Sabtu, 23 Agustus 2008

Saya, Kerupuk, dan Semangka (Refleksi Hari Kemerdekaan)

Teman-temaaan… Saya senaaaaanggg!!! Hari ini saya bergembira ria… Hehehe… jadi kan masih dalam nuansa merah putih bulan Agustus, MIIS alias Monash Indonesian Islamic Society mengadakan peringatan hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Kali ini masih di kecamatan Clayton, rumah Pak Burhan dkk di Morton Street yang jadi lokasi (Nuhun ya Pak, maaph tadi ga sempet bantuin beres-beres).

Kali ini, acaranya lebih seru daripada Peringatan 17an di KJRI kemaren. Mungkin karena ini untuk komunitas yang lebih sering ketemu kali yaaa… Jadi lebih akrab dan lebih berani malu.

Sebenernya sih hari ini saya ada kuliah, block-mode, jadi dari jam 9 pagi sampe jam 5 sore. Tapi demi keinginan menikmati Food Festival rasa tanggung jawab sebagai anggota MIIS, saya mantapkan niat dan langkah menuju lokasi acara.

Berangkat agak mepet dengan yang direncanakan karena bangun telat banyak yang harus dipersiapkan. Karena acara MIIS dimulai jam 10 pagi, dan saya kuliah dari jam 9, maka saya dengan cerdiknya masuk kelas dulu, naruh tas, dan lalu melenggang keluar. Cukup tas nya saja yang absen. Apalagi mengingat topik hari ini mengenai bush-fire management in Australia, kayaknya kalaupun saya ikut kuliah, saya akan mirip dengan tas tersebut, hanya duduk manis tanpa menaruh minat apapun.

Sampai tempat acara, M’Budi, M’Novi dan temen-temen lain lagi masang-masang spanduk. Saya ikut terlihat sibuk dengan mondar-mandir tak tentu arah. Well, anyway, setelah molor 30 menitan dari jadwal, acara pun dimulai dengan upacara bendera ala kadarnya. Hehehe… Bukan upacara bendera beneran sih, benderanya udah dipasang duluan di tiang jemuran (yang sepanjang hari itu terbukti banyak berjasa dalam keberlangsungan acara). Jadi kami cuma bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Hari Proklamasi dengan dipimpin M’Vike sebagai dirigen. Keren euy Mbak… Bisa tuh duet sama Addie MS. Setelah itu, ada acara… Lomba makan kerupuk!! Uhuuuiii… Yang ikut di sesi pertama adalah anak-anak kecil yang cukup kecil. Ih, lucu-lucu deeeehhh…. Apalagi yang namanya Daphny (gitu bukan sih ejaannya?).

Cuma sayang, mungkin karena ini pertama kali mereka ikut 17an, bukannya melahap kerupuk dengan penuh semangat (seperti yang diinginkan oleh para orang tua mereka), para anak kecil ini malah cenderung pada bingung, kenapa begitu banyak orang dewasa bersorak sorai tidak jelas di sekeliling mereka sementara para orang tua mereka dengan manisnya membujuk mereka untuk makan kerupuk yang tergantung-gantung itu. Terus, sesi kedua, adalah anak kecil yang sudah tidak terlalu kecil lagi. Naaahh… Mungkin karena pernah merasakan perlombaan serupa di Indonesia, yang ini tingkat kompetisinya lebih terasa. Saya kagum deh dengan yang akhirnya memang jadi juara pertama, dia tauuuu banget gimana caranya memposisikan kepala supaya giginya bisa nancep dengan pas. Kami para kaum dewasa ini juga berkesempatan untuk menunjukkan keahlian kami berkompetisi di lomba yang memerlukan skill tingkat tinggi ini. Hasilnya? Hohoho…. Tidak sia-sia saya ga sarapan…dengan penuh rasa lapar semangat saya berhasil membabat habis lawan saya di lomba ini, dan keluar sebagai Juara II!! Well, yang juara I: M’Ola, kandidat Ph.D…. Akahahahaha… Oh iyaa…kebetulan ada dua orang Jepang, temennya M’Erni di Faculty of Education yang ikut dateng. Waaah… mata mereka yang sipit jadi membesaaar begitu melihat brutalitas semangat kami saat menggerogoti kerupuk-kerupuk itu. Mereka juga jadi berminat ikut lhoo… Hihihi…

Lomba kelereng untuk anak-anak, sayangnya tidak begitu didukung oleh para orang tua, karena para orang tua tiba-tiba saja merasakan panggilan hati untuk menuju ke halaman depan, dimana Food Festival tengah berlangsung. Anyway, it was also quite fun, walopun ada satu orang yang nyaris nangis waktu harus mengembalikan kelerengnya…

Nah…lomba selanjutnya adalah… Mencabut Koin dari Semangka!! Gyahahaha… Seru abis deh.. Dan Anis, salah satu peserta, dengan kecerdasan tingkat tinggi berhasil menemukan kostum yang menjadi solusi untuk menghindari tercemarnya pakaian peserta dari noda custard yang dipake untuk melumuri si semangka. Kita, para peserta, demi alasan sanitasi dan kebersihan memutuskan untuk memakai…KANTONG SAMPAH!! Jeng jeng… Cuma gara-gara kantong sampah ini saya semakin yakin kalo saya punya kecenderungan yang medarah adging untuk mempermalukan diri sendiri. Waktu saya mau bergaya ala Charlie’s Angels dengan si kantong sampah, saya baru sadar bahwa saya berdiri persissss di samping Pak Konjen…

Ini juga salah satu lomba yang memerlukan brutalitas skill dan premanisme keahlian tingkat tinggi. Sejumlah kecil koin yang ditancapkan di semangka harus diperebutkan oleh 4 kepala, dan semua peserta sudah begitu menggebu-gebu untuk menyandang gelar sebagai juara sejati. Dalam lomba ini, saya tidak begitu beruntung, saya berada pada posisi keempat dari empat peserta wanita, dan posisi kedelapan dari keseluruhan delapan peserta. Ya..ya…ya… Rejeki saya memang ada di kerupuk, bukan di semangka. Yang berhasil menyabet gelar juara adalah Aniss…..yeaahh.. Tepuk tangan sodara-sodara… Demi menghibur hati yang tertohok karena kekalahan telak bersama semangka, saya memutuskan untuk berfoto bersama si semangka itu… Tapi apa daya sodara-sodara… Semangka itu langsung meluncur dari pelukan saya yang sedang mengatur pose narsis jaya untuk berfoto bersama sang semangka, dan pecaaaahhh!! Huaaa… Seakan ingin semakin memojokkan saya, salah seorang yang melihat tragedi itu langsung berujar: “Kalo emang pengen bawa pulang semangkanya, ngomong aja langsung, ga usah gitu segala dong caranya… “. Yaaa…ya… ya… aku dan semangka, memang bukanlah soulmate satu sama lain..

Lomba selanjutnya adalah lomba iring balon. Saya berpasangan dengan Indira..dan karena perbandingan tinggi badan yang tidak sepadan, kami dengan suksesnya gagal (hmm…perpaduan kata yang aneh) meraih kegemilangan sebagai juara… Anyway, selamat buat M’Jaka dan P’Aan yang langsung dinobatkan sebagai couple of the year begitu mereka dengan kerja sama yang sempurna berhasil merebut Juara I. Yang terlihat sangat terpukul sepertinya P’Burhan, karena sampai dengan putaran pertama berhasil memimpin, tapi karena entah P’Burhan atau pasangannya terpeleset, kemenangan itu pun tergelincir dari genggaman mereka.

Lomba menggiring balon itu adalah lomba terakhir. Dan acara pun ditutup dengan pembagian hadiah untuk para pemenang dan peserta. Ehm… Senangnya… Terakhir kali saya dapet hadiah dalam rangka 17an ini kan sekitar…uhmmm… Say, 18 years ago, maybe?

Habis itu masih ada beberapa acara tidak resmi, seperti pembagian popcorn dari M’Budi, pengosongan toples milik Ides dari kaastengel, transaksi jual-beli tahu isi dan pisang goreng antara saya dan M’Ade *Mbaaak… aku ketagihaaaann… tahu isinya is soooo kicking alias nendang banget*, dan perpindahan satu kotak kue lumpur dan amparan tatak produksi Qq ke tangan saya…

Pulang dari lokasi acara, saya masih sempet singgah di H4 Menzies Building untuk ikut kuliah, yang berakhir sekitar 2 jam setelah saya nyampe… Hehehe… Ya maaph… Yang penting kan tas saya sudah sempat mewakili kehadiran saya di kuliah terakhir Frontiers. Jadi malu euy, waktu Jamie ngomong ke saya: “I thought you skipped the class because you’re working on the essay for Christian…”. Oh iyaa… essay itu… due nya Senin ini ya… Hiks…

Anyway, it’s one of the day where I eat, smile and laugh a lot, because I had sooooo much fun!!

By the way, ada juga foto-foto yang saya pajang disiniiii…., dan reportasenya Indira bisa juga dibaca disini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sabtu, 23 Agustus 2008

Saya, Kerupuk, dan Semangka (Refleksi Hari Kemerdekaan)

Teman-temaaan… Saya senaaaaanggg!!! Hari ini saya bergembira ria… Hehehe… jadi kan masih dalam nuansa merah putih bulan Agustus, MIIS alias Monash Indonesian Islamic Society mengadakan peringatan hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Kali ini masih di kecamatan Clayton, rumah Pak Burhan dkk di Morton Street yang jadi lokasi (Nuhun ya Pak, maaph tadi ga sempet bantuin beres-beres).

Kali ini, acaranya lebih seru daripada Peringatan 17an di KJRI kemaren. Mungkin karena ini untuk komunitas yang lebih sering ketemu kali yaaa… Jadi lebih akrab dan lebih berani malu.

Sebenernya sih hari ini saya ada kuliah, block-mode, jadi dari jam 9 pagi sampe jam 5 sore. Tapi demi keinginan menikmati Food Festival rasa tanggung jawab sebagai anggota MIIS, saya mantapkan niat dan langkah menuju lokasi acara.

Berangkat agak mepet dengan yang direncanakan karena bangun telat banyak yang harus dipersiapkan. Karena acara MIIS dimulai jam 10 pagi, dan saya kuliah dari jam 9, maka saya dengan cerdiknya masuk kelas dulu, naruh tas, dan lalu melenggang keluar. Cukup tas nya saja yang absen. Apalagi mengingat topik hari ini mengenai bush-fire management in Australia, kayaknya kalaupun saya ikut kuliah, saya akan mirip dengan tas tersebut, hanya duduk manis tanpa menaruh minat apapun.

Sampai tempat acara, M’Budi, M’Novi dan temen-temen lain lagi masang-masang spanduk. Saya ikut terlihat sibuk dengan mondar-mandir tak tentu arah. Well, anyway, setelah molor 30 menitan dari jadwal, acara pun dimulai dengan upacara bendera ala kadarnya. Hehehe… Bukan upacara bendera beneran sih, benderanya udah dipasang duluan di tiang jemuran (yang sepanjang hari itu terbukti banyak berjasa dalam keberlangsungan acara). Jadi kami cuma bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Hari Proklamasi dengan dipimpin M’Vike sebagai dirigen. Keren euy Mbak… Bisa tuh duet sama Addie MS. Setelah itu, ada acara… Lomba makan kerupuk!! Uhuuuiii… Yang ikut di sesi pertama adalah anak-anak kecil yang cukup kecil. Ih, lucu-lucu deeeehhh…. Apalagi yang namanya Daphny (gitu bukan sih ejaannya?).

Cuma sayang, mungkin karena ini pertama kali mereka ikut 17an, bukannya melahap kerupuk dengan penuh semangat (seperti yang diinginkan oleh para orang tua mereka), para anak kecil ini malah cenderung pada bingung, kenapa begitu banyak orang dewasa bersorak sorai tidak jelas di sekeliling mereka sementara para orang tua mereka dengan manisnya membujuk mereka untuk makan kerupuk yang tergantung-gantung itu. Terus, sesi kedua, adalah anak kecil yang sudah tidak terlalu kecil lagi. Naaahh… Mungkin karena pernah merasakan perlombaan serupa di Indonesia, yang ini tingkat kompetisinya lebih terasa. Saya kagum deh dengan yang akhirnya memang jadi juara pertama, dia tauuuu banget gimana caranya memposisikan kepala supaya giginya bisa nancep dengan pas. Kami para kaum dewasa ini juga berkesempatan untuk menunjukkan keahlian kami berkompetisi di lomba yang memerlukan skill tingkat tinggi ini. Hasilnya? Hohoho…. Tidak sia-sia saya ga sarapan…dengan penuh rasa lapar semangat saya berhasil membabat habis lawan saya di lomba ini, dan keluar sebagai Juara II!! Well, yang juara I: M’Ola, kandidat Ph.D…. Akahahahaha… Oh iyaa…kebetulan ada dua orang Jepang, temennya M’Erni di Faculty of Education yang ikut dateng. Waaah… mata mereka yang sipit jadi membesaaar begitu melihat brutalitas semangat kami saat menggerogoti kerupuk-kerupuk itu. Mereka juga jadi berminat ikut lhoo… Hihihi…

Lomba kelereng untuk anak-anak, sayangnya tidak begitu didukung oleh para orang tua, karena para orang tua tiba-tiba saja merasakan panggilan hati untuk menuju ke halaman depan, dimana Food Festival tengah berlangsung. Anyway, it was also quite fun, walopun ada satu orang yang nyaris nangis waktu harus mengembalikan kelerengnya…

Nah…lomba selanjutnya adalah… Mencabut Koin dari Semangka!! Gyahahaha… Seru abis deh.. Dan Anis, salah satu peserta, dengan kecerdasan tingkat tinggi berhasil menemukan kostum yang menjadi solusi untuk menghindari tercemarnya pakaian peserta dari noda custard yang dipake untuk melumuri si semangka. Kita, para peserta, demi alasan sanitasi dan kebersihan memutuskan untuk memakai…KANTONG SAMPAH!! Jeng jeng… Cuma gara-gara kantong sampah ini saya semakin yakin kalo saya punya kecenderungan yang medarah adging untuk mempermalukan diri sendiri. Waktu saya mau bergaya ala Charlie’s Angels dengan si kantong sampah, saya baru sadar bahwa saya berdiri persissss di samping Pak Konjen…

Ini juga salah satu lomba yang memerlukan brutalitas skill dan premanisme keahlian tingkat tinggi. Sejumlah kecil koin yang ditancapkan di semangka harus diperebutkan oleh 4 kepala, dan semua peserta sudah begitu menggebu-gebu untuk menyandang gelar sebagai juara sejati. Dalam lomba ini, saya tidak begitu beruntung, saya berada pada posisi keempat dari empat peserta wanita, dan posisi kedelapan dari keseluruhan delapan peserta. Ya..ya…ya… Rejeki saya memang ada di kerupuk, bukan di semangka. Yang berhasil menyabet gelar juara adalah Aniss…..yeaahh.. Tepuk tangan sodara-sodara… Demi menghibur hati yang tertohok karena kekalahan telak bersama semangka, saya memutuskan untuk berfoto bersama si semangka itu… Tapi apa daya sodara-sodara… Semangka itu langsung meluncur dari pelukan saya yang sedang mengatur pose narsis jaya untuk berfoto bersama sang semangka, dan pecaaaahhh!! Huaaa… Seakan ingin semakin memojokkan saya, salah seorang yang melihat tragedi itu langsung berujar: “Kalo emang pengen bawa pulang semangkanya, ngomong aja langsung, ga usah gitu segala dong caranya… “. Yaaa…ya… ya… aku dan semangka, memang bukanlah soulmate satu sama lain..

Lomba selanjutnya adalah lomba iring balon. Saya berpasangan dengan Indira..dan karena perbandingan tinggi badan yang tidak sepadan, kami dengan suksesnya gagal (hmm…perpaduan kata yang aneh) meraih kegemilangan sebagai juara… Anyway, selamat buat M’Jaka dan P’Aan yang langsung dinobatkan sebagai couple of the year begitu mereka dengan kerja sama yang sempurna berhasil merebut Juara I. Yang terlihat sangat terpukul sepertinya P’Burhan, karena sampai dengan putaran pertama berhasil memimpin, tapi karena entah P’Burhan atau pasangannya terpeleset, kemenangan itu pun tergelincir dari genggaman mereka.

Lomba menggiring balon itu adalah lomba terakhir. Dan acara pun ditutup dengan pembagian hadiah untuk para pemenang dan peserta. Ehm… Senangnya… Terakhir kali saya dapet hadiah dalam rangka 17an ini kan sekitar…uhmmm… Say, 18 years ago, maybe?

Habis itu masih ada beberapa acara tidak resmi, seperti pembagian popcorn dari M’Budi, pengosongan toples milik Ides dari kaastengel, transaksi jual-beli tahu isi dan pisang goreng antara saya dan M’Ade *Mbaaak… aku ketagihaaaann… tahu isinya is soooo kicking alias nendang banget*, dan perpindahan satu kotak kue lumpur dan amparan tatak produksi Qq ke tangan saya…

Pulang dari lokasi acara, saya masih sempet singgah di H4 Menzies Building untuk ikut kuliah, yang berakhir sekitar 2 jam setelah saya nyampe… Hehehe… Ya maaph… Yang penting kan tas saya sudah sempat mewakili kehadiran saya di kuliah terakhir Frontiers. Jadi malu euy, waktu Jamie ngomong ke saya: “I thought you skipped the class because you’re working on the essay for Christian…”. Oh iyaa… essay itu… due nya Senin ini ya… Hiks…

Anyway, it’s one of the day where I eat, smile and laugh a lot, because I had sooooo much fun!!

By the way, ada juga foto-foto yang saya pajang disiniiii…., dan reportasenya Indira bisa juga dibaca disini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar