Jumat, 03 April 2009

Because There is Something Called "Priority"

Dua hari ini saya lagi full of anger. To one of my "friend". Dooohhh...so much for the friendship... Jadi begini...si teman, anggaplah namanya X, sekitar akhir tahun 2007 (sekitar bulan Oktober kali ya...) menghubungi saya, cerita kalo keluarganya lagi perlu duit. Not that much, cuma perlu sekitar 1,3juta. Nah, karena namanya "teman", oke, saya bilang saya mungkin bisa bantu, tapi bukan pake uang saya. Jadi saya pinjam uang di koperasi atas nama saya, uangnya saya kasihkan si X sebagai pinjaman, dan untuk membayar hutang tersebut, gaji saya dipotong tiap bulan selama 10 bulan. Nah, teman saya bilang dia juga akan membayar ke saya dengan gaya cicilan tersebut. Oke, tiga bulan pertama masih lancar, tapi kemudian saya berangkat sekolah. Otomatis pembayaran dia terhenti. Pernah sih, dia SMS, nanya nomer rekening saya. But still, no progress. Sementara gaji saya masih terus dipotong untuk membayar hutang saya di koperasi (yang uangnya,ironisnya, bukan untuk saya).

Waktu saya pulang kemaren, dia sudah menikah. Waktu kami ketemuan, dia bercerita tentang betapa sulitnya mengatur keuangan setelah berumah tangga. Apalagi waktu itu suaminya belum punya kerjaan tetap. Hutang dia ke saya? Masih dalam tanda tanya besar. Dia berjanji akan segera melunasinya. Sampai saya kembali ke Melbourne, si hutang yang paling-paling tinggal sejuta lebih dikit iru masih ga jelas kapan akan selesai.

And a few weeks ago, the plot of this story got thicker. Temen saya berfesbuk ria, and she is, of course, on my list. I started to get a little bit strucked to read her status once :"Duh,kenapa nih E71-nya?????". Ow.. THAT E71 yang SmartPhone itu? yang 4jutaan itu? hmm..hape baru? bisa beli hape 4 jutaan tapi belum bayar utang? Okay... that's a bit weird..Statusnya beberapa hari kemudian, statusnya ganti lagi dong...jadi " sdg berpikir... Kira2 ke Thailand atau Singapore ya? :)"...Well, gimana kalo berpikir buat bayar utang dulu, mungkin??? But the "knock-out" status is..."X is using BlackBerry Curve Javalin 8900 :)"...Oh. My. God. Belum lagi begitu baca komen di bawahnya, yang nanyain E71nya dikemanain...jawabannya dooong... "E71 ada aja Bu, bwt no yg 1-nya :)", sama "BBnya pake Isat, E71nya pake TSel :) Tp kl ngenetnya lama pke modem HSDPA IM2 dr Isat jg :)"...Oh, pleaaaaseeeee..... Dia memang mengirim message kepada saya lewat fesbuk, bilang kalo dia sebenernya udah sempet pegang cash buat bayr utang ke saya, tapi kepake buat biaya nikahannya dia. Jadi dia janji mau balikin BULAN MEI. Atau kalo kepepet, habis dapat THR di bulan SEPTEMBER. Dengan pikiran baik bahwa dia beli E71 dan BB itu pake uang dia sendiri, saya lalu berpikir, dia sudah punya cukup uang untuk bayar utang yang tinggal 1 juta itu. Saya imel lah dia, bilang kalo perlu uangnya buat benerin lantai di rumah. Dua hari kemudian, dia bales, bilang, kalo boleh, bayarnya habis dia gajian bulan Mei ajah, karena dia lagi habis-habisan buat modal usaha. Jujur, saya udah emosi. Hellooooooooooo??? Dia udah pinjem uang itu lebih dari setahun yang lalu. Dan sungguh, beli gadget yang dia punya sekarang, sementara dia masih punya kewajiban kepada saya yang kalu diliat dari segi nilai, masih di bawaaaah banget dari harga gadget itu??? I just cannot see the logic. Maka saya pun membalas imel dia dengan emosi:
"X, sorry..masalahnya ini buat perbaikan rumah. As I've told you before, buat benerin lantai di rumah. My parents don't really asked for my help *in financial terms*, tapi masa sih aku ga ada kontribusinya sama sekali? And FYI... gajiku sekarang tunjangan fungsionalnya dicabut, gaji pokok (and for God's sake..aku masih dalam golongan IIIa) dipotong 50% selama aku kuliah disini, plus masih dipotong lagi 200rb perbulan untuk menutup potongan 50% yang belum diambil dari gaji Jan-Juli tahun 2008 lalu. Practically, gaji bulananku sekarang udah di bawah UMR. Dan selama 10 bulan di tahun lalu, gajiku sudah dipotong terus untuk melunasi pinjaman yang aku kasih ke kamu. So, please...this time, I really need it. PS: So, now you're using BlackBerry Curve Javelin 8900, huh? a sophisticated gadget...well, you've become such a busy career lady now...well done..."

Please sense the tone for the last part of my e-mail. And for God's sake...I'm not begging her to LEND me any money, I'm asking her to return MY money!!! And guess what I got in my inbox in the next 15 minutes?
"Mungkin besok aq transfer ke rek BNI km Mi. Masalahnya td ga da OB yg bs dimintai tolong. So don't worry deh. Oya,mmg aq pake BB ini jg pke BB. Kl mslh busy, u're absolutely right. Busyyyyyy banget. Ni aja baru pulang dari Batam. Oks deh,see you..."

DOOOOOOOOOOOHHHHHHHHHHHHHHHHH...... Oh, pleaaaseeee.... There is a thing called priority, you know?? She really sensed the tone, though, I must admit. Tapi teteup doongg...mesti dia yang bener. Heran deh, Temen-temen saya disini banyak yang bekerja di instansi yang sama dengan dia, orang pusat pula. dapet beasiswa pula untuk sekolah disini. But none of them yang pernah bersengak-sengak jaya kayak dia. I wonder, how busy is she that she's dying for not having those gadgets instead of paying her debts to me? And I know the estimated amount of her monthly salary, yang adalah sekitar 5 jutaan. And she lives with her husband in her parent's house in BANJARMASIN, bukan di kota metropolitan kayak Jakarta yang buat hidup sehari-hari aja ngajak miskin banget. And it takes more than 1 year for her to pay that debt, but only a few months to own those gadgets???

This is it. Saya sudah bener-bener muak dengan cara dia memperlakukan saya. It's not about the money. It's the irresponsible way that she does in making decision. It's the way she set up her mind about "priority".
I. Just. Can't. Find. The logic in her mind. I can't.

There is something called priority. And obviously, X does not have the same concept of priority with me.

3 komentar:

  1. sabar mbak ... memang ada beberapa orang yang tipenya seperti itu ... kalo bisa ditunda, kenapa gak ditunda?
    jadinya kitanya yang harus tetep usaha nanya-in. jadi mengalah dulu deh untuk menang ...

    BalasHapus
  2. wahhh...punya temen kaya gitu emang nyebelin banget ya, mbak...

    saya juga pernah tuh ngalamin hal yang kayak gitu, cuma skalanya lebih kecil sih...
    dan sempat terjadi kesalahpahaman juga atas 'udah belumnya pembayaran hutang' tersebut. I was in your position (si pemberi hutang yang merasa belum dibayar). trus akhirnya 'sukses' membawa kami jadi diem-dieman selama sekitar 6 bulan padahal satu kelas... huhuhu... benar-benar ga mengenakkan
    sekarang udah baikan sih....
    lho kok jadi curhat sih... hihihi...

    satu pelajaran yang bisa diambil ya mba, hati-hati dalam meminjamkan uang... walaupun terhadap teman sendiri..

    BalasHapus
  3. ...."Air susu dibalas air tuba"

    BalasHapus

Jumat, 03 April 2009

Because There is Something Called "Priority"

Dua hari ini saya lagi full of anger. To one of my "friend". Dooohhh...so much for the friendship... Jadi begini...si teman, anggaplah namanya X, sekitar akhir tahun 2007 (sekitar bulan Oktober kali ya...) menghubungi saya, cerita kalo keluarganya lagi perlu duit. Not that much, cuma perlu sekitar 1,3juta. Nah, karena namanya "teman", oke, saya bilang saya mungkin bisa bantu, tapi bukan pake uang saya. Jadi saya pinjam uang di koperasi atas nama saya, uangnya saya kasihkan si X sebagai pinjaman, dan untuk membayar hutang tersebut, gaji saya dipotong tiap bulan selama 10 bulan. Nah, teman saya bilang dia juga akan membayar ke saya dengan gaya cicilan tersebut. Oke, tiga bulan pertama masih lancar, tapi kemudian saya berangkat sekolah. Otomatis pembayaran dia terhenti. Pernah sih, dia SMS, nanya nomer rekening saya. But still, no progress. Sementara gaji saya masih terus dipotong untuk membayar hutang saya di koperasi (yang uangnya,ironisnya, bukan untuk saya).

Waktu saya pulang kemaren, dia sudah menikah. Waktu kami ketemuan, dia bercerita tentang betapa sulitnya mengatur keuangan setelah berumah tangga. Apalagi waktu itu suaminya belum punya kerjaan tetap. Hutang dia ke saya? Masih dalam tanda tanya besar. Dia berjanji akan segera melunasinya. Sampai saya kembali ke Melbourne, si hutang yang paling-paling tinggal sejuta lebih dikit iru masih ga jelas kapan akan selesai.

And a few weeks ago, the plot of this story got thicker. Temen saya berfesbuk ria, and she is, of course, on my list. I started to get a little bit strucked to read her status once :"Duh,kenapa nih E71-nya?????". Ow.. THAT E71 yang SmartPhone itu? yang 4jutaan itu? hmm..hape baru? bisa beli hape 4 jutaan tapi belum bayar utang? Okay... that's a bit weird..Statusnya beberapa hari kemudian, statusnya ganti lagi dong...jadi " sdg berpikir... Kira2 ke Thailand atau Singapore ya? :)"...Well, gimana kalo berpikir buat bayar utang dulu, mungkin??? But the "knock-out" status is..."X is using BlackBerry Curve Javalin 8900 :)"...Oh. My. God. Belum lagi begitu baca komen di bawahnya, yang nanyain E71nya dikemanain...jawabannya dooong... "E71 ada aja Bu, bwt no yg 1-nya :)", sama "BBnya pake Isat, E71nya pake TSel :) Tp kl ngenetnya lama pke modem HSDPA IM2 dr Isat jg :)"...Oh, pleaaaaseeeee..... Dia memang mengirim message kepada saya lewat fesbuk, bilang kalo dia sebenernya udah sempet pegang cash buat bayr utang ke saya, tapi kepake buat biaya nikahannya dia. Jadi dia janji mau balikin BULAN MEI. Atau kalo kepepet, habis dapat THR di bulan SEPTEMBER. Dengan pikiran baik bahwa dia beli E71 dan BB itu pake uang dia sendiri, saya lalu berpikir, dia sudah punya cukup uang untuk bayar utang yang tinggal 1 juta itu. Saya imel lah dia, bilang kalo perlu uangnya buat benerin lantai di rumah. Dua hari kemudian, dia bales, bilang, kalo boleh, bayarnya habis dia gajian bulan Mei ajah, karena dia lagi habis-habisan buat modal usaha. Jujur, saya udah emosi. Hellooooooooooo??? Dia udah pinjem uang itu lebih dari setahun yang lalu. Dan sungguh, beli gadget yang dia punya sekarang, sementara dia masih punya kewajiban kepada saya yang kalu diliat dari segi nilai, masih di bawaaaah banget dari harga gadget itu??? I just cannot see the logic. Maka saya pun membalas imel dia dengan emosi:
"X, sorry..masalahnya ini buat perbaikan rumah. As I've told you before, buat benerin lantai di rumah. My parents don't really asked for my help *in financial terms*, tapi masa sih aku ga ada kontribusinya sama sekali? And FYI... gajiku sekarang tunjangan fungsionalnya dicabut, gaji pokok (and for God's sake..aku masih dalam golongan IIIa) dipotong 50% selama aku kuliah disini, plus masih dipotong lagi 200rb perbulan untuk menutup potongan 50% yang belum diambil dari gaji Jan-Juli tahun 2008 lalu. Practically, gaji bulananku sekarang udah di bawah UMR. Dan selama 10 bulan di tahun lalu, gajiku sudah dipotong terus untuk melunasi pinjaman yang aku kasih ke kamu. So, please...this time, I really need it. PS: So, now you're using BlackBerry Curve Javelin 8900, huh? a sophisticated gadget...well, you've become such a busy career lady now...well done..."

Please sense the tone for the last part of my e-mail. And for God's sake...I'm not begging her to LEND me any money, I'm asking her to return MY money!!! And guess what I got in my inbox in the next 15 minutes?
"Mungkin besok aq transfer ke rek BNI km Mi. Masalahnya td ga da OB yg bs dimintai tolong. So don't worry deh. Oya,mmg aq pake BB ini jg pke BB. Kl mslh busy, u're absolutely right. Busyyyyyy banget. Ni aja baru pulang dari Batam. Oks deh,see you..."

DOOOOOOOOOOOHHHHHHHHHHHHHHHHH...... Oh, pleaaaseeee.... There is a thing called priority, you know?? She really sensed the tone, though, I must admit. Tapi teteup doongg...mesti dia yang bener. Heran deh, Temen-temen saya disini banyak yang bekerja di instansi yang sama dengan dia, orang pusat pula. dapet beasiswa pula untuk sekolah disini. But none of them yang pernah bersengak-sengak jaya kayak dia. I wonder, how busy is she that she's dying for not having those gadgets instead of paying her debts to me? And I know the estimated amount of her monthly salary, yang adalah sekitar 5 jutaan. And she lives with her husband in her parent's house in BANJARMASIN, bukan di kota metropolitan kayak Jakarta yang buat hidup sehari-hari aja ngajak miskin banget. And it takes more than 1 year for her to pay that debt, but only a few months to own those gadgets???

This is it. Saya sudah bener-bener muak dengan cara dia memperlakukan saya. It's not about the money. It's the irresponsible way that she does in making decision. It's the way she set up her mind about "priority".
I. Just. Can't. Find. The logic in her mind. I can't.

There is something called priority. And obviously, X does not have the same concept of priority with me.

3 komentar:

  1. sabar mbak ... memang ada beberapa orang yang tipenya seperti itu ... kalo bisa ditunda, kenapa gak ditunda?
    jadinya kitanya yang harus tetep usaha nanya-in. jadi mengalah dulu deh untuk menang ...

    BalasHapus
  2. wahhh...punya temen kaya gitu emang nyebelin banget ya, mbak...

    saya juga pernah tuh ngalamin hal yang kayak gitu, cuma skalanya lebih kecil sih...
    dan sempat terjadi kesalahpahaman juga atas 'udah belumnya pembayaran hutang' tersebut. I was in your position (si pemberi hutang yang merasa belum dibayar). trus akhirnya 'sukses' membawa kami jadi diem-dieman selama sekitar 6 bulan padahal satu kelas... huhuhu... benar-benar ga mengenakkan
    sekarang udah baikan sih....
    lho kok jadi curhat sih... hihihi...

    satu pelajaran yang bisa diambil ya mba, hati-hati dalam meminjamkan uang... walaupun terhadap teman sendiri..

    BalasHapus
  3. ...."Air susu dibalas air tuba"

    BalasHapus