Kalau..kalau asisten dan teknologi yang dimaksud disini adalah yang berhubungan dengan PDA dan semacamnya, okelah... Kalau mungkin asisten yang dimaksud adalah asisten di bidang pekerjaan kantoran, jelaslah kita sangat berharap punya asisten yang mengerti teknologi. Tapi tidak. Mari saya perjelas. Asisten yang saya maksud disini adalah asisten tingkat domestik bidang kerumahtanggaan, dengan asistennya Mama saya di rumah as a particular example. Dan teknologi yang dimaksud disini juga bukan teknologi yang rumit banget, definetely not a rocket science. A simple one, a basic one in information technology: celluler phones aka hand-phone. Jadi ceritanya, tentu saja selama saya disini, saya juga berfungsi sebagai pendengar setia curhatan Mama mengenai berbagai hal. Termasuk juga betapa Mama begittttuuuuuuu gemes sama si M’Rus, asisten terbarunya Mama alias PRT di rumah kami. Si M’Rus ini masih muda banget, 20 tahunan gitu kali ya... Asli Madura. Dia udah kerja disini sekitar 4 bulanan gitu. Sekitar 2 bulan terakhir ini, M’Rus punya handphone baru. Tipenya? Nokia 6600 (handphone yang dulu sempet saya kategorikan sebagai handphone sejuta umat). Second sih, beli dari si Yana (anak angkatnya orang tua saya yang tinggal di rumah ini juga). Semenjak punya handphone, M’Rus dan handphone nya bagaikan….. apa ya? Dora dan Boots? Musik dangdut dan seruling bambu? Atau kiper sepakbola dan gawangnya? Apapun lah… Yang jelas, mereka (M’Rus dan handphonenya ituh) tak terpisahkan. Pernah, si Mama bingung waktu pagi-pagi denger M’Rus nyuci sambil ngobrol, waktu Mama ngintip dari jendela dapur, kok ya si m’Rus itu tertawa-tawa sendirian. Mama sempat merasa ketakutan, tapi ternyata, si M’Rus (yang ga lulus SD ini) sedang bertelfon-telfonan ria pake handsfree. Pernah juga, saya agak bingung waktu denger M’Rus mengepel lantai pagi-pagi, kok ya si Esah (pembantu di rumah depan kami) udah dateng dan ngobrol ya? Ternyataaa… sekali lagi M’Rus bertelfon-telfonan, sekali ini dengan memanfaatkan fasilitas speakernya. Rada bete juga sih, masa, pernah kami sama-sama lagi membereskan meja makan habis makan siang, dia dengan santainya masih bertelfon-telfonan pake speaker-phone gitu, padahal saya sedang berdiri persis di sebelah dia. Mama juga pernah mengalami kejadian yang sama, waktu sama-sama lagi di dapur. Sementara Mama mengupas bawang di hadapan dia, dia mengulek bumbu sambi bergosip ria dengan riuhnya pake speaker-phone nya itu. Dan Mama mengeluhkan kualitas pekerjaannya M’Rus yang mengalami penurunan secara signifikan. Mulai dari piring dan gelas yang dicuci jadi ga bersih, setrikaan yang pernah tidak dicabut semalaman, sapu dan kain pel yang jadi ditinggalkan dimana saja. Belum lagi, frekuensi telfon-telfonannya betul-betul menguntungkan provider XL deh. Pernah jam 3 dini hari, waktu Abah bangun untuk sahur, masih terdengar suara M’Rus lagi nelfon!! Jam 3 dini hari sodara-sodara!! Nah, kemaren waktu aku maen ke tempatnya Fitria, sama-sama si Nana, cerita punya cerita nih, Nana juga mengalami problema serupa. Kedua asistennya di rumah juga berkelakuan tak terpisahkan dengan handphone mereka. Malah, untuk kasus Nana lebih parah lagi. Salah satu asistennya Nana sms-an dengan salah seorang pekerja di toko iparnya Nana, dan berujung pada suka-sama-suka. Yang jadi masalah adalah, si pekerja itu udah punya istri dan dua orang anak! Gimana Nana ga stress abis waktu istrinya si pekerja itu datang ke rumah Nana karena suaminya dibawa lari sama asistennya Nana itu... Gua ngakak. Setengah geli setengah kasian.
Memang sih, kalo dipikir-pikir lagi, yang namanya handphone memang udah barang umum banget deh ya kayaknya. Tapi kalo sampai sebegitunya banget, tetep aja teknologi yang satu ini bagaikan buah simalakama...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar