Minggu, 17 Agustus 2008

Tujuh Belas Agustus Tahun Dua Ribu Lapan...


Satu kata untuk memulai posting kali ini: MERDEKA!!!
Alhamdulillah…sebelumnya, saya belum pernah terbayang akan pernah mengalami upacara bendera untuk memperingati Hari Proklamasi Kemerdekaan RI di negeri orang. Dan kali ini, saya berkesempatan untuk mengikuti Upacara Pengibaran Bendera di Melbourne!! Allahu Akbar…
Pagi tadi, dengan susah payah bangun pagi (jam 7 itu bagi saya pagiii banget, secara saya biasanya bangun jam 9) diiringi tatapan khawatir dari Indira. Tapiii… demi menghadiri Food Festival Upacara Bendera di Konsulat Jenderal Republik Indonesia (selanjutnya akan disebut KJRI saja), dengan semangat teguh kukuh berlapis baja, saya pun segeraaaa… minum kopi dulu. Habis itu, baru mandi…

Dengan semangat 17an, pagi-pagi udah nyetel lagu-lagu nasional sambil bersiap-siap berangkat. Pas nyampe di Huntingdale, ternyata banyak juga temen-temen yang berniat ke KJRI juga. Jadilah kita berombongan naik kereta api. Saya, Indira, M’Novi, M’Kiki, M’Asih dan beberapa temen lainnya turun di Flinders Street Station. Sebagian rombongan turun di Armadale Station, karena memang lebih deket. Tapi saya tidak turun disana karena…saat kereta nyampe di Armadale saya masih tersandar di dinding kereta, tertidur dengan manisnya. Yah, begitulah…susah memang kalo mirip dengan Sleeping Beauty.

Naik trem no. 16 sampai Stop No. 27, dan trem itu penuuuh dengan orang Indonesia. Senangnyaaa…

Nyampe di KJRI, udah rameee banget. Kita sempet bingung, upacaranya di sebelah mana toh? Sempet mencari kehangatan dulu di Aula KJRI, tapi ternyata upacaranya di halaman depan. Ya betul juga sih…mana ada upacara bendera yang in-door?

Saat mengatur barisan, tidak berarti kami kehilangan sense of photography. Tiap kali terlihat ada kamera siap dipencet, kita tidak mau mengecewakan pemilik kamera tersebut dengan menyia-nyiakan kesempatan untuk bergaya. Tentu saja, kami semua punya asumsi bahwa semua kamera memang ditujukan pada kami. Asumsi yang sewenang-wenang memang… tapi bermanfaat bagi kami. Walaupun sebenernya setiap kali selesai ber-klik-klik ria, dengan polosnya saya suka nanya: “Eh, tadi emangnya kamera punya siapa sih?”.
Oke, kembali ke acara utama: Upacara Bendera. Susunan acara yang standar seperti Upacara Bendera dimana-mana. Ada Inspektur Upacara, ada Pembina Upacara, ada Paskibra. Upacara berlangsung cukup khidmat, walaupun cuaca Melbourne seperti biasa memamerkan kemampuannya membuat orang menggigil dengan angin yang tingkat dinginnya nendang banget…. Frankly speaking, saya sudah merasa mata saya berkaca-kaca karena terharu begitu melihat bendera itu naik perlahan diiringi lagu Indonesia Raya. Saya bangga jadi orang Indonesia, tapi sekaligus malu karena saya merasa masih begitu kecil kontribusi saya untuk negeri saya tercinta. Saya tidak mau menjadi orang-orang yang terus menerus mengeluh dan pesimis tentang kondisi negara ini. Saya tahu, harus ada yang saya lakukan, dan melihat Sang Dwiwarna berkibar, membuat tekad saya kuat kembali. Saya ada disini, untuk kembali dan membaktikan diri pada Ibu Pertiwi.

Oh iya, satu hal yang saya anggap agak tidak lazim. Disini sikap penghormatan ga pake menyentuhkan tangan ke kening kayak biasa, tapi kita disuruh hanya menganggukkan kepala. Aneh, dan bagi saya, ada yang kurang. Aneh aja rasanya pas bendera dinaikkan tapi ga ngasih penghormatan… Well, anyway…yang penting esensinya dapet…

Satu lagi yang bedaaaa banget sama Upacara di Indonesia: DINGINNYA POL!!!
Salut deh sama Rombongan Ibu-ibu Dharma Wanita ini yang tetap bertahana dengan kebaya mereka. Heuu…senangnya liat ibu-ibu berkebaya…

Selesai upacara, kita semua dengan semangat narsis jaya langsung mencari spot terbaik untuk membuktikan bahwa kita pernah bertujuhbelasan ria di negeri orang.


















Setelah itu, apa lagi coba? Jelaasss…tentunya kita langsung menyerbu mendatangi stand makanan. Ada bakso, siomay, sate padang, cendol (enak banget, sumpah…, cendol terenak yang pernah saya rasakan di tanah Ostrali ini), pempek, nasi begana, jajan pasar (ada wingko!!!), pokoknya berasa terharuuuu…deh. Sampai-sampai hidung saya meler. Oh, bukan ding. Hidung meler mah karena kedinginan. Well, anyway…
Terus..terus…ada acara hiburan jugaaa… ada gamelan, dan yang main gamelan tuh para bule! Ih, jadi malu…saya aja masih ga ngerti do re mi nya gamelan itu bagaimana.. Dan para bule itu aja main gamelannya sambil nembang lho!! Habis gamelan, ada penampilan dari…Band Indomonashis!!
Hemm…lumayan… Tapi, kayaknya band ini agak-agak disalahgunakan sama panitia acara deh. Seharusnya kan setelah mereka tampil, akan dilanjutkan dengan performnya tim pencak silat. Tapi si para pelaku pencak silat ga muncul-muncul. Jadi aja para pemain band ini terus menerus membawakan berbagai lagu untuk tetap memeriahkan panggung (atau supaya panggung nggak kosong? hmm…). Bassis nya aja sempet keliatan agak desperado waktu nyari pembawa acara yang ngabur tidak berada di tempat… hehehe… santai aja Mas..kita tetap setia bertepuk tangan kok…

Eniwei, dimanapun Anda merayakan hari Proklamasi Kemerdekaan RI ini…salam MERDEKA!!! Semoga bangsa kita bisa kembali bangkit dan berjaya…..

Merah putih, tetaplah kau berkibar… di ujung tiang tertinggi…

PS: Oh iyaaa…. Satu lagi …Selamat buat pasangan Hendra Setiawan dan Kido Markis yang mempersembahkan medali emas untuk tim Indonesia di Beijing. You’re also the Heroes!!












2 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  2. Merdeka!!!...keinget dulu sama kakak sy pas kul di Jepang ngikuti upacara kemerdekaan d KBRI, ujung2 nya makan2...kog sama saja ya?.
    Btw salut mbak Ami, malu sy gak pernah ngikuti upacara di kantor, tp tetep semangat mengabdi pada ibu pertiwi tercinta (mencetak enginer2 muda..hehehe)

    BalasHapus

Minggu, 17 Agustus 2008

Tujuh Belas Agustus Tahun Dua Ribu Lapan...


Satu kata untuk memulai posting kali ini: MERDEKA!!!
Alhamdulillah…sebelumnya, saya belum pernah terbayang akan pernah mengalami upacara bendera untuk memperingati Hari Proklamasi Kemerdekaan RI di negeri orang. Dan kali ini, saya berkesempatan untuk mengikuti Upacara Pengibaran Bendera di Melbourne!! Allahu Akbar…
Pagi tadi, dengan susah payah bangun pagi (jam 7 itu bagi saya pagiii banget, secara saya biasanya bangun jam 9) diiringi tatapan khawatir dari Indira. Tapiii… demi menghadiri Food Festival Upacara Bendera di Konsulat Jenderal Republik Indonesia (selanjutnya akan disebut KJRI saja), dengan semangat teguh kukuh berlapis baja, saya pun segeraaaa… minum kopi dulu. Habis itu, baru mandi…

Dengan semangat 17an, pagi-pagi udah nyetel lagu-lagu nasional sambil bersiap-siap berangkat. Pas nyampe di Huntingdale, ternyata banyak juga temen-temen yang berniat ke KJRI juga. Jadilah kita berombongan naik kereta api. Saya, Indira, M’Novi, M’Kiki, M’Asih dan beberapa temen lainnya turun di Flinders Street Station. Sebagian rombongan turun di Armadale Station, karena memang lebih deket. Tapi saya tidak turun disana karena…saat kereta nyampe di Armadale saya masih tersandar di dinding kereta, tertidur dengan manisnya. Yah, begitulah…susah memang kalo mirip dengan Sleeping Beauty.

Naik trem no. 16 sampai Stop No. 27, dan trem itu penuuuh dengan orang Indonesia. Senangnyaaa…

Nyampe di KJRI, udah rameee banget. Kita sempet bingung, upacaranya di sebelah mana toh? Sempet mencari kehangatan dulu di Aula KJRI, tapi ternyata upacaranya di halaman depan. Ya betul juga sih…mana ada upacara bendera yang in-door?

Saat mengatur barisan, tidak berarti kami kehilangan sense of photography. Tiap kali terlihat ada kamera siap dipencet, kita tidak mau mengecewakan pemilik kamera tersebut dengan menyia-nyiakan kesempatan untuk bergaya. Tentu saja, kami semua punya asumsi bahwa semua kamera memang ditujukan pada kami. Asumsi yang sewenang-wenang memang… tapi bermanfaat bagi kami. Walaupun sebenernya setiap kali selesai ber-klik-klik ria, dengan polosnya saya suka nanya: “Eh, tadi emangnya kamera punya siapa sih?”.
Oke, kembali ke acara utama: Upacara Bendera. Susunan acara yang standar seperti Upacara Bendera dimana-mana. Ada Inspektur Upacara, ada Pembina Upacara, ada Paskibra. Upacara berlangsung cukup khidmat, walaupun cuaca Melbourne seperti biasa memamerkan kemampuannya membuat orang menggigil dengan angin yang tingkat dinginnya nendang banget…. Frankly speaking, saya sudah merasa mata saya berkaca-kaca karena terharu begitu melihat bendera itu naik perlahan diiringi lagu Indonesia Raya. Saya bangga jadi orang Indonesia, tapi sekaligus malu karena saya merasa masih begitu kecil kontribusi saya untuk negeri saya tercinta. Saya tidak mau menjadi orang-orang yang terus menerus mengeluh dan pesimis tentang kondisi negara ini. Saya tahu, harus ada yang saya lakukan, dan melihat Sang Dwiwarna berkibar, membuat tekad saya kuat kembali. Saya ada disini, untuk kembali dan membaktikan diri pada Ibu Pertiwi.

Oh iya, satu hal yang saya anggap agak tidak lazim. Disini sikap penghormatan ga pake menyentuhkan tangan ke kening kayak biasa, tapi kita disuruh hanya menganggukkan kepala. Aneh, dan bagi saya, ada yang kurang. Aneh aja rasanya pas bendera dinaikkan tapi ga ngasih penghormatan… Well, anyway…yang penting esensinya dapet…

Satu lagi yang bedaaaa banget sama Upacara di Indonesia: DINGINNYA POL!!!
Salut deh sama Rombongan Ibu-ibu Dharma Wanita ini yang tetap bertahana dengan kebaya mereka. Heuu…senangnya liat ibu-ibu berkebaya…

Selesai upacara, kita semua dengan semangat narsis jaya langsung mencari spot terbaik untuk membuktikan bahwa kita pernah bertujuhbelasan ria di negeri orang.


















Setelah itu, apa lagi coba? Jelaasss…tentunya kita langsung menyerbu mendatangi stand makanan. Ada bakso, siomay, sate padang, cendol (enak banget, sumpah…, cendol terenak yang pernah saya rasakan di tanah Ostrali ini), pempek, nasi begana, jajan pasar (ada wingko!!!), pokoknya berasa terharuuuu…deh. Sampai-sampai hidung saya meler. Oh, bukan ding. Hidung meler mah karena kedinginan. Well, anyway…
Terus..terus…ada acara hiburan jugaaa… ada gamelan, dan yang main gamelan tuh para bule! Ih, jadi malu…saya aja masih ga ngerti do re mi nya gamelan itu bagaimana.. Dan para bule itu aja main gamelannya sambil nembang lho!! Habis gamelan, ada penampilan dari…Band Indomonashis!!
Hemm…lumayan… Tapi, kayaknya band ini agak-agak disalahgunakan sama panitia acara deh. Seharusnya kan setelah mereka tampil, akan dilanjutkan dengan performnya tim pencak silat. Tapi si para pelaku pencak silat ga muncul-muncul. Jadi aja para pemain band ini terus menerus membawakan berbagai lagu untuk tetap memeriahkan panggung (atau supaya panggung nggak kosong? hmm…). Bassis nya aja sempet keliatan agak desperado waktu nyari pembawa acara yang ngabur tidak berada di tempat… hehehe… santai aja Mas..kita tetap setia bertepuk tangan kok…

Eniwei, dimanapun Anda merayakan hari Proklamasi Kemerdekaan RI ini…salam MERDEKA!!! Semoga bangsa kita bisa kembali bangkit dan berjaya…..

Merah putih, tetaplah kau berkibar… di ujung tiang tertinggi…

PS: Oh iyaaa…. Satu lagi …Selamat buat pasangan Hendra Setiawan dan Kido Markis yang mempersembahkan medali emas untuk tim Indonesia di Beijing. You’re also the Heroes!!












2 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  2. Merdeka!!!...keinget dulu sama kakak sy pas kul di Jepang ngikuti upacara kemerdekaan d KBRI, ujung2 nya makan2...kog sama saja ya?.
    Btw salut mbak Ami, malu sy gak pernah ngikuti upacara di kantor, tp tetep semangat mengabdi pada ibu pertiwi tercinta (mencetak enginer2 muda..hehehe)

    BalasHapus