Rabu, 24 Juni 2009

Black, White, and Shades of Grey

I might be a freak, tapi entah kenapa, seringkali saya menyukai tokoh-tokoh antagonis, entah dalam buku atau film. Atau paling tidak, karakter yang digambarkan ga baik-baik amat. Bartimaeus definetely comes as my favourite character. Sebagai jin yang menjadi tokoh utama di Bartimaeus Trilogy, jelas dia bukan tokoh baik-baik. Tapi sarkasme yang dia miliki, dan selera humor yang menurut saya sungguh cerdas, benar-benar membuat saya jatuh hati. Duh, kalau dibandingkan sama siapa-itu-tokoh-utama-di-novel-Ayat-ayat-Cinta, Bartimaeus jelaslah tokoh yang jahat sungguh. Sementara mungkin si lelaki yang-begitu-sempurna-nyaris-tanpa-cacat-selain-kecenderungannya-untuk-nangis-melulu ini ada di titik ekstrem orang baik, dan Bartimaeus kemungkinan besar ada di ujung ekstrem lainnya. But still, saya kok lebih suka Bartimaeus ya? Sepertinya mungkin saya akan lebih cocok berteman dengan si Bartimaeus dibanding si lelaki itu (siapa sih namanya? Fahri? Fahmi? I have a feeling that his name starts with "F").

Inget serial Ally McBeal zaman dulu? Karakter favorit saya disitu adalah Ling Woo. The bitchy lady. I just love her. I mean, she's bitchy, in a very elegant way. Ekspresi lempengnya dia tiap kali nyela orang, komentar pedasnya yang nusuk abis tapi ngena banget, I was amazed by her.

Di minggu ke 6 untuk mata kuliah Environmental Revolution, kami membahas mengenai drama yang ditulis Goethe, Faust. Di kelas, saya mengutarakan ketertarikan saya pada Mephisto, the devil's character in the play. Teman-teman sekelas yang lain langsung pada tertawa, tapi Priya, dosen kami itu, menanyakan alasan saya. And I said, "because he is definetely evil *hey, he's the devil anyway, he should be evil!*, but he is evil in such an elegant way. Just look at the way he talked to Faust, instead of directly show Faust what he has to do, Mephisto persuaded Faust to do some things by showing Faust what might come as a result...". Priya langsung manggut-manggut, dan berkata, "I also think that unconsciously people will also like Mephisto, because he makes things happen, in his own way".

Dan entah kenapa, saya menulis ini di status fesbuk saya: "Utami thinks that if she ever has to do something evil, she will do it in such an elegant way, just like Mephisto". Salah satu teman pun komen, "memangnya ada evil yang elegant?".

Dear, in the real world, things don't come in pure black and white. There are shades of grey. Be honest, even your favourite people, might still have some weaknesses. Dan seringkali kita dikejutkan dengan kenyataan bahwa orang-orang yang kita anggap, well, katakanlah jahat *i hate that word, by the way, the sense is too strong*, ternyata masih punya sisi-sisi kebaikan.
Bartimaeus, misalnya, meskipun hubungan dia dengan Nathaniel tidak pernah benar-benar mulus, toh, akhirnya di ujung cerita sepertinya menyukai Nathaniel. Bahkan seperti kata K'Alfi, mungkin kalo ada lanjutan trilogi ini, Bartimaeus will take the form of Nat instead of Ptolemy. Di salah satu episode Ally McBeal, seingat saya, Ling pernah membantu seorang anak kecil di rumah sakit dan Ling nyari menangis karena tersentuh oleh anak kecil itu.

Kadang-kadang, saya justru merasa bisa lebih banyak belajar dari tokoh-tokoh antagonis itu. Bukan, not learning how to be evil. Tapi saya belajar bahwa meskipun orang memandang rendah kita, meskipun orang sebel sama kita karena kitalah si antagonis itu, it shouldn't stop us from doing good things. Duh, ekstrimnya nih ya, saya sempat merasa emosi sesaat waktu mendengar seorang wanita berjubah buru-buru membersihkan lantai yang bekas dipakai seorang teman untuk sholat, hanya karena teman itu ternyata tidak memakai kerudung dalam kesehariannya. Dan dia melakukannya di HADAPAN teman saya itu. Astaghfirulloh... , menjaga hubungan baik dengan sesama manusia bukannya juga ajaran Islam sih? Dan saya merasa begitu tersentuh waktu saya melihat seorang laki-laki sangar bertato membantu seorang nenek tua menyeberang jalan yang ramai di Jogja dulu. Di dua hal tersebut, bisakah kita memberi warna hitam dan putih? Dan menyadari bahwa dunia tak hanya hitam putih ini membuat saya berusaha untuk terus belajar mencoba melihat seseorang tak hanya di permukaannya saja. Apakah hitam yang dilakukan seseorang memang karena dorongan hitam hatinya? Apakah putihnya seseorang itu absolut? Karena saya sendiri pun sadar, saya tak akan pernah menjadi putih, tapi saya terus berusaha agar tidak berada di titik ekstrim hitam *eh, kok malah berasa kayak iklan pemutih wajah ga sih?*. And my window to see the world, it reflects many shades of grey...

Senin, 15 Juni 2009

Me vs My Thesis: Season Finale - Episode 3: People Behind the Scene

Biar gimana juga, thesis ini bukan hanya hasil kerja keras saya *plus bimbingan si supervisor yang ganteng-ramah-cerdas-nian itu*. Banyak orang yang juga turut berperan dan membantu saya.

1. Abah-Mama-Ita
Orang tua dan adik saya tercinta. What more to say? Berkat doa dan kasih sayang mereka lah saya bisa sampai disini dan terus bertahan. In fact, they are the reason for me doing this. Yang agak lucu mungkin soal peran serta Abah. Pernah waktu ngumpulin data, saya sampai 4-5 hari googling dan tidak berhasil menemukan data tentang peraturan pemerintah yang saya cari. Waktu saya nelfon ke rumah dan curhat soal ini, tanpa disangka tanpa dinyana sodara-sodaraaaa… Abah termasuk salah satu orang yang terlibat dalam penyusunan peraturan pemerintah tersebut! Jadilah Abah mengkopikan peraturan pemerintah itu dari komputernya Abah di rumah, dan mengirimnya lewat e-mail dengan bantuan petugas warnet. Gyahahaha… Christian juga sampai ketawa waktu saya cerita soal ini, dan berkomentar: “See? Sometimes we just don’t know what’s happening in our own house.”. Saya agak tersentil dengan ucapan Abah soal tesis ini: “Walaupun ini tesisnya Ami yang nulis, ini bukan cuma soal Ami. Jangan lupa bahwa Ami itu membawa nama Indonesia. Apalagi Ami kan statusnya anak beasiswa, yang artinya adalah orang-orang pilihan dari Indonesia. Kalau Ami sampai sembarangan mengerjakannya, orang bakal mikir, ‘oh, orang pilihan dari Indonesia bisanya kayak gini doang toh?“. Hiks… Thank’s for reminding me about that Dad… You are just so right.

Ita, adek saya itupun termasuk pemantau setia progress saya. Biasanya dia bakal mengYM saya dan mulai menginterogasi saya kalo dia melihat aktivitas fesbuk saya agak di atas normal. Dan dia juga yang selalu menyemangati saya kalo saya udah merasa that I'm getting nowhere with this whole thing. Anyway, tetep aja, kadar kenormalan hubungan kakak beradik kami bisa dilihat dari berapa kali kami saling memanggil "dodol" satu sama lain. Semakin tinggi frekuensinya, semakin normal hubungan kami :D.
Put simply, I dedicate this thesis to them, my parents and my sister.
And my niece to, if only she’s old enough to understand :D. Oh, and FYI, Dian ini adalah keponakan saya tapi BUKAN anak dari adik saya satu-satunya itu. Long story.




2. Matthew
Matthew ini staf di Arts Language and Learning Unit. Jadi kerjaan dia adalah membantu siswa-siswi Arts yang kesulitan untuk menulis, terutama International Students. Kualifikasinya dia Ph.D lho padahal, di bidang filosofi. Matthew ini sudah BANYAK sekali membantu saya semenjak semester pertama dulu. Dan orangnya sungguh kebapakan. Setiap orang yang kenal dia rata-rata komentarnya sama: “He’s lovely!”. Dan bagi saya, he’s one of the most encouraging people I’ve ever met. Dia SABAR banget menghadapi berbagai macam siswa dengan keluhan yang berbeda-beda. Kadang-kadang malah saya datang ke dia cuma karena pengen curhat soal lit review saya… Selain kesabaran dia, saya juga kagum dengan caranya memperlakukan para siswa. Everyday, he has a long line of students waiting to have consultation with him. Dan sepertinya dia hafal nama SEMUA siswa yang datang. Pernah waktu saya konsultasi sama dia, dia bikinin teh untuk saya. I also love his room. Dia memajang berbagai macam souvenir dari beberapa negara di ruangan dia. And the view from his window is just awesome, secara ruangan dia di lantai 5 Menzies Building, dengan jendela yang menghadap ke arah pelabuhan, with a view of the sea glistening under the sun.Oh, dan saya juga ngasih kenang-kenangan ke diaaaa…3. My FRIENDS!
Iin housemate tercinta teman seperjuangan – M’Gita yang nemenin di Caulfield sampe tengah malem – M’Devi yang suka bareng di PG Room Matheson – Dinni yang suka gangguin ga jelas – Wilud – Rosy di Banjarbaru – P’Iksan yang membuat keinginan jadi model-wanna-be akhirnya kesampaian – Dian Hatianindri my other housemate yang menemani perjalanan naik bus 900 dari Caulfield – Xue, Jamie, Lu, Michael, and my other good fellows at School of GES, it’s been wonderful to know you all – Novie, temen chatting dan diskusi tentang sooo many things *btw, I finally took the picture of “him” and “her” if you know who are the people I’m talking about* - Nina Rezki Amelia, whoo keeps on reading my unimportant posts :D – Reeeeiiiii….mizzz you so – Taibah and Wafaa’h, we MUST catch up once I arrived home – Era dan M’Fike yang nemenin jalan-jalan kalo udah setres tingkat tinggi – my STUDENTS, yang somehow ngangenin walopun they can be so annoying sometimes with those ABG style of writings - ALL of my friends who support me and keep telling me to go on.. so sorry that at the moment I can’t seem to remember anymore names, anyway, you know who you are guys.
So, let’s celebrate the day!

Me vs My Thesis: Season Finale - Episode 2: My Supervisor

Gyahahahaha…topik paporit saya dah! Bahkan kadang-kadang saya merasa saya lebih tertarik untuk membicarakan si supervisor ini dibanding tesis itu sendiri. Anyway, supervisor saya adalah Assoc. Prof. Christian A. Kull, yang saat ini menjabat sebagai Honours coordinator di School of GES merangkap Deputy Head of the School. Masih muda, kayaknya baru awal 40an gitu deh… Tapi tolong ya diliat lagi itu titel, Associate Professor! Dia dapet gelar Ph.D dari UCLA, dua gelar Master yang mana salah satunya adalah dari Yale University. Gila ajah. Kebayang ga sih?

Saya udah menjadikan dia sebagai dosen favorit semenjak semester kemaren, waktu saya ngambil mata kuliah Resource Evaluation and Management. Okelah, pertama kali dia masuk dulu yang saya perhatikan adalah.. “ih, ganteng juga ni dosen…” *secara ya, saya punya kelemahan yang spesifik sama lelaki berkacamata*. Tapi cara dia ngajar asli keren banget. Waktu ngajar juga suka becanda gitu, dan becandaannya dia ga garing. Dan saya inget banget, dia dengan girangnya suka mengakses Google earth di kelas, sambil ngomong : "Yeaaahhh... look at how we fly to that city in Madagascar... I just can't help it, it's just too much fun using this funky site..." dan dengan penuh semangat menunjukkan suatu lokasi di Madagaskar dan berseru: "Look...look...! That's where I used to live! Gee... I've never imagined before that I could see it again on this screen...". Dan salah satu hal yang membuat saya agak terpana, kelas itu kan lumayan gede ya, ada sekitar 60-70 mahasiswa. Tapi pernah waktu saya berpapasan sama dia di jalan menuju perpus, dia lagi jalan sama dosen lain, dia senyum dan menegor saya duluan: “Hi!” katanya. Saya sempet syok. I mean, di kelas sebesar itu dia masih bisa mengenali wajah saya?

Anyway, saya sungguh bersyukur mendapatkan dia sebagai supervisor. Waktu menerima e-mail dari dia saying that he would be happy to be my supervisor, saya oh-sungguh-bahagia-sangat-senangnyaaaaa.... Dia salah satu expert di bidang resource management ini. And in my eyes, he’s just sooo humble. Dengan kualifikasi seperti dia, dia tetap ramah, and he is one of the most encouraging people I have ever met. Until now, I’m still amazed that my supervisor was not only revising the context of my thesis, he also did the editing things! Gee, I have an associate professor fixing up my grammar and spelling… And I’ve never heard him complains about this (well, at least not in front of me). Waktu saya minta maaf soal my poor grammar, he just laughed and said, “Well, English is not even your second language. And doing a Master degree in a third language like you’re doing now is such a great achievement!”. Jadi inget, kemaren dia memperbaiki draft saya di depan saya sambil ngomong gini: “Put “the” here, omit it from there, and put another “the” here. Don’t ask me why.”. Saya dengan polosnya ngomong gini: “Because that’s the way it is?”. Dia ketawa dan menjawab: “Exactly. Besides, I’m just using the language, so I’m not the one that should be responsible for any confusion about this language”.

Pernah juga waktu week 9, kan sebelum konsul ke dia saya ada group meeting di lounge yang menghadap tangga menuju ruangan dosen GES. Kebetulan dia turun bareng Priya, (dosen lain di GES yang juga adalah sahabatnya, mereka berdua kompak banget dah pokoknya) dan melihat saya dengan temen-temen sekelompok saya. Dia tersenyum dan melambai pada saya. Waktu naik lagi sama Priya, dia menoleh lagi, dan melihat saya masih ada disana dia kembali tersenyum dan melambai. Jamie sampai berkomentar “Why he has to be so nice??? He keeps on waving his hand to you!”. Saya nyengir, apalagi supervisornya Jamie, si Priya, malah ga noleh sama-sekali ke Jamie. Pas Week 10, dia jadi guest speaker untuk kuliah Political Ecology di kelas saya. Dan dia menyapa saya di depan kelas. Apalagi waktu pas sesi tanya jawab, kan saya angkat tangan buat nanya tuh, dan waktu dia dengan senyum manisnya itu menyambut pertanyaan saya sambil ngomong: “yes Utami, please…”, beberapa teman saya langsung menoleh ke saya. Pas break, ada yang nanya, “how does he know you?”. Gyaaaaa…banggaaaa… senangnyaaaa *lebay oh lebaaaaay…*

Saya suka dengan ruangannya, yang menurut saya salah satu ruangan dosen yang paling banyak punya sentuhan pribadi. He got the pictures of his sons, his wife (ihik…sudah ada yang punya euyyy…), some drawings from his son *lengkap dengan tulisan anak kecil: “for Daddy”*. Saya inget, semester kemaren waktu dia menjadi salah satu guest speaker untuk mata kuliah Frontiers in Environment and Sustainability, dia membawa anaknya. Duh, jadi inget waktu Abah masih ngajar dulu dan saya suka ikut… Waktu guest speaker lain berbicara, saya sempat melihatnya membisikkan sesuatu di telinga anaknya yang dengan tekunnya tengah menggambar, kemudian dia tertawa dan mengacak-acak rambut anaknya itu, sementara anaknya menyandarkan kepalanya di bahunya. Owww...it was sooo sweet, wasn't it?…

Kalau konsultasi, we often talk about some other things, about approaches in life, for example. Or how the French people are so proud of their country. Or how he has a good life, but a busy one *”school - day care - nanny - babby sitter - conference- honours -seminars”*. Saya kadang-kadang suka “ngeledek” dia soal betapa sukanya dia sama Madagaskar, waktu dia bilang: “I’m going to France. I am arranging a conference there about forests and their management”, saya dengan wajah usil nanya: “forest in Madagascar AGAIN, I suppose?”. Dia langsung ketawa dan melambaikan tangannya “Come on… Don’t say that!”. Saya nyengir, and said “I didn’t say that. Oh, okay, I did say that. Sorry, just can’t help it”. Dan dia langsung menjawab: “Yeah, just like everyone else…”.

Pas konsultasi di Week 13, saya sempet keceplosan ngomong: “Yeah,one more week and I just can’t wait to kick this thesis out of my life”. Ups! Waktu saya nyadar apa yang sudah saya omongkan itu, saya langsung menutup mulut saya dengan ekpresi bersalah. Christian langsung ketawa: “It’s okay, I know how it feels.” Apalagi waktu dia baru inget kalo saya selain ngerjain thesis juga masih ngambil mata kuliah Political Ecology dan Environmental Revolution. “Geez, you have such a busy semester!” katanya.

Kalo diitung-itung, saya cukup intense juga sepertinya konsul sama dia. I had 6 consultations. Artinya sepanjang semester ini saya konsultasi setiap 2 minggu sekali. (Ayah saya aja sampai hafal jadwal ini, dan tiap pagi meng SMS saya untuk mengingatkan jadwal konsultasi saya). And I really enjoy each consultation. He has given me not just a supervision for my thesis, he also gives me the support, encouragement, wonderful laugh…

Pas terakhir konsultasi itu, secara saya tidak yakin kapan bisa ketemu dirinya lagi, pas konsultasi inilah saya ngasih kenang-kenangan buat Christian. Miniatur rumah Banjar. And he was soooo exicted to see it. “This is AWESOME!” katanya dengan takjub, memutar-mutar miniatur dalam kotak kaca tersebut. Sekilas, dia jadi terlihat seperti anak kecil *gyahahahaha.... dgn gelar assoc.prof nya itu lho!* waktu dengan wajah penuh semangat bertanya pada saya:”This is so cool! Tell me more about it, is this the kind of the house that Banjarese built in swamp areas and rivers?”. Ohh, dan aku berhasil berfoto bersama dirinyaaaaa!! Gyahahahahaha.... Senangnya oh senangnyaaaa... Liat deh mukaku yang sumringah...
Pendek kata, syukur Alhamdulillah bisa punya supervisor yang sungguh baik seperti dia. He’s an excellent one. As I have written in my acknowledgement, it is because of him the writing of my thesis becomes an enjoyable experience in my academic journey. Lots of people have crossed my path in this life, and he is among some who really inspires me.

Me vs My Thesis: Season Finale - Episode 1 : It All Begins with and Ends With…

The journey of me and my thesis began in week 0 (one week before week 1 of the semester) and ends in week 14. Seperti yang sudah saya ceritakan disini, diawali dengan e-mail dari officernya School of GES yang mengkonfirmasikan apakah saya jadi ato nggak ngambil research project. Setelah dapet approval dari ketua jurusan saya, berburu supervisor dan mendapatkan Christian sebagai supervisor. Alhamdulillah…

Week 2: first consultation with Christian. I remembered that at that time I entered the door with doubt about what I am going to do. Tapi Christian dengan wajah sangat bersungguh-sungguh mendengarkan saya tentang minat saya. He recommended some readings to me, which was very helpful.

Week 5: mensubmit draft pertama saya untuk bagian introduction and literature review. And my room was a mess in the night before the morning I submitted it. Christian waktu itu lagi ada di Thailand for a conference, so I did it by e-mail. I sent it in the morning, and I already got a reply at 3 PM! That was quick!

Week 8: draft kedua untuk bagian literature review

Week 9
: konsultasi lagi, membahas revisi yang saya submit di minggu sebelumnya. BANYAK sekali coretan. Menurut supervisor saya, I wrote it more like a scientist, while I actually have to write it from the perspective of a political ecologist. Duh… Saya waktu itu bener-bener clueless about what should I write and how. Mana pada hari itu, saya juga ada group meeting dengan temen-temen sekelompok saya untuk presentasi Environmental Revolution, dan sejam setelah konsul dengan supervisor, kelompok saya mesti konsul dengan Priya, dosen kami untuk masalah presentasi kelompok itu. Put simply, it was not a very good week.

Week 10: workshop untuk mahasiswa GES yang ngambil research project. Saya duduk di sebelah ABC, mahasiswa yang-pintar-banget-dan-sadar-kalo-dirinya-pintar itu duduk di sebelah saya. KEBETULAN sekali ABC ini supervisornya sama kayak saya. Dan begitu dia dengan wajah lempeng abis mengeluarkan tesisnya YANG SUDAH JADI UNTUK SEMUA BAB SETESIS-TESISNYA dan meletakkannya di depan meja, saya langsung histeris: “You have finished?”. Dia menoleh: “Yes. I just need to do the conclusion”. Saya langsung berdiri dan ngomong: “Do you know ABC, I don’t want to sit next to you! You’re just soooo intimidating”. Dia malah menatap saya, dan dengan kejamnya berkata: “But Christian wants us to finish by mid of May, because it would take him around 10-14 days to read the draft”. Hoho… BUAT ELU TUH SAMPE MID OF MAY! Saya mah, per chapter sajah… Oh, dan sedikit soal ABC dan draft thesisnya ini pernah saya posting disini.

Week 11: Submit chapter tentang bagian data findings di hari Senin, dan konsul di hari Jum’atnya. Di konsultasi inilah tercetus masalah “Be Cool and Comfortable” itu. Anyway. Not so many revision. Lagian mungkin saya udah mulai bisa meraba gaya bahasa seperti apa yang disukai supervisor saya ini

Week 12: berjuang mengumpulkan data tambahan untuk mendukung analisis saya. Di minggu ini juga, selain berusaha menyelesaikan bab analisis tersebut, saya jungkir balik berusaha menyelesaikan essay 3,500 kata untuk mata kuliah Environmental Revolution tentang “wilderness preservation” plus ANOTHER 3,500-word essay untuk mata kuliah Political Ecology, tentang Community-based Natural Resource Management. Saya sampai boseeeeen sekali mengetik kata-kata “community”, dan rasanya refleks pengen menendang siapapun yang mengucapkan kata: “wilderness” atau “paradigm-shift”. Minggu ini saya sampai mulai bela-belain ke perpustakaan di kampus Caulfield yang buka sampai tengah malam, dan membooking PG Private Study Room. Percayalah, berusaha menulis tentang TIGA topik yang berbeda, dengan due date yang menggantung setengah meter di depan idung, it’s not something that will be on my list of favourite things. I feel like I was not a very nice person at that moment. SENSITIP ABIS.
*PS: have a look a the picture. Something is wrong. Go figure :D*

Week 13: Seminggu sebelum due thesis ini. Di hari Senin saya mensubmit chapter terakhir, bagian analisis data. Sebenernya saya juga tidak begitu yakin tentang bagian analisis ini. Secara sambil mengerjakan chapter ini saya juga berusaha finishing touch essay Environmental Revolution yang dikumpul hari Rabu di minggu ini, plus menyelesaikan essay political ecology yang due di hari Jum’at. Hari Jum’at, konsultasi lagi sambil membawa bab conclusion. Waktu kami duduk, secara bersamaan kami ngomong: “So, one more week!”. Dan betapa leganya saya waktu Christian sambil tersenyum mengembalikan draft saya untuk bab ini yang sudah dia koreksi sambil berkata: “I don’t find anything to worry about. I just did some editorial comments, and overall, it’s good!”. Saya langsung tersandar di kursi saya dan berkata: “Thank youuu… it is SUCH a relief to hear that”. Conclusion saya langsung diperiksa di tempat. Untunglah tidak banyak perbaikan. I made an appointment for “one more final last consultation” di Jum’at depannya.

Week 14
: berusaha membaca artikel-artikel from some big thinkers (Agrawal, Sillitoe, Escobar, Berkes, Colfe, Banerjee..), membaca kembali coretan-coretan Christian di draft saya, until I finally got some clearer idea. So, I erased around 500 words from my lit review, and replaced it with… Another 1,200 words. Oh My God, I’m just sooooo in trouble with the word-count. So I dropped this fourth draft of my lit review in his mailbox on Tuesday, and e-mailed him about that. I still need to revise my draft on the other chapters based on the feedback, writing up the abstract, making sure that all the references are put in and written in the correct format. Tapi entah kenapa, di hari Rabu I feel exhausted. All that I did was only random things without any particular pattern nor purpose. I feel like I’ve wasted one whole day. But somehow, I managed to finish everything that I need to do on Thursday night. Anyway, jadilah hari Jum’at itu saya konsultasi TERAKHIR dengan supervisor saya itu. Anyway, rasanya beban di pundak saya langsung terangkat begitu denger sang supervisor ngomong “it’s better than the previous one” sambil tersenyum. We discussed the abstract, a few other things, and..that’s it! “So, Monday, June 15. Ready? I’m sure that you can do it.”, katanya sambil tersenyum. Rasanya gabungan antara senang, lega dan sedih waktu akhirnya harus pamitan sama dia. Waktu pamitan, saya bilang ke supervisor: “Thank you so much. It was such an amazing experience to work with you. I am forever grateful.” He smiled, and said : “My pleasure too. Wish you all the best luck!”. Duh, lega karena akhirnya selesai juga, but at the same time, saya juga agak sedih, because I really do enjoy our consultations. Anyway, saya ke PG room lagi, mengetik perbaikan dikit di bagian literature review yang barusan dibalikin itu, plus abstract, halaman judul, and THAT’S IT! I’m finished!
Waktu ngeprint di bawah, saya memandangi tiap lembar kertas yang keluar. Perasaan saya campur aduk. Lega, sedih, tidak percaya, merasa senang karena saya sudah merasa berusaha melakukan yang terbaik, tapi anehnya pada saat yang sama saya juga sedikit menyesal for I feel that I could do something better (what a paradox). Hari Sabtunya saya nyempetin ke perpus Caulfield, karena printer warna yang di perpus Matheson, kampus Clayton rusak. Padahal ada dua halaman thesis saya yang ada gambar peta.

Week 15: Senin. 15 Juni. Deadline of the thesis. Dengan deadline hour jam 12 siang, saya mengumpulkan dua rangkap thesis ke ruangannya Bianca. Saya ternyata orang kedua yang mengumpul. I supposed the first person is ABC. Waktu saya lagi mengisi form, Cameron dan supervisornya, Wendy, masuk dan mengumpulkan juga. Setelah mengumpulkan form, selesai. That’s it. It’s the end. Alhamdulillah…

Sabtu, 13 Juni 2009

BAARUUUUU!!

Yeeeeeeaaahhh.....
Gini nih kalo lagi ga ada kerjaan *pura-pura ga liat kamar yang berantakan*.
Setelah sekian lama menelantarkan situs di blogspot, saya jadi mencoba-coba sesuatu yang baru. Mulai dari ganti template. Template yang lama kayaknya udah sekitar 2 tahun lebih gitu ga pernah saya ganti.

Dan ternyata, saya itu picky banget yaaa... Nyari template aja pertimbangannya banyaaaaak banget. Tadinya sempet sok-sok an mau berbau nature or something like that. Ceritanya untuk menjustifikasi status saya sebagai mahasiswa jurusan environment. Tapi tetep aja ga ada yang ngena. Ada template yang berasa megang di hati, ribet. Mesti aplot gambar-gambarnya dulu lah, ada yang mesti diganti lah. Dan saya ga mau pake background gelap lagi. Kan saya ingin bermasa depan ceraaaah.. :D. On the other hand *dooohh..bahasa ala essay masih kebawa nih*, saya juga ga mau pake background warna putih, berasa silau gimanaaaa gitu lho.

Anyway, akhirnya saya memutuskan pake template ini dulu. Lucu, imut, simpel, dan gambar burung kecil yang manis itu bisa sedikit mengarah ke hal-hal berbau lingkungan kan? kan? KAAAANNN???

Selain ganti template, saya juga ganti judul blog. Because now that's what I feel. I know that my self and my life are not perfect, in fact I would never be *a rhetorical question: who on earth would ever be perfect and having a perfect life, anyway?*. But I am happy with my life, because the imperfection of my life is something that makes it perfect for me.

Anyway, karena ganti template ini pula, berbagai macam printilan yang dulu ada menghilang dengan suksesnya. Pensiun dah judulnya. I'll fix those things later. For now, I'm happy enough with this new change :D.

DONE!... Alhamdulillah...

After 13 weeks of work, supported by love and prayers from my beloved family...


Alhamdulillah...


Jumat, 12 Juni 2009

And I Will Never be the Same...

Dua semester sebelumnya, setiap akhir semester, I usually took some times to reflect about what I have been learnt. believe me, there's A LOT of things that I learn about, experiences that I've been through...

Akhir semester ini juga adalah akhir masa studi saya disini, as an international student, enrolled for the course Master of Environment and Sustainability, School of Geography and Environmental Science, Arts Faculty, Monash University (tsaaahhh...lengkap bo'!).
Semester ini saya cuma ngambil 2 mata kuliah, Environmental Revolution dan Political Ecology, plus minor thesis.

Environmental Revolution class was amazing. Interesting and controversial readings, insightful discussions, some fun activities. Meskipun tiap minggu mesti jungkir balik membaca 5-6 reading materials with a total around 100 pages, dan berusaha mensubmit rangkuman dari SELURUH reading itu hanya dalam lima kalimat. But I do love this class. Dan waktu kuliah terakhir kemaren, I really feel that I'm going to miss this class, and Priya too. At the end of the class, Priya said: "Thank you for this semester. I really enjoyed it, it's been a very insightfull experience being with all of you this semester". Salah satu final remarks dari Priya: "after completing this course, you can go back and do whatever you want to do. But I want you to keep on reflecting on your self, asking the question that you have learnt from this class that might never crossed your mind before, about what it means to be for being human and being exist in the environment". Dan kita semua langsung tepuk tangan, and thank her. Selesai kelas juga saya mendatangi Priya, and told her how I really feel that this class has been an amazing experience.

Political Ecology is another awesome class. We practically have people all around the world in the class. Alberto dari Italia, si ganteng Sebastian dari Kolombia (even though he's such a Malthusian person), Andrew dari Sudan, Niti dari Kamboja, Cate the sweet pie dari Brisbane, Ken dari Australia yang ternyata do some volunteering works di Palangkaraya, Juan dari Paraguay yang suka lebay (gyahahahaha...), Kyle, M'Febby si suami seleb dengan wajah sok lempengnya (Mas, you really have to find another food supplier for you next semester!). Aaaahhhh... It's just wonderful to have so many people from all around the world in the class, sharing thoughts, experiences and ideas about this world. The discussion and debate was fascinating!!! I can't help myself to smile everytime I remember how our group of 6 people just can't reach a single convention, and just decided to go ALTOGETHER in front of the class to do the presentation (while the other group only have 1-2 speakers for each group). Such a messy presentation, but I love it. The other thing about this class is the lecturer. Craig, one of the lecturer has a great passion about Indonesia. So he always has the case study from Indonesia, and everytime he shows the picture he took from his journey and work in Indonesia, saya jadi semakin merindukan tanah air saya...

And my minor thesis?? It's just soooo weird. I can't wait to submit this thesis next Monday, on June 15. All I have to do now is only print it out. But at the very same time, I know that I am going to miss the whole process of writing this thesis, and all the things about it. Doing the readings, writing, drafting. Thank's to my supervisor, who has given me not just invaluable insights during our discussion, but also wondeful time and laughter...
But, oh well, I'll have a special posting about this thesis.

Senin nanti, begitu saya mengumpulkan tesis ini kepada Bianca, administration officernya kami, my semester officially finished. Tinggal menunggu pengumuman nilai tanggal 17 Juli nanti, dan wisuda di tanggal 23 Juli.

The first time I came here, saya merasa punya sedikit pengetahuan tentang lingkungan. Hey, I did environmental chemistry for my undergraduate, anyway! Tapi seiring dengan berjalannya waktu selama saya kuliah disini, betapa sedikitnya yang saya tahu itu. All of this time, I view the environment from one small window called "chemistry". And my study here makes me realize that there are so many other windows to view the environment, each of it offers different perspective and insights. So many people and experiences have crossed my path here. so many things that I learnt here have reshaped me.

I will never be the same again...hopefully a better me...

Alhamdulillah ya Alloh.... Berjuta kata syukur dan sujudku tak mampu rasanya membalaskan nikmat ini, hanya darimu Ya Robbi...

Minggu, 07 Juni 2009

Kerukunan Antar Umat Beragama


Tsaaahhh... Judul yang sungguh bernuansa PPKn ...


Anyway, salah satu slogan (retorika?) di Indonesia kan itu ya.. Bagaimana dengan di Melbourne sini? So far so good ;p.





Waktu saya pulang ke Banjarmasin waktu liburan kemaren, salah satu pertanyaan yang banyak muncul berkisar soal itu. Bagaimanakah kamu Muslim diperlakukan di Australia? Well, secara umum, saya akan bilang, since Melbourne is such a diverse city with various ethnicities, cultures, and religions too... I'm happy to say that we're all doing okay here. Memang masih ada beberapa kasus berbau rasisme. It even happened to me a few times. Tapi selama kita masih jaga diri, there should be no problem. Di kampus saya saja disediakan Musholla, dan Meeting Point alias kantin kampus menyediakan counter makanan halal (oh, and their french fries really worth it to try!). Bahkan kalo ga salah, kemaren saya lihat di Tullamarine sudah ada Praying Room.

Saya ga akan bercerita secara global. Cuma pengen share pengalaman pribadi aja. Saya bersyukur bahwa teman-teman saya disini menghargai pilihan saya menjadi seorang Muslim. Mereka menghargai bahwa saya harus sholat 5 kali dalam sehari. Malah pernah beberapa kali mereka yang mengingatkan saya: "Hey, it's already dark and I haven't seen you pray. Do you want to do it now before we go? We'll wait for you".

Waktu saya field trip ke Mt. Donna Buang dulu juga, saya udah bilang ke Kale, dosen saya, that I have to pray at noon. Jadi pas break makan siang, sebelum dia sendiri makan dia mendatangi saya sambil membawa kompas, dan bertanya: "Do you want to do your prayer now? I've got a compass with me so you can face the direction that you need." Alhamdulillah... Waktu berwudhu pun saya dibantu teman saya, Justin, yang menuangkan air dari botol yang saya bawa. Oh, dan dia memotret saya waktu saya sholat, he said : "You look so bright in that white clothes" dengan wajah terpana.

Teman-teman saya juga menghargai bahwa tidak semua makanan bisa saya makan. Jadi kalo makan bareng, mereka suka nanya: "Is it okay if we eat here? Shall we find some other place? Do you want to find a place where they serve vegetarian food? Or you want to buy somewhere else then we eat together?". Pernah waktu kami dinner bareng di rumah Xue, where everyone bring some food and eat them together, Xue mengirim e-mail ke kami semua yang dia undang, untuk mengingatkan yang lain: "since Ami is a moslem,make sure that your food has no alcohol, and also bring some vegetables menu because Jamie is a vegetarian, and Ami can only eat halal meat".

Semester ini juga kan saya akhirnya memutuskan pake kerudung. Dan waktu kami pertama kali ngumpul bareng for coffee, Jamie, one of my friends, told the others (Lu, Xue, Kelvin, and Michael): "Hey guys, you should congratulate Ami. She's wearing a veil now. It's a start for her to be a better person" *amiiinnn*. Dan mereka semua langsung menyelamati aku...
Soal kerudung ini juga, Matea pernah berkomentar soal salah satu kerudung yang aku pake, yang kebetulan model "kerudung instant" gitu: "I really like the kind that you're wearing now. You know, some other women wear scarves around their head, but I really like the one that's already in shape like the one you're wearing now. It's just so cool!", yang langsung di-iyakan sama Donna, temenku yang lain... See, ga semua bule beranggapan bahwa kerudung itu "aneh".

Salah satu hal yang paling berkesan buat saya dalah waktu Jim, salah satu learning advisor di perpustakaan ngomong gini: "One thing that I respect about Islam is, it teach you to be a hardworking person. It's one of the most basic thing in Islam. So usually, when your religion is Islam, you're more willing to work harder.". Guess what? Jim itu is actually an atheis.

Most of my friends are actually kinda agnostic. "Religion is really not my cup of tea", kata salah seorang teman saya. But still, they respect me for my faith and what I believe. So why shouldn't I respect them too?

Alhamdulillah ya Alloh.. Betapa besarnya nikmat perlindungan yang Kau berikan pada hamba di sini...

Jumat, 05 Juni 2009

Quotes of the Week (13)

How time flies.. This is already week 13, which is the LAST week of this semester. What does it mean? It means that those assignments are now due SOON. The due date is already knocking on your door. No, not knocking. It's BANGING on your door. And students go mad. Including me, and my friends, that suddenly become creative in making impressive quotes:

Maria: "Do you know what? I haven't finished my essays, so now I'm not quite a nice person to be near to" *)

Chris: "I have written the word "ecology" FIFTY times. That's enough. I do not want to hear and write about it. Again." *)

Matea: "Since it's due today, last night I have papers and books scattered in my room that I can hardly see the floor" *)

Verity: "where's the technology "download: brain to computer" when you need it?" **)

Chris: "i'm getting nowhere, fast" + "type. word count. type. word count. etc etc." **)

Maria: "come on word count...just get higher baby." **)

Ruth: "I can't even pronounce the word "epistemologically", but I really like the word that I write it in my essay for five times. I look smart when I write the word in my essay" *)

Utami: "if anyone ever mention the term "paradigm shift" in front of me, probably I would just unconsciously and automatically slap the person" *)

Utami: "How are you going?"
Jamie: "well, I'm alive"
Utami: "okay, that sort of explains everything"

Maria: "hey, you're doing a research project, aren't you?"
Utami: "Yes. And DO NOT ask me how is it going"
Maria: "NO! I won't ask you. Don't ask ME how am I going with my essays"

Sasha: "you know its week 12 when you check your fb every half hour (ok so its more like every 10 mins) as part of your much deserved "break"!" **)

Cate: "Well, I've done the Reading Diary. But when I went through it again, it seems that I'm not writing in english. I mean, it's English. English words. But it's not in english. Do you know what I mean?" *)

Utami: "Utami has kicked two of the assignments out of her life! Hell yeah!" **)

PS: Some quotes are picked from our conversation *), while some others are taken from my friend's status in Facebook **)

PS2: apparently, this creativity of making quotes magically just disappear when we try to write our essays

*diketik-di-Private-PG-Study-Room-di-perpustakaan-Caulfield-by-a-student-who-is-also-getting-
nowhere-with-the-conclusion-part-of-the-thesis-while-she-promised-her-supervisor-to-hand-it-in-
tomorrow*

Senin, 01 Juni 2009

His Sense of Humour

I'm sorry if any of you are getting sick to hear me talking about my supervisor, again and again... But I find this one quite hilarious that I just can't help it to write it here...

Jadi gini, as I've told you before, Christian is quite popular that lots of students are being under his supervision, either for a master thesis, Ph.D dissertation, or honours thesis. salah satu teman, sebut saja ABC juga being under his supervision. si ABC ini is soooo brilliant. I'll tell more about him in the next posting. Pokoknya mah, dia pinter. One of the best student in GES. Tapi, for some reasons, saya tidak begitu dekat dengannya. malah saya suka terintimidasi berada di dekat anak yang satu ini.

Nah, kalo saya kan konsul itu sistemnya per chapter. Lagian Christian bilang di awal dulu: "it would be better if while I'm reading your draft, you're working on another section of your thesis". Kalo si ABC, entah kenapa, beda. Dia langsung masukin draft dalam bentuk one whole thesis ke Christian untuk dikoreksi.

Kemaren, statusnya ABC di Facebook adalah sebagai berikut : "ABC is being too corporate in his thesis - need to tune it to academic audiences.". Ada komen dari temennya, which is not too important that I would not typed it here. Tapi yang pasti, ABC membalas komen temennya itu by saying this: "Thanks. My supervisor said the paper is very informative but it just that I structured it like a corporate report." TEPAT di bawah tulisan si ABC itu dooong, komen dari Christian langsung (which is indeed, as you can guess, ABC's supervisor): "Did he really say that, what a nerd he must be....?".

Saya langsung ngakak... Gee... This guy really has a sense of humour .

PS: Saya belum meng-add si supervisor ini di fesbuk. It would reveal to him that I spend more time on it instead of on my thesis .

Rabu, 24 Juni 2009

Black, White, and Shades of Grey

I might be a freak, tapi entah kenapa, seringkali saya menyukai tokoh-tokoh antagonis, entah dalam buku atau film. Atau paling tidak, karakter yang digambarkan ga baik-baik amat. Bartimaeus definetely comes as my favourite character. Sebagai jin yang menjadi tokoh utama di Bartimaeus Trilogy, jelas dia bukan tokoh baik-baik. Tapi sarkasme yang dia miliki, dan selera humor yang menurut saya sungguh cerdas, benar-benar membuat saya jatuh hati. Duh, kalau dibandingkan sama siapa-itu-tokoh-utama-di-novel-Ayat-ayat-Cinta, Bartimaeus jelaslah tokoh yang jahat sungguh. Sementara mungkin si lelaki yang-begitu-sempurna-nyaris-tanpa-cacat-selain-kecenderungannya-untuk-nangis-melulu ini ada di titik ekstrem orang baik, dan Bartimaeus kemungkinan besar ada di ujung ekstrem lainnya. But still, saya kok lebih suka Bartimaeus ya? Sepertinya mungkin saya akan lebih cocok berteman dengan si Bartimaeus dibanding si lelaki itu (siapa sih namanya? Fahri? Fahmi? I have a feeling that his name starts with "F").

Inget serial Ally McBeal zaman dulu? Karakter favorit saya disitu adalah Ling Woo. The bitchy lady. I just love her. I mean, she's bitchy, in a very elegant way. Ekspresi lempengnya dia tiap kali nyela orang, komentar pedasnya yang nusuk abis tapi ngena banget, I was amazed by her.

Di minggu ke 6 untuk mata kuliah Environmental Revolution, kami membahas mengenai drama yang ditulis Goethe, Faust. Di kelas, saya mengutarakan ketertarikan saya pada Mephisto, the devil's character in the play. Teman-teman sekelas yang lain langsung pada tertawa, tapi Priya, dosen kami itu, menanyakan alasan saya. And I said, "because he is definetely evil *hey, he's the devil anyway, he should be evil!*, but he is evil in such an elegant way. Just look at the way he talked to Faust, instead of directly show Faust what he has to do, Mephisto persuaded Faust to do some things by showing Faust what might come as a result...". Priya langsung manggut-manggut, dan berkata, "I also think that unconsciously people will also like Mephisto, because he makes things happen, in his own way".

Dan entah kenapa, saya menulis ini di status fesbuk saya: "Utami thinks that if she ever has to do something evil, she will do it in such an elegant way, just like Mephisto". Salah satu teman pun komen, "memangnya ada evil yang elegant?".

Dear, in the real world, things don't come in pure black and white. There are shades of grey. Be honest, even your favourite people, might still have some weaknesses. Dan seringkali kita dikejutkan dengan kenyataan bahwa orang-orang yang kita anggap, well, katakanlah jahat *i hate that word, by the way, the sense is too strong*, ternyata masih punya sisi-sisi kebaikan.
Bartimaeus, misalnya, meskipun hubungan dia dengan Nathaniel tidak pernah benar-benar mulus, toh, akhirnya di ujung cerita sepertinya menyukai Nathaniel. Bahkan seperti kata K'Alfi, mungkin kalo ada lanjutan trilogi ini, Bartimaeus will take the form of Nat instead of Ptolemy. Di salah satu episode Ally McBeal, seingat saya, Ling pernah membantu seorang anak kecil di rumah sakit dan Ling nyari menangis karena tersentuh oleh anak kecil itu.

Kadang-kadang, saya justru merasa bisa lebih banyak belajar dari tokoh-tokoh antagonis itu. Bukan, not learning how to be evil. Tapi saya belajar bahwa meskipun orang memandang rendah kita, meskipun orang sebel sama kita karena kitalah si antagonis itu, it shouldn't stop us from doing good things. Duh, ekstrimnya nih ya, saya sempat merasa emosi sesaat waktu mendengar seorang wanita berjubah buru-buru membersihkan lantai yang bekas dipakai seorang teman untuk sholat, hanya karena teman itu ternyata tidak memakai kerudung dalam kesehariannya. Dan dia melakukannya di HADAPAN teman saya itu. Astaghfirulloh... , menjaga hubungan baik dengan sesama manusia bukannya juga ajaran Islam sih? Dan saya merasa begitu tersentuh waktu saya melihat seorang laki-laki sangar bertato membantu seorang nenek tua menyeberang jalan yang ramai di Jogja dulu. Di dua hal tersebut, bisakah kita memberi warna hitam dan putih? Dan menyadari bahwa dunia tak hanya hitam putih ini membuat saya berusaha untuk terus belajar mencoba melihat seseorang tak hanya di permukaannya saja. Apakah hitam yang dilakukan seseorang memang karena dorongan hitam hatinya? Apakah putihnya seseorang itu absolut? Karena saya sendiri pun sadar, saya tak akan pernah menjadi putih, tapi saya terus berusaha agar tidak berada di titik ekstrim hitam *eh, kok malah berasa kayak iklan pemutih wajah ga sih?*. And my window to see the world, it reflects many shades of grey...

Senin, 15 Juni 2009

Me vs My Thesis: Season Finale - Episode 3: People Behind the Scene

Biar gimana juga, thesis ini bukan hanya hasil kerja keras saya *plus bimbingan si supervisor yang ganteng-ramah-cerdas-nian itu*. Banyak orang yang juga turut berperan dan membantu saya.

1. Abah-Mama-Ita
Orang tua dan adik saya tercinta. What more to say? Berkat doa dan kasih sayang mereka lah saya bisa sampai disini dan terus bertahan. In fact, they are the reason for me doing this. Yang agak lucu mungkin soal peran serta Abah. Pernah waktu ngumpulin data, saya sampai 4-5 hari googling dan tidak berhasil menemukan data tentang peraturan pemerintah yang saya cari. Waktu saya nelfon ke rumah dan curhat soal ini, tanpa disangka tanpa dinyana sodara-sodaraaaa… Abah termasuk salah satu orang yang terlibat dalam penyusunan peraturan pemerintah tersebut! Jadilah Abah mengkopikan peraturan pemerintah itu dari komputernya Abah di rumah, dan mengirimnya lewat e-mail dengan bantuan petugas warnet. Gyahahaha… Christian juga sampai ketawa waktu saya cerita soal ini, dan berkomentar: “See? Sometimes we just don’t know what’s happening in our own house.”. Saya agak tersentil dengan ucapan Abah soal tesis ini: “Walaupun ini tesisnya Ami yang nulis, ini bukan cuma soal Ami. Jangan lupa bahwa Ami itu membawa nama Indonesia. Apalagi Ami kan statusnya anak beasiswa, yang artinya adalah orang-orang pilihan dari Indonesia. Kalau Ami sampai sembarangan mengerjakannya, orang bakal mikir, ‘oh, orang pilihan dari Indonesia bisanya kayak gini doang toh?“. Hiks… Thank’s for reminding me about that Dad… You are just so right.

Ita, adek saya itupun termasuk pemantau setia progress saya. Biasanya dia bakal mengYM saya dan mulai menginterogasi saya kalo dia melihat aktivitas fesbuk saya agak di atas normal. Dan dia juga yang selalu menyemangati saya kalo saya udah merasa that I'm getting nowhere with this whole thing. Anyway, tetep aja, kadar kenormalan hubungan kakak beradik kami bisa dilihat dari berapa kali kami saling memanggil "dodol" satu sama lain. Semakin tinggi frekuensinya, semakin normal hubungan kami :D.
Put simply, I dedicate this thesis to them, my parents and my sister.
And my niece to, if only she’s old enough to understand :D. Oh, and FYI, Dian ini adalah keponakan saya tapi BUKAN anak dari adik saya satu-satunya itu. Long story.




2. Matthew
Matthew ini staf di Arts Language and Learning Unit. Jadi kerjaan dia adalah membantu siswa-siswi Arts yang kesulitan untuk menulis, terutama International Students. Kualifikasinya dia Ph.D lho padahal, di bidang filosofi. Matthew ini sudah BANYAK sekali membantu saya semenjak semester pertama dulu. Dan orangnya sungguh kebapakan. Setiap orang yang kenal dia rata-rata komentarnya sama: “He’s lovely!”. Dan bagi saya, he’s one of the most encouraging people I’ve ever met. Dia SABAR banget menghadapi berbagai macam siswa dengan keluhan yang berbeda-beda. Kadang-kadang malah saya datang ke dia cuma karena pengen curhat soal lit review saya… Selain kesabaran dia, saya juga kagum dengan caranya memperlakukan para siswa. Everyday, he has a long line of students waiting to have consultation with him. Dan sepertinya dia hafal nama SEMUA siswa yang datang. Pernah waktu saya konsultasi sama dia, dia bikinin teh untuk saya. I also love his room. Dia memajang berbagai macam souvenir dari beberapa negara di ruangan dia. And the view from his window is just awesome, secara ruangan dia di lantai 5 Menzies Building, dengan jendela yang menghadap ke arah pelabuhan, with a view of the sea glistening under the sun.Oh, dan saya juga ngasih kenang-kenangan ke diaaaa…3. My FRIENDS!
Iin housemate tercinta teman seperjuangan – M’Gita yang nemenin di Caulfield sampe tengah malem – M’Devi yang suka bareng di PG Room Matheson – Dinni yang suka gangguin ga jelas – Wilud – Rosy di Banjarbaru – P’Iksan yang membuat keinginan jadi model-wanna-be akhirnya kesampaian – Dian Hatianindri my other housemate yang menemani perjalanan naik bus 900 dari Caulfield – Xue, Jamie, Lu, Michael, and my other good fellows at School of GES, it’s been wonderful to know you all – Novie, temen chatting dan diskusi tentang sooo many things *btw, I finally took the picture of “him” and “her” if you know who are the people I’m talking about* - Nina Rezki Amelia, whoo keeps on reading my unimportant posts :D – Reeeeiiiii….mizzz you so – Taibah and Wafaa’h, we MUST catch up once I arrived home – Era dan M’Fike yang nemenin jalan-jalan kalo udah setres tingkat tinggi – my STUDENTS, yang somehow ngangenin walopun they can be so annoying sometimes with those ABG style of writings - ALL of my friends who support me and keep telling me to go on.. so sorry that at the moment I can’t seem to remember anymore names, anyway, you know who you are guys.
So, let’s celebrate the day!

Me vs My Thesis: Season Finale - Episode 2: My Supervisor

Gyahahahaha…topik paporit saya dah! Bahkan kadang-kadang saya merasa saya lebih tertarik untuk membicarakan si supervisor ini dibanding tesis itu sendiri. Anyway, supervisor saya adalah Assoc. Prof. Christian A. Kull, yang saat ini menjabat sebagai Honours coordinator di School of GES merangkap Deputy Head of the School. Masih muda, kayaknya baru awal 40an gitu deh… Tapi tolong ya diliat lagi itu titel, Associate Professor! Dia dapet gelar Ph.D dari UCLA, dua gelar Master yang mana salah satunya adalah dari Yale University. Gila ajah. Kebayang ga sih?

Saya udah menjadikan dia sebagai dosen favorit semenjak semester kemaren, waktu saya ngambil mata kuliah Resource Evaluation and Management. Okelah, pertama kali dia masuk dulu yang saya perhatikan adalah.. “ih, ganteng juga ni dosen…” *secara ya, saya punya kelemahan yang spesifik sama lelaki berkacamata*. Tapi cara dia ngajar asli keren banget. Waktu ngajar juga suka becanda gitu, dan becandaannya dia ga garing. Dan saya inget banget, dia dengan girangnya suka mengakses Google earth di kelas, sambil ngomong : "Yeaaahhh... look at how we fly to that city in Madagascar... I just can't help it, it's just too much fun using this funky site..." dan dengan penuh semangat menunjukkan suatu lokasi di Madagaskar dan berseru: "Look...look...! That's where I used to live! Gee... I've never imagined before that I could see it again on this screen...". Dan salah satu hal yang membuat saya agak terpana, kelas itu kan lumayan gede ya, ada sekitar 60-70 mahasiswa. Tapi pernah waktu saya berpapasan sama dia di jalan menuju perpus, dia lagi jalan sama dosen lain, dia senyum dan menegor saya duluan: “Hi!” katanya. Saya sempet syok. I mean, di kelas sebesar itu dia masih bisa mengenali wajah saya?

Anyway, saya sungguh bersyukur mendapatkan dia sebagai supervisor. Waktu menerima e-mail dari dia saying that he would be happy to be my supervisor, saya oh-sungguh-bahagia-sangat-senangnyaaaaa.... Dia salah satu expert di bidang resource management ini. And in my eyes, he’s just sooo humble. Dengan kualifikasi seperti dia, dia tetap ramah, and he is one of the most encouraging people I have ever met. Until now, I’m still amazed that my supervisor was not only revising the context of my thesis, he also did the editing things! Gee, I have an associate professor fixing up my grammar and spelling… And I’ve never heard him complains about this (well, at least not in front of me). Waktu saya minta maaf soal my poor grammar, he just laughed and said, “Well, English is not even your second language. And doing a Master degree in a third language like you’re doing now is such a great achievement!”. Jadi inget, kemaren dia memperbaiki draft saya di depan saya sambil ngomong gini: “Put “the” here, omit it from there, and put another “the” here. Don’t ask me why.”. Saya dengan polosnya ngomong gini: “Because that’s the way it is?”. Dia ketawa dan menjawab: “Exactly. Besides, I’m just using the language, so I’m not the one that should be responsible for any confusion about this language”.

Pernah juga waktu week 9, kan sebelum konsul ke dia saya ada group meeting di lounge yang menghadap tangga menuju ruangan dosen GES. Kebetulan dia turun bareng Priya, (dosen lain di GES yang juga adalah sahabatnya, mereka berdua kompak banget dah pokoknya) dan melihat saya dengan temen-temen sekelompok saya. Dia tersenyum dan melambai pada saya. Waktu naik lagi sama Priya, dia menoleh lagi, dan melihat saya masih ada disana dia kembali tersenyum dan melambai. Jamie sampai berkomentar “Why he has to be so nice??? He keeps on waving his hand to you!”. Saya nyengir, apalagi supervisornya Jamie, si Priya, malah ga noleh sama-sekali ke Jamie. Pas Week 10, dia jadi guest speaker untuk kuliah Political Ecology di kelas saya. Dan dia menyapa saya di depan kelas. Apalagi waktu pas sesi tanya jawab, kan saya angkat tangan buat nanya tuh, dan waktu dia dengan senyum manisnya itu menyambut pertanyaan saya sambil ngomong: “yes Utami, please…”, beberapa teman saya langsung menoleh ke saya. Pas break, ada yang nanya, “how does he know you?”. Gyaaaaa…banggaaaa… senangnyaaaa *lebay oh lebaaaaay…*

Saya suka dengan ruangannya, yang menurut saya salah satu ruangan dosen yang paling banyak punya sentuhan pribadi. He got the pictures of his sons, his wife (ihik…sudah ada yang punya euyyy…), some drawings from his son *lengkap dengan tulisan anak kecil: “for Daddy”*. Saya inget, semester kemaren waktu dia menjadi salah satu guest speaker untuk mata kuliah Frontiers in Environment and Sustainability, dia membawa anaknya. Duh, jadi inget waktu Abah masih ngajar dulu dan saya suka ikut… Waktu guest speaker lain berbicara, saya sempat melihatnya membisikkan sesuatu di telinga anaknya yang dengan tekunnya tengah menggambar, kemudian dia tertawa dan mengacak-acak rambut anaknya itu, sementara anaknya menyandarkan kepalanya di bahunya. Owww...it was sooo sweet, wasn't it?…

Kalau konsultasi, we often talk about some other things, about approaches in life, for example. Or how the French people are so proud of their country. Or how he has a good life, but a busy one *”school - day care - nanny - babby sitter - conference- honours -seminars”*. Saya kadang-kadang suka “ngeledek” dia soal betapa sukanya dia sama Madagaskar, waktu dia bilang: “I’m going to France. I am arranging a conference there about forests and their management”, saya dengan wajah usil nanya: “forest in Madagascar AGAIN, I suppose?”. Dia langsung ketawa dan melambaikan tangannya “Come on… Don’t say that!”. Saya nyengir, and said “I didn’t say that. Oh, okay, I did say that. Sorry, just can’t help it”. Dan dia langsung menjawab: “Yeah, just like everyone else…”.

Pas konsultasi di Week 13, saya sempet keceplosan ngomong: “Yeah,one more week and I just can’t wait to kick this thesis out of my life”. Ups! Waktu saya nyadar apa yang sudah saya omongkan itu, saya langsung menutup mulut saya dengan ekpresi bersalah. Christian langsung ketawa: “It’s okay, I know how it feels.” Apalagi waktu dia baru inget kalo saya selain ngerjain thesis juga masih ngambil mata kuliah Political Ecology dan Environmental Revolution. “Geez, you have such a busy semester!” katanya.

Kalo diitung-itung, saya cukup intense juga sepertinya konsul sama dia. I had 6 consultations. Artinya sepanjang semester ini saya konsultasi setiap 2 minggu sekali. (Ayah saya aja sampai hafal jadwal ini, dan tiap pagi meng SMS saya untuk mengingatkan jadwal konsultasi saya). And I really enjoy each consultation. He has given me not just a supervision for my thesis, he also gives me the support, encouragement, wonderful laugh…

Pas terakhir konsultasi itu, secara saya tidak yakin kapan bisa ketemu dirinya lagi, pas konsultasi inilah saya ngasih kenang-kenangan buat Christian. Miniatur rumah Banjar. And he was soooo exicted to see it. “This is AWESOME!” katanya dengan takjub, memutar-mutar miniatur dalam kotak kaca tersebut. Sekilas, dia jadi terlihat seperti anak kecil *gyahahahaha.... dgn gelar assoc.prof nya itu lho!* waktu dengan wajah penuh semangat bertanya pada saya:”This is so cool! Tell me more about it, is this the kind of the house that Banjarese built in swamp areas and rivers?”. Ohh, dan aku berhasil berfoto bersama dirinyaaaaa!! Gyahahahahaha.... Senangnya oh senangnyaaaa... Liat deh mukaku yang sumringah...
Pendek kata, syukur Alhamdulillah bisa punya supervisor yang sungguh baik seperti dia. He’s an excellent one. As I have written in my acknowledgement, it is because of him the writing of my thesis becomes an enjoyable experience in my academic journey. Lots of people have crossed my path in this life, and he is among some who really inspires me.

Me vs My Thesis: Season Finale - Episode 1 : It All Begins with and Ends With…

The journey of me and my thesis began in week 0 (one week before week 1 of the semester) and ends in week 14. Seperti yang sudah saya ceritakan disini, diawali dengan e-mail dari officernya School of GES yang mengkonfirmasikan apakah saya jadi ato nggak ngambil research project. Setelah dapet approval dari ketua jurusan saya, berburu supervisor dan mendapatkan Christian sebagai supervisor. Alhamdulillah…

Week 2: first consultation with Christian. I remembered that at that time I entered the door with doubt about what I am going to do. Tapi Christian dengan wajah sangat bersungguh-sungguh mendengarkan saya tentang minat saya. He recommended some readings to me, which was very helpful.

Week 5: mensubmit draft pertama saya untuk bagian introduction and literature review. And my room was a mess in the night before the morning I submitted it. Christian waktu itu lagi ada di Thailand for a conference, so I did it by e-mail. I sent it in the morning, and I already got a reply at 3 PM! That was quick!

Week 8: draft kedua untuk bagian literature review

Week 9
: konsultasi lagi, membahas revisi yang saya submit di minggu sebelumnya. BANYAK sekali coretan. Menurut supervisor saya, I wrote it more like a scientist, while I actually have to write it from the perspective of a political ecologist. Duh… Saya waktu itu bener-bener clueless about what should I write and how. Mana pada hari itu, saya juga ada group meeting dengan temen-temen sekelompok saya untuk presentasi Environmental Revolution, dan sejam setelah konsul dengan supervisor, kelompok saya mesti konsul dengan Priya, dosen kami untuk masalah presentasi kelompok itu. Put simply, it was not a very good week.

Week 10: workshop untuk mahasiswa GES yang ngambil research project. Saya duduk di sebelah ABC, mahasiswa yang-pintar-banget-dan-sadar-kalo-dirinya-pintar itu duduk di sebelah saya. KEBETULAN sekali ABC ini supervisornya sama kayak saya. Dan begitu dia dengan wajah lempeng abis mengeluarkan tesisnya YANG SUDAH JADI UNTUK SEMUA BAB SETESIS-TESISNYA dan meletakkannya di depan meja, saya langsung histeris: “You have finished?”. Dia menoleh: “Yes. I just need to do the conclusion”. Saya langsung berdiri dan ngomong: “Do you know ABC, I don’t want to sit next to you! You’re just soooo intimidating”. Dia malah menatap saya, dan dengan kejamnya berkata: “But Christian wants us to finish by mid of May, because it would take him around 10-14 days to read the draft”. Hoho… BUAT ELU TUH SAMPE MID OF MAY! Saya mah, per chapter sajah… Oh, dan sedikit soal ABC dan draft thesisnya ini pernah saya posting disini.

Week 11: Submit chapter tentang bagian data findings di hari Senin, dan konsul di hari Jum’atnya. Di konsultasi inilah tercetus masalah “Be Cool and Comfortable” itu. Anyway. Not so many revision. Lagian mungkin saya udah mulai bisa meraba gaya bahasa seperti apa yang disukai supervisor saya ini

Week 12: berjuang mengumpulkan data tambahan untuk mendukung analisis saya. Di minggu ini juga, selain berusaha menyelesaikan bab analisis tersebut, saya jungkir balik berusaha menyelesaikan essay 3,500 kata untuk mata kuliah Environmental Revolution tentang “wilderness preservation” plus ANOTHER 3,500-word essay untuk mata kuliah Political Ecology, tentang Community-based Natural Resource Management. Saya sampai boseeeeen sekali mengetik kata-kata “community”, dan rasanya refleks pengen menendang siapapun yang mengucapkan kata: “wilderness” atau “paradigm-shift”. Minggu ini saya sampai mulai bela-belain ke perpustakaan di kampus Caulfield yang buka sampai tengah malam, dan membooking PG Private Study Room. Percayalah, berusaha menulis tentang TIGA topik yang berbeda, dengan due date yang menggantung setengah meter di depan idung, it’s not something that will be on my list of favourite things. I feel like I was not a very nice person at that moment. SENSITIP ABIS.
*PS: have a look a the picture. Something is wrong. Go figure :D*

Week 13: Seminggu sebelum due thesis ini. Di hari Senin saya mensubmit chapter terakhir, bagian analisis data. Sebenernya saya juga tidak begitu yakin tentang bagian analisis ini. Secara sambil mengerjakan chapter ini saya juga berusaha finishing touch essay Environmental Revolution yang dikumpul hari Rabu di minggu ini, plus menyelesaikan essay political ecology yang due di hari Jum’at. Hari Jum’at, konsultasi lagi sambil membawa bab conclusion. Waktu kami duduk, secara bersamaan kami ngomong: “So, one more week!”. Dan betapa leganya saya waktu Christian sambil tersenyum mengembalikan draft saya untuk bab ini yang sudah dia koreksi sambil berkata: “I don’t find anything to worry about. I just did some editorial comments, and overall, it’s good!”. Saya langsung tersandar di kursi saya dan berkata: “Thank youuu… it is SUCH a relief to hear that”. Conclusion saya langsung diperiksa di tempat. Untunglah tidak banyak perbaikan. I made an appointment for “one more final last consultation” di Jum’at depannya.

Week 14
: berusaha membaca artikel-artikel from some big thinkers (Agrawal, Sillitoe, Escobar, Berkes, Colfe, Banerjee..), membaca kembali coretan-coretan Christian di draft saya, until I finally got some clearer idea. So, I erased around 500 words from my lit review, and replaced it with… Another 1,200 words. Oh My God, I’m just sooooo in trouble with the word-count. So I dropped this fourth draft of my lit review in his mailbox on Tuesday, and e-mailed him about that. I still need to revise my draft on the other chapters based on the feedback, writing up the abstract, making sure that all the references are put in and written in the correct format. Tapi entah kenapa, di hari Rabu I feel exhausted. All that I did was only random things without any particular pattern nor purpose. I feel like I’ve wasted one whole day. But somehow, I managed to finish everything that I need to do on Thursday night. Anyway, jadilah hari Jum’at itu saya konsultasi TERAKHIR dengan supervisor saya itu. Anyway, rasanya beban di pundak saya langsung terangkat begitu denger sang supervisor ngomong “it’s better than the previous one” sambil tersenyum. We discussed the abstract, a few other things, and..that’s it! “So, Monday, June 15. Ready? I’m sure that you can do it.”, katanya sambil tersenyum. Rasanya gabungan antara senang, lega dan sedih waktu akhirnya harus pamitan sama dia. Waktu pamitan, saya bilang ke supervisor: “Thank you so much. It was such an amazing experience to work with you. I am forever grateful.” He smiled, and said : “My pleasure too. Wish you all the best luck!”. Duh, lega karena akhirnya selesai juga, but at the same time, saya juga agak sedih, because I really do enjoy our consultations. Anyway, saya ke PG room lagi, mengetik perbaikan dikit di bagian literature review yang barusan dibalikin itu, plus abstract, halaman judul, and THAT’S IT! I’m finished!
Waktu ngeprint di bawah, saya memandangi tiap lembar kertas yang keluar. Perasaan saya campur aduk. Lega, sedih, tidak percaya, merasa senang karena saya sudah merasa berusaha melakukan yang terbaik, tapi anehnya pada saat yang sama saya juga sedikit menyesal for I feel that I could do something better (what a paradox). Hari Sabtunya saya nyempetin ke perpus Caulfield, karena printer warna yang di perpus Matheson, kampus Clayton rusak. Padahal ada dua halaman thesis saya yang ada gambar peta.

Week 15: Senin. 15 Juni. Deadline of the thesis. Dengan deadline hour jam 12 siang, saya mengumpulkan dua rangkap thesis ke ruangannya Bianca. Saya ternyata orang kedua yang mengumpul. I supposed the first person is ABC. Waktu saya lagi mengisi form, Cameron dan supervisornya, Wendy, masuk dan mengumpulkan juga. Setelah mengumpulkan form, selesai. That’s it. It’s the end. Alhamdulillah…

Sabtu, 13 Juni 2009

BAARUUUUU!!

Yeeeeeeaaahhh.....
Gini nih kalo lagi ga ada kerjaan *pura-pura ga liat kamar yang berantakan*.
Setelah sekian lama menelantarkan situs di blogspot, saya jadi mencoba-coba sesuatu yang baru. Mulai dari ganti template. Template yang lama kayaknya udah sekitar 2 tahun lebih gitu ga pernah saya ganti.

Dan ternyata, saya itu picky banget yaaa... Nyari template aja pertimbangannya banyaaaaak banget. Tadinya sempet sok-sok an mau berbau nature or something like that. Ceritanya untuk menjustifikasi status saya sebagai mahasiswa jurusan environment. Tapi tetep aja ga ada yang ngena. Ada template yang berasa megang di hati, ribet. Mesti aplot gambar-gambarnya dulu lah, ada yang mesti diganti lah. Dan saya ga mau pake background gelap lagi. Kan saya ingin bermasa depan ceraaaah.. :D. On the other hand *dooohh..bahasa ala essay masih kebawa nih*, saya juga ga mau pake background warna putih, berasa silau gimanaaaa gitu lho.

Anyway, akhirnya saya memutuskan pake template ini dulu. Lucu, imut, simpel, dan gambar burung kecil yang manis itu bisa sedikit mengarah ke hal-hal berbau lingkungan kan? kan? KAAAANNN???

Selain ganti template, saya juga ganti judul blog. Because now that's what I feel. I know that my self and my life are not perfect, in fact I would never be *a rhetorical question: who on earth would ever be perfect and having a perfect life, anyway?*. But I am happy with my life, because the imperfection of my life is something that makes it perfect for me.

Anyway, karena ganti template ini pula, berbagai macam printilan yang dulu ada menghilang dengan suksesnya. Pensiun dah judulnya. I'll fix those things later. For now, I'm happy enough with this new change :D.

DONE!... Alhamdulillah...

After 13 weeks of work, supported by love and prayers from my beloved family...


Alhamdulillah...


Jumat, 12 Juni 2009

And I Will Never be the Same...

Dua semester sebelumnya, setiap akhir semester, I usually took some times to reflect about what I have been learnt. believe me, there's A LOT of things that I learn about, experiences that I've been through...

Akhir semester ini juga adalah akhir masa studi saya disini, as an international student, enrolled for the course Master of Environment and Sustainability, School of Geography and Environmental Science, Arts Faculty, Monash University (tsaaahhh...lengkap bo'!).
Semester ini saya cuma ngambil 2 mata kuliah, Environmental Revolution dan Political Ecology, plus minor thesis.

Environmental Revolution class was amazing. Interesting and controversial readings, insightful discussions, some fun activities. Meskipun tiap minggu mesti jungkir balik membaca 5-6 reading materials with a total around 100 pages, dan berusaha mensubmit rangkuman dari SELURUH reading itu hanya dalam lima kalimat. But I do love this class. Dan waktu kuliah terakhir kemaren, I really feel that I'm going to miss this class, and Priya too. At the end of the class, Priya said: "Thank you for this semester. I really enjoyed it, it's been a very insightfull experience being with all of you this semester". Salah satu final remarks dari Priya: "after completing this course, you can go back and do whatever you want to do. But I want you to keep on reflecting on your self, asking the question that you have learnt from this class that might never crossed your mind before, about what it means to be for being human and being exist in the environment". Dan kita semua langsung tepuk tangan, and thank her. Selesai kelas juga saya mendatangi Priya, and told her how I really feel that this class has been an amazing experience.

Political Ecology is another awesome class. We practically have people all around the world in the class. Alberto dari Italia, si ganteng Sebastian dari Kolombia (even though he's such a Malthusian person), Andrew dari Sudan, Niti dari Kamboja, Cate the sweet pie dari Brisbane, Ken dari Australia yang ternyata do some volunteering works di Palangkaraya, Juan dari Paraguay yang suka lebay (gyahahahaha...), Kyle, M'Febby si suami seleb dengan wajah sok lempengnya (Mas, you really have to find another food supplier for you next semester!). Aaaahhhh... It's just wonderful to have so many people from all around the world in the class, sharing thoughts, experiences and ideas about this world. The discussion and debate was fascinating!!! I can't help myself to smile everytime I remember how our group of 6 people just can't reach a single convention, and just decided to go ALTOGETHER in front of the class to do the presentation (while the other group only have 1-2 speakers for each group). Such a messy presentation, but I love it. The other thing about this class is the lecturer. Craig, one of the lecturer has a great passion about Indonesia. So he always has the case study from Indonesia, and everytime he shows the picture he took from his journey and work in Indonesia, saya jadi semakin merindukan tanah air saya...

And my minor thesis?? It's just soooo weird. I can't wait to submit this thesis next Monday, on June 15. All I have to do now is only print it out. But at the very same time, I know that I am going to miss the whole process of writing this thesis, and all the things about it. Doing the readings, writing, drafting. Thank's to my supervisor, who has given me not just invaluable insights during our discussion, but also wondeful time and laughter...
But, oh well, I'll have a special posting about this thesis.

Senin nanti, begitu saya mengumpulkan tesis ini kepada Bianca, administration officernya kami, my semester officially finished. Tinggal menunggu pengumuman nilai tanggal 17 Juli nanti, dan wisuda di tanggal 23 Juli.

The first time I came here, saya merasa punya sedikit pengetahuan tentang lingkungan. Hey, I did environmental chemistry for my undergraduate, anyway! Tapi seiring dengan berjalannya waktu selama saya kuliah disini, betapa sedikitnya yang saya tahu itu. All of this time, I view the environment from one small window called "chemistry". And my study here makes me realize that there are so many other windows to view the environment, each of it offers different perspective and insights. So many people and experiences have crossed my path here. so many things that I learnt here have reshaped me.

I will never be the same again...hopefully a better me...

Alhamdulillah ya Alloh.... Berjuta kata syukur dan sujudku tak mampu rasanya membalaskan nikmat ini, hanya darimu Ya Robbi...

Minggu, 07 Juni 2009

Kerukunan Antar Umat Beragama


Tsaaahhh... Judul yang sungguh bernuansa PPKn ...


Anyway, salah satu slogan (retorika?) di Indonesia kan itu ya.. Bagaimana dengan di Melbourne sini? So far so good ;p.





Waktu saya pulang ke Banjarmasin waktu liburan kemaren, salah satu pertanyaan yang banyak muncul berkisar soal itu. Bagaimanakah kamu Muslim diperlakukan di Australia? Well, secara umum, saya akan bilang, since Melbourne is such a diverse city with various ethnicities, cultures, and religions too... I'm happy to say that we're all doing okay here. Memang masih ada beberapa kasus berbau rasisme. It even happened to me a few times. Tapi selama kita masih jaga diri, there should be no problem. Di kampus saya saja disediakan Musholla, dan Meeting Point alias kantin kampus menyediakan counter makanan halal (oh, and their french fries really worth it to try!). Bahkan kalo ga salah, kemaren saya lihat di Tullamarine sudah ada Praying Room.

Saya ga akan bercerita secara global. Cuma pengen share pengalaman pribadi aja. Saya bersyukur bahwa teman-teman saya disini menghargai pilihan saya menjadi seorang Muslim. Mereka menghargai bahwa saya harus sholat 5 kali dalam sehari. Malah pernah beberapa kali mereka yang mengingatkan saya: "Hey, it's already dark and I haven't seen you pray. Do you want to do it now before we go? We'll wait for you".

Waktu saya field trip ke Mt. Donna Buang dulu juga, saya udah bilang ke Kale, dosen saya, that I have to pray at noon. Jadi pas break makan siang, sebelum dia sendiri makan dia mendatangi saya sambil membawa kompas, dan bertanya: "Do you want to do your prayer now? I've got a compass with me so you can face the direction that you need." Alhamdulillah... Waktu berwudhu pun saya dibantu teman saya, Justin, yang menuangkan air dari botol yang saya bawa. Oh, dan dia memotret saya waktu saya sholat, he said : "You look so bright in that white clothes" dengan wajah terpana.

Teman-teman saya juga menghargai bahwa tidak semua makanan bisa saya makan. Jadi kalo makan bareng, mereka suka nanya: "Is it okay if we eat here? Shall we find some other place? Do you want to find a place where they serve vegetarian food? Or you want to buy somewhere else then we eat together?". Pernah waktu kami dinner bareng di rumah Xue, where everyone bring some food and eat them together, Xue mengirim e-mail ke kami semua yang dia undang, untuk mengingatkan yang lain: "since Ami is a moslem,make sure that your food has no alcohol, and also bring some vegetables menu because Jamie is a vegetarian, and Ami can only eat halal meat".

Semester ini juga kan saya akhirnya memutuskan pake kerudung. Dan waktu kami pertama kali ngumpul bareng for coffee, Jamie, one of my friends, told the others (Lu, Xue, Kelvin, and Michael): "Hey guys, you should congratulate Ami. She's wearing a veil now. It's a start for her to be a better person" *amiiinnn*. Dan mereka semua langsung menyelamati aku...
Soal kerudung ini juga, Matea pernah berkomentar soal salah satu kerudung yang aku pake, yang kebetulan model "kerudung instant" gitu: "I really like the kind that you're wearing now. You know, some other women wear scarves around their head, but I really like the one that's already in shape like the one you're wearing now. It's just so cool!", yang langsung di-iyakan sama Donna, temenku yang lain... See, ga semua bule beranggapan bahwa kerudung itu "aneh".

Salah satu hal yang paling berkesan buat saya dalah waktu Jim, salah satu learning advisor di perpustakaan ngomong gini: "One thing that I respect about Islam is, it teach you to be a hardworking person. It's one of the most basic thing in Islam. So usually, when your religion is Islam, you're more willing to work harder.". Guess what? Jim itu is actually an atheis.

Most of my friends are actually kinda agnostic. "Religion is really not my cup of tea", kata salah seorang teman saya. But still, they respect me for my faith and what I believe. So why shouldn't I respect them too?

Alhamdulillah ya Alloh.. Betapa besarnya nikmat perlindungan yang Kau berikan pada hamba di sini...

Jumat, 05 Juni 2009

Quotes of the Week (13)

How time flies.. This is already week 13, which is the LAST week of this semester. What does it mean? It means that those assignments are now due SOON. The due date is already knocking on your door. No, not knocking. It's BANGING on your door. And students go mad. Including me, and my friends, that suddenly become creative in making impressive quotes:

Maria: "Do you know what? I haven't finished my essays, so now I'm not quite a nice person to be near to" *)

Chris: "I have written the word "ecology" FIFTY times. That's enough. I do not want to hear and write about it. Again." *)

Matea: "Since it's due today, last night I have papers and books scattered in my room that I can hardly see the floor" *)

Verity: "where's the technology "download: brain to computer" when you need it?" **)

Chris: "i'm getting nowhere, fast" + "type. word count. type. word count. etc etc." **)

Maria: "come on word count...just get higher baby." **)

Ruth: "I can't even pronounce the word "epistemologically", but I really like the word that I write it in my essay for five times. I look smart when I write the word in my essay" *)

Utami: "if anyone ever mention the term "paradigm shift" in front of me, probably I would just unconsciously and automatically slap the person" *)

Utami: "How are you going?"
Jamie: "well, I'm alive"
Utami: "okay, that sort of explains everything"

Maria: "hey, you're doing a research project, aren't you?"
Utami: "Yes. And DO NOT ask me how is it going"
Maria: "NO! I won't ask you. Don't ask ME how am I going with my essays"

Sasha: "you know its week 12 when you check your fb every half hour (ok so its more like every 10 mins) as part of your much deserved "break"!" **)

Cate: "Well, I've done the Reading Diary. But when I went through it again, it seems that I'm not writing in english. I mean, it's English. English words. But it's not in english. Do you know what I mean?" *)

Utami: "Utami has kicked two of the assignments out of her life! Hell yeah!" **)

PS: Some quotes are picked from our conversation *), while some others are taken from my friend's status in Facebook **)

PS2: apparently, this creativity of making quotes magically just disappear when we try to write our essays

*diketik-di-Private-PG-Study-Room-di-perpustakaan-Caulfield-by-a-student-who-is-also-getting-
nowhere-with-the-conclusion-part-of-the-thesis-while-she-promised-her-supervisor-to-hand-it-in-
tomorrow*

Senin, 01 Juni 2009

His Sense of Humour

I'm sorry if any of you are getting sick to hear me talking about my supervisor, again and again... But I find this one quite hilarious that I just can't help it to write it here...

Jadi gini, as I've told you before, Christian is quite popular that lots of students are being under his supervision, either for a master thesis, Ph.D dissertation, or honours thesis. salah satu teman, sebut saja ABC juga being under his supervision. si ABC ini is soooo brilliant. I'll tell more about him in the next posting. Pokoknya mah, dia pinter. One of the best student in GES. Tapi, for some reasons, saya tidak begitu dekat dengannya. malah saya suka terintimidasi berada di dekat anak yang satu ini.

Nah, kalo saya kan konsul itu sistemnya per chapter. Lagian Christian bilang di awal dulu: "it would be better if while I'm reading your draft, you're working on another section of your thesis". Kalo si ABC, entah kenapa, beda. Dia langsung masukin draft dalam bentuk one whole thesis ke Christian untuk dikoreksi.

Kemaren, statusnya ABC di Facebook adalah sebagai berikut : "ABC is being too corporate in his thesis - need to tune it to academic audiences.". Ada komen dari temennya, which is not too important that I would not typed it here. Tapi yang pasti, ABC membalas komen temennya itu by saying this: "Thanks. My supervisor said the paper is very informative but it just that I structured it like a corporate report." TEPAT di bawah tulisan si ABC itu dooong, komen dari Christian langsung (which is indeed, as you can guess, ABC's supervisor): "Did he really say that, what a nerd he must be....?".

Saya langsung ngakak... Gee... This guy really has a sense of humour .

PS: Saya belum meng-add si supervisor ini di fesbuk. It would reveal to him that I spend more time on it instead of on my thesis .