Rabu, 12 September 2007

Pengembangan yang Bikin Pusing

(Written : 7 September)

Minggu lalu dan minggu ini, sebenernya bikin aku nyaris lupa untuk bernafas. Nggak, bukan cuma soal EXPO sih, tapi juga soal proposal DIPA kami yang disetujui oleh DIKTI. Jadi kan demi Pengembangan Ilmu yang merupakan Bidang Unggulan dari Unlam, kami dapet dana tuhh… Dari pengajuan dana yang total besarnya 16,7 M, disetujuilah sebanyak 11,1 M. Perombakan anggaran? Jelas... Lha, kemaren aku udah nyusun anggaran untuk pengajuan alat sebesar 1 M, sekarang dipotong hingga tersisa 507 juta. Ya udah, aku kemaren kan udah sempet dengan GRnya punya harapan bahwa kami akan punya instrumen FT-IR, GC-MS, dan AAS. Ternyata harapanku pupus... Hiks... Ya udah, aku nyusun lagi. GC-MS, I’m sorry good bye...mudah-mudahan kita bisa ketemu di hibah yang akan datang... Jadi aja urutan pertama adalah FT-IR, terus UV-Visible Spectrophotometer, baru AAS pada urutan terakhir, karena memang kita sebenernya udah punya, walalupun udah nyaris berubah jadi fosil saking purba-nya...
Eh, setelah aku siap dengan rancanganku, secara semena-mena, P’Taufiq menggabungkan dana untuk pembelian alat dengan dana punya PS Fisika, demi membeli X-Ray Difractometer itu!!! Huaaa..... Jadi aja dana kami yang tersisa tinggal 107 juta. Dengan duit segitu, mau beli apaaaaaa???? Aku dengan perasaan terpukul cuma menatap P’Taufiq, dan ngomong : ”Pak, tau ga sih, keputusan Bapak itu udah menyakiti hati saya....”. Walhasil, aku bolak-balik lagi ngeliatin daftar harga alat untuk menengok kemungkinan alat apa yang mampu terbeli dengan dana yang cekak kayak gitu... Hiks. Demi proposal ini pula, eh, salah ding, perbaikan, soalnya udah disetujui (katanya sihh.....), aku terpaksa nginep lagi di Banjarbaru. Lamina, Rei...makasih ya... sekali lagi, aku tidak tau apa jadinya tanpa kalian....
Jadilah, di hari Selasa kami presentasi lagi di depan Rektor, PR I, Pimpro, Staf Ahli rektor, dan para orang penting lainnya. Gabungan usulan antara aku dan P’Taufiq adalah, pengajuan untuk beli UV-Visible Spectrophotometer (usul aku) dan...genset (usul P’Taufiq). Usul aku dipertanyakan sama P’Rasmadi, karena Farmasi juga mengajukan pembelian alat yang sama (spec-nya sama pula, keliatannya), sementara usulan genset juga dipertanyakan karena kami ga bisa mendefinisikan spec yang sebetulnya kami inginkan... aku sih ga peduli. Yang usul kan P’Taufiq... Eh, tapi seru aja kemaren ngeliat perdebatan antara perwakilan tiap PS dengan Pimpro dan Staf Ahli. Apalagi waktu PSPD tuh, yang diprotes sama Staf Ahli karena kegiatannya tersebar mulai dari di UGM, Unpad, sampai Univ. Andalas... Hehehe... iya juga sih, aku juga gagal menangkap korelasi antar kegiatan itu selain wisata keliling Indonesia. Pas kami mau maju, dengan tegas P’Taufiq memerintahkan aku untuk mengganti wallpaper laptopku (yang mau dipake buat presentasi di depan orang-orang penting itu), karena gambarnya adalah foto diriku yang sedang bergelantungan di atas pohon. ”Apa kata mereka Mi kalau ngeliat kamu lagi naik pohon gitu???”. Uh, padahal kan fotonya lucu Pak... dan aku terlihat manis sekali di foto itu.... Pulang dari Rektorat? Cepet kok. Sekitar habis maghrib gitu kita udah pada pulang...hehehe... Kayaknya aku udah mulai biasa deh di jalan waktu malam menjemput senja.
Perbaikan terakhir, yang katanya harus final, aku bikin hari Rabu malem. Bolak-balik ngutek-ngutek harga segala macem, supaya pas sesuai pagu. Eh...waktu presentasi, ternyata yang furniture punya kami salaaaah tooooootaaaaal....!!! Sialan. Mana P’Taufiq dengan teganya meninggalkan aku buat ngurusin perbaikan final. Ah, ya udah lah...bodo amat. Secara aku ditinggalin sendirian...Artinya sesukaku kan? Ya udah, walaupun P’Taufiq udah ngasih pesen supaya aku menghapus semua alat lab yang tadinya kami ajukan, dengan ngototnya aku cuma menghapus salah satu instrumen. Hfff..... Aku jadi mulai bete dengan kondisi kayak gini. Kondisi dimana atasan kita cuma tau nyuruh dan terima beres. Hiks. Uh, ga boleh kayak gini terus dong ahh... Setelah sekian lama kerja under pressure kayak gini, aku belajar bahwa, seharusnya motivasi kita untuk kerja memang adalah ibadah. Seperti yang pernah aku sendiri bilang ke Rossy : ”Kerja di MIPA ada sisi baik dan buruknya. Sisi buruknya adalah, kerjaan tuh ga ada habisnya. Tapi sisi baiknya, kita punya banyak sekali kesempatan untuk beramal ibadah dan menabung amal jariyah.”. Ya udahlah... there’s a silver line in every lightning. Hardworks are always worth to be done… Paling tidak kalo alat yang kami usulkan nanti akhirnya nongol, aku tahu, walaupun mungkin cuma aku yang tahu, bahwa ada bagian dari hasil kerjaku yang bisa bikin alat itu hadir di tengah-tengah kami….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rabu, 12 September 2007

Pengembangan yang Bikin Pusing

(Written : 7 September)

Minggu lalu dan minggu ini, sebenernya bikin aku nyaris lupa untuk bernafas. Nggak, bukan cuma soal EXPO sih, tapi juga soal proposal DIPA kami yang disetujui oleh DIKTI. Jadi kan demi Pengembangan Ilmu yang merupakan Bidang Unggulan dari Unlam, kami dapet dana tuhh… Dari pengajuan dana yang total besarnya 16,7 M, disetujuilah sebanyak 11,1 M. Perombakan anggaran? Jelas... Lha, kemaren aku udah nyusun anggaran untuk pengajuan alat sebesar 1 M, sekarang dipotong hingga tersisa 507 juta. Ya udah, aku kemaren kan udah sempet dengan GRnya punya harapan bahwa kami akan punya instrumen FT-IR, GC-MS, dan AAS. Ternyata harapanku pupus... Hiks... Ya udah, aku nyusun lagi. GC-MS, I’m sorry good bye...mudah-mudahan kita bisa ketemu di hibah yang akan datang... Jadi aja urutan pertama adalah FT-IR, terus UV-Visible Spectrophotometer, baru AAS pada urutan terakhir, karena memang kita sebenernya udah punya, walalupun udah nyaris berubah jadi fosil saking purba-nya...
Eh, setelah aku siap dengan rancanganku, secara semena-mena, P’Taufiq menggabungkan dana untuk pembelian alat dengan dana punya PS Fisika, demi membeli X-Ray Difractometer itu!!! Huaaa..... Jadi aja dana kami yang tersisa tinggal 107 juta. Dengan duit segitu, mau beli apaaaaaa???? Aku dengan perasaan terpukul cuma menatap P’Taufiq, dan ngomong : ”Pak, tau ga sih, keputusan Bapak itu udah menyakiti hati saya....”. Walhasil, aku bolak-balik lagi ngeliatin daftar harga alat untuk menengok kemungkinan alat apa yang mampu terbeli dengan dana yang cekak kayak gitu... Hiks. Demi proposal ini pula, eh, salah ding, perbaikan, soalnya udah disetujui (katanya sihh.....), aku terpaksa nginep lagi di Banjarbaru. Lamina, Rei...makasih ya... sekali lagi, aku tidak tau apa jadinya tanpa kalian....
Jadilah, di hari Selasa kami presentasi lagi di depan Rektor, PR I, Pimpro, Staf Ahli rektor, dan para orang penting lainnya. Gabungan usulan antara aku dan P’Taufiq adalah, pengajuan untuk beli UV-Visible Spectrophotometer (usul aku) dan...genset (usul P’Taufiq). Usul aku dipertanyakan sama P’Rasmadi, karena Farmasi juga mengajukan pembelian alat yang sama (spec-nya sama pula, keliatannya), sementara usulan genset juga dipertanyakan karena kami ga bisa mendefinisikan spec yang sebetulnya kami inginkan... aku sih ga peduli. Yang usul kan P’Taufiq... Eh, tapi seru aja kemaren ngeliat perdebatan antara perwakilan tiap PS dengan Pimpro dan Staf Ahli. Apalagi waktu PSPD tuh, yang diprotes sama Staf Ahli karena kegiatannya tersebar mulai dari di UGM, Unpad, sampai Univ. Andalas... Hehehe... iya juga sih, aku juga gagal menangkap korelasi antar kegiatan itu selain wisata keliling Indonesia. Pas kami mau maju, dengan tegas P’Taufiq memerintahkan aku untuk mengganti wallpaper laptopku (yang mau dipake buat presentasi di depan orang-orang penting itu), karena gambarnya adalah foto diriku yang sedang bergelantungan di atas pohon. ”Apa kata mereka Mi kalau ngeliat kamu lagi naik pohon gitu???”. Uh, padahal kan fotonya lucu Pak... dan aku terlihat manis sekali di foto itu.... Pulang dari Rektorat? Cepet kok. Sekitar habis maghrib gitu kita udah pada pulang...hehehe... Kayaknya aku udah mulai biasa deh di jalan waktu malam menjemput senja.
Perbaikan terakhir, yang katanya harus final, aku bikin hari Rabu malem. Bolak-balik ngutek-ngutek harga segala macem, supaya pas sesuai pagu. Eh...waktu presentasi, ternyata yang furniture punya kami salaaaah tooooootaaaaal....!!! Sialan. Mana P’Taufiq dengan teganya meninggalkan aku buat ngurusin perbaikan final. Ah, ya udah lah...bodo amat. Secara aku ditinggalin sendirian...Artinya sesukaku kan? Ya udah, walaupun P’Taufiq udah ngasih pesen supaya aku menghapus semua alat lab yang tadinya kami ajukan, dengan ngototnya aku cuma menghapus salah satu instrumen. Hfff..... Aku jadi mulai bete dengan kondisi kayak gini. Kondisi dimana atasan kita cuma tau nyuruh dan terima beres. Hiks. Uh, ga boleh kayak gini terus dong ahh... Setelah sekian lama kerja under pressure kayak gini, aku belajar bahwa, seharusnya motivasi kita untuk kerja memang adalah ibadah. Seperti yang pernah aku sendiri bilang ke Rossy : ”Kerja di MIPA ada sisi baik dan buruknya. Sisi buruknya adalah, kerjaan tuh ga ada habisnya. Tapi sisi baiknya, kita punya banyak sekali kesempatan untuk beramal ibadah dan menabung amal jariyah.”. Ya udahlah... there’s a silver line in every lightning. Hardworks are always worth to be done… Paling tidak kalo alat yang kami usulkan nanti akhirnya nongol, aku tahu, walaupun mungkin cuma aku yang tahu, bahwa ada bagian dari hasil kerjaku yang bisa bikin alat itu hadir di tengah-tengah kami….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar