Sabtu, 29 November 2008

Pulang... Pulang... Pulang....

Yeiiyy.... Daku sedang ada sekitar 300 meter dari rumah tercinta di Banjarmasin, lagi di warnet niihhh... Hehehe.. iya, salah satu pembeda yang sangat signifikan antara disini dengan di sana adalah frekuensi online. Okeh..okeh..bek tu topik utama. Saya akhirnya memutuskan untuk pulang ke Indonesia selama Summer Holiday yang lamanya sekitar 3 bulan lebih itu. Kenapa oh mengapa? karena saya merindukan keluarga (sangat bisa diterima), kuliner Indonesia (alasan yang tepat), dan mahasiswa saya (ya..ya..ya... Jamie pun langsung melotot dan dengan bingungnya nanya: "You miss your students?? WHY?"). Oh mahasiswa ku tercinta, anda-anda layak bangga dirindukan oleh dosen kalian yang imut ini... Kalau menurut temen-temen sih, motivasi saya untuk pulang sebenernya adalah... post power syndrome. Halah. Karena selama di sini memang, saya selalu berada dalam posisi terpojok, selalu dicela, disalahkan, dihina dina dini (betapa hiperbolisnya sayah...), diomelin, disalah-salahkan, dan disuruh JANGAN MENYANYI... Oh..betapa meristanya hidup saya di negeri orang (nangis Bombay sambil memeluk tiang jemuran). saya merindukan mahasiswa saya untuk diomeli kalo saya sedang mood cerewet, mahasiswa saya yang tidak berdaya menghadapi fenomena betapa seorang yang imut kecil mungil bisa sangat sangar kalo sudah pengen cerewet..

Hmm... anyway, saya masih sempat bergabung dengan teman-teman saya untuk ber short trip ria ke Tasmania kemaren. Seruuuuuu... hehehe.. yah, walopun tetep aja status sebagai objek celaan entah mengapa tetap tidak mau luntur dari saya. Lots of stories about this trip, tapi kapan-kapan ajah saya postingnya yah... Yang pasti, foto kami keren-kereeeeen.... Terima kasih untuk Pak Dedy dan Bu Dina untuk kamera bagus nya. Bu Dini dan Bu Gita (saya kenapa jadi formal gini yak?), saya pasrahkan urusan untuk mengkompilasi foto-foto itu pada kalian. Pak Ponco, kapankah videonya diaplot? Pak Hafiz, selamat jalan kembali ke Malaysia..

Udah ah, pegel. Besok lagi ah ke warnet lagi, kalo ga males...

Rabu, 12 November 2008

Setelah Lima Tahun...

Yeiiiyyy... *sambil joget-joget*, akhirnya oh akhirnya, saya bener-bener bebaaaasss... Assessment terakhir di semester kedua saya disini akhirnya beeeerlaaaaaluuuuu... Gyahahahaha... seneng banget, lega dah rasanya. Well, mengingat terakhir kali saya ujian adalah UAS di Semester 8 saya kuliah S1 dulu, yang adalah di tahun 2003, artinya exam tadi adalah ujian saya setelah 5 tahun! Yah, kecuali Ujian Masuk CPNS diitung sebagai ujian juga.

Semester kedua ini memang ada satu mata kuliah yang pake exam, well, sebenernya sih ada dua, tapi yang Resource Evaluation cuma take home examination. Lha, si Corporate Environmental Responsibility ini 2-hours exam, dan bobotnya 50%! Udah gitu, ditaruhnya lagi di ujung masa ujian. Jadi kan saya submit jawaban untuk take home exam Resource itu tanggal 23 Oktober, sementara ujian CER ini tanggal 12 Nopember (alias tadi siang). Gilaaa... 3 minggu lho selisih waktunyaaa! Iya.. iya... pasti bakal banyak yang komentar bahwa dengan semakin banyak waktu lowong itu seharusnya saya bisa semakin siap untuk menghadapi ujian.. Tapi kenyataannya agak menyimpang dari hipotesis awal tersebiut. Semakin lama saya belajar, semakin eneg lah saya dengan materi ujian. Beberapa terakhir ini bahkan saya udah nyaris kejang-kejang tidak jelas saking bosennya membaca berbagai macam Acts dan Regulations yang seharusnya saya fahami demi kelancaran saya pas ujian nanti. Boleh percaya atau tidak, saya dan teman-teman saya sampai belajar kelompok segala demi persiapan ujian ini! Beuh, gimana saya ga berasa kembali ke masa SMP..eh, atau SMA ya? atau kuliah? well, tiba-tiba saja saya sadar, kayaknya dulu saya tuh ga pernah bela-belain belajar kelompok ya? Well, anyway... salah satu kesimpulan dari study group kami adalah, dari sekian Act and Regulations itu, yang penting (dalam artian bakal keluar dalam ujian) adalah Environmental Protection Act 1970 (VIc), EPBC Act (Cth), dan Environmental & Planning Act 1987 (Vic).

Saya sendiri juga dengan rendah hati menyadari, bahwa saya tidak cukup alim untuk menggunakan waktu yang hampir tiga minggu itu untuk terus-terusan belajar. Lha wong saya masih sempet jalan-jalan kok, mulai dari ke Royal Botanical Garden, ke Victoria State Rose Garden, naik Puffing Billy, ke Rialto, sampai yang terakhir barusan ke Fitzroy Garden. Hmm... polanya kan, dua hari belajar, sehari jalan-jalan, 2-3 hari tobat dan belajar lagi, sehari kemudian maen lagi.. Dan hoho... di PG Room pun nongkrongnya saya masih dipertanyakan untuk belajar atau tidak. Soalnya saya biasanya malah nonton TV kok..hehehe... (thank's buat Farah yang udah ngasih link indoweb!)

Anyway, malam dan pagi sebelum ujian saya udah menyerah, dan tidak lagi memaksakan diri untuk memelototi berbagai contoh kasus itu. Walaupun alam bawah sadar saya seperti berulang-ulang membisikkan "s.39 of EPA will be very likely to be interpreted as an absolute liability... negligence is a stronger action than nuisance but harder to prove... In Bata case, due diligence was used as a defence... merit review can only be applied for Planning Act, not EPA..." Aaaararrrrrrrrggghhh...!!

Oke, menuju deskripsi ujian saya. Ujiannya di Level 1 Caulfield Race Course. Iyaaa... bukan di gedung kampusnya. Mungkin dengan alasan daya tampung kali ya, exam venue Monash tuh seringnya di Gedung Race Course ini. Jadi saya ujian di ruangan yang gedeeee banget. Dan dalam satu ruangan itu, mungkin ada 3 mata kuliah yang melangsungkan ujian secara serempak.Dan oh, satu lagi yang menarik bagi saya. Kalo di kampus di Indonesia kan biasanya yang jaga ujian kalo ga staf administrasi ya dosennya langsung. Kalo disini, yang jaga ujian tuh para sukarelawan, dan para sukarelawan itu semuanya (at least yang jaga ujian saya kali ini lho ya) adalah para opa dan oma. Serius. Yang jaga ujian tuh udah yang pada tua-tuaaa semua. Hmm.. Bagus juga sih, mungkin maksudnya biar para pensiunan disini tetap merasa berguna dan dibutuhkan kali ya...

Sepuluh menit pertama dari ujian adalah reading time, jadi kita cuma boleh baca soalnya aja, belum boleh mulai nulis. Habis sepuluh menit itu, baru deh 2 jam perjuangan mengisi lembar jawaban. Hmm.. Soal pertama, dengan deskripsi kasus sepanjang 3 paragraf, saya mulai deg-degan. Kayaknya sih untuk part a, masih bisa, part b yang saya agak2 kabur.. Aduh, proses permit application itu yang mana ya? Part c, saya masih manggut-manggut, part d juga sepertinya lumayan bisa deh. Dan mulailah saya menulis..dan menulis...dan menulis... Selesai menjawab semua pertanyaan di soal pertama, saya nengok jam. Halah, udah 55 MENIT! Waduh, pantesan aja tangan saya udah setengah kejang. Whups.. Move on to number two. Saya berasa mau nangis pas liat Part d dari soal ini. Hiyyyaaaahhh... National Greenhouse Gas and Energy Emission Reporting Scheme Act! Plus Australian Carbon Reducing Scheme Strategy! Addduuhhh... Saya ga ngeprint hand out untuk materi yang iniii.. (oh iya, ujiannya open book). Yang saya inet cuma samar-samar, sebagain dari tugas kelompok kemaren waktu kita simulasi mengenai lelang karbon ini. Anyway, saya melanjutkan perjuangan saya untuk menulis..menulis... dan menulis... Saya selesai paaas satu jam kemudian, yang artinya masih ada sisa waktu 5 menit lagi. Tapi saya udah pasrah, yang penting semua soal sudah saya jawab. Fiuuhhh... Whatever the result, at least i've tried my best to answer the questions.

Daaaannn... dengan selesainya ujian tersebut, maka resmilah sudah semester kedua ini berakhir buat sayaaaa!!! Selanjutnyaaa... LIBURAAAN!!! Tasmaniaaaa... I'm coming!

Kamis, 06 November 2008

Victoria State Rose Garden

Sebelumnya, saya ingin mohon maaph dengan sangadh dulu kepada teman terkasih tercinta saya, Indira Sari Paputungan, karena dengan teganya saya dan Meike memutuskan untuk pergi ke Victoria State Rose Garden ini sehari setelah dia terbang pulang untuk berholiday ria ke Indonesia. Hehehehe...

Victoria State Rose Garden ini letaknya di Werribee Park, masih searea lah dengan Werribee Mansion. Sebenernya, beberapa bulan yang lalu saya sudah sempat ke sini pas winter holiday. Cuma wkatu itu saya hanya puas mengelilingi Werribee Mansion (foto-foto Werribee Mansion waktu itu bisa dilihat lagi disini). Kalau naik kendaraan umum, perjalanannya sekitar satu jam dari Melbourne. Jadi dari Flinders Street naik train ke Werribee. Sampai di Werribee Station, naik bus jalur 439 jurusan Werribee South. Saran saya, ceklah jadwal bus ini, karena jadwal ngider mereka agak sombong. Perjalanan naik bus cuma sekitar 10 menit, turun aja di Werribee Mansion. Kalau mau aman sih, nitip pesen aja sama Pak Sopir Bus, bilang kalo mau ke Werribee Park.

Victoria State Rose Garden ini dibuka tahun 1986, dan di taman ini ada lebih dari 5,000 pohon mawar. Desain taman dibuat menyerupai mawar lima kelopak, dengan sebuah gazebo di tengah taman tersebut. Luasnya sekita 4.75 hektar, dan jenis mawar yang ada disini juga macem-maceeem banget. Mulai dari warna dan betuknya, sampai aromanya pun kata Meike beda-beda. Masa sih? Saya sih cuma merasa bahwa semuanya wangiiii sekali.

The roses come in various colour. Merah (itu mah standar), putih, kuning, pink, ungu, jingga, sampai ungu! Tapi favorit saya adalah yang bercorak merah-putih, cantik sekali... Bagi yang suka kembang, ditanggung bakal betah berlama-lama disini. Anyway, the best time to visit this garden is between November - March. Saat itu mawarnya sudah merekah semua.

Taman ini buka sepanjang tahun, dari jam 9 pagi sampai jam 5.30 sore. Tapi kalau musim panas, karena siangnya panjang, buka sampai jam 6.30. Free admission! Tapi kalau saya bilang sih, kalo udah nyampe sini, sekalian aja maen ke Werribee Mansion.


Oh iya, foto-foto lain saya pajang disini. SIlakan ditengok, dan silakan jadi kepengen kesini juga. Ada yang mau nyari lokasi foto prewed? Monggo, it's one of the best location I can think of!

Rabu, 05 November 2008

Puffing Billy - Kereta Jaman Dulu di Masa Kini


Naik kereta api..tuut..tuut tuut… Siiiiiapa hendak turuuuut…
Oke..oke… demi kedamaian dunia, saya akan berhenti bernyanyi…
Dua bait lagu di atas cocok untuk menggambarkan edisi perjalan kami di wiken kali ini. Kami naik Puffing Billy sodara-sodara! Tapi bait selanjutnya , “ke BandungSurabaya…., bolehlah naik dengan percuma…” sudah tidak cocok. Karena kami naik dari Belgrave ke Lakeside. Dan bayar pula…
Apa sih yang beda dari Puffing Billy ini? Bukankah hampir setiap minggu saya naik kereta kalo ke City? Ohh…bukan.. bukaaaan… Ini bukan kereta Connex Train yang setia menghubungkan stasiun di suburb di sekitar Melbourne. Suka nonton film anak-anak yang Thomas itu ga? Yang kereta api uap itu? Naaahh… itulah kereta yang kami naiki kemaren!
Saya dan Iin sekali ini tidak hanya berduo maut seperti biasa, kami membentuk kuartet dengan Meike dan M’Devi sebagai pasukan jalan-jalan yang berani narsis.
Oke, kembali ke topik si Puffing Billy ini.
Puffing Billy adalah atraksi berupa kereta uap yang dioperasikan menyusuri rel di daerah Dandenong Ranges. Berangkat dari Belgrave, kita bisa memilih untuk turun di Menzies Creek, Emeral, Lakeside, atau di Gembrook. Tapi tarifnya ya beda-beda laaah…
Kalau mau naik Puffing Billy ini, mula-mula mesti naik Connex Train (kereta yang biasa itu lhooo…) sampai ke Belgrave. Asalkan ga salah naik kereta, ga bakalan nyasar dah, secara Belgrave itu adalah stasiun terakhir.
Dari stasiun Belgrave, ikutilah garis biru. Serius. Jadi gini, di lantai stasiun bakal ada garis biru yang menunjukkan arah yang harus kita ikuti sampai ke stasiun pemberangkatan Puffing Billy nya. Deket kok, istilah kata mah, pas di belakang stasiun kereta itu.
Karena inti dari atraksi ini adalah “orisinalitas” dari kereta uap Australia di zaman dulu, jadilah stasiun Puffing Billy ini disetting bergaya baheula, termasuk para petugasnya.
Keretanya kereta terbuka, kecuali gerbong khusus (tentunya dengan harga khusus pula).
Pas kami naik ke kereta dan memilih tempat duduk, si Mas-mas petugas dengan baik hatinya ngasih tahu posisi dengan pemandangan yang terbaik.
Perjalanan dari Belgrave ke Lakeside makan waktu sekitar satu jam, melewati Dandenong Ranges, daerah perbukitan yang terlihat begitu hijau. Satu hal yang menarik dari perjalanan ini adalah, setiap kali kereta kami melintas, orang-orang yang ada di pinggir jalan akan selalu melambai ke arah kami. Entah itu para pengemudi mobil, para pekerja di ladang anggur, ataupun orang-orang yang kebetulan berdiri di pinggir jalan yang kami lintasi. Hmm… Mungkin karena mereka ikut merasa ‘memiliki’ si Puffing Billy ini ya…

Dalam perjalanan menuju Lakeside, kereta kami singgah di beberapa stasiun, yang saya ingat, di Menzies Creek dan Emerald kereta ini sempat berhenti agak lama, sekitar 5 menit. Setelah menempuh perjalanan selama satu jam, kami pun sampai di Lakeside. Lakeside ini mungkin disetting sebagai suatu daerah piknik, dan sesuai dengan namanya, letaknya di pinggiran danau. Danaunya sih biasa saja, yang membuatnya berbeda dengan danau di Indonesia (yang aslinya mungkin lebih bagus lagi) adalah kondisinya yang sangat bersih, rapi dan terawat. Tidak heran banyak yang betah untuk duduk-duduk disini. Bahkan di beberapa tempat, disediakan juga meja-meja kayu untuk keluarga yang mau berpiknik.

Selain itu, ada fasilitas..ehmm.. sepeda air. Jujur saja, semenjak kejadian sepeda-air-berbentu-angsa-psycho di Bandung dulu, saya agak trauma untuk mencobanya lagi. Tapi melihata Meike dan M’Devi, tergodalah diri saya untuk ikut mencoba juga, dengan siapa lagi saya berpartner kalau tidak dengan pasangan duo maut saya, Iin. Yah, walaupun saya dengan noraknya memakai jaket pelampung. Hey, siapa tau saya kecebur ke dalam danau itu? Ternyata, asyik juga... walaupun saya sempat panik dan berusaha sekuat tenaga menghindari sepeda air yang ikendarai dua anak berwajah “Dennis The Menace”.
Setelah naik sepeda air, kami sempet juga berjalan-jalan sebentar melewati jembatan kayu di deket danau itu. Setelah kurang lebih 2 jam berpiknik ria di danau itu,si Puffing Billy yang akan mengangkut kami kembali ke Belgrave pun tiba, dan kembali kami ber tuut-tuut ria melewati Dandenong Ranges, menuju Belgrave kembali, kembali ke kenyataan bahwa saya akan ujian dalam waktu kurang dari dua minggu lagi dan belum mempersiapkan apapun!
*merenungi nasibku di ujian nanti*
By the way, foto-fotonya sudah saya upload dan saya taruh disini

Selasa, 04 November 2008

Rialto Tower - Seeing Every Bit of Melbourne

Libur semester kemaren saya sudah sempet melihat Melbourne dari ketinggian Eureka Skydeck, termasuk menjajal The Edge. Untuk libur semester ini, duo anak hilang manis, alias saya dan Indira memutuskan mencoba ke Rialto Tower. Dengan tag line “See every bit of Melbourne”, sepertinya menarik juga.Jadi hari Senin kemaren, setelah saya mengurus perpanjangan paspor di KJRI, kami berdua dengan manisnya menuju si menara ini. Hmm... Nama menaranya mirip dengan nama salah satu grup musik favorit saya waktu SMA dulu euy... Rialto Tower ini alamatnya di 525 Collins Street. Kalau dideskripsikan dari segi posisi, ada di sudut Collins Street dan King Street. Kalau jalan kaki dari Flinders Street Station sih, ga jauh-jauh banget, paling cuma 10 menit jalan kaki, sekitar 4 blok gitu deh. Kalo naik trem juga bisa kok, trem No. 48, 70 atau 75 yang ke arah Dockland, turun di stop No. 2
Sampai di persudutan jalan itu, kita sempet agak ragu, yang manakah gedungnyaaa??? Apalagi sebenernya Rialto Tower ini juga adalah gedung perkantoran gitu. Untunglah Iin dengan jelinya melihat plang ini.
*untung ga salah jalan*

Masuk ke bagian entrance, bayar-bayar dulu lah hai… Tarifnya adalah sebagai berikut (kok saya berasa nulis proposal atau laporan penelitian gitu ya?) :
Adult $14.50
Child $8.00
Concession (tunjukin Student ID supaya daept tarif concession) $9.90
Pensioner $9.00
Family (2 Adults and up to 4 Children between the ages of 5 and 15) $39.50
Single Parent Family (1 Adult and 2 Children between the ages of 5 and 15) $27.50

Masuk ke bagian dalam, kita bisa menonton film di Rialto Vision. Ya jelaslah bukan film Harry Potter, apalagi Suster Ngesot. Disini film yang diputar judulnya adalah “Melbourne The Living City”. It’s about 20 minutes. Filmya sendiri menggambarkan Melbourne sebagai sebuah kota dengan berbagai atraksi dan tempat-tempat yang menakjubkan. Tidak ada dialog atau narasi apapun dalam film ini, cuma gambaran tentang Melbourne diiringi musik (tapi musiknya keren banget, asli). It’s quite good, semakin menginspirasi untuk jalan-jalan di Melbourne..
Observation Deck ada di lantai 55. Kalau naik lift, perlu waktu sekitar 40 detik untuk sampai di lantai 55 tersebut. Telinga kita sempat berasa aneh, kayak naik pesawat gitu lho, mungkin karena kecepatan liftnya kali yaaa… Sampai di lantai 55, dan kita melangkahkan kaki menuju jendela, inilah pemandangan yang bisa kita lihat

*gedung paling tinggi di sebelah kanan itu Eureka Skydeck*
Woooowww…. The view was gorgeous! Melbourne, kota yang terasa begitu hidup baik di siang maupun malam hari terlihat begitu cantik dan megah dilihat dari ketinggian 253 meter.
Observation Deck bentuknya melingkar, jadi kita bisa berkeliling dan melihat Melbourne dari semua sudut. Disediakan juga beberapa teropong yang bisa kita gunakan untuk melihat sudut-sudut kota dengan lebih jelas.


Tapi tetap saja saya tidak bisa menemukan Menzies Building, gedung tempat saya kuliah di kampus tercinta. Di kejauhan terlihat laut biru, bahkan di Port Melbourne juga terlihat beberapa kapal yang berlabuh disana.





* keliatan kan kapalnya?*
Mobil-mobil dan trem jadi kelihatan seperti mainan, kereta juga terlihat seperti ulat bulu *perbandingan yang aneh*.

Anyway, kalau sempet jalan-jalan ke Melbourne, tempat ini juga bisa jadi pilihan. Oh iya, tiket masuk kesini bisa buat re-entry kok. Tanya saja di bagian informasinya. Jadi kalau siang kita masuk kesini, tiketnya jangan langsung dicemplungin ke tempat sampah, karena bisa dipake buat masuk lagi pas malam harinya *selama masih di hari yang sama*. And believe me, the view of Melbourne at night from here would be different, but will be as gorgeous as it looks at day time.

Sabtu, 29 November 2008

Pulang... Pulang... Pulang....

Yeiiyy.... Daku sedang ada sekitar 300 meter dari rumah tercinta di Banjarmasin, lagi di warnet niihhh... Hehehe.. iya, salah satu pembeda yang sangat signifikan antara disini dengan di sana adalah frekuensi online. Okeh..okeh..bek tu topik utama. Saya akhirnya memutuskan untuk pulang ke Indonesia selama Summer Holiday yang lamanya sekitar 3 bulan lebih itu. Kenapa oh mengapa? karena saya merindukan keluarga (sangat bisa diterima), kuliner Indonesia (alasan yang tepat), dan mahasiswa saya (ya..ya..ya... Jamie pun langsung melotot dan dengan bingungnya nanya: "You miss your students?? WHY?"). Oh mahasiswa ku tercinta, anda-anda layak bangga dirindukan oleh dosen kalian yang imut ini... Kalau menurut temen-temen sih, motivasi saya untuk pulang sebenernya adalah... post power syndrome. Halah. Karena selama di sini memang, saya selalu berada dalam posisi terpojok, selalu dicela, disalahkan, dihina dina dini (betapa hiperbolisnya sayah...), diomelin, disalah-salahkan, dan disuruh JANGAN MENYANYI... Oh..betapa meristanya hidup saya di negeri orang (nangis Bombay sambil memeluk tiang jemuran). saya merindukan mahasiswa saya untuk diomeli kalo saya sedang mood cerewet, mahasiswa saya yang tidak berdaya menghadapi fenomena betapa seorang yang imut kecil mungil bisa sangat sangar kalo sudah pengen cerewet..

Hmm... anyway, saya masih sempat bergabung dengan teman-teman saya untuk ber short trip ria ke Tasmania kemaren. Seruuuuuu... hehehe.. yah, walopun tetep aja status sebagai objek celaan entah mengapa tetap tidak mau luntur dari saya. Lots of stories about this trip, tapi kapan-kapan ajah saya postingnya yah... Yang pasti, foto kami keren-kereeeeen.... Terima kasih untuk Pak Dedy dan Bu Dina untuk kamera bagus nya. Bu Dini dan Bu Gita (saya kenapa jadi formal gini yak?), saya pasrahkan urusan untuk mengkompilasi foto-foto itu pada kalian. Pak Ponco, kapankah videonya diaplot? Pak Hafiz, selamat jalan kembali ke Malaysia..

Udah ah, pegel. Besok lagi ah ke warnet lagi, kalo ga males...

Rabu, 12 November 2008

Setelah Lima Tahun...

Yeiiiyyy... *sambil joget-joget*, akhirnya oh akhirnya, saya bener-bener bebaaaasss... Assessment terakhir di semester kedua saya disini akhirnya beeeerlaaaaaluuuuu... Gyahahahaha... seneng banget, lega dah rasanya. Well, mengingat terakhir kali saya ujian adalah UAS di Semester 8 saya kuliah S1 dulu, yang adalah di tahun 2003, artinya exam tadi adalah ujian saya setelah 5 tahun! Yah, kecuali Ujian Masuk CPNS diitung sebagai ujian juga.

Semester kedua ini memang ada satu mata kuliah yang pake exam, well, sebenernya sih ada dua, tapi yang Resource Evaluation cuma take home examination. Lha, si Corporate Environmental Responsibility ini 2-hours exam, dan bobotnya 50%! Udah gitu, ditaruhnya lagi di ujung masa ujian. Jadi kan saya submit jawaban untuk take home exam Resource itu tanggal 23 Oktober, sementara ujian CER ini tanggal 12 Nopember (alias tadi siang). Gilaaa... 3 minggu lho selisih waktunyaaa! Iya.. iya... pasti bakal banyak yang komentar bahwa dengan semakin banyak waktu lowong itu seharusnya saya bisa semakin siap untuk menghadapi ujian.. Tapi kenyataannya agak menyimpang dari hipotesis awal tersebiut. Semakin lama saya belajar, semakin eneg lah saya dengan materi ujian. Beberapa terakhir ini bahkan saya udah nyaris kejang-kejang tidak jelas saking bosennya membaca berbagai macam Acts dan Regulations yang seharusnya saya fahami demi kelancaran saya pas ujian nanti. Boleh percaya atau tidak, saya dan teman-teman saya sampai belajar kelompok segala demi persiapan ujian ini! Beuh, gimana saya ga berasa kembali ke masa SMP..eh, atau SMA ya? atau kuliah? well, tiba-tiba saja saya sadar, kayaknya dulu saya tuh ga pernah bela-belain belajar kelompok ya? Well, anyway... salah satu kesimpulan dari study group kami adalah, dari sekian Act and Regulations itu, yang penting (dalam artian bakal keluar dalam ujian) adalah Environmental Protection Act 1970 (VIc), EPBC Act (Cth), dan Environmental & Planning Act 1987 (Vic).

Saya sendiri juga dengan rendah hati menyadari, bahwa saya tidak cukup alim untuk menggunakan waktu yang hampir tiga minggu itu untuk terus-terusan belajar. Lha wong saya masih sempet jalan-jalan kok, mulai dari ke Royal Botanical Garden, ke Victoria State Rose Garden, naik Puffing Billy, ke Rialto, sampai yang terakhir barusan ke Fitzroy Garden. Hmm... polanya kan, dua hari belajar, sehari jalan-jalan, 2-3 hari tobat dan belajar lagi, sehari kemudian maen lagi.. Dan hoho... di PG Room pun nongkrongnya saya masih dipertanyakan untuk belajar atau tidak. Soalnya saya biasanya malah nonton TV kok..hehehe... (thank's buat Farah yang udah ngasih link indoweb!)

Anyway, malam dan pagi sebelum ujian saya udah menyerah, dan tidak lagi memaksakan diri untuk memelototi berbagai contoh kasus itu. Walaupun alam bawah sadar saya seperti berulang-ulang membisikkan "s.39 of EPA will be very likely to be interpreted as an absolute liability... negligence is a stronger action than nuisance but harder to prove... In Bata case, due diligence was used as a defence... merit review can only be applied for Planning Act, not EPA..." Aaaararrrrrrrrggghhh...!!

Oke, menuju deskripsi ujian saya. Ujiannya di Level 1 Caulfield Race Course. Iyaaa... bukan di gedung kampusnya. Mungkin dengan alasan daya tampung kali ya, exam venue Monash tuh seringnya di Gedung Race Course ini. Jadi saya ujian di ruangan yang gedeeee banget. Dan dalam satu ruangan itu, mungkin ada 3 mata kuliah yang melangsungkan ujian secara serempak.Dan oh, satu lagi yang menarik bagi saya. Kalo di kampus di Indonesia kan biasanya yang jaga ujian kalo ga staf administrasi ya dosennya langsung. Kalo disini, yang jaga ujian tuh para sukarelawan, dan para sukarelawan itu semuanya (at least yang jaga ujian saya kali ini lho ya) adalah para opa dan oma. Serius. Yang jaga ujian tuh udah yang pada tua-tuaaa semua. Hmm.. Bagus juga sih, mungkin maksudnya biar para pensiunan disini tetap merasa berguna dan dibutuhkan kali ya...

Sepuluh menit pertama dari ujian adalah reading time, jadi kita cuma boleh baca soalnya aja, belum boleh mulai nulis. Habis sepuluh menit itu, baru deh 2 jam perjuangan mengisi lembar jawaban. Hmm.. Soal pertama, dengan deskripsi kasus sepanjang 3 paragraf, saya mulai deg-degan. Kayaknya sih untuk part a, masih bisa, part b yang saya agak2 kabur.. Aduh, proses permit application itu yang mana ya? Part c, saya masih manggut-manggut, part d juga sepertinya lumayan bisa deh. Dan mulailah saya menulis..dan menulis...dan menulis... Selesai menjawab semua pertanyaan di soal pertama, saya nengok jam. Halah, udah 55 MENIT! Waduh, pantesan aja tangan saya udah setengah kejang. Whups.. Move on to number two. Saya berasa mau nangis pas liat Part d dari soal ini. Hiyyyaaaahhh... National Greenhouse Gas and Energy Emission Reporting Scheme Act! Plus Australian Carbon Reducing Scheme Strategy! Addduuhhh... Saya ga ngeprint hand out untuk materi yang iniii.. (oh iya, ujiannya open book). Yang saya inet cuma samar-samar, sebagain dari tugas kelompok kemaren waktu kita simulasi mengenai lelang karbon ini. Anyway, saya melanjutkan perjuangan saya untuk menulis..menulis... dan menulis... Saya selesai paaas satu jam kemudian, yang artinya masih ada sisa waktu 5 menit lagi. Tapi saya udah pasrah, yang penting semua soal sudah saya jawab. Fiuuhhh... Whatever the result, at least i've tried my best to answer the questions.

Daaaannn... dengan selesainya ujian tersebut, maka resmilah sudah semester kedua ini berakhir buat sayaaaa!!! Selanjutnyaaa... LIBURAAAN!!! Tasmaniaaaa... I'm coming!

Kamis, 06 November 2008

Victoria State Rose Garden

Sebelumnya, saya ingin mohon maaph dengan sangadh dulu kepada teman terkasih tercinta saya, Indira Sari Paputungan, karena dengan teganya saya dan Meike memutuskan untuk pergi ke Victoria State Rose Garden ini sehari setelah dia terbang pulang untuk berholiday ria ke Indonesia. Hehehehe...

Victoria State Rose Garden ini letaknya di Werribee Park, masih searea lah dengan Werribee Mansion. Sebenernya, beberapa bulan yang lalu saya sudah sempat ke sini pas winter holiday. Cuma wkatu itu saya hanya puas mengelilingi Werribee Mansion (foto-foto Werribee Mansion waktu itu bisa dilihat lagi disini). Kalau naik kendaraan umum, perjalanannya sekitar satu jam dari Melbourne. Jadi dari Flinders Street naik train ke Werribee. Sampai di Werribee Station, naik bus jalur 439 jurusan Werribee South. Saran saya, ceklah jadwal bus ini, karena jadwal ngider mereka agak sombong. Perjalanan naik bus cuma sekitar 10 menit, turun aja di Werribee Mansion. Kalau mau aman sih, nitip pesen aja sama Pak Sopir Bus, bilang kalo mau ke Werribee Park.

Victoria State Rose Garden ini dibuka tahun 1986, dan di taman ini ada lebih dari 5,000 pohon mawar. Desain taman dibuat menyerupai mawar lima kelopak, dengan sebuah gazebo di tengah taman tersebut. Luasnya sekita 4.75 hektar, dan jenis mawar yang ada disini juga macem-maceeem banget. Mulai dari warna dan betuknya, sampai aromanya pun kata Meike beda-beda. Masa sih? Saya sih cuma merasa bahwa semuanya wangiiii sekali.

The roses come in various colour. Merah (itu mah standar), putih, kuning, pink, ungu, jingga, sampai ungu! Tapi favorit saya adalah yang bercorak merah-putih, cantik sekali... Bagi yang suka kembang, ditanggung bakal betah berlama-lama disini. Anyway, the best time to visit this garden is between November - March. Saat itu mawarnya sudah merekah semua.

Taman ini buka sepanjang tahun, dari jam 9 pagi sampai jam 5.30 sore. Tapi kalau musim panas, karena siangnya panjang, buka sampai jam 6.30. Free admission! Tapi kalau saya bilang sih, kalo udah nyampe sini, sekalian aja maen ke Werribee Mansion.


Oh iya, foto-foto lain saya pajang disini. SIlakan ditengok, dan silakan jadi kepengen kesini juga. Ada yang mau nyari lokasi foto prewed? Monggo, it's one of the best location I can think of!

Rabu, 05 November 2008

Puffing Billy - Kereta Jaman Dulu di Masa Kini


Naik kereta api..tuut..tuut tuut… Siiiiiapa hendak turuuuut…
Oke..oke… demi kedamaian dunia, saya akan berhenti bernyanyi…
Dua bait lagu di atas cocok untuk menggambarkan edisi perjalan kami di wiken kali ini. Kami naik Puffing Billy sodara-sodara! Tapi bait selanjutnya , “ke BandungSurabaya…., bolehlah naik dengan percuma…” sudah tidak cocok. Karena kami naik dari Belgrave ke Lakeside. Dan bayar pula…
Apa sih yang beda dari Puffing Billy ini? Bukankah hampir setiap minggu saya naik kereta kalo ke City? Ohh…bukan.. bukaaaan… Ini bukan kereta Connex Train yang setia menghubungkan stasiun di suburb di sekitar Melbourne. Suka nonton film anak-anak yang Thomas itu ga? Yang kereta api uap itu? Naaahh… itulah kereta yang kami naiki kemaren!
Saya dan Iin sekali ini tidak hanya berduo maut seperti biasa, kami membentuk kuartet dengan Meike dan M’Devi sebagai pasukan jalan-jalan yang berani narsis.
Oke, kembali ke topik si Puffing Billy ini.
Puffing Billy adalah atraksi berupa kereta uap yang dioperasikan menyusuri rel di daerah Dandenong Ranges. Berangkat dari Belgrave, kita bisa memilih untuk turun di Menzies Creek, Emeral, Lakeside, atau di Gembrook. Tapi tarifnya ya beda-beda laaah…
Kalau mau naik Puffing Billy ini, mula-mula mesti naik Connex Train (kereta yang biasa itu lhooo…) sampai ke Belgrave. Asalkan ga salah naik kereta, ga bakalan nyasar dah, secara Belgrave itu adalah stasiun terakhir.
Dari stasiun Belgrave, ikutilah garis biru. Serius. Jadi gini, di lantai stasiun bakal ada garis biru yang menunjukkan arah yang harus kita ikuti sampai ke stasiun pemberangkatan Puffing Billy nya. Deket kok, istilah kata mah, pas di belakang stasiun kereta itu.
Karena inti dari atraksi ini adalah “orisinalitas” dari kereta uap Australia di zaman dulu, jadilah stasiun Puffing Billy ini disetting bergaya baheula, termasuk para petugasnya.
Keretanya kereta terbuka, kecuali gerbong khusus (tentunya dengan harga khusus pula).
Pas kami naik ke kereta dan memilih tempat duduk, si Mas-mas petugas dengan baik hatinya ngasih tahu posisi dengan pemandangan yang terbaik.
Perjalanan dari Belgrave ke Lakeside makan waktu sekitar satu jam, melewati Dandenong Ranges, daerah perbukitan yang terlihat begitu hijau. Satu hal yang menarik dari perjalanan ini adalah, setiap kali kereta kami melintas, orang-orang yang ada di pinggir jalan akan selalu melambai ke arah kami. Entah itu para pengemudi mobil, para pekerja di ladang anggur, ataupun orang-orang yang kebetulan berdiri di pinggir jalan yang kami lintasi. Hmm… Mungkin karena mereka ikut merasa ‘memiliki’ si Puffing Billy ini ya…

Dalam perjalanan menuju Lakeside, kereta kami singgah di beberapa stasiun, yang saya ingat, di Menzies Creek dan Emerald kereta ini sempat berhenti agak lama, sekitar 5 menit. Setelah menempuh perjalanan selama satu jam, kami pun sampai di Lakeside. Lakeside ini mungkin disetting sebagai suatu daerah piknik, dan sesuai dengan namanya, letaknya di pinggiran danau. Danaunya sih biasa saja, yang membuatnya berbeda dengan danau di Indonesia (yang aslinya mungkin lebih bagus lagi) adalah kondisinya yang sangat bersih, rapi dan terawat. Tidak heran banyak yang betah untuk duduk-duduk disini. Bahkan di beberapa tempat, disediakan juga meja-meja kayu untuk keluarga yang mau berpiknik.

Selain itu, ada fasilitas..ehmm.. sepeda air. Jujur saja, semenjak kejadian sepeda-air-berbentu-angsa-psycho di Bandung dulu, saya agak trauma untuk mencobanya lagi. Tapi melihata Meike dan M’Devi, tergodalah diri saya untuk ikut mencoba juga, dengan siapa lagi saya berpartner kalau tidak dengan pasangan duo maut saya, Iin. Yah, walaupun saya dengan noraknya memakai jaket pelampung. Hey, siapa tau saya kecebur ke dalam danau itu? Ternyata, asyik juga... walaupun saya sempat panik dan berusaha sekuat tenaga menghindari sepeda air yang ikendarai dua anak berwajah “Dennis The Menace”.
Setelah naik sepeda air, kami sempet juga berjalan-jalan sebentar melewati jembatan kayu di deket danau itu. Setelah kurang lebih 2 jam berpiknik ria di danau itu,si Puffing Billy yang akan mengangkut kami kembali ke Belgrave pun tiba, dan kembali kami ber tuut-tuut ria melewati Dandenong Ranges, menuju Belgrave kembali, kembali ke kenyataan bahwa saya akan ujian dalam waktu kurang dari dua minggu lagi dan belum mempersiapkan apapun!
*merenungi nasibku di ujian nanti*
By the way, foto-fotonya sudah saya upload dan saya taruh disini

Selasa, 04 November 2008

Rialto Tower - Seeing Every Bit of Melbourne

Libur semester kemaren saya sudah sempet melihat Melbourne dari ketinggian Eureka Skydeck, termasuk menjajal The Edge. Untuk libur semester ini, duo anak hilang manis, alias saya dan Indira memutuskan mencoba ke Rialto Tower. Dengan tag line “See every bit of Melbourne”, sepertinya menarik juga.Jadi hari Senin kemaren, setelah saya mengurus perpanjangan paspor di KJRI, kami berdua dengan manisnya menuju si menara ini. Hmm... Nama menaranya mirip dengan nama salah satu grup musik favorit saya waktu SMA dulu euy... Rialto Tower ini alamatnya di 525 Collins Street. Kalau dideskripsikan dari segi posisi, ada di sudut Collins Street dan King Street. Kalau jalan kaki dari Flinders Street Station sih, ga jauh-jauh banget, paling cuma 10 menit jalan kaki, sekitar 4 blok gitu deh. Kalo naik trem juga bisa kok, trem No. 48, 70 atau 75 yang ke arah Dockland, turun di stop No. 2
Sampai di persudutan jalan itu, kita sempet agak ragu, yang manakah gedungnyaaa??? Apalagi sebenernya Rialto Tower ini juga adalah gedung perkantoran gitu. Untunglah Iin dengan jelinya melihat plang ini.
*untung ga salah jalan*

Masuk ke bagian entrance, bayar-bayar dulu lah hai… Tarifnya adalah sebagai berikut (kok saya berasa nulis proposal atau laporan penelitian gitu ya?) :
Adult $14.50
Child $8.00
Concession (tunjukin Student ID supaya daept tarif concession) $9.90
Pensioner $9.00
Family (2 Adults and up to 4 Children between the ages of 5 and 15) $39.50
Single Parent Family (1 Adult and 2 Children between the ages of 5 and 15) $27.50

Masuk ke bagian dalam, kita bisa menonton film di Rialto Vision. Ya jelaslah bukan film Harry Potter, apalagi Suster Ngesot. Disini film yang diputar judulnya adalah “Melbourne The Living City”. It’s about 20 minutes. Filmya sendiri menggambarkan Melbourne sebagai sebuah kota dengan berbagai atraksi dan tempat-tempat yang menakjubkan. Tidak ada dialog atau narasi apapun dalam film ini, cuma gambaran tentang Melbourne diiringi musik (tapi musiknya keren banget, asli). It’s quite good, semakin menginspirasi untuk jalan-jalan di Melbourne..
Observation Deck ada di lantai 55. Kalau naik lift, perlu waktu sekitar 40 detik untuk sampai di lantai 55 tersebut. Telinga kita sempat berasa aneh, kayak naik pesawat gitu lho, mungkin karena kecepatan liftnya kali yaaa… Sampai di lantai 55, dan kita melangkahkan kaki menuju jendela, inilah pemandangan yang bisa kita lihat

*gedung paling tinggi di sebelah kanan itu Eureka Skydeck*
Woooowww…. The view was gorgeous! Melbourne, kota yang terasa begitu hidup baik di siang maupun malam hari terlihat begitu cantik dan megah dilihat dari ketinggian 253 meter.
Observation Deck bentuknya melingkar, jadi kita bisa berkeliling dan melihat Melbourne dari semua sudut. Disediakan juga beberapa teropong yang bisa kita gunakan untuk melihat sudut-sudut kota dengan lebih jelas.


Tapi tetap saja saya tidak bisa menemukan Menzies Building, gedung tempat saya kuliah di kampus tercinta. Di kejauhan terlihat laut biru, bahkan di Port Melbourne juga terlihat beberapa kapal yang berlabuh disana.





* keliatan kan kapalnya?*
Mobil-mobil dan trem jadi kelihatan seperti mainan, kereta juga terlihat seperti ulat bulu *perbandingan yang aneh*.

Anyway, kalau sempet jalan-jalan ke Melbourne, tempat ini juga bisa jadi pilihan. Oh iya, tiket masuk kesini bisa buat re-entry kok. Tanya saja di bagian informasinya. Jadi kalau siang kita masuk kesini, tiketnya jangan langsung dicemplungin ke tempat sampah, karena bisa dipake buat masuk lagi pas malam harinya *selama masih di hari yang sama*. And believe me, the view of Melbourne at night from here would be different, but will be as gorgeous as it looks at day time.