Rabu, 03 Desember 2008

The (Short) Trip to Tasmania - Day II

Hari kedua di Hobart. Hari kedua ini, sayangnya kami bertujuh terpisah kembali. Saya, M’Gita, Dini dan Hafiz di satu rombongan tur, dan karena tur tersebut udah keburu full, Dina, Dedy dan Ponco ikut rombongan tur yang lain. Day tournya sih lumayan. We spent most of the day at Port Arthur. Oh ya, sedikit background. Tasmania ini, waktu pertama kali ditemukan oleh para orang Inggris (di tahun berapa sih? Akhir 1800 an gitu kayaknya deh), para orang Inggris tersebut langsung merasa cocok untuk menjadikan Tasmania sebagai lokasi pembuangan para narapidana. Jadilah Tasmania ini semacam pulau penjara gitu.

Tidak hanya dipenjara, para narapidana disini sungguh diberdayagunakan untuk menjadi tukang, mulai dari untuk membangun jalan, membangun gedung, that kind of things. Port Arthur adalah kompleks penjara yang diperuntukkan bagi para narapidana dengan tingkat kesalahan yang tinggi (or should I say, kesalahan tingkat tinggi? Well..never mind, you do know what I mean, don’t you?). Wah, kalau menurut saya sih, Port Arthur ini mah terlalu bagus untuk dijadikan komplek penjara. Lanskapnya yang perbukitan di satu sisi dan laut di sisi lain membuat pemandangan dari sini terlihat cantik sekali. Kalau tidak salah, Port Arthur sempet terbakar, dan terbengkalai selama beberapa lama. Tapi sekarang, Port Arthur dengan sisa-sisa reruntuhan gedung penjara dan beberapa gedung yang direstorasi ulang sudah menjadi salah satu obyek wisata andalan Tasmania. Isu dan legenda mengenai keberadaan hantu dan penampakan yang terjadi di daerah sekitar sini malah oleh pengelola dijadikan sebagai salah satu obyek wisata tambahan, semacam Ghost Tour gitu. Wuih... coba kalo di Indonesia ada yang kayak gini yaa... kalo di Indonesia mah, saya yakin kita ga bakal kehabisan tempat untuk ngadain semacam ghost tour beginian.

Day Tour ini memah bener-bener day tour, dalam artian seharian banget. Kalo Dedy dengan sewenang-wenang saya tuduh punya kecenderungan untuk mabuk sepanjang perjalanan jauh, maka saya dengan besar hati mengakui kalo saya punya tendensi untuk tidur sepanjang perjalanan. Capek juga euy… Kami berangkat jam 8 pagi (dijemput sama guidenya di hotel tempat kami menginap), dan baru nyampe di hotel lagi menjelang sekitar jam 7an gitu. Rombongan Dina-Dedy-Ponco udah duluan nyampe. Tidak rela hari berlalu begitu saja (haduh, jayus lagi), kami bertujuh pun jalan-jalan lagi menelusuri Hobart. Sampailah kami di tugu pahlawannya Tasmania. Sama seperti tugu-tugu pahlawan di kota-kota Australia lainnya, tugu pahlawan ini juga sebagai penghormatan untuk ANZAC atau Australian and New Zealand Army Corps. Di kejauhan, terlihat Tasmanian Bridge yang nampak megah. Hmm..such a lovely place to have another photo session :D.

*saya minta foto ini diulang, karena saya berdiri di sebelah Dedy! oh, betapa jegleknya saya yang imut ini disebelah dia yang menjulang*

*foto dengan pengaturan posisi yang sudah diperbaiki :D*

Karena sudah keburu capek, plus kedinginan bangeeeeet (angin Tasmania sedang menunjukkan tiupan dengan tingkat dingin menjurus ke arah maksimal), hari kedua kami akhiri sampai disini…

Hari ketiga, we only have a few hours before our plane take off and bring us back to Melbourne. Beres-beres barang, check out, dan masih sambil menenteng barang-barang bawaan, kami sempet singgah di Salamanca Market. Ini tuh semacam weekly marketnya Tasmania, buka cuma tiap hari Sabtu.

Yang dijual? Macem-macem banget. Sampe fosil pun ada. Serius. Saya sih cuma beli sedikit souvenir, sabun Lavender untuk nenek saya tersayang di Bandung. Setelah puas keliling-keliling di Salamanca, kami pun bertolak kembali ke bandara Hobart. Disana, tentunya bersua kembali dengan rombongan satunya yang menginap di service apartment.

*para 'backpackers' melaporkan diri kepada Ibu Suri alias M'Erni*

Daaann… the short trip to Tasmania pun resmi ditutup dengan bertolak kembalinya pesawat kami ke Melbourne. Uhm.. Masih ada satu agenda tambahan sih, pas nyampe Melbourne, kami menyerah pada rasa lapar dan makan siang bersama di Es Teler 77.

*Melbeeeenn...wir beeeekkkkk....*

Such a nice trip, lots of memories, lots of pictures, lots of fun and laughter..

1 komentar:

  1. ih, bikin ngiri euy! klo sy ga tau deh kpn impian keliling dunia bs terwujud. gmn si ceritax bs nyampe di aussie?

    btw lam kenal!

    BalasHapus

Rabu, 03 Desember 2008

The (Short) Trip to Tasmania - Day II

Hari kedua di Hobart. Hari kedua ini, sayangnya kami bertujuh terpisah kembali. Saya, M’Gita, Dini dan Hafiz di satu rombongan tur, dan karena tur tersebut udah keburu full, Dina, Dedy dan Ponco ikut rombongan tur yang lain. Day tournya sih lumayan. We spent most of the day at Port Arthur. Oh ya, sedikit background. Tasmania ini, waktu pertama kali ditemukan oleh para orang Inggris (di tahun berapa sih? Akhir 1800 an gitu kayaknya deh), para orang Inggris tersebut langsung merasa cocok untuk menjadikan Tasmania sebagai lokasi pembuangan para narapidana. Jadilah Tasmania ini semacam pulau penjara gitu.

Tidak hanya dipenjara, para narapidana disini sungguh diberdayagunakan untuk menjadi tukang, mulai dari untuk membangun jalan, membangun gedung, that kind of things. Port Arthur adalah kompleks penjara yang diperuntukkan bagi para narapidana dengan tingkat kesalahan yang tinggi (or should I say, kesalahan tingkat tinggi? Well..never mind, you do know what I mean, don’t you?). Wah, kalau menurut saya sih, Port Arthur ini mah terlalu bagus untuk dijadikan komplek penjara. Lanskapnya yang perbukitan di satu sisi dan laut di sisi lain membuat pemandangan dari sini terlihat cantik sekali. Kalau tidak salah, Port Arthur sempet terbakar, dan terbengkalai selama beberapa lama. Tapi sekarang, Port Arthur dengan sisa-sisa reruntuhan gedung penjara dan beberapa gedung yang direstorasi ulang sudah menjadi salah satu obyek wisata andalan Tasmania. Isu dan legenda mengenai keberadaan hantu dan penampakan yang terjadi di daerah sekitar sini malah oleh pengelola dijadikan sebagai salah satu obyek wisata tambahan, semacam Ghost Tour gitu. Wuih... coba kalo di Indonesia ada yang kayak gini yaa... kalo di Indonesia mah, saya yakin kita ga bakal kehabisan tempat untuk ngadain semacam ghost tour beginian.

Day Tour ini memah bener-bener day tour, dalam artian seharian banget. Kalo Dedy dengan sewenang-wenang saya tuduh punya kecenderungan untuk mabuk sepanjang perjalanan jauh, maka saya dengan besar hati mengakui kalo saya punya tendensi untuk tidur sepanjang perjalanan. Capek juga euy… Kami berangkat jam 8 pagi (dijemput sama guidenya di hotel tempat kami menginap), dan baru nyampe di hotel lagi menjelang sekitar jam 7an gitu. Rombongan Dina-Dedy-Ponco udah duluan nyampe. Tidak rela hari berlalu begitu saja (haduh, jayus lagi), kami bertujuh pun jalan-jalan lagi menelusuri Hobart. Sampailah kami di tugu pahlawannya Tasmania. Sama seperti tugu-tugu pahlawan di kota-kota Australia lainnya, tugu pahlawan ini juga sebagai penghormatan untuk ANZAC atau Australian and New Zealand Army Corps. Di kejauhan, terlihat Tasmanian Bridge yang nampak megah. Hmm..such a lovely place to have another photo session :D.

*saya minta foto ini diulang, karena saya berdiri di sebelah Dedy! oh, betapa jegleknya saya yang imut ini disebelah dia yang menjulang*

*foto dengan pengaturan posisi yang sudah diperbaiki :D*

Karena sudah keburu capek, plus kedinginan bangeeeeet (angin Tasmania sedang menunjukkan tiupan dengan tingkat dingin menjurus ke arah maksimal), hari kedua kami akhiri sampai disini…

Hari ketiga, we only have a few hours before our plane take off and bring us back to Melbourne. Beres-beres barang, check out, dan masih sambil menenteng barang-barang bawaan, kami sempet singgah di Salamanca Market. Ini tuh semacam weekly marketnya Tasmania, buka cuma tiap hari Sabtu.

Yang dijual? Macem-macem banget. Sampe fosil pun ada. Serius. Saya sih cuma beli sedikit souvenir, sabun Lavender untuk nenek saya tersayang di Bandung. Setelah puas keliling-keliling di Salamanca, kami pun bertolak kembali ke bandara Hobart. Disana, tentunya bersua kembali dengan rombongan satunya yang menginap di service apartment.

*para 'backpackers' melaporkan diri kepada Ibu Suri alias M'Erni*

Daaann… the short trip to Tasmania pun resmi ditutup dengan bertolak kembalinya pesawat kami ke Melbourne. Uhm.. Masih ada satu agenda tambahan sih, pas nyampe Melbourne, kami menyerah pada rasa lapar dan makan siang bersama di Es Teler 77.

*Melbeeeenn...wir beeeekkkkk....*

Such a nice trip, lots of memories, lots of pictures, lots of fun and laughter..

1 komentar:

  1. ih, bikin ngiri euy! klo sy ga tau deh kpn impian keliling dunia bs terwujud. gmn si ceritax bs nyampe di aussie?

    btw lam kenal!

    BalasHapus