lagu peperangan (apalagi yang lebih bisa mendeskripsikan jeritan-jeritan itu?). I love CUTE kids, not the naughty ones. Jadi jangan salahkan aku kalau aku bukanlah orang yang bisa bersikap manis di depan anak kecil. Ask my niece. Bukan berarti aku tukang ambil permen punya mereka (chocolate is what I take from them, not candy), tapi sekali ada anak kecil yang melotot ke aku, tanpa perasaan bersalah (for fighting with someone who is definetely NOT at my age) aku bakalan balas melotot.
Aku tipe orang yang bisa tersenyum dan melambai pada anak kecil lucu yang terlihat manis, tapi begitu mereka keliatan mulai menunjukkan tanda-tanda premanisme, don’t expect me to be an angel.
Tapi tooohhh…aku tetap tante kesayangan keponakanku tercinta. Diana Nadia Maulida. The little angel in our family, who is also known as the little devil. Dan demi keponakan kesayangan Tante Ami yang paling cantik dan paling pintar sedunia (bisa dipastikan anak itu bakalan mengalami gejala narsistik yang sama parahnya dengan aku dan Ita)., aku rela bolos kerja demi menghadiri acara perpisahan Play Groupnya si Dian. Akhirnya Dian bisa lulus dengan selamat dari Play Group, sebagaimana anak-anak lain yang juga sekolah disana.
Jujur, selama disana, aku salut banget dengan guru-guru TK itu. Yang sanggup bertahan di tengah teriakan-teriakan super-duper cempreng itu. Yang tetap bisa sabar melihat anak-anak itu berkeliaran tidak jelas. Yang tidak emosi, walaupun para anak itu telah berdiri di atas panggung, malah saling memukul dengan balon, instead of singing ”Balonku Ada Lima” as what have been planned before.
Aaaanyhoooow... those kids are still looks sooooo cute. Bahkan beberapa dari mereka berhasil terlihat sooooo adorable. Dan si Dian? Wah, aku akhirnya menyadari suatu fakta, bahwa berkat sistem pendidikan Sparta dari aku dan Ita, kami para tantenya ini berhasil membuat dia tumbuh sebagai seorang narsistik yang banci tampil. Pertama, dia sangat sadar akan keberadaan kamera, dan tidak rela kalo kamera itu merekam kejadian apapun tanpa dia bergaya secentil mungkin. Kedua, diantara semua temannya (ada lima atau 6 kali ya…) yang maju ke depan untuk menyanyi lagu “Dua Mata Saya”, cuma dia yang dengan penuh percaya diri bergoyang, melenggok, dan menyanyi sekencang-kencangnya. Sementara yang lain harus dipaksa untuk tetap berdiri di atas panggung… Dan setelah pulang ke rumah, masih merasakan euforia atas penampilan pertama di depan khalayak ramai, dia dengan tegas dan mantap, memutuskan : “Dian kalau kuliah mau ambil jurusan kimia (Ya, aku meng-indoktrinasinya untuk suka kimia. So what?) kayak Tante Ami. Tapi Dian mau jadi artis, menyanyi, masuk tivi. Makanya Dian ga mau gede-gede banget. Nanti tivi-nya nggak muat.” And FYI, yang ngomong gitu adalah ponakan gua, yang baru saja merayakan ultah ke-4nya tanggal 22 Mei kemaren…

That’s Why I Don’t Want To Be Alone

(Originally written : 23 Juni 2007)
Aku ga suka sendirian. It’s not the feeling of loneliness. I can always cope with that. What I hate about being alone, I can’t stop myself from thinking about you. You. YOU. Apa yang telah kamu lakukan. Apa yang sedang kamu lakukan. Apa yang akan kamu lakukan. And I hate to think about it. It hurts.
That’s why I don’t want to be alone. Because I don’t want to feel the pain. Of thinking about you.