Inget posting kemaren? Kenapa coba ada tulisan Part I? Karena ada Part II-nya. Here it is.
Pulang dari Kandangan kemaren, aku ga langsung pulang ke Banjarmasin, tapi nginep dulu di rumah P’Abdullah, soalnya Senin pagi aku udah terbang ke Jakarta. Yup. Another medical consultation. Jadi, aku mesti ke Jakarta lagi untuk dapet kepastian tentang hasil tes yang kemaren udah pernah aku lakuin, dan hasilnya perlu waktu 8 minggu. Salah satu penentu, apakah akhirnya I’m really going to see those cute koalas by the end of this year. Rada deg-degan juga, karena kepastian hasilnya bakal jadi salah satu kartu untuk keberangkatanku nanti…
Waktu sampai di Syamsuddin Noor, the beloved airport of Banjarmasin, terjadilah hal-hal yang sudah kuduga tapi tidak kuharapkan akan sungguh-sungguh terjadi!!! Hiks, begitu aku ngeliat Albert cs di pintu pemeriksaan pertama, sadarlah aku, aku dan rombongan PIMNAS dari Universitas Lambung Mangkurat bakal berangkat bareng!! Masalahnya, pastilah P’Taufiq ada dalam rombongan, secara dia yang jadi pembimbing kelompoknya Albert. Dan aku berangkat ke Jakarta sama sekali tidak melalui jalur prosedur perizinan yang baku dan berlaku di MIPA. Cuma sekedar kata-kata “Pak, saya kayaknya nanti mesti ke Jakarta lagi deh Pak” yang diucapkan sambil lalu dengan gaya se-casual mungkin. Entah didorong atas rasa bersalah atau gimana, begitu aku berhasil memastikan bahwa yang ada dalam kisaran jarak tiga meter dari tempatku berdiri (persis di sebelah Albert) betul-betul P’Taufiq, secara refleks aku langsung bersembunyi di belakang troli begitu P’Taufiq menoleh ke arahku. Suatu usaha yang sia-sia, karena dengan penuh percaya diri dan rasa kemenangan P’Taufiq (lengkap dengan senyum puas) langsung ngomong gini : ”Saya tahu, itu pasti kamu ’Mi!!”. Halah. Sial. Tetep kepergok. Selanjutnya dengan usaha membabi buta untuk mendahului rombongan itu di counter check in, aku berhasil duduk jauh terpisah dari mereka. Tapi atas dasar etika, sampai di Cengkareng aku tetap berpamitan sama mereka yang akan melanjutkan perjalanan ke Lampung. Maju terus! Tetap semangat! Do the best!
Perjalanan singkatku di Jakarta pun mulai. Rute singkat biasa : Cengkareng-Gambir naik DAMRI, disambung Gambir-Kuningan naik P20, turun depan MMC. Langsung masuk, naik ke lantai 5. Ternyata…dokter Hilda lagi cuti…hiks… Tapi sekali lagi, dengan memanfaatkan alasan : waduh-gimana-Mbak-ya-saya-udah-jauh-jauh-dari-Banjarmasin, tanpa komplain berkepanjangan, si Mbak resepsionis yang baik hati langsung merujuk aku ke dr. Luci. Sebenernya sih, itu seharusnya ga jadi masalah, karena toh, aku cuma pengen tahu hasil tes kultur bakteri. Hmmm…. Si dr. Luci nelfon ke lab, minta hasil tes-nya diantar…dan...jengjeng...hasilnya…negatif. NEGATIF.. N.E.G.A.T.I.F ..!!! yIPPPIIIEEE!!! Tidak ditemukan adanya bakteri yang nongol di sampel dari aku! Alhamdulillah…. Jadi sekarang tinggal nunggu rontgen ulang aja. Haduh, legaaaaa….. banget. Alhamdulillah…Alhamdulillah.. Selanjutnya jadi berasa cerah ceria aja.
Next destination? Bandung doooongg!!! Hehehe… bukannya langsung pulang ke Banjarmasin aja ya… Jadilah aku keluar dari MMC, nyebrang, turun di Gambir buat ngelanjutin my trip. Eh, baru berapa langkah masuk stasiun :”Ibu!!!”. Waks! Kok ada yang manggil sih?? Halah, rombongan mahasiswa PIMNAS itu lagi. Ternyata secara mengenaskan mereka harus menunggu selama 6 jam lagi untuk melanjutkan perjalanan ke Lampung, naik bis. Waduh, bukannya apa-apa, artinya kan aku ketahuan ma P’Taufiq, bahwasanya dari kisaran 3 hari aku ga masuk, yang betul-betul kupergunakan untuk medical check-up tu cuma 3 jam, sudah termasuk perjalanan Cengkareng-Gambir-Kuningan pp. Adduhhh… untung waktu aku ketemu rombongan mahasiswa itu (Nisa-Albert-Hendro), P’Taufiq lagi sholat. Hmmm… secara ajaib, aku berhasil dapet tiket kereta yang langsung berangkat begitu aku dengan nafas sangat tidak beraturan berhasil duduk. Wah, padahal naik eskalator menuju keretanya aku pake acara lari lho.. Si Mbak yang jual tiket dan mas yang jaga pintu peron juga pake acara memprovokasi supaya aku mengerahkan segenap daya upaya untuk berlari mengejar kereta yang udah mau berangkat.
Sampai di Bandung udah jam 7 malem. Karena Om Dody yang biasanya kena mandat menjemput aku lagi ga bisa nyetir, jadilah aku dijemput Giya dan Mayang, 2 mahluk centil yang berstatus sebagai sepupuku. Well, bukannnya aku ga berterima kasih sama Mayang yang udah jemput, tapi tetep aja I was freaking out sepanjang jalan ke rumah, karena Mayang tuh, nyetir mobil dengan gaya yang sangat nanggung. Pengen selamat enggak…pengen cepet mati juga enggak. Manuver yang dia lakukan di setiap tikungan dan belokan betul betul bikin aku jadi menderita sakit kepala yang parah. Belum lagi si Giya di sebelahnya yang langsung jejeritan ga jelas tiap kali Mayang melakukan perihal-perihal aneh yang bisa mengancam kesempatan kami untuk berumur panjang (which means, setiap 3 menit sekali).
Aaaanywaaayyy…. Setelah menjemput Acil Pipit dan Oom Dody dari tempat terapinya Oom Dody di suatu daerah di seputaran kota Bandung (Halah, berasa jadi penyiar radio), kami dalam keadaan utuh nyampe di rumah secara sukses dan berhasil…
Hmm… Kayaknya minggu lalu langkah kakiku agak lebih jauh daripada Banjarmasin-Banjarbaru…
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Senin, 23 Juli 2007
The Long Journey Part II : Untuk Suatu Kepastian
Inget posting kemaren? Kenapa coba ada tulisan Part I? Karena ada Part II-nya. Here it is.
Pulang dari Kandangan kemaren, aku ga langsung pulang ke Banjarmasin, tapi nginep dulu di rumah P’Abdullah, soalnya Senin pagi aku udah terbang ke Jakarta. Yup. Another medical consultation. Jadi, aku mesti ke Jakarta lagi untuk dapet kepastian tentang hasil tes yang kemaren udah pernah aku lakuin, dan hasilnya perlu waktu 8 minggu. Salah satu penentu, apakah akhirnya I’m really going to see those cute koalas by the end of this year. Rada deg-degan juga, karena kepastian hasilnya bakal jadi salah satu kartu untuk keberangkatanku nanti…
Waktu sampai di Syamsuddin Noor, the beloved airport of Banjarmasin, terjadilah hal-hal yang sudah kuduga tapi tidak kuharapkan akan sungguh-sungguh terjadi!!! Hiks, begitu aku ngeliat Albert cs di pintu pemeriksaan pertama, sadarlah aku, aku dan rombongan PIMNAS dari Universitas Lambung Mangkurat bakal berangkat bareng!! Masalahnya, pastilah P’Taufiq ada dalam rombongan, secara dia yang jadi pembimbing kelompoknya Albert. Dan aku berangkat ke Jakarta sama sekali tidak melalui jalur prosedur perizinan yang baku dan berlaku di MIPA. Cuma sekedar kata-kata “Pak, saya kayaknya nanti mesti ke Jakarta lagi deh Pak” yang diucapkan sambil lalu dengan gaya se-casual mungkin. Entah didorong atas rasa bersalah atau gimana, begitu aku berhasil memastikan bahwa yang ada dalam kisaran jarak tiga meter dari tempatku berdiri (persis di sebelah Albert) betul-betul P’Taufiq, secara refleks aku langsung bersembunyi di belakang troli begitu P’Taufiq menoleh ke arahku. Suatu usaha yang sia-sia, karena dengan penuh percaya diri dan rasa kemenangan P’Taufiq (lengkap dengan senyum puas) langsung ngomong gini : ”Saya tahu, itu pasti kamu ’Mi!!”. Halah. Sial. Tetep kepergok. Selanjutnya dengan usaha membabi buta untuk mendahului rombongan itu di counter check in, aku berhasil duduk jauh terpisah dari mereka. Tapi atas dasar etika, sampai di Cengkareng aku tetap berpamitan sama mereka yang akan melanjutkan perjalanan ke Lampung. Maju terus! Tetap semangat! Do the best!
Perjalanan singkatku di Jakarta pun mulai. Rute singkat biasa : Cengkareng-Gambir naik DAMRI, disambung Gambir-Kuningan naik P20, turun depan MMC. Langsung masuk, naik ke lantai 5. Ternyata…dokter Hilda lagi cuti…hiks… Tapi sekali lagi, dengan memanfaatkan alasan : waduh-gimana-Mbak-ya-saya-udah-jauh-jauh-dari-Banjarmasin, tanpa komplain berkepanjangan, si Mbak resepsionis yang baik hati langsung merujuk aku ke dr. Luci. Sebenernya sih, itu seharusnya ga jadi masalah, karena toh, aku cuma pengen tahu hasil tes kultur bakteri. Hmmm…. Si dr. Luci nelfon ke lab, minta hasil tes-nya diantar…dan...jengjeng...hasilnya…negatif. NEGATIF.. N.E.G.A.T.I.F ..!!! yIPPPIIIEEE!!! Tidak ditemukan adanya bakteri yang nongol di sampel dari aku! Alhamdulillah…. Jadi sekarang tinggal nunggu rontgen ulang aja. Haduh, legaaaaa….. banget. Alhamdulillah…Alhamdulillah.. Selanjutnya jadi berasa cerah ceria aja.
Next destination? Bandung doooongg!!! Hehehe… bukannya langsung pulang ke Banjarmasin aja ya… Jadilah aku keluar dari MMC, nyebrang, turun di Gambir buat ngelanjutin my trip. Eh, baru berapa langkah masuk stasiun :”Ibu!!!”. Waks! Kok ada yang manggil sih?? Halah, rombongan mahasiswa PIMNAS itu lagi. Ternyata secara mengenaskan mereka harus menunggu selama 6 jam lagi untuk melanjutkan perjalanan ke Lampung, naik bis. Waduh, bukannya apa-apa, artinya kan aku ketahuan ma P’Taufiq, bahwasanya dari kisaran 3 hari aku ga masuk, yang betul-betul kupergunakan untuk medical check-up tu cuma 3 jam, sudah termasuk perjalanan Cengkareng-Gambir-Kuningan pp. Adduhhh… untung waktu aku ketemu rombongan mahasiswa itu (Nisa-Albert-Hendro), P’Taufiq lagi sholat. Hmmm… secara ajaib, aku berhasil dapet tiket kereta yang langsung berangkat begitu aku dengan nafas sangat tidak beraturan berhasil duduk. Wah, padahal naik eskalator menuju keretanya aku pake acara lari lho.. Si Mbak yang jual tiket dan mas yang jaga pintu peron juga pake acara memprovokasi supaya aku mengerahkan segenap daya upaya untuk berlari mengejar kereta yang udah mau berangkat.
Sampai di Bandung udah jam 7 malem. Karena Om Dody yang biasanya kena mandat menjemput aku lagi ga bisa nyetir, jadilah aku dijemput Giya dan Mayang, 2 mahluk centil yang berstatus sebagai sepupuku. Well, bukannnya aku ga berterima kasih sama Mayang yang udah jemput, tapi tetep aja I was freaking out sepanjang jalan ke rumah, karena Mayang tuh, nyetir mobil dengan gaya yang sangat nanggung. Pengen selamat enggak…pengen cepet mati juga enggak. Manuver yang dia lakukan di setiap tikungan dan belokan betul betul bikin aku jadi menderita sakit kepala yang parah. Belum lagi si Giya di sebelahnya yang langsung jejeritan ga jelas tiap kali Mayang melakukan perihal-perihal aneh yang bisa mengancam kesempatan kami untuk berumur panjang (which means, setiap 3 menit sekali).
Aaaanywaaayyy…. Setelah menjemput Acil Pipit dan Oom Dody dari tempat terapinya Oom Dody di suatu daerah di seputaran kota Bandung (Halah, berasa jadi penyiar radio), kami dalam keadaan utuh nyampe di rumah secara sukses dan berhasil…
Hmm… Kayaknya minggu lalu langkah kakiku agak lebih jauh daripada Banjarmasin-Banjarbaru…
Pulang dari Kandangan kemaren, aku ga langsung pulang ke Banjarmasin, tapi nginep dulu di rumah P’Abdullah, soalnya Senin pagi aku udah terbang ke Jakarta. Yup. Another medical consultation. Jadi, aku mesti ke Jakarta lagi untuk dapet kepastian tentang hasil tes yang kemaren udah pernah aku lakuin, dan hasilnya perlu waktu 8 minggu. Salah satu penentu, apakah akhirnya I’m really going to see those cute koalas by the end of this year. Rada deg-degan juga, karena kepastian hasilnya bakal jadi salah satu kartu untuk keberangkatanku nanti…
Waktu sampai di Syamsuddin Noor, the beloved airport of Banjarmasin, terjadilah hal-hal yang sudah kuduga tapi tidak kuharapkan akan sungguh-sungguh terjadi!!! Hiks, begitu aku ngeliat Albert cs di pintu pemeriksaan pertama, sadarlah aku, aku dan rombongan PIMNAS dari Universitas Lambung Mangkurat bakal berangkat bareng!! Masalahnya, pastilah P’Taufiq ada dalam rombongan, secara dia yang jadi pembimbing kelompoknya Albert. Dan aku berangkat ke Jakarta sama sekali tidak melalui jalur prosedur perizinan yang baku dan berlaku di MIPA. Cuma sekedar kata-kata “Pak, saya kayaknya nanti mesti ke Jakarta lagi deh Pak” yang diucapkan sambil lalu dengan gaya se-casual mungkin. Entah didorong atas rasa bersalah atau gimana, begitu aku berhasil memastikan bahwa yang ada dalam kisaran jarak tiga meter dari tempatku berdiri (persis di sebelah Albert) betul-betul P’Taufiq, secara refleks aku langsung bersembunyi di belakang troli begitu P’Taufiq menoleh ke arahku. Suatu usaha yang sia-sia, karena dengan penuh percaya diri dan rasa kemenangan P’Taufiq (lengkap dengan senyum puas) langsung ngomong gini : ”Saya tahu, itu pasti kamu ’Mi!!”. Halah. Sial. Tetep kepergok. Selanjutnya dengan usaha membabi buta untuk mendahului rombongan itu di counter check in, aku berhasil duduk jauh terpisah dari mereka. Tapi atas dasar etika, sampai di Cengkareng aku tetap berpamitan sama mereka yang akan melanjutkan perjalanan ke Lampung. Maju terus! Tetap semangat! Do the best!
Perjalanan singkatku di Jakarta pun mulai. Rute singkat biasa : Cengkareng-Gambir naik DAMRI, disambung Gambir-Kuningan naik P20, turun depan MMC. Langsung masuk, naik ke lantai 5. Ternyata…dokter Hilda lagi cuti…hiks… Tapi sekali lagi, dengan memanfaatkan alasan : waduh-gimana-Mbak-ya-saya-udah-jauh-jauh-dari-Banjarmasin, tanpa komplain berkepanjangan, si Mbak resepsionis yang baik hati langsung merujuk aku ke dr. Luci. Sebenernya sih, itu seharusnya ga jadi masalah, karena toh, aku cuma pengen tahu hasil tes kultur bakteri. Hmmm…. Si dr. Luci nelfon ke lab, minta hasil tes-nya diantar…dan...jengjeng...hasilnya…negatif. NEGATIF.. N.E.G.A.T.I.F ..!!! yIPPPIIIEEE!!! Tidak ditemukan adanya bakteri yang nongol di sampel dari aku! Alhamdulillah…. Jadi sekarang tinggal nunggu rontgen ulang aja. Haduh, legaaaaa….. banget. Alhamdulillah…Alhamdulillah.. Selanjutnya jadi berasa cerah ceria aja.
Next destination? Bandung doooongg!!! Hehehe… bukannya langsung pulang ke Banjarmasin aja ya… Jadilah aku keluar dari MMC, nyebrang, turun di Gambir buat ngelanjutin my trip. Eh, baru berapa langkah masuk stasiun :”Ibu!!!”. Waks! Kok ada yang manggil sih?? Halah, rombongan mahasiswa PIMNAS itu lagi. Ternyata secara mengenaskan mereka harus menunggu selama 6 jam lagi untuk melanjutkan perjalanan ke Lampung, naik bis. Waduh, bukannya apa-apa, artinya kan aku ketahuan ma P’Taufiq, bahwasanya dari kisaran 3 hari aku ga masuk, yang betul-betul kupergunakan untuk medical check-up tu cuma 3 jam, sudah termasuk perjalanan Cengkareng-Gambir-Kuningan pp. Adduhhh… untung waktu aku ketemu rombongan mahasiswa itu (Nisa-Albert-Hendro), P’Taufiq lagi sholat. Hmmm… secara ajaib, aku berhasil dapet tiket kereta yang langsung berangkat begitu aku dengan nafas sangat tidak beraturan berhasil duduk. Wah, padahal naik eskalator menuju keretanya aku pake acara lari lho.. Si Mbak yang jual tiket dan mas yang jaga pintu peron juga pake acara memprovokasi supaya aku mengerahkan segenap daya upaya untuk berlari mengejar kereta yang udah mau berangkat.
Sampai di Bandung udah jam 7 malem. Karena Om Dody yang biasanya kena mandat menjemput aku lagi ga bisa nyetir, jadilah aku dijemput Giya dan Mayang, 2 mahluk centil yang berstatus sebagai sepupuku. Well, bukannnya aku ga berterima kasih sama Mayang yang udah jemput, tapi tetep aja I was freaking out sepanjang jalan ke rumah, karena Mayang tuh, nyetir mobil dengan gaya yang sangat nanggung. Pengen selamat enggak…pengen cepet mati juga enggak. Manuver yang dia lakukan di setiap tikungan dan belokan betul betul bikin aku jadi menderita sakit kepala yang parah. Belum lagi si Giya di sebelahnya yang langsung jejeritan ga jelas tiap kali Mayang melakukan perihal-perihal aneh yang bisa mengancam kesempatan kami untuk berumur panjang (which means, setiap 3 menit sekali).
Aaaanywaaayyy…. Setelah menjemput Acil Pipit dan Oom Dody dari tempat terapinya Oom Dody di suatu daerah di seputaran kota Bandung (Halah, berasa jadi penyiar radio), kami dalam keadaan utuh nyampe di rumah secara sukses dan berhasil…
Hmm… Kayaknya minggu lalu langkah kakiku agak lebih jauh daripada Banjarmasin-Banjarbaru…
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar