Saya udah menjadikan dia sebagai dosen favorit semenjak semester kemaren, waktu saya ngambil mata kuliah Resource Evaluation and Management. Okelah, pertama kali dia masuk dulu yang saya perhatikan adalah.. “ih, ganteng juga ni dosen…” *secara ya, saya punya kelemahan yang spesifik sama lelaki berkacamata*. Tapi cara dia ngajar asli keren banget. Waktu ngajar juga suka becanda gitu, dan becandaannya dia ga garing. Dan saya inget banget, dia dengan girangnya suka mengakses Google earth di kelas, sambil ngomong : "Yeaaahhh... look at how we fly to that city in Madagascar... I just can't help it, it's just too much fun using this funky site..." dan dengan penuh semangat menunjukkan suatu lokasi di Madagaskar dan berseru: "Look...look...! That's where I used to live! Gee... I've never imagined before that I could see it again on this screen...". Dan salah satu hal yang membuat saya agak terpana, kelas itu kan lumayan gede ya, ada sekitar 60-70 mahasiswa. Tapi pernah waktu saya berpapasan sama dia di jalan menuju perpus, dia lagi jalan sama dosen lain, dia senyum dan menegor saya duluan: “Hi!” katanya. Saya sempet syok. I mean, di kelas sebesar itu dia masih bisa mengenali wajah saya?
Anyway, saya sungguh bersyukur mendapatkan dia sebagai supervisor. Waktu menerima e-mail dari dia saying that he would be happy to be my supervisor, saya oh-sungguh-bahagia-sangat-senangnyaaaaa.... Dia salah satu expert di bidang resource management ini. And in my eyes, he’s just sooo humble. Dengan kualifikasi seperti dia, dia tetap ramah, and he is one of the most encouraging people I have ever met. Until now, I’m still amazed that my supervisor was not only revising the context of my thesis, he also did the editing things! Gee, I have an associate professor fixing up my grammar and spelling… And I’ve never heard him complains about this (well, at least not in front of me). Waktu saya minta maaf soal my poor grammar, he just laughed and said, “Well, English is not even your second language. And doing a Master degree in a third language like you’re doing now is such a great achievement!”. Jadi inget, kemaren dia memperbaiki draft saya di depan saya sambil ngomong gini: “Put “the” here, omit it from there, and put another “the” here. Don’t ask me why.”. Saya dengan polosnya ngomong gini: “Because that’s the way it is?”. Dia ketawa dan menjawab: “Exactly. Besides, I’m just using the language, so I’m not the one that should be responsible for any confusion about this language”.
Pernah juga waktu week 9, kan sebelum konsul ke dia saya ada group meeting di lounge yang menghadap tangga menuju ruangan dosen GES. Kebetulan dia turun bareng Priya, (dosen lain di GES yang juga adalah sahabatnya, mereka berdua kompak banget dah pokoknya) dan melihat saya dengan temen-temen sekelompok saya. Dia tersenyum dan melambai pada saya. Waktu naik lagi sama Priya, dia menoleh lagi, dan melihat saya masih ada disana dia kembali tersenyum dan melambai. Jamie sampai berkomentar “Why he has to be so nice??? He keeps on waving his hand to you!”. Saya nyengir, apalagi supervisornya Jamie, si Priya, malah ga noleh sama-sekali ke Jamie. Pas Week 10, dia jadi guest speaker untuk kuliah Political Ecology di kelas saya. Dan dia menyapa saya di depan kelas. Apalagi waktu pas sesi tanya jawab, kan saya angkat tangan buat nanya tuh, dan waktu dia dengan senyum manisnya itu menyambut pertanyaan saya sambil ngomong: “yes Utami, please…”, beberapa teman saya langsung menoleh ke saya. Pas break, ada yang nanya, “how does he know you?”. Gyaaaaa…banggaaaa… senangnyaaaa *lebay oh lebaaaaay…*
Saya suka dengan ruangannya, yang menurut saya salah satu ruangan dosen yang paling banyak punya sentuhan pribadi. He got the pictures of his sons, his wife (ihik…sudah ada yang punya euyyy…), some drawings from his son *lengkap dengan tulisan anak kecil: “for Daddy”*. Saya inget, semester kemaren waktu dia menjadi salah satu guest speaker untuk mata kuliah Frontiers in Environment and Sustainability, dia membawa anaknya. Duh, jadi inget waktu Abah masih ngajar dulu dan saya suka ikut… Waktu guest speaker lain berbicara, saya sempat melihatnya membisikkan sesuatu di telinga anaknya yang dengan tekunnya tengah menggambar, kemudian dia tertawa dan mengacak-acak rambut anaknya itu, sementara anaknya menyandarkan kepalanya di bahunya. Owww...it was sooo sweet, wasn't it?…
Kalau konsultasi, we often talk about some other things, about approaches in life, for example. Or how the French people are so proud of their country. Or how he has a good life, but a busy one *”school - day care - nanny - babby sitter - conference- honours -seminars”*. Saya kadang-kadang suka “ngeledek” dia soal betapa sukanya dia sama Madagaskar, waktu dia bilang: “I’m going to France. I am arranging a conference there about forests and their management”, saya dengan wajah usil nanya: “forest in Madagascar AGAIN, I suppose?”. Dia langsung ketawa dan melambaikan tangannya “Come on… Don’t say that!”. Saya nyengir, and said “I didn’t say that. Oh, okay, I did say that. Sorry, just can’t help it”. Dan dia langsung menjawab: “Yeah, just like everyone else…”.
Pas konsultasi di Week 13, saya sempet keceplosan ngomong: “Yeah,one more week and I just can’t wait to kick this thesis out of my life”. Ups! Waktu saya nyadar apa yang sudah saya omongkan itu, saya langsung menutup mulut saya dengan ekpresi bersalah. Christian langsung ketawa: “It’s okay, I know how it feels.” Apalagi waktu dia baru inget kalo saya selain ngerjain thesis juga masih ngambil mata kuliah Political Ecology dan Environmental Revolution. “Geez, you have such a busy semester!” katanya.
Kalo diitung-itung, saya cukup intense juga sepertinya konsul sama dia. I had 6 consultations. Artinya sepanjang semester ini saya konsultasi setiap 2 minggu sekali. (Ayah saya aja sampai hafal jadwal ini, dan tiap pagi meng SMS saya untuk mengingatkan jadwal konsultasi saya). And I really enjoy each consultation. He has given me not just a supervision for my thesis, he also gives me the support, encouragement, wonderful laugh…
Pas terakhir konsultasi itu, secara saya tidak yakin kapan bisa ketemu dirinya lagi, pas konsultasi inilah saya ngasih kenang-kenangan buat Christian. Miniatur rumah Banjar. And he was soooo exicted to see it. “This is AWESOME!” katanya dengan takjub, memutar-mutar miniatur dalam kotak kaca tersebut. Sekilas, dia jadi terlihat seperti anak kecil *gyahahahaha.... dgn gelar assoc.prof nya itu lho!* waktu dengan wajah penuh semangat bertanya pada saya:”This is so cool! Tell me more about it, is this the kind of the house that Banjarese built in swamp areas and rivers?”. Ohh, dan aku berhasil berfoto bersama dirinyaaaaa!! Gyahahahahaha.... Senangnya oh senangnyaaaa... Liat deh mukaku yang sumringah...
Pendek kata, syukur Alhamdulillah bisa punya supervisor yang sungguh baik seperti dia. He’s an excellent one. As I have written in my acknowledgement, it is because of him the writing of my thesis becomes an enjoyable experience in my academic journey. Lots of people have crossed my path in this life, and he is among some who really inspires me.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar