Innalillahi wa inna ilaihi roji’un… Saya bersama berjuta rakyat Indonesia kembali meneteskan air mata. Bumi pertiwi ini kembali bergoncang, dan kita hanya bisa terpekur melihat bukti, betapa manusia sungguh tak berdaya di hadapan Sang Pencipta Alam… Belum sebulan berlalu semenjak para saudara kita di Jawa Barat berduka, tanggal 30 September kemarin Tanah Andalas dirundung duka. Sungguh, gempa dengan skala 7,6 Skala Richter itu telah meninggalkan satu lagi catatan duka bagi Indonesia.
Dan saya merasa malu pada keluh-kesah saya, yang tak ada artinya dibandingkan duka mereka yang kehilangan segalanya.
Betapa saya benci pada ketidakberdayaan saya untuk sekedar meringankan beban mereka.
Saat mereka dengan penuh linangan air mata berkata, mereka mengikhlaskan kepergian orang-orang tercinta, bahwa mereka pasrah dan hanya bisa berserah diri pada Yang Kuasa, saya merasa tertampar.Sanggupkah saya sekuat mereka? Mereka kehilangan apa yang mereka bangun selama bertahun-tahun. Mereka tak akan bertemu kembali dengan orang-orang yang paling mereka kasihi. Dan mereka masih sanggup untuk berdiri dan berkata, “Inilah cobaan dari Alloh SWT”, meski dengan air mata yang tak henti menderas di wajah mereka. Sanggupkah saya memiliki kekuatan sebagaimana mereka untuk mengikhlaskan yang terjadi?
Dan saat saya memandang wajah-wajah mereka, secangkir kopi yang saya teguk saat ini terasa jauhlebih pahit daripada biasanya…
Ya Alloh, sungguh, Engkaulah yang Maha Tahu, apa yang terbaik bagi kami semua…
Ya Alloh, berikanlah mereka ketabahan dan kekuatan untuk tetap berjalan, dan tetap meyakini bahwa dengan kasih sayangMu, selalu masih ada harapan…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar