Jumat, 30 Mei 2014

KUChat with KampusUpdate - Berbagi Pengalaman Berburu Beasiswa

Awalnya cuma obrolan di WhatsApp dengan salah seorang temen saya, si Ifa. Dia nanya, boleh gak nulis tentang profil saya untuk contoh tulisan, secara dia mau magang di Kampus Update. Saya pikir, ya tidak ada salahnya. Walaupun juga sebenernya, siapa saya sih sampe diprofilin segala. Ahahahaha…. Beberapa minggu kemudian, lewat Twitter, dia mengirimkan hasil tulisannya yang dimuat di Kampus Update. Ihik… seneng…. Berasa jadi seleb dadakan. Whuahahahaha….

Tapi ternyata, ada lanjutannya. Ifa bilang ke saya kalo Mas Adit, foundernya Kampus Update, tertarik untuk ngadain sesi KUChat dengan saya. Saya dengan polosnya iya-iya aja. Jadi begitu si Mas Adit ini konfirmasi ke saya, saya bersedia. Saya bahkan langsung ceria aja begitu Mas Adit ngirim banner yang akan dipakai untuk tweet informasi mengenai sesi KUChat tersebut.
ihik...itu kenapa ya senyum saya sumringah sekali?
Nah. Habis itu saya kepoin TL-nya Kampus Update untuk liat gimana sih sebenernya KUChat ini. Dan hasilnyaaaa…. Saya speechless sodara-sodarah sekalian!

Edemi ya itu yang jadi nara sumber di KU Chat itu orang-orang keren semuaaaa! Ada yang sudah nulis buku lah, ada yang mahasiswa teladan lah, co-founder NGO yang awesome, penerima beasiswa dari Columbia University, bahkan ada semifinalis Putri Indonesia. Lah sayaaaa? Kok kayaknya jauh banget dari orang-orang hebat itu ._. . Gak mungkin deh kayaknya prestasi sebagai Juara 1 lomba masak se MIPA kemaren dijadiin bandingan.

Saya nyaris nge-WA Mas Adit, telling him that I changed my mind due to my alarming low level self confidence.

Anyway, jadi disepakatilah hari Kamis, 29 Mei untuk sesi KUChat tersebut. Jam 20.00 WIB, yang artinya disini baru Kamis pagi jam 9. Mas Adit sebelumnya sudah ngirim script pertanyaan. Dan saya nyiapin jawabannya sampe…jam 3 pagi. Haha. Ya iyalah gimana gak pake begadang secara disambi nonton Australia’s Next Top Model *selfkeplak*. Untunglah saya gak bangun kesiangan.

Tentu saja, saya si ratu drama harus banget ngerasa deg-degan. Takut salah jawab. Mehehehe…

Alhamdulillah, sesi KUChat berlangsung cukup lancar :D. Seneng banget liat tanggapan temen-temen yang jadi merasa tertarik untuk mencari beasiswa juga. Bahkan beberapa bilang kalo obrolan kita inspiratif. Awww… Saya sungguh terharu sekaliiiii! Karena sungguh, saya hanya berharap apa yang saya lakukan bisa bermanfaat buat orang lain. Sekecil apapun bentuk manfaat itu. Jadi mudah-mudahan saja sharing saya bersama Kampus Update bisa bermanfaat bagi para pemburu beasiswa :D.

Rangkuman versi online dari KUChat saya bisa dilihat di link ini ya :)

Tapi sebenernya, versi asli dari jawaban saya sebelum dimodifikasi supaya bisa muat dalam jumlah karakter Twitter lebih panjang.

Here is the longer version of my answers:

Hai @utamiirawati Kamu sekarang sedang sibuk apa?
Halo :). Lagi summer break sih, tapi sedang mulai mempersiapkan penelitian

Boleh ceritakan bagaimana awal mula kamu bisa mendapat beasiswa Fulbright untuk kuliah di Purdue University, US? 
Saya ikut mailing list beasiswa, dari sana banyak informasi tentang tawaran beasiswa, termasuk Fulbright ini. Saya juga sering googling untuk mencari informasi tentang beasiswa. Kebetulan AMINEF selaku pengelola beasiswa Fulbright di Indonesia mengadakan Q&A session di kota saya, jadi saya bisa mendapat informasi langsung dari mereka, termasuk persyaratan yang diperlukan. Sekitar dua bulan sebelum deadline, saya sudah menyiapkan dokumen yang diperlukan, dan menghubungi orang-orang yang saya minta bantuannya untuk memberi surat rekomendasi, dan juga menulis study objectives.

Bagaimana sih sistem pemberian beasiswa Fulbright @utamiirawati?
Tiap tahun Fulbright memberikan beasiswa untuk berbagai macam program, termasuk untuk yang masih S1 lho, bisa dicek di http://www.aminef.or.id/ . Angkatan saya yang berangkat tahun 2013 kemarin ada sekitar 90 orang, untuk program S2, S3, student exchange untuk S1 dan program lain. Beasiswa dari Fulbright mencakup tuition fee, biaya hidup yang disesuaikan dengan state dimana kita studi, dan return tiket untuk berangkat saat memulai studi dan kembali ke Indonesia setelah studi selesai. Selain itu, Fulbright juga menanggung biaya tes iBT dan GRE yang jadi persyaratan untuk mendaftar ke universita di USA, dan juga biaya pendaftaran ke Universitas yang kita pilih.

Apa saja proses seleksi yang kamu lewati hingga bisa mendapat beasiswa Fulbright @utamiirawati? 
Yang paling awal tentu saja seleksi berkas. Dan saya akan bilang bahwa dalam seleksi berkas ini, Study Objective ini sangat penting. Banyak yang IPKnya tinggi dan nilai TOEFL nya bagus, tapi tidak semua orang bisa menyajikan visi misi mereka secara ringkas dan menarik dalam satu lembar essay berupa study objective. Sekitar 3 bulan setelah deadline pengiriman berkas, saya dihubungi untuk wawancara.  Sekitar 3 minggu setelah wawancara, Alhamdulillah pihak AMINEF mengabarkan bahwa saya lulus untuk memperoleh beasiswa ini. Meskipun demikian, prosesnya masih berlanjut, yaitu tes iBT, tes GRE, dan aplikasi ke universitas tujuan.

Bagaimana menjadi seorang pelajar Indonesia di USA?
Well, waktu awal, mungkin agak kaget ya..karena ritme belajar disini beda dengan di Indonesia. Lebih demanding. Dan mungkin juga kita sebagai international student merasa canggung karena beda bahasa dan beda budaya. Tapi kalau kita bisa mengatasi rasa malu untuk bertanya, things will get better as time goes by. Oh, dan jangan terlalu memforsir diri dengan terus menerus belajar. Banyak aktivitas lain yang bisa dilakukan disini, mulai dari menonton konser, atau bergabung dengan organisasi mahasiswa atau klub lainnya yang sesuai hobi kita. Disini saya bergabung dengan Purdue Fulbright Association, jadibisa banyak punya teman dari berbagai negara lain. Dan satu lagi, mau tidak mau, kita harus siap untuk ditanya orang tentang bagaimana sih sebenarnya Indonesia itu. Ingat, disini kita juga menjadi semacam duta Indonesia lho :).

Sebagai penerima Fulbright, apa ada kewajiban khusus yang harus kamu jalankan setelah beasiswa itu selesai @utamiirawati?
Yang pasti, salah satu ekspektasi dari Fulbright committee adalah kami selaku Fulbright alumni dapat berbagi pengalaman yang telah kami peroleh selama kami studi, dalam bentuk apapun sharingnya.  Selain itu juga kami diharapkan dapat membawa perubahan, paling tidak di lingkungan kami berada dengan bekal pengalaman yang kami peroleh

Menurutmu, hal apa yang membuat kamu bisa terpilih mendapat beasiswa Fulbright tersebut @utamiirawati?
Ahahaha… yang pasti sih ini berkah dari Alloh SWT, jawaban atas doa dan usaha saya. Tapi kalau saya boleh menganalisis, mungkin komite seleksi melihat bahwa yang saya tuliskan di study objective saya dan jawaban saya waktu wawancara memang menunjukkan bahwa saya punya passion terhadap bidang yang saya ajukan. Dan saya juga menunjukkan bahwa saya tidak hanya berpikir tentang bagaimana saya akan menempuh studi di sana, tapi juga saya punya pemikiran tentang apa yang akan saya lakukan begitu saya pulang ke Indonesia setelah selesai studi. Salah satu jawaban saya yang saya ingat sampai sekarang atas pertanyaan waktu wawancara tentang kenapa mereka harus memilih saya above : “Like many others, I am a dreamer. But I don’t stop at being a dreamer. I am a fighter who fights for my dreams. And because I am a fighter, I know, that eventually, I will be a winner. I will win the fight to make my dreams comes true.”

Apa yang harus teman-teman siapkan jika tertarik mengajukan beasiswa seperti kamu @utamiirawati?
Yang pasti, jangan malas duluan untuk menyiapkan berkas. Kalo kita bener-bener pengen, pasti kita akan melihat persyaratan sebagai tantangan yang bisa kita hadapi, bukannya sebagai halangan. Jangan malu menjalin komunikasi dengan orang lain, baik untuk minta saran, bahkan dukungan. Ini juga pentingnya komunikasi yang baik dengan dosen atau orang lain yang pernah memiliki posisi sebagai atasan atau supervisor kita, karena banyak sekali beasiswa yang  mensyaratkan surat rekomendasi.  Dan yang pasti, harus siap mental. Baik untuk menyiapkan berkas, tahap wawancara, bahkan mendapat berita bahwa kita belum berhasil mendapat beasiswa. Harus siap mental untuk terus mencoba.

Ada pesan untuk teman-teman yang ingin mendapat beasiswa Fulbright seperti kamu @utamiirawati?
Yang pasti, kalau memang punya cita-cita, harus siap berjuang untuk mewujudkannya. Nothing is easy to the unwilling. Dan jangan cepat patah semangat hanya karena satu dua kali kegagalan. Why should we complain about one single failure when God gives us the opportunity to try again 10 more times? Usaha, dan berdoa. God is there. Watching, listening, and granting. Oh iyaaa… supaya tetap semangat, coba dengerin dua lagu ini deh: https://www.youtube.com/watch?v=bxV-OOIamyk dan https://www.youtube.com/watch?v=mk48xRzuNvA

 So yeah. That’s me sharing my experience. Semoga bisa membantu yang sedang nyari beasiswa jugaaa :D

Sabtu, 24 Mei 2014

Purdue Fulbright Association

If it wasn’t because of the Fulbright scholarship, I wouldn’t be here. Yeah, being a Fulbrighter means that you have a privilege to have this amazing experience of studying here in the USA. Then again, being a Fulbrighter does not mean that you only ave to stuck with studying stuff. One of the thing that I find really nice, is that here in Purdue, we also have a Fulbright Association.

It’s not something uncommon for universities here to have this kind of Fulbright Association. Then again, not all universities have it. Luckily, we have PFA, Purdue Fulbright Association here. I found that this association has helped me a lot with so many things, not to mention that I meet some good friends here.

The first time that I come in contact with PFA, was when I was still in my Pre Academic Program in UC Davis. Baiba, the President of PFA, sent me a message to welcome me to Purdue. She even offered to pick me up by the day I arrived in Purdue. And at the second day, she even helped me and some other friends to go to Walmart to buy some basic stuffs.

So basically, PFA is a student association in Purdue, mainly aimed to facilitate communication between people who are related to Fulbright in Purdue. Not just students who are currently having the grant, but also Fulbright alumni, or people who are interested in the Fulbright program.
At the beginning of the semester, PFA has a formal reception for the new incoming students. We also had a campus tour, where some of the seniors led us for a walk around the campus, showing us places around the campus.

Throughout the semester, PFA has a bi-weekly coffee hour, where we would sit together just to relax and have a light chat about what’s happening in life. We also have monthly dinner, but sometimes instead of just having dinner, we have some other fun activities. We did pumpkin carving, ice skating, bowling…
It’s a nice organization, really. Not too formal that you feel awkward to join, instead you’re actually making friends through this organization.

Ngeeeniweeeiii… before I continue, let me just tell you something about me. Somehow, I always have a lack of confidence in my social ability. Like, seriously, I am not a very social person anyway. In fact, I always consider myself to be socially awkward. I don’t like doing public speaking, and always get terribly nervous whenever I have to do it.

So when PFA Board 2013 sent an e-mail, announcing that they are opening the application to be members of PFA Bpard 2014, I was in doubt.
On one hand, I was really unsure whether I can do that. But then again, I know that maybe by joining this organization I can actually help myself on my social skills.
Dan tentu saja, saya dengan lebaynya bergalau ria cuma untuk mikir mau daftar atau enggak. Dan akhirnya saya daftar. Pas hari terakhir. Mhuahahahahaha XD.

In 2014, the PFA board has 5 members. Baiba, from Latvia as the president, Gulcin (from Turkey) as the Vice President, Timo (from Germany) as the treasurer, Ularee (from Thailand) as the Outreach Officer, and me. My position? Communication Officer.

Jiaaaahhhh… So basically, I am in charge of…communicating. Isn’t it obvious?
Oh well, pada dasarnya sih, saya in charge untuk membuat pengumuman-pengumuman yang terkait dengan acaranya PFA. Dan sebenernya juga, apapun posisi kita, tetep aja kok ngerjainnya bareng-bareng.
Tahun 2014 ini, selain coffee hour rutin itu, sampai dengan akhir Spring Semester, kita udah ngadain Bowling Night, dan PFA Picnic! Yeay!

Me and Ularee were in charge to organize the Bowling night, while Timo and Gulcin organized the picnic. The bowling night actually became a bit messy, because we didn’t expect so many people would join us. We estimated an event for about 12-15 people, and we ended up having almost 30 people showing up. But still, it was super fuuunnnn… :D
PFA Bowling Night
Me and Gulcin at the Bowling Night
Ignacio in action
The picnic was also a fun one. Especially because it was when we were starting to have gorgeous warm days of Spring after the long winter. There are plenty of good food, and it was a very nice break from studying before the finals.
such a glorious sunny day
picture of a picture. Me, David, and Mariana

see that sweets on the left? it's just so good!
more food...
can we just start eating? good weather is good for your appetite

And our biggest event? PFA Farewell Dinner. To be completely honest, maybe organizing this event was even a little bit…stressful. Anyway, despite all the tensions and this and that, we finally made it. The PFA Farewell Dinner went successfully.

seneng dengan foto ini karena saya jadi paling cantik sendiri :p
It was such a relief that we finally made it. And in fact, it was a nice event indeed. It’s a formal dinner to celebrate the Fulbrighters who graduate in Spring. And because it’s a formal occasion, we had some VIP guests (which made me and some other a bit nervous, actually).
our table at that night
Purdue Fulbrighters who are graduating in Spring 2014
 Oh, dan tentu saja, salah satu highlight dari acara ini adalah… saya jadinya di make-over dong sama Dhina. Mhuahahahahaha… Jarang-jarang lho ya saya tampil pake dress formal, high heels, dan full make up. Kayaknya malah Dhina dan Pam lebih semangat pas dandanin saya. Mehehehehe….
sekali-sekali deh ya tampil kek gini :)
Anyway, this is Summer now, so we’re kind of having a break. But soon, PFA will be busy again, welcoming new incoming students of 2014, and of course, arranging some other event. Well, bring it on :D! 

PFA Bpard 2014: Gulcin - me - Timo - Baiba - Ularee
Purdue Fulbrighters!


Senin, 19 Mei 2014

The Colloquium Project

Seperti yang sudah saya ceritain di posting sebelum ini, salah satu mata kuliah yang saya ambil adalah Colloquium II for ESE. Cuma 1 Credit alias 1 sks, but somehow, it takes a lot of time. But in one way and another, it was actually fun.

Jadi ceritanya, di semester ini, untuk kolokium, kami disuruh memilih salah satu tema tertentu, and then we have to set up a creative project to work on throughout the semester. Sebenernya sih saya agak-agak clueless yaaa… for ‘creativity’ is definitely not my middle name. But yeah, sometimes we just have to do what we got to do!

Untuk semester ini, kami disuruh milih salah satu di antara beberapa tema berikut: Water Resources, Human rights, Biodiversity, Sustainable community, and Food security.
Saya pilih Water resources. Karena kebetulan itu memang minat saya, dan research project saya akan berkutat di kualitas air sih. And this is a team project, so I have three other ESE students as my team mates: Will, Sanoar, and Chris. Iya, saya paling cantik cewek sendiri.

First steps of the project is determining the main issues of our topic. And because the environment is a complex system, we also have to consider how our topic is related to other topics. Jadi salah satu hasil brain storming kami adalah poster sederhana ini. I guess we did quite a nice job, huh :D?
Next, menentukan proyek kami itu apa. Ini nih yang agak sulit. Because when we talk about water, it’s such a HUGE topic. We can talk about the limited availability, poor management, water and human rights, there are so many things that we can talk about water.

But then, we got to a point where we’re all agreed, that despite of the limited availability of water, some people might not really well-informed about how water is used. Not many people understand about the concept of water footprint. Well, we maybe well aware of how much water that we consume directly. Kita sadar aja sih, berapa banyak air yang kita gunakan untuk kita minum secara langsung, atau untuk keperluan lainnya. Then again, have we ever really think about the indirect water consumption? For example, not many people aware that it takes more than 100 litres of water to produce a cup of coffee. Or that one single portion of a beef steak will take 4650 litres of water. Yeah, it is quite shocking to see the amount of water needed to produce things that we consume daily. Here’s an article that gives you an informative graphic of how much water is actually required by our daily consumed stuffs.

We think it would be cool if we create a menu, that not just showing the meal, but also showing the amount of water needed to produce the meal. And be it. That’s the theme of our semester project of the semester: “How much water is your food using?”.

To work on this project is quite challenging. We like the topic, but then again, with our schedule of classes, sometimes it’s just so hard to arrange time to meet up to work on this. And really, Will has been such a great team mate. He always stays positive, and tries to accommodate our opinions. I am just so grateful to have him in my group.

We had to make a proposal about the project, and then present it in front of three faculty members. Besides the presentation, we also had to make a poster, and the posters were displayed when we had a social meetings for ESE students.

One of the things that I really enjoyed about this project, I learned new things. Seriously, before this project, I didn’t really realize about indirect water consumption. Now that I know about it, it changes my perspective.

Oh, dan tentu sajaaaa… si mentor. MHUAHAHAHAHAHA…. Jadi untuk setiap kelompok, dapet Peer-to-peer mentor, alias senior yang dianggap capable untuk membimbing tiap kelompok dalam menyusun proyek yang dikerjain. Daaannnn…. We got Garret as our mentor. WOOOHOOO…

Sumpah si Garett ini asli ganteng banget. Saya sebenernya udah pernah liat dia pas diundang dinner di tempatnya Heather tahun lalu, tapi terus lupa aja sama dia karena gak pernah ketemu lagi. Dan waktu diumumkan bahwa tiap kelompok akan dapat mentor, and then he came to our table and introduced himself…saya….langsung bengong. Aaaaaahhh…..

Anyway, mungkin saking takjubnya saya, pas dia menyebutkan namanya, entah kenapa saya kok denger namanya itu Greg ya, bukannya Garett. Jadi waktu ketemuan lagi sama kelompok saya, dan mereka ngomong soal sending our work to Garett to have his feedback, saya dengan polosnya ngomong, “What? His name is Garett? I thought his name was Greg.”. Dan lucunya, habis itu kita mulai nyebut dia dengan berbagai macam nama berawalan G: Gerald, Gerard, George, Gavin, Gab, Glenn, etc. Sampai akhirnya kita end up by calling him : “G-Man”.

Dan tentu saja saya dengan ke-ratudramaan- saya, jadi langsung salting sendiri kalo si Garett ini lagi ketemuan sama kita. Tiba-tiba aja saya jadi pendiem. Mehehehehehe… sampe-sampe pernah Chris nanya, “Are you okay? You’ve been so quiet today…”.

Sekali-kalinya saya emosional di depan Garett, adalah waktu kami lagi kerja kelompok di kantornya Sanoar, dan saya sambil ngikutin pertandingan antara Chelsea vs Atletico Madrid lewat Twitter. Chelsea lost the game, Dan saya jadi galak ke semua orang. Halah.

Waktu poster presentation, we had a group picture (minus Chris who had to work on that day). Dan lihatlah betapa sumringahnya senyum saya di foto ituuuu… :D.

Garett - saya - Will - Sanoar
Anyway, it was such a pleasure to work with you guys :). 

Kamis, 15 Mei 2014

Spring Semester - A Reflection

Sebelumnya, ada satu hal yang saya gak ngerti. Why do they call it Spring Semester when like, 75% of it is actually in winter? I just don’t get it. But yeah, the long and almost unbearable winter will be in another post. Karena tujuan utama dari posting ini adalah cerita soal Spring Semester yang berhasil saya lalui dalam keadaan hidup-hidup. *sujud syukur*.

Sebenernya, saya memulai Spring Semester ini dengan perasaan agak sedikit semacam lebih optimis dibanding Fall Semester. Karena gak ngambil Statistik. Karena sepertinya, mata kuliah yang saya ambil tidak seekstrim dan sebanyak semester kemaren. Lagian saya sempet mikir, toh, ini semester kedua saya. Sudah lewat masa adaptasi nih.
Then again, smooth is definitely not the correct and accurate word to describe my Spring Semester. Hard? Yes. A lot of hard work? Absolutely. Worth it? Definitely.

Jadi, kalo Fall semester kemaren saya ngambil 4 mata kuliah,1 kolokium wajib, plus lab rotation alias magang di lab salah satu profesor, semester ini saya ngambil 3 mata kuliah plus 1 kolokium. Mata kuliah yang saya ambil? Water Quality Modelling (CE559), Environmental Organic Chemistry (AGRY544) dan Water Chemistry (CE597). Huruf di depan kode mata kuliah itu menunjukkan departemen penyelenggara mata kuliah, jadi mata kuliah yang saya ambil itu mata kuliahnya Civil Engineering dan Agronomy.
Mari saya review satu-satu mata kuliah-mata kuliah ini.

CE559 – Water Quality Modelling
Instructor: Prof. Chad Jafvert
I absolutely LOVE this course. Jadi sebenernya mata kuliah ini gabung sama anak undergrad. Tapi kalo anak undergrad, kode dan nama mata kuliahnya jadi CE333, Environmental and Ecological System Modelling. Terus yang anak Grad yang ngambil CE559 ada sesi tambahan tiap Jum’at habis yang sesi bareng undergrad. This is the course where I really learn A LOT of new things. Sebenernya agak lucu sih, karena PR pertama kami justru menghitung bunga yang harus dibayar untuk pinjaman uang. Then again, sebenernya
Chad cuma ingin mengajari kami basic functions in Excel.
We studied about kinetics and fate of chemicals in lake and streams. Terus juga sempet diajarin VBA (yang mana sempat membuat saya panik karena saya sama sekali gak ngerti Visual Basic Application ini, padahal kata temen saya yang Computer Science, “it’s the most basic simplest programming language that doesn’t need any geek qualification to do it.”), sama MathCad jugaaa… Intinya sih, this is the course that is really really useful. And most of all, he’s such a nice professor. He is really helpful to students. Pernah saya stuck dengan salah satu PR, karena kebetulan materi untuk PR itu yang ngajar bukan dia, tapi TA (Teaching Assisstant alias asdos) dia. Ya, saya ngumpul PR nya sih, tapi sorenya saya dateng ke Prof. Jafvert, and he patiently explained how to solve the problem step by step to me. Pernah juga saya dateng ke dia untuk nanya soal PR. Ada 3 orang mahasiswa lain yang juga nanya ke dia, dan dia dengan sabarnya ngajarin mereka semua, walaupun yang mereka tanyakan adalah hal yang menurut saya sih, hal yang basic banget. Tapi sambil merhatiin dia ngejelasin ke anak-anak undergrad itu, saya salut. Seharusnya memang pendidik yang baik ya seperti itu ya, yang tidak akan membuat siswanya takut untuk bertanya.
Trus juga, kalo ngajar gitu dan kami udah pada diem, dia suka yang ngomong gini: “You look bored. Do you want me to tell you guys a joke?”. Ya…kadang-kadang joke-nya dia suka garing sih, but the thing is just…he’s funny when he’s telling joke.
Chad ini juga agak mengingatkan saya sama Abah saya. Dulu, Abah pernah ngomong gini ke saya, “Kalau sampai mahasiswa Abah bikin gedung dan runtuh, yang salah itu Abah. Karena seharusnya Abah yang mengajari dia soal konstruksi.”. And one day, Chad said this, “If you pass this course but you have no idea on how to write a first-order decay equation, that’s my fault of not teaching you properly about it.
Pernah nih, salah satu mahasiswa nanya, dan dia mengawali pertanyaannya gini: “I am going to ask you a question that may sound like a stupid question.
Dan tau nggak sih, Chad jawabnya gimana? “Wait. You are not gonna be stupid by asking question. In fact, you are risking yourself of being stupid by NOT asking question. Questions are good. They clarify things!”.
Oh..oh… dan Chad ini research advisor sayaaaa :D.

AGRY544 – Environmental Organic Chemistry
Instructor: Prof. Linda S. Lee
Tadinya sih, saya sempet paling pesimis dengan mata kuliah ini, karena kata ‘Organic’ yang muncul di mata kuliah itu. Secara ya, saya dan Kimia Organik entah kenapa sepertinya gak pernah akur satu sama lain. Ternyata sodara-sodara, nama mata kuliah ini menipuuu… It’s more like physical chemistry. Sebenernya inti dari mata kuliah ini, studi mengenai partisi senyawa organik di lingkungan, apakah lebih banyak di air, di udara, atau di tanah. And for this course, we just love Appendix C from the text book so much, because all the constants that we need for the calculation are there -_-. Saya suka sih mata kuliah ini, meskipun kalo ngerjain PR nya suka sakit kepala karena rumusnya banyaaaakkk… Dosennya juga baaaaiiiikkk :D. Dr. Lee ini ketua program saya, dan juga…academic advisornya saya. Ihik. Iya nih, semester ini kuliah bersama advisor nih judulnya (._.)/|| . Saya kalo ngerjain PR untuk mata kuliah ini biasanya suka bareng-bareng sama Sadia, Megan dan Helena. Biasanya kita suka ngerjain sendiri-sendiri dulu, trus nyocokin bareng-bareng. Because sometimes it’s just so easy to make stupid mistakes, like multiplying the numbers when you suppose to add them. Atau salah baca tabel. Saya sempet terharu lho, waktu Homework #5 dibagi, Megan dan Sadia dapet 100, sama kek saya. Dan saya inget, untuk PR yang itu memang kami ngerjainnya sampe yang 2 kali ketemuan, secara hitungannya lebih rumit. Megan dan Sadia bilang ke saya, “Oh, thank you very much, Ami! We wouldn’t be able to get this result for the homework if you didn’t help us.”
BUKAN tulisan tangan saya. Ya gini ini kalo PR AGRY544
Well, you know, it’s just… feels good to know that you’re not really bad in a subject, and even can be helpful to other.
Waktu mid exam pertama, saya ngerasa udah belajar habis-habisan. Bahkan sempat belajar bareng Sadia sehari sebelumnya. Limabelas menit sebelum ujian, I feel pretty sure that I know the equations. Tapi begitu soal dibagikan dan saya ngeliatin soal-soal itu…saya nge-blank. Bener-bener gak bisa mikir. Padahl udah dikasih Cribb Sheet (alias lembar yang isinya kumpulan rumus), but still I cannot associate which equations to be used for the problems. Panic attack. For the first 15 minutes I just stared blankly at the sheet. Padahal waktunya cuma 60 menit. And for the last 45 minutes I just wrote craps on my answer sheet. I was among the last people handing in my paper to Dr. Lee. Dan waktu Dr. Lee nanya, “How was it, Ami?”, saya…tiba-tiba saja nangis. Dan nangisnya bukan cuma yang mata berkaca-kaca. Nangis yang bener-bener sesenggukan. I was even trembling so hard, that one of my friends hugged me to calm me down.
Dr. Lee kayaknya sempet kaget liat saya nangis gitu, but she patted my shoulder, and said, “Look, it’s gonna be okay. I know how you feel, I once had the same experience. You’re going to be fine, I’m sure you did not really screw up. Now take a deep breathe, shrug it off your shoulder, and go on. You still have chances!”.
Udah gitu, kan sejam setelah itu saya masih ada kelas colloquium. Pas liat saya masuk kelas colloquium, Dr. Lee ngedatengin saya and hugged me and asked me, “Have you felt better now, Ami?”.
Isn’t she just the nicest instructor :”) ??

Water Chemistry – CE597
Instructor: that-other-professor
Kalo AGRY544 saya hadapi dengan pesimis tapi end up with me liking the subject, yang ini malah kebalikannya. Saya sebenernya awalnya semangat banget dengan mata kuliah ini. Secara ya, topik riset saya nantinya tentang kualitas air. Jadi ya pas banget dong?
Well, yes, the course is very useful. If you read the text book. The intsructor is just so very very smart.
Tapi ini kelas yang bagi saya malah akhirnya paling…ya paling gak saya senengin lah -_-. I just didn’t really like the way the class is being run. Dan terutama…work loadnya itu lho . Kalo untuk dua mata kuliah di atas tadi, kami ada dua kali mid-exam, one final exam, dan homework setiap 2 minggu sekali (total kami punya 6 PR). Untuk mata kuliah ini?
4 (iya, EMPAT) mid-exam. Satu final exam. One group project. One individual project. And 4 practice problem sets.
Boleh nelen pedang gak nih?
Trus waktu exam, gak boleh bawa kalkulator. Ya gak papa lahya kalo hitungannya cuma sekedar 278 x 45, misalnya. Atau logaritma sederhana. Lah, ini pernah nih ya harus ngitung Energi aktivasi reaksi, yang besarnya adalah: {(ln(k1/k2)8,314)}/(1/303-1/278) dimana harga k1 dan k2 nya sendiri mesti diitung lagi. Pengen garuk aspal gak sih rasanya?
And the thing is, saya kok ngerasanya instructornya cuma going through the text book witrhout really giving further explanation :(.
saking bosennya di kelas, saya bisa motrest suasana kelas -_-
Lucunya nih, kan yang ngambil CE559 ada 8 orang, dan 6 orang ngambil CE597 juga. Jadi pernah waktu graduate session untuk CE559, Prof. Jafvert nanya how was water chemistry going. Dan kami kompak langsung pada mengeluhkan work loadnya yang berasa lebih berat daripada manjat patung Liberty. Prof. Jafvert cuma ketawa, dan ngomong, “Oh well, she graduated from Cal Tech. Maybe that’s the background of her settings on the standard of the work load.”. Kita langsung pada ngomel-ngomel.Tapi Prof. Jafvert juga sempet mengerutkan kening sambil ngomong sih, “I wonder how the undergrads are doing with that course. They must be going crazy.” Dan nilai examnya… entahlah. Contohnya nih, untuk exam #3, I got 85 out of 105, dimana average score adalah 65, dan standar deviasi 21.6 . Speechless -_-.

GRAD5900
Ini kelas colloquium nya program studi sayaaaa :D. Kalo semester kemaren sih, sistemnya Cuma tiap minggu kami dikasih reading material, lalu tugas mingguannya bikin technical commentary alias semacam critical review gitu. Untuk semester ini, jadi ada semester project. I’m going to have another posting about this semester project. Terutama karena my hopeless crush sama si mentor yang gantengnya bikin istigfar itu.

Terlepas dari perasaan saya tentang mata kuliah, here’s my result:
CE 559: B ; CE597: A ; AGRY 544: A ; GRAD5900: A-

Saya sempet mikir itu ketuker nilainya antara CE559 sama CE597. Alhamdulillah, nilai saya untuk semester ini gak jelek-jelek amat, dan naik dibanding semester kemaren. Fall Semester kemaren IP saya cuma 3.14 . Well, sebenernya pengen juga sih kek temen-temen yang bisa dapet straight A’s gituuuu… huhuhu… Tapi ya mau gimana, Purdue emang pelit nilai. Pernah nih di Facebook muncul link ini, yang isinya adalah hasil penelitian yang menunjukkan bawha selama beberapa dekade, Purdue selalu jadi yang paling irit kalo ngasih nilai. Haha.

Waktu nelfon Mama dan curhat soal ini, kata Mama apa coba?
Ya udah Mi… udah biasa kok. Kamu memang semenjak dulu selalu sekolah di tempat yang susah buat nyari nilai…
Saya langsung ketawa. Oh, dear Mom. She always knows what to say to make me feel better :”).

Anyway, dengan berakhirnya Spring Semester, resmi sudah satu tahun pertama saya sebagai graduate student disini terlewatiiii :D.

Ami, over and out!

Senin, 12 Mei 2014

Football? I am Still Watching It

Salah satu epic question dari Mama sebelum saya berangkat sekolah kemaren adalah: “Trus, nanti kamu di Amerika masih nonton bola Mi?”
Sumpah saya ngakak dulu sebelum jawab pertanyaan itu.
Ya iya lah yaaaa…. Mehehehehe…\

Iya sih, disini saya gak punya TV. Selain karena sayang duitnya untuk beli TV, setdah, dengan koneksi internet yang lancar jaya disini, kekna TV cuma jadi tambahan distraksi saja bagi saya.

Anyway, yeah. Saya masih nonton bola. Kalo dulu di Banjar nontonnya kadang-kadang harus begadang, disini karena selisih waktu, biasanya pertandingannya antara pagi atau siang. Ya masih enak sih kalo nonton EPL, karena jadinya ya, Sabtu atau Minggu siang gitu. La Liga juga masih lumayan kekejar sih. Tapi yang nyebelin kalo EPL pas tanding weekday gitu. Secara ya pas jam saya kuliah. Termasuk pertandingan perdana Manchester City dimana suami saya David Silva menyumbangkan first goal of the season, saya lagi kuliah perdana statistik tuh.

Dan UCL. Damn it. UCL ini biasanya pertandingannya Selasa dan Rabu. Dan Rabu adalah hari dimana jadwal kuliah saya ngeselin abis. Biasanya kick-off jam 15.45 waktu sini, dimana saya sedang kuliah kolokium. Jadi ya mohon maaf wahai Dr. Lee, Dr. Niels dan para pembicara tamu di kolokium, kalo anda memergoki saya lebih sering staring at my phone screen, it’s because I am anxiously following the game on Twitter. Iya, saya mahasiswa khilaf memang. *sungkem sama dosen*.

Pas kolokium ini juga pernah nih, waktu Fall Semester kemaren, kebetulan masih rame-ramenya World Cup Qualification. Dan hari itu yang maen, Portugal versus Swedia. Which means: Cristiano Ronaldo vs Zlatan Ibrahimovich. Saya sih bukan pendukung keduanya, but I really want Sweden to win the game, as they seem to be the underdog team. Nah, kalo kuliah colloquium kan suka ada break di tengah-tengah, sekitar 10-15 menit gitu. Pas break itu, salah satu temen se-cohort saya nyalain laptop buat nonton match itu. Dan saya tentu saja dong dengan ke-ratudramaannya saya nonton dengan penuh semangat. Entah saya udah gimana banget, tau-tau Dr. Lee, yang adalah Ketua Jurusan dan juga Academic Advisor alias dosen pembimbing akademik saya tau-tau dengan wajah takjub berseru (dari ujung ruangan lho!), “Oh my God! Ami, I didn’t know you can make that kind of sound when watching soccer!”
Iya. Derajat saya turun lagi kayaknya tidak hanya di depan dosen wali saya sendiri, tapi di depan satu cohort alias satu angkatan.

Nah, kalo di Indonesia, cewek suka nonton bola sepertinya bukan hal yang asing deh ya. Tapi disini, kekna itu…jarang… Halah, sepak bola aja gak begitu populer disini kok. And the way they call it “soccer” instead of “football” actually irritates me.

Dan di antara temen-temen saya yang suka ngumpul bareng, saya satu-satunya cewek. Yang suka nonton bola. Dan suporter City. Yang lain kalo gak dukung United, dukungnya Liverpool. Dan di La Liga, sebagian besar pendukung Barcelona. Yang dukung Real Madrid kek saya cuma satu, dan itupun dia gak seheboh saya kalo nonton. Maka jadilah saya semacam obyek pembullyan mereka. Luckily, City has been doing great job. Tapi Real Madrid niiiihhh… Entah udah berapa kali saya bete abis gegara dengan ajaibnya mereka gak menang. For so many times I whined to my friend, “That’s it! I give up! I’m so done with football. I am SO NOT gonna watch football anymore!”.

Tapi tetep aja ujung-ujungnya saya nonton lagi. Heart attack lagi.

Pertengahan Maret kemaren, tiba-tiba saja…laptop saya rusak. Dan saya panik bukan cuma karena histeria terus-gua-ngerjain-tugas-pegimane-caranya, tapi juga panik gimana caranya saya nonton bolaaaaa….
Untunglah di sini, di perpus yang namanya komputer ada dimana-mana. Asal kebagian komputer aja sih. Maka jadilah saya tambah rajin ke perpus, tidak hanya untuk nugas semata, tapi untuk numpang nonton bola.
Termasuk nonton Derby Manchester. AAAAAA…. Saya masih pengen histeris. Waktu Derby Manchester ini, sebenernya saya gak ada kuliah. Tapi ada rapat organisasi PFA yang saya ikuti. Entah kenapa, rapatnya ini yang saya perkirakan Cuma sekitar 1-1.5 jam, lah kok ya jadi dua jam lebiiihhh… Saya dengan gelisahnya bolak-balik liat jam. Saya sampe dengan desperatenya SMS temen saya, “Do you think it would be polite to leave this PFA meeting and have the Manchester Derby as an excuse?”.
Jawaban temen saya menohok sih. “No. It’s not polite. But I guess youre going to explode soon anyway.
He’s kind of right, actually. Apalagi waktu saya liat di Twitter, kalo Edin ngegolin dalam waktu kurang dari satu menit. Untunglah, sekitar setengah jam setelah kick off, Baiba, si ketua PFA akhirnya mengakhiri rapat. Dan saya langsung lari ke perpus, nyari spare computer, dan langsung nontoooonnn :D. Ah, gak sia-sia anxiety-nya saya. City kembali memenangkan Derby di Old Trafford dengan skor 3-0. Sebelumnya di Etihad, City udah menang 4-1!!!

Satu lagi yang saya inget banget dari BPL Season 13/14 ini: transfernya Juan Mata.
Sampe sekarang saya masih pengen menggundah gulana, menghitung barisan semut merah di dinding sekolah, kalo inget soal ini. Juan Mata adalah salah satu pemain favorit saya di Chelsea. Dan sebenernya, saya kecewa juga kenapa dia jarang banget jadi starter. Salah satu temen saya (yang entah kenapa minta ditabok banget as he dislikes Chelsea so much) bilang that it’s Mourinho’s fault. Saya sebenernya setuju sih. Tapi gengsi untuk mengakui itu di depan dia. Sampai…akhirnya… beneran kejadian. Mata no longer wearing a blue jersey. Pait. Lebih pait daripada ngunyah beton. Apalagi pindahnya ke tim yang satu itu. Dan lihatlah betapa teman-teman saya tertawa di atas derita saya :"(

Daaaannn….akhirnya season 13/14 BPL pun berakhir :”). Tiga minggu terakhir BPL rasanya penuh drama banget. Saya nyaris udah mau mengikhlaskan City finish di urutan kedua, just like last year. Tapi waktu Chelsea berhasil mengalahkan Liverpool, AAAAAAAAHHHHHH BAHAGIANYAAAAA!!! Dan untungnya walaupun sempet kepeleset-peleset (kalah dari Liverpool dan cuma seri sama Arsenal), di pertandingan-pertandingan terakhir City tetap konsisten. Duh, para pacar saya pemain City itu memang ya :”).

Pas banget pula, pertandingan terakhir BPL itu pas setelah saya selesai dengan Spring Semester. Jadi nontonnya pun dengan perasaan legaaaa… Kali ini, karena laptop saya akhirnya selesai dibenerin, saya bisa dengan puas nonton di apartemen.
kayak yang saya mesti diingetin aja -_-

CHAMPION OF ENGLAND! AGAIN!

AND CITY WIN THE LEAGUE, PEOPLE! MANCHESTER CITY IS THE CHAMPION OF ENGLAND!!!
Antara sedih dan seneng sih sebenernya. Seneng banget karena CITY MENANG!!! Tapi juga sedih karena…gak ada lagi yang ditunggu kalo wiken.
Tapi… World Cup is comiiiingggg!! I am soooo excited to watch this. Even though, sepertinya kembali saya akan sendirian lagi, karena pada gak dukung Spanyol… huhuhu…
So yeah, World Cup, I am soooo gonna watch you :D!
Can't wait to see you playing in World Cup, El Mago :)

Sabtu, 10 Mei 2014

Quick Update on Me

Jadi, mari memulai postingan ini dengan sebuah foto yang membuat saya menari-nari gembira sekitar dua jam yang lalu.
SUBMITTED!
Iya sodara-sodaraaaa… Saya sudah meng-submit take home exam untuk salah satu mata kuliah yang saya ambil di Spring Semester ini. Dan secara ya, hari Rabu dan Kamis kemaren saya sudah menempuh final exam untuk dua mata kuliah lain. Trus pagi Jum’at ini bersama group mates saya kami meng-submit final assignment untuk group project kami di kolokium, artinya apa sodara-sodaraaa?

I’M DONE WITH SPRING SEMESTER!
Wooohooooo!!!
Which means, I have finished my first year of being a graduate student here. Phew. Never thought that I can survive this far.
Summer holiday, come here and let me love youuuu!!!

Begitulah, dengan indikator betapa sepinya blog ini dari postingan selama belasan minggu, keliatan dong betapa saya adalah seorang graduate student who actually has no life has a busy academic life?
gini nih sekitar setengah jam sebelum submit PR
Naaahhh… Not really. Cuma sibuk ngerjain tugas kok. Sama ngerjain PR. Sama kerja kelompok. Sama berprokrastinasi.
jadi, walaupun wajah saya seserius itu...
yang sebenernya lebih sering muncul di layar laptop atau komputer sih...
Tapi ya intinya gitu deh.

Aaaanywaaaayyy…
Walaupun resminya sepanjang pertengahan Mei sampai pertengahan Agustus adalah Summer Break, tapi saya ngambil Summer Clas. Jeng jeeeengg… Summer bersama Statistik, sodara-sodaraaaa *menghela nafas panjang*. Dan oh, tentu saja research advisor saya dengan wajah cerah ceria waktu research group meeting kemaren ngomong, “Well, since it looks like everyone will be around this summer, let’s have a progress report meeting every week on summer!”. *menatap dengan nanar*
Then again, at least I would have some time to write stuffs, including posts in this blog. Yeay! *sambil bersihin debu di sela-sela blog*.

Karena wahai pemirsaaahhh… betapa banyak hal yang ingin saya curhatin ceritain di blog ini. Mulai dari Spring Semesternya saya (supaya tetep ada kesan bahwa saya ini mahasiswa), temen-temen saya, group project dan mentornya yang super ganteng, patah hati lagi (abaikan), my birthday, winter yang berasa kagak abis-abis (I was at the edge of hating the snow). Intinya banyak deh. Sebenernya, entah berapa kali setiap kali ada kejadian apa gitu atau kepikiran gitu, the thought of oh-I-am-so-gonna-write-this-on-my-blog crossed my mind.

But for now, sepertinya itu bantal dan selimut saya sudah sangat menggoda. Dan waktu saya ngetik ini, udah jam 2.15 dini hari. Dan saya rindu tidur dengan lega dan bangun dengan perasaan bebas tanpa harus mikir soal kuliah.

So for now (for not so long, I hope), Ami, over and out!
Officially surviving my first year of a graduate student, in ESE Program at Purdue :)


Jumat, 30 Mei 2014

KUChat with KampusUpdate - Berbagi Pengalaman Berburu Beasiswa

Awalnya cuma obrolan di WhatsApp dengan salah seorang temen saya, si Ifa. Dia nanya, boleh gak nulis tentang profil saya untuk contoh tulisan, secara dia mau magang di Kampus Update. Saya pikir, ya tidak ada salahnya. Walaupun juga sebenernya, siapa saya sih sampe diprofilin segala. Ahahahaha…. Beberapa minggu kemudian, lewat Twitter, dia mengirimkan hasil tulisannya yang dimuat di Kampus Update. Ihik… seneng…. Berasa jadi seleb dadakan. Whuahahahaha….

Tapi ternyata, ada lanjutannya. Ifa bilang ke saya kalo Mas Adit, foundernya Kampus Update, tertarik untuk ngadain sesi KUChat dengan saya. Saya dengan polosnya iya-iya aja. Jadi begitu si Mas Adit ini konfirmasi ke saya, saya bersedia. Saya bahkan langsung ceria aja begitu Mas Adit ngirim banner yang akan dipakai untuk tweet informasi mengenai sesi KUChat tersebut.
ihik...itu kenapa ya senyum saya sumringah sekali?
Nah. Habis itu saya kepoin TL-nya Kampus Update untuk liat gimana sih sebenernya KUChat ini. Dan hasilnyaaaa…. Saya speechless sodara-sodarah sekalian!

Edemi ya itu yang jadi nara sumber di KU Chat itu orang-orang keren semuaaaa! Ada yang sudah nulis buku lah, ada yang mahasiswa teladan lah, co-founder NGO yang awesome, penerima beasiswa dari Columbia University, bahkan ada semifinalis Putri Indonesia. Lah sayaaaa? Kok kayaknya jauh banget dari orang-orang hebat itu ._. . Gak mungkin deh kayaknya prestasi sebagai Juara 1 lomba masak se MIPA kemaren dijadiin bandingan.

Saya nyaris nge-WA Mas Adit, telling him that I changed my mind due to my alarming low level self confidence.

Anyway, jadi disepakatilah hari Kamis, 29 Mei untuk sesi KUChat tersebut. Jam 20.00 WIB, yang artinya disini baru Kamis pagi jam 9. Mas Adit sebelumnya sudah ngirim script pertanyaan. Dan saya nyiapin jawabannya sampe…jam 3 pagi. Haha. Ya iyalah gimana gak pake begadang secara disambi nonton Australia’s Next Top Model *selfkeplak*. Untunglah saya gak bangun kesiangan.

Tentu saja, saya si ratu drama harus banget ngerasa deg-degan. Takut salah jawab. Mehehehe…

Alhamdulillah, sesi KUChat berlangsung cukup lancar :D. Seneng banget liat tanggapan temen-temen yang jadi merasa tertarik untuk mencari beasiswa juga. Bahkan beberapa bilang kalo obrolan kita inspiratif. Awww… Saya sungguh terharu sekaliiiii! Karena sungguh, saya hanya berharap apa yang saya lakukan bisa bermanfaat buat orang lain. Sekecil apapun bentuk manfaat itu. Jadi mudah-mudahan saja sharing saya bersama Kampus Update bisa bermanfaat bagi para pemburu beasiswa :D.

Rangkuman versi online dari KUChat saya bisa dilihat di link ini ya :)

Tapi sebenernya, versi asli dari jawaban saya sebelum dimodifikasi supaya bisa muat dalam jumlah karakter Twitter lebih panjang.

Here is the longer version of my answers:

Hai @utamiirawati Kamu sekarang sedang sibuk apa?
Halo :). Lagi summer break sih, tapi sedang mulai mempersiapkan penelitian

Boleh ceritakan bagaimana awal mula kamu bisa mendapat beasiswa Fulbright untuk kuliah di Purdue University, US? 
Saya ikut mailing list beasiswa, dari sana banyak informasi tentang tawaran beasiswa, termasuk Fulbright ini. Saya juga sering googling untuk mencari informasi tentang beasiswa. Kebetulan AMINEF selaku pengelola beasiswa Fulbright di Indonesia mengadakan Q&A session di kota saya, jadi saya bisa mendapat informasi langsung dari mereka, termasuk persyaratan yang diperlukan. Sekitar dua bulan sebelum deadline, saya sudah menyiapkan dokumen yang diperlukan, dan menghubungi orang-orang yang saya minta bantuannya untuk memberi surat rekomendasi, dan juga menulis study objectives.

Bagaimana sih sistem pemberian beasiswa Fulbright @utamiirawati?
Tiap tahun Fulbright memberikan beasiswa untuk berbagai macam program, termasuk untuk yang masih S1 lho, bisa dicek di http://www.aminef.or.id/ . Angkatan saya yang berangkat tahun 2013 kemarin ada sekitar 90 orang, untuk program S2, S3, student exchange untuk S1 dan program lain. Beasiswa dari Fulbright mencakup tuition fee, biaya hidup yang disesuaikan dengan state dimana kita studi, dan return tiket untuk berangkat saat memulai studi dan kembali ke Indonesia setelah studi selesai. Selain itu, Fulbright juga menanggung biaya tes iBT dan GRE yang jadi persyaratan untuk mendaftar ke universita di USA, dan juga biaya pendaftaran ke Universitas yang kita pilih.

Apa saja proses seleksi yang kamu lewati hingga bisa mendapat beasiswa Fulbright @utamiirawati? 
Yang paling awal tentu saja seleksi berkas. Dan saya akan bilang bahwa dalam seleksi berkas ini, Study Objective ini sangat penting. Banyak yang IPKnya tinggi dan nilai TOEFL nya bagus, tapi tidak semua orang bisa menyajikan visi misi mereka secara ringkas dan menarik dalam satu lembar essay berupa study objective. Sekitar 3 bulan setelah deadline pengiriman berkas, saya dihubungi untuk wawancara.  Sekitar 3 minggu setelah wawancara, Alhamdulillah pihak AMINEF mengabarkan bahwa saya lulus untuk memperoleh beasiswa ini. Meskipun demikian, prosesnya masih berlanjut, yaitu tes iBT, tes GRE, dan aplikasi ke universitas tujuan.

Bagaimana menjadi seorang pelajar Indonesia di USA?
Well, waktu awal, mungkin agak kaget ya..karena ritme belajar disini beda dengan di Indonesia. Lebih demanding. Dan mungkin juga kita sebagai international student merasa canggung karena beda bahasa dan beda budaya. Tapi kalau kita bisa mengatasi rasa malu untuk bertanya, things will get better as time goes by. Oh, dan jangan terlalu memforsir diri dengan terus menerus belajar. Banyak aktivitas lain yang bisa dilakukan disini, mulai dari menonton konser, atau bergabung dengan organisasi mahasiswa atau klub lainnya yang sesuai hobi kita. Disini saya bergabung dengan Purdue Fulbright Association, jadibisa banyak punya teman dari berbagai negara lain. Dan satu lagi, mau tidak mau, kita harus siap untuk ditanya orang tentang bagaimana sih sebenarnya Indonesia itu. Ingat, disini kita juga menjadi semacam duta Indonesia lho :).

Sebagai penerima Fulbright, apa ada kewajiban khusus yang harus kamu jalankan setelah beasiswa itu selesai @utamiirawati?
Yang pasti, salah satu ekspektasi dari Fulbright committee adalah kami selaku Fulbright alumni dapat berbagi pengalaman yang telah kami peroleh selama kami studi, dalam bentuk apapun sharingnya.  Selain itu juga kami diharapkan dapat membawa perubahan, paling tidak di lingkungan kami berada dengan bekal pengalaman yang kami peroleh

Menurutmu, hal apa yang membuat kamu bisa terpilih mendapat beasiswa Fulbright tersebut @utamiirawati?
Ahahaha… yang pasti sih ini berkah dari Alloh SWT, jawaban atas doa dan usaha saya. Tapi kalau saya boleh menganalisis, mungkin komite seleksi melihat bahwa yang saya tuliskan di study objective saya dan jawaban saya waktu wawancara memang menunjukkan bahwa saya punya passion terhadap bidang yang saya ajukan. Dan saya juga menunjukkan bahwa saya tidak hanya berpikir tentang bagaimana saya akan menempuh studi di sana, tapi juga saya punya pemikiran tentang apa yang akan saya lakukan begitu saya pulang ke Indonesia setelah selesai studi. Salah satu jawaban saya yang saya ingat sampai sekarang atas pertanyaan waktu wawancara tentang kenapa mereka harus memilih saya above : “Like many others, I am a dreamer. But I don’t stop at being a dreamer. I am a fighter who fights for my dreams. And because I am a fighter, I know, that eventually, I will be a winner. I will win the fight to make my dreams comes true.”

Apa yang harus teman-teman siapkan jika tertarik mengajukan beasiswa seperti kamu @utamiirawati?
Yang pasti, jangan malas duluan untuk menyiapkan berkas. Kalo kita bener-bener pengen, pasti kita akan melihat persyaratan sebagai tantangan yang bisa kita hadapi, bukannya sebagai halangan. Jangan malu menjalin komunikasi dengan orang lain, baik untuk minta saran, bahkan dukungan. Ini juga pentingnya komunikasi yang baik dengan dosen atau orang lain yang pernah memiliki posisi sebagai atasan atau supervisor kita, karena banyak sekali beasiswa yang  mensyaratkan surat rekomendasi.  Dan yang pasti, harus siap mental. Baik untuk menyiapkan berkas, tahap wawancara, bahkan mendapat berita bahwa kita belum berhasil mendapat beasiswa. Harus siap mental untuk terus mencoba.

Ada pesan untuk teman-teman yang ingin mendapat beasiswa Fulbright seperti kamu @utamiirawati?
Yang pasti, kalau memang punya cita-cita, harus siap berjuang untuk mewujudkannya. Nothing is easy to the unwilling. Dan jangan cepat patah semangat hanya karena satu dua kali kegagalan. Why should we complain about one single failure when God gives us the opportunity to try again 10 more times? Usaha, dan berdoa. God is there. Watching, listening, and granting. Oh iyaaa… supaya tetap semangat, coba dengerin dua lagu ini deh: https://www.youtube.com/watch?v=bxV-OOIamyk dan https://www.youtube.com/watch?v=mk48xRzuNvA

 So yeah. That’s me sharing my experience. Semoga bisa membantu yang sedang nyari beasiswa jugaaa :D

Sabtu, 24 Mei 2014

Purdue Fulbright Association

If it wasn’t because of the Fulbright scholarship, I wouldn’t be here. Yeah, being a Fulbrighter means that you have a privilege to have this amazing experience of studying here in the USA. Then again, being a Fulbrighter does not mean that you only ave to stuck with studying stuff. One of the thing that I find really nice, is that here in Purdue, we also have a Fulbright Association.

It’s not something uncommon for universities here to have this kind of Fulbright Association. Then again, not all universities have it. Luckily, we have PFA, Purdue Fulbright Association here. I found that this association has helped me a lot with so many things, not to mention that I meet some good friends here.

The first time that I come in contact with PFA, was when I was still in my Pre Academic Program in UC Davis. Baiba, the President of PFA, sent me a message to welcome me to Purdue. She even offered to pick me up by the day I arrived in Purdue. And at the second day, she even helped me and some other friends to go to Walmart to buy some basic stuffs.

So basically, PFA is a student association in Purdue, mainly aimed to facilitate communication between people who are related to Fulbright in Purdue. Not just students who are currently having the grant, but also Fulbright alumni, or people who are interested in the Fulbright program.
At the beginning of the semester, PFA has a formal reception for the new incoming students. We also had a campus tour, where some of the seniors led us for a walk around the campus, showing us places around the campus.

Throughout the semester, PFA has a bi-weekly coffee hour, where we would sit together just to relax and have a light chat about what’s happening in life. We also have monthly dinner, but sometimes instead of just having dinner, we have some other fun activities. We did pumpkin carving, ice skating, bowling…
It’s a nice organization, really. Not too formal that you feel awkward to join, instead you’re actually making friends through this organization.

Ngeeeniweeeiii… before I continue, let me just tell you something about me. Somehow, I always have a lack of confidence in my social ability. Like, seriously, I am not a very social person anyway. In fact, I always consider myself to be socially awkward. I don’t like doing public speaking, and always get terribly nervous whenever I have to do it.

So when PFA Board 2013 sent an e-mail, announcing that they are opening the application to be members of PFA Bpard 2014, I was in doubt.
On one hand, I was really unsure whether I can do that. But then again, I know that maybe by joining this organization I can actually help myself on my social skills.
Dan tentu saja, saya dengan lebaynya bergalau ria cuma untuk mikir mau daftar atau enggak. Dan akhirnya saya daftar. Pas hari terakhir. Mhuahahahahaha XD.

In 2014, the PFA board has 5 members. Baiba, from Latvia as the president, Gulcin (from Turkey) as the Vice President, Timo (from Germany) as the treasurer, Ularee (from Thailand) as the Outreach Officer, and me. My position? Communication Officer.

Jiaaaahhhh… So basically, I am in charge of…communicating. Isn’t it obvious?
Oh well, pada dasarnya sih, saya in charge untuk membuat pengumuman-pengumuman yang terkait dengan acaranya PFA. Dan sebenernya juga, apapun posisi kita, tetep aja kok ngerjainnya bareng-bareng.
Tahun 2014 ini, selain coffee hour rutin itu, sampai dengan akhir Spring Semester, kita udah ngadain Bowling Night, dan PFA Picnic! Yeay!

Me and Ularee were in charge to organize the Bowling night, while Timo and Gulcin organized the picnic. The bowling night actually became a bit messy, because we didn’t expect so many people would join us. We estimated an event for about 12-15 people, and we ended up having almost 30 people showing up. But still, it was super fuuunnnn… :D
PFA Bowling Night
Me and Gulcin at the Bowling Night
Ignacio in action
The picnic was also a fun one. Especially because it was when we were starting to have gorgeous warm days of Spring after the long winter. There are plenty of good food, and it was a very nice break from studying before the finals.
such a glorious sunny day
picture of a picture. Me, David, and Mariana

see that sweets on the left? it's just so good!
more food...
can we just start eating? good weather is good for your appetite

And our biggest event? PFA Farewell Dinner. To be completely honest, maybe organizing this event was even a little bit…stressful. Anyway, despite all the tensions and this and that, we finally made it. The PFA Farewell Dinner went successfully.

seneng dengan foto ini karena saya jadi paling cantik sendiri :p
It was such a relief that we finally made it. And in fact, it was a nice event indeed. It’s a formal dinner to celebrate the Fulbrighters who graduate in Spring. And because it’s a formal occasion, we had some VIP guests (which made me and some other a bit nervous, actually).
our table at that night
Purdue Fulbrighters who are graduating in Spring 2014
 Oh, dan tentu saja, salah satu highlight dari acara ini adalah… saya jadinya di make-over dong sama Dhina. Mhuahahahahaha… Jarang-jarang lho ya saya tampil pake dress formal, high heels, dan full make up. Kayaknya malah Dhina dan Pam lebih semangat pas dandanin saya. Mehehehehe….
sekali-sekali deh ya tampil kek gini :)
Anyway, this is Summer now, so we’re kind of having a break. But soon, PFA will be busy again, welcoming new incoming students of 2014, and of course, arranging some other event. Well, bring it on :D! 

PFA Bpard 2014: Gulcin - me - Timo - Baiba - Ularee
Purdue Fulbrighters!


Senin, 19 Mei 2014

The Colloquium Project

Seperti yang sudah saya ceritain di posting sebelum ini, salah satu mata kuliah yang saya ambil adalah Colloquium II for ESE. Cuma 1 Credit alias 1 sks, but somehow, it takes a lot of time. But in one way and another, it was actually fun.

Jadi ceritanya, di semester ini, untuk kolokium, kami disuruh memilih salah satu tema tertentu, and then we have to set up a creative project to work on throughout the semester. Sebenernya sih saya agak-agak clueless yaaa… for ‘creativity’ is definitely not my middle name. But yeah, sometimes we just have to do what we got to do!

Untuk semester ini, kami disuruh milih salah satu di antara beberapa tema berikut: Water Resources, Human rights, Biodiversity, Sustainable community, and Food security.
Saya pilih Water resources. Karena kebetulan itu memang minat saya, dan research project saya akan berkutat di kualitas air sih. And this is a team project, so I have three other ESE students as my team mates: Will, Sanoar, and Chris. Iya, saya paling cantik cewek sendiri.

First steps of the project is determining the main issues of our topic. And because the environment is a complex system, we also have to consider how our topic is related to other topics. Jadi salah satu hasil brain storming kami adalah poster sederhana ini. I guess we did quite a nice job, huh :D?
Next, menentukan proyek kami itu apa. Ini nih yang agak sulit. Because when we talk about water, it’s such a HUGE topic. We can talk about the limited availability, poor management, water and human rights, there are so many things that we can talk about water.

But then, we got to a point where we’re all agreed, that despite of the limited availability of water, some people might not really well-informed about how water is used. Not many people understand about the concept of water footprint. Well, we maybe well aware of how much water that we consume directly. Kita sadar aja sih, berapa banyak air yang kita gunakan untuk kita minum secara langsung, atau untuk keperluan lainnya. Then again, have we ever really think about the indirect water consumption? For example, not many people aware that it takes more than 100 litres of water to produce a cup of coffee. Or that one single portion of a beef steak will take 4650 litres of water. Yeah, it is quite shocking to see the amount of water needed to produce things that we consume daily. Here’s an article that gives you an informative graphic of how much water is actually required by our daily consumed stuffs.

We think it would be cool if we create a menu, that not just showing the meal, but also showing the amount of water needed to produce the meal. And be it. That’s the theme of our semester project of the semester: “How much water is your food using?”.

To work on this project is quite challenging. We like the topic, but then again, with our schedule of classes, sometimes it’s just so hard to arrange time to meet up to work on this. And really, Will has been such a great team mate. He always stays positive, and tries to accommodate our opinions. I am just so grateful to have him in my group.

We had to make a proposal about the project, and then present it in front of three faculty members. Besides the presentation, we also had to make a poster, and the posters were displayed when we had a social meetings for ESE students.

One of the things that I really enjoyed about this project, I learned new things. Seriously, before this project, I didn’t really realize about indirect water consumption. Now that I know about it, it changes my perspective.

Oh, dan tentu sajaaaa… si mentor. MHUAHAHAHAHAHA…. Jadi untuk setiap kelompok, dapet Peer-to-peer mentor, alias senior yang dianggap capable untuk membimbing tiap kelompok dalam menyusun proyek yang dikerjain. Daaannnn…. We got Garret as our mentor. WOOOHOOO…

Sumpah si Garett ini asli ganteng banget. Saya sebenernya udah pernah liat dia pas diundang dinner di tempatnya Heather tahun lalu, tapi terus lupa aja sama dia karena gak pernah ketemu lagi. Dan waktu diumumkan bahwa tiap kelompok akan dapat mentor, and then he came to our table and introduced himself…saya….langsung bengong. Aaaaaahhh…..

Anyway, mungkin saking takjubnya saya, pas dia menyebutkan namanya, entah kenapa saya kok denger namanya itu Greg ya, bukannya Garett. Jadi waktu ketemuan lagi sama kelompok saya, dan mereka ngomong soal sending our work to Garett to have his feedback, saya dengan polosnya ngomong, “What? His name is Garett? I thought his name was Greg.”. Dan lucunya, habis itu kita mulai nyebut dia dengan berbagai macam nama berawalan G: Gerald, Gerard, George, Gavin, Gab, Glenn, etc. Sampai akhirnya kita end up by calling him : “G-Man”.

Dan tentu saja saya dengan ke-ratudramaan- saya, jadi langsung salting sendiri kalo si Garett ini lagi ketemuan sama kita. Tiba-tiba aja saya jadi pendiem. Mehehehehehe… sampe-sampe pernah Chris nanya, “Are you okay? You’ve been so quiet today…”.

Sekali-kalinya saya emosional di depan Garett, adalah waktu kami lagi kerja kelompok di kantornya Sanoar, dan saya sambil ngikutin pertandingan antara Chelsea vs Atletico Madrid lewat Twitter. Chelsea lost the game, Dan saya jadi galak ke semua orang. Halah.

Waktu poster presentation, we had a group picture (minus Chris who had to work on that day). Dan lihatlah betapa sumringahnya senyum saya di foto ituuuu… :D.

Garett - saya - Will - Sanoar
Anyway, it was such a pleasure to work with you guys :). 

Kamis, 15 Mei 2014

Spring Semester - A Reflection

Sebelumnya, ada satu hal yang saya gak ngerti. Why do they call it Spring Semester when like, 75% of it is actually in winter? I just don’t get it. But yeah, the long and almost unbearable winter will be in another post. Karena tujuan utama dari posting ini adalah cerita soal Spring Semester yang berhasil saya lalui dalam keadaan hidup-hidup. *sujud syukur*.

Sebenernya, saya memulai Spring Semester ini dengan perasaan agak sedikit semacam lebih optimis dibanding Fall Semester. Karena gak ngambil Statistik. Karena sepertinya, mata kuliah yang saya ambil tidak seekstrim dan sebanyak semester kemaren. Lagian saya sempet mikir, toh, ini semester kedua saya. Sudah lewat masa adaptasi nih.
Then again, smooth is definitely not the correct and accurate word to describe my Spring Semester. Hard? Yes. A lot of hard work? Absolutely. Worth it? Definitely.

Jadi, kalo Fall semester kemaren saya ngambil 4 mata kuliah,1 kolokium wajib, plus lab rotation alias magang di lab salah satu profesor, semester ini saya ngambil 3 mata kuliah plus 1 kolokium. Mata kuliah yang saya ambil? Water Quality Modelling (CE559), Environmental Organic Chemistry (AGRY544) dan Water Chemistry (CE597). Huruf di depan kode mata kuliah itu menunjukkan departemen penyelenggara mata kuliah, jadi mata kuliah yang saya ambil itu mata kuliahnya Civil Engineering dan Agronomy.
Mari saya review satu-satu mata kuliah-mata kuliah ini.

CE559 – Water Quality Modelling
Instructor: Prof. Chad Jafvert
I absolutely LOVE this course. Jadi sebenernya mata kuliah ini gabung sama anak undergrad. Tapi kalo anak undergrad, kode dan nama mata kuliahnya jadi CE333, Environmental and Ecological System Modelling. Terus yang anak Grad yang ngambil CE559 ada sesi tambahan tiap Jum’at habis yang sesi bareng undergrad. This is the course where I really learn A LOT of new things. Sebenernya agak lucu sih, karena PR pertama kami justru menghitung bunga yang harus dibayar untuk pinjaman uang. Then again, sebenernya
Chad cuma ingin mengajari kami basic functions in Excel.
We studied about kinetics and fate of chemicals in lake and streams. Terus juga sempet diajarin VBA (yang mana sempat membuat saya panik karena saya sama sekali gak ngerti Visual Basic Application ini, padahal kata temen saya yang Computer Science, “it’s the most basic simplest programming language that doesn’t need any geek qualification to do it.”), sama MathCad jugaaa… Intinya sih, this is the course that is really really useful. And most of all, he’s such a nice professor. He is really helpful to students. Pernah saya stuck dengan salah satu PR, karena kebetulan materi untuk PR itu yang ngajar bukan dia, tapi TA (Teaching Assisstant alias asdos) dia. Ya, saya ngumpul PR nya sih, tapi sorenya saya dateng ke Prof. Jafvert, and he patiently explained how to solve the problem step by step to me. Pernah juga saya dateng ke dia untuk nanya soal PR. Ada 3 orang mahasiswa lain yang juga nanya ke dia, dan dia dengan sabarnya ngajarin mereka semua, walaupun yang mereka tanyakan adalah hal yang menurut saya sih, hal yang basic banget. Tapi sambil merhatiin dia ngejelasin ke anak-anak undergrad itu, saya salut. Seharusnya memang pendidik yang baik ya seperti itu ya, yang tidak akan membuat siswanya takut untuk bertanya.
Trus juga, kalo ngajar gitu dan kami udah pada diem, dia suka yang ngomong gini: “You look bored. Do you want me to tell you guys a joke?”. Ya…kadang-kadang joke-nya dia suka garing sih, but the thing is just…he’s funny when he’s telling joke.
Chad ini juga agak mengingatkan saya sama Abah saya. Dulu, Abah pernah ngomong gini ke saya, “Kalau sampai mahasiswa Abah bikin gedung dan runtuh, yang salah itu Abah. Karena seharusnya Abah yang mengajari dia soal konstruksi.”. And one day, Chad said this, “If you pass this course but you have no idea on how to write a first-order decay equation, that’s my fault of not teaching you properly about it.
Pernah nih, salah satu mahasiswa nanya, dan dia mengawali pertanyaannya gini: “I am going to ask you a question that may sound like a stupid question.
Dan tau nggak sih, Chad jawabnya gimana? “Wait. You are not gonna be stupid by asking question. In fact, you are risking yourself of being stupid by NOT asking question. Questions are good. They clarify things!”.
Oh..oh… dan Chad ini research advisor sayaaaa :D.

AGRY544 – Environmental Organic Chemistry
Instructor: Prof. Linda S. Lee
Tadinya sih, saya sempet paling pesimis dengan mata kuliah ini, karena kata ‘Organic’ yang muncul di mata kuliah itu. Secara ya, saya dan Kimia Organik entah kenapa sepertinya gak pernah akur satu sama lain. Ternyata sodara-sodara, nama mata kuliah ini menipuuu… It’s more like physical chemistry. Sebenernya inti dari mata kuliah ini, studi mengenai partisi senyawa organik di lingkungan, apakah lebih banyak di air, di udara, atau di tanah. And for this course, we just love Appendix C from the text book so much, because all the constants that we need for the calculation are there -_-. Saya suka sih mata kuliah ini, meskipun kalo ngerjain PR nya suka sakit kepala karena rumusnya banyaaaakkk… Dosennya juga baaaaiiiikkk :D. Dr. Lee ini ketua program saya, dan juga…academic advisornya saya. Ihik. Iya nih, semester ini kuliah bersama advisor nih judulnya (._.)/|| . Saya kalo ngerjain PR untuk mata kuliah ini biasanya suka bareng-bareng sama Sadia, Megan dan Helena. Biasanya kita suka ngerjain sendiri-sendiri dulu, trus nyocokin bareng-bareng. Because sometimes it’s just so easy to make stupid mistakes, like multiplying the numbers when you suppose to add them. Atau salah baca tabel. Saya sempet terharu lho, waktu Homework #5 dibagi, Megan dan Sadia dapet 100, sama kek saya. Dan saya inget, untuk PR yang itu memang kami ngerjainnya sampe yang 2 kali ketemuan, secara hitungannya lebih rumit. Megan dan Sadia bilang ke saya, “Oh, thank you very much, Ami! We wouldn’t be able to get this result for the homework if you didn’t help us.”
BUKAN tulisan tangan saya. Ya gini ini kalo PR AGRY544
Well, you know, it’s just… feels good to know that you’re not really bad in a subject, and even can be helpful to other.
Waktu mid exam pertama, saya ngerasa udah belajar habis-habisan. Bahkan sempat belajar bareng Sadia sehari sebelumnya. Limabelas menit sebelum ujian, I feel pretty sure that I know the equations. Tapi begitu soal dibagikan dan saya ngeliatin soal-soal itu…saya nge-blank. Bener-bener gak bisa mikir. Padahl udah dikasih Cribb Sheet (alias lembar yang isinya kumpulan rumus), but still I cannot associate which equations to be used for the problems. Panic attack. For the first 15 minutes I just stared blankly at the sheet. Padahal waktunya cuma 60 menit. And for the last 45 minutes I just wrote craps on my answer sheet. I was among the last people handing in my paper to Dr. Lee. Dan waktu Dr. Lee nanya, “How was it, Ami?”, saya…tiba-tiba saja nangis. Dan nangisnya bukan cuma yang mata berkaca-kaca. Nangis yang bener-bener sesenggukan. I was even trembling so hard, that one of my friends hugged me to calm me down.
Dr. Lee kayaknya sempet kaget liat saya nangis gitu, but she patted my shoulder, and said, “Look, it’s gonna be okay. I know how you feel, I once had the same experience. You’re going to be fine, I’m sure you did not really screw up. Now take a deep breathe, shrug it off your shoulder, and go on. You still have chances!”.
Udah gitu, kan sejam setelah itu saya masih ada kelas colloquium. Pas liat saya masuk kelas colloquium, Dr. Lee ngedatengin saya and hugged me and asked me, “Have you felt better now, Ami?”.
Isn’t she just the nicest instructor :”) ??

Water Chemistry – CE597
Instructor: that-other-professor
Kalo AGRY544 saya hadapi dengan pesimis tapi end up with me liking the subject, yang ini malah kebalikannya. Saya sebenernya awalnya semangat banget dengan mata kuliah ini. Secara ya, topik riset saya nantinya tentang kualitas air. Jadi ya pas banget dong?
Well, yes, the course is very useful. If you read the text book. The intsructor is just so very very smart.
Tapi ini kelas yang bagi saya malah akhirnya paling…ya paling gak saya senengin lah -_-. I just didn’t really like the way the class is being run. Dan terutama…work loadnya itu lho . Kalo untuk dua mata kuliah di atas tadi, kami ada dua kali mid-exam, one final exam, dan homework setiap 2 minggu sekali (total kami punya 6 PR). Untuk mata kuliah ini?
4 (iya, EMPAT) mid-exam. Satu final exam. One group project. One individual project. And 4 practice problem sets.
Boleh nelen pedang gak nih?
Trus waktu exam, gak boleh bawa kalkulator. Ya gak papa lahya kalo hitungannya cuma sekedar 278 x 45, misalnya. Atau logaritma sederhana. Lah, ini pernah nih ya harus ngitung Energi aktivasi reaksi, yang besarnya adalah: {(ln(k1/k2)8,314)}/(1/303-1/278) dimana harga k1 dan k2 nya sendiri mesti diitung lagi. Pengen garuk aspal gak sih rasanya?
And the thing is, saya kok ngerasanya instructornya cuma going through the text book witrhout really giving further explanation :(.
saking bosennya di kelas, saya bisa motrest suasana kelas -_-
Lucunya nih, kan yang ngambil CE559 ada 8 orang, dan 6 orang ngambil CE597 juga. Jadi pernah waktu graduate session untuk CE559, Prof. Jafvert nanya how was water chemistry going. Dan kami kompak langsung pada mengeluhkan work loadnya yang berasa lebih berat daripada manjat patung Liberty. Prof. Jafvert cuma ketawa, dan ngomong, “Oh well, she graduated from Cal Tech. Maybe that’s the background of her settings on the standard of the work load.”. Kita langsung pada ngomel-ngomel.Tapi Prof. Jafvert juga sempet mengerutkan kening sambil ngomong sih, “I wonder how the undergrads are doing with that course. They must be going crazy.” Dan nilai examnya… entahlah. Contohnya nih, untuk exam #3, I got 85 out of 105, dimana average score adalah 65, dan standar deviasi 21.6 . Speechless -_-.

GRAD5900
Ini kelas colloquium nya program studi sayaaaa :D. Kalo semester kemaren sih, sistemnya Cuma tiap minggu kami dikasih reading material, lalu tugas mingguannya bikin technical commentary alias semacam critical review gitu. Untuk semester ini, jadi ada semester project. I’m going to have another posting about this semester project. Terutama karena my hopeless crush sama si mentor yang gantengnya bikin istigfar itu.

Terlepas dari perasaan saya tentang mata kuliah, here’s my result:
CE 559: B ; CE597: A ; AGRY 544: A ; GRAD5900: A-

Saya sempet mikir itu ketuker nilainya antara CE559 sama CE597. Alhamdulillah, nilai saya untuk semester ini gak jelek-jelek amat, dan naik dibanding semester kemaren. Fall Semester kemaren IP saya cuma 3.14 . Well, sebenernya pengen juga sih kek temen-temen yang bisa dapet straight A’s gituuuu… huhuhu… Tapi ya mau gimana, Purdue emang pelit nilai. Pernah nih di Facebook muncul link ini, yang isinya adalah hasil penelitian yang menunjukkan bawha selama beberapa dekade, Purdue selalu jadi yang paling irit kalo ngasih nilai. Haha.

Waktu nelfon Mama dan curhat soal ini, kata Mama apa coba?
Ya udah Mi… udah biasa kok. Kamu memang semenjak dulu selalu sekolah di tempat yang susah buat nyari nilai…
Saya langsung ketawa. Oh, dear Mom. She always knows what to say to make me feel better :”).

Anyway, dengan berakhirnya Spring Semester, resmi sudah satu tahun pertama saya sebagai graduate student disini terlewatiiii :D.

Ami, over and out!

Senin, 12 Mei 2014

Football? I am Still Watching It

Salah satu epic question dari Mama sebelum saya berangkat sekolah kemaren adalah: “Trus, nanti kamu di Amerika masih nonton bola Mi?”
Sumpah saya ngakak dulu sebelum jawab pertanyaan itu.
Ya iya lah yaaaa…. Mehehehehe…\

Iya sih, disini saya gak punya TV. Selain karena sayang duitnya untuk beli TV, setdah, dengan koneksi internet yang lancar jaya disini, kekna TV cuma jadi tambahan distraksi saja bagi saya.

Anyway, yeah. Saya masih nonton bola. Kalo dulu di Banjar nontonnya kadang-kadang harus begadang, disini karena selisih waktu, biasanya pertandingannya antara pagi atau siang. Ya masih enak sih kalo nonton EPL, karena jadinya ya, Sabtu atau Minggu siang gitu. La Liga juga masih lumayan kekejar sih. Tapi yang nyebelin kalo EPL pas tanding weekday gitu. Secara ya pas jam saya kuliah. Termasuk pertandingan perdana Manchester City dimana suami saya David Silva menyumbangkan first goal of the season, saya lagi kuliah perdana statistik tuh.

Dan UCL. Damn it. UCL ini biasanya pertandingannya Selasa dan Rabu. Dan Rabu adalah hari dimana jadwal kuliah saya ngeselin abis. Biasanya kick-off jam 15.45 waktu sini, dimana saya sedang kuliah kolokium. Jadi ya mohon maaf wahai Dr. Lee, Dr. Niels dan para pembicara tamu di kolokium, kalo anda memergoki saya lebih sering staring at my phone screen, it’s because I am anxiously following the game on Twitter. Iya, saya mahasiswa khilaf memang. *sungkem sama dosen*.

Pas kolokium ini juga pernah nih, waktu Fall Semester kemaren, kebetulan masih rame-ramenya World Cup Qualification. Dan hari itu yang maen, Portugal versus Swedia. Which means: Cristiano Ronaldo vs Zlatan Ibrahimovich. Saya sih bukan pendukung keduanya, but I really want Sweden to win the game, as they seem to be the underdog team. Nah, kalo kuliah colloquium kan suka ada break di tengah-tengah, sekitar 10-15 menit gitu. Pas break itu, salah satu temen se-cohort saya nyalain laptop buat nonton match itu. Dan saya tentu saja dong dengan ke-ratudramaannya saya nonton dengan penuh semangat. Entah saya udah gimana banget, tau-tau Dr. Lee, yang adalah Ketua Jurusan dan juga Academic Advisor alias dosen pembimbing akademik saya tau-tau dengan wajah takjub berseru (dari ujung ruangan lho!), “Oh my God! Ami, I didn’t know you can make that kind of sound when watching soccer!”
Iya. Derajat saya turun lagi kayaknya tidak hanya di depan dosen wali saya sendiri, tapi di depan satu cohort alias satu angkatan.

Nah, kalo di Indonesia, cewek suka nonton bola sepertinya bukan hal yang asing deh ya. Tapi disini, kekna itu…jarang… Halah, sepak bola aja gak begitu populer disini kok. And the way they call it “soccer” instead of “football” actually irritates me.

Dan di antara temen-temen saya yang suka ngumpul bareng, saya satu-satunya cewek. Yang suka nonton bola. Dan suporter City. Yang lain kalo gak dukung United, dukungnya Liverpool. Dan di La Liga, sebagian besar pendukung Barcelona. Yang dukung Real Madrid kek saya cuma satu, dan itupun dia gak seheboh saya kalo nonton. Maka jadilah saya semacam obyek pembullyan mereka. Luckily, City has been doing great job. Tapi Real Madrid niiiihhh… Entah udah berapa kali saya bete abis gegara dengan ajaibnya mereka gak menang. For so many times I whined to my friend, “That’s it! I give up! I’m so done with football. I am SO NOT gonna watch football anymore!”.

Tapi tetep aja ujung-ujungnya saya nonton lagi. Heart attack lagi.

Pertengahan Maret kemaren, tiba-tiba saja…laptop saya rusak. Dan saya panik bukan cuma karena histeria terus-gua-ngerjain-tugas-pegimane-caranya, tapi juga panik gimana caranya saya nonton bolaaaaa….
Untunglah di sini, di perpus yang namanya komputer ada dimana-mana. Asal kebagian komputer aja sih. Maka jadilah saya tambah rajin ke perpus, tidak hanya untuk nugas semata, tapi untuk numpang nonton bola.
Termasuk nonton Derby Manchester. AAAAAA…. Saya masih pengen histeris. Waktu Derby Manchester ini, sebenernya saya gak ada kuliah. Tapi ada rapat organisasi PFA yang saya ikuti. Entah kenapa, rapatnya ini yang saya perkirakan Cuma sekitar 1-1.5 jam, lah kok ya jadi dua jam lebiiihhh… Saya dengan gelisahnya bolak-balik liat jam. Saya sampe dengan desperatenya SMS temen saya, “Do you think it would be polite to leave this PFA meeting and have the Manchester Derby as an excuse?”.
Jawaban temen saya menohok sih. “No. It’s not polite. But I guess youre going to explode soon anyway.
He’s kind of right, actually. Apalagi waktu saya liat di Twitter, kalo Edin ngegolin dalam waktu kurang dari satu menit. Untunglah, sekitar setengah jam setelah kick off, Baiba, si ketua PFA akhirnya mengakhiri rapat. Dan saya langsung lari ke perpus, nyari spare computer, dan langsung nontoooonnn :D. Ah, gak sia-sia anxiety-nya saya. City kembali memenangkan Derby di Old Trafford dengan skor 3-0. Sebelumnya di Etihad, City udah menang 4-1!!!

Satu lagi yang saya inget banget dari BPL Season 13/14 ini: transfernya Juan Mata.
Sampe sekarang saya masih pengen menggundah gulana, menghitung barisan semut merah di dinding sekolah, kalo inget soal ini. Juan Mata adalah salah satu pemain favorit saya di Chelsea. Dan sebenernya, saya kecewa juga kenapa dia jarang banget jadi starter. Salah satu temen saya (yang entah kenapa minta ditabok banget as he dislikes Chelsea so much) bilang that it’s Mourinho’s fault. Saya sebenernya setuju sih. Tapi gengsi untuk mengakui itu di depan dia. Sampai…akhirnya… beneran kejadian. Mata no longer wearing a blue jersey. Pait. Lebih pait daripada ngunyah beton. Apalagi pindahnya ke tim yang satu itu. Dan lihatlah betapa teman-teman saya tertawa di atas derita saya :"(

Daaaannn….akhirnya season 13/14 BPL pun berakhir :”). Tiga minggu terakhir BPL rasanya penuh drama banget. Saya nyaris udah mau mengikhlaskan City finish di urutan kedua, just like last year. Tapi waktu Chelsea berhasil mengalahkan Liverpool, AAAAAAAAHHHHHH BAHAGIANYAAAAA!!! Dan untungnya walaupun sempet kepeleset-peleset (kalah dari Liverpool dan cuma seri sama Arsenal), di pertandingan-pertandingan terakhir City tetap konsisten. Duh, para pacar saya pemain City itu memang ya :”).

Pas banget pula, pertandingan terakhir BPL itu pas setelah saya selesai dengan Spring Semester. Jadi nontonnya pun dengan perasaan legaaaa… Kali ini, karena laptop saya akhirnya selesai dibenerin, saya bisa dengan puas nonton di apartemen.
kayak yang saya mesti diingetin aja -_-

CHAMPION OF ENGLAND! AGAIN!

AND CITY WIN THE LEAGUE, PEOPLE! MANCHESTER CITY IS THE CHAMPION OF ENGLAND!!!
Antara sedih dan seneng sih sebenernya. Seneng banget karena CITY MENANG!!! Tapi juga sedih karena…gak ada lagi yang ditunggu kalo wiken.
Tapi… World Cup is comiiiingggg!! I am soooo excited to watch this. Even though, sepertinya kembali saya akan sendirian lagi, karena pada gak dukung Spanyol… huhuhu…
So yeah, World Cup, I am soooo gonna watch you :D!
Can't wait to see you playing in World Cup, El Mago :)

Sabtu, 10 Mei 2014

Quick Update on Me

Jadi, mari memulai postingan ini dengan sebuah foto yang membuat saya menari-nari gembira sekitar dua jam yang lalu.
SUBMITTED!
Iya sodara-sodaraaaa… Saya sudah meng-submit take home exam untuk salah satu mata kuliah yang saya ambil di Spring Semester ini. Dan secara ya, hari Rabu dan Kamis kemaren saya sudah menempuh final exam untuk dua mata kuliah lain. Trus pagi Jum’at ini bersama group mates saya kami meng-submit final assignment untuk group project kami di kolokium, artinya apa sodara-sodaraaa?

I’M DONE WITH SPRING SEMESTER!
Wooohooooo!!!
Which means, I have finished my first year of being a graduate student here. Phew. Never thought that I can survive this far.
Summer holiday, come here and let me love youuuu!!!

Begitulah, dengan indikator betapa sepinya blog ini dari postingan selama belasan minggu, keliatan dong betapa saya adalah seorang graduate student who actually has no life has a busy academic life?
gini nih sekitar setengah jam sebelum submit PR
Naaahhh… Not really. Cuma sibuk ngerjain tugas kok. Sama ngerjain PR. Sama kerja kelompok. Sama berprokrastinasi.
jadi, walaupun wajah saya seserius itu...
yang sebenernya lebih sering muncul di layar laptop atau komputer sih...
Tapi ya intinya gitu deh.

Aaaanywaaaayyy…
Walaupun resminya sepanjang pertengahan Mei sampai pertengahan Agustus adalah Summer Break, tapi saya ngambil Summer Clas. Jeng jeeeengg… Summer bersama Statistik, sodara-sodaraaaa *menghela nafas panjang*. Dan oh, tentu saja research advisor saya dengan wajah cerah ceria waktu research group meeting kemaren ngomong, “Well, since it looks like everyone will be around this summer, let’s have a progress report meeting every week on summer!”. *menatap dengan nanar*
Then again, at least I would have some time to write stuffs, including posts in this blog. Yeay! *sambil bersihin debu di sela-sela blog*.

Karena wahai pemirsaaahhh… betapa banyak hal yang ingin saya curhatin ceritain di blog ini. Mulai dari Spring Semesternya saya (supaya tetep ada kesan bahwa saya ini mahasiswa), temen-temen saya, group project dan mentornya yang super ganteng, patah hati lagi (abaikan), my birthday, winter yang berasa kagak abis-abis (I was at the edge of hating the snow). Intinya banyak deh. Sebenernya, entah berapa kali setiap kali ada kejadian apa gitu atau kepikiran gitu, the thought of oh-I-am-so-gonna-write-this-on-my-blog crossed my mind.

But for now, sepertinya itu bantal dan selimut saya sudah sangat menggoda. Dan waktu saya ngetik ini, udah jam 2.15 dini hari. Dan saya rindu tidur dengan lega dan bangun dengan perasaan bebas tanpa harus mikir soal kuliah.

So for now (for not so long, I hope), Ami, over and out!
Officially surviving my first year of a graduate student, in ESE Program at Purdue :)