Selasa, 24 April 2012

Tentang Nama Saya



You might have known, kalo nama saya itu Utami Irawati. Khas Indonesia banget ya? 
Kalau orangnya lumayan deket sama saya, biasanya manggilnya Ami. Mahasiswa saya dan kolega *wetsaaahh… kolega!* saya yang lain manggil saya Bu Utami. Bapak Ibu saya kadang-kadang manggil saya Cami. *silahkan ketawa -_-*. Beberapa temen saya di kost dulu ada yang manggil saya Cumi *masih untung bukan Cumi Keriting*. And can you guess, gimana adek saya manggil saya? “Mochi Pochi Dochie Kuaciiiii….”

Seandainya bisa, saya ingin mencoret dia dari daftar warisan setiap kali dia memanggil saya seperti itu.

Tapi lama-kelamaan, saya jadi suka iseng menganalisis gimana cara orang memanggil saya. Dan berikut adalah beberapa hasil kesimpulan dari analisis-kurang-kerjaannya saya:



  • Kalau orang Banjar, biasanya manggilnya Ami. Tapi yang orang Jawa, sebagian besar lebih banyak memanggil saya Utami. Seriusan deh. Tapi kata Retno, salah satu temen deket saya waktu kuliah dulu, itu karena nama saya memang sebetulnya adalah nama khas orang Jawa. Iya juga kali ya? Sering deh kejadian, orang suka gak percaya kalo saya asli dari suku Banjar. Apalagi saya kalo baru ketemu orang, atau dalam suasana formal, biasanya logat saya gak muncul logat Banjarnya. Bahkan pernah nih, waktu itu di ruang Prodi saya lagi ngomong sama Bu Maria pake Bahasa Banjar. And guess what, salah satu mahasiswa saya yang denger langsung takjub, dan nanya ke saya: “Ibu bisa ya Bu pake bahasa Banjar?”. Trus, kalo saya memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama saya, ujug-ujug suka ditanya: “udah lama ya Mbak tinggal di Banjar?” 


      Kenapa sih orang suka sekali mempertanyakan ke-Banjar-an sayaaaaa???
  • Saya dulu bisa menebak-nebak suasana hati atasan saya yang dulu dari bagaimana cara dia memanggil saya. Kalau dia memanggil saya “Ami”, it means that he is in a good mood. Tapi kalau dia memanggil saya “Bu Utami…”, it would be very likely that I am in trouble. Ketua Prodi saya yang sekarang juga, biasanya manggil saya “Ami” aja. Tapi kalau dia manggil saya “Bu Ami”, biasanya omongannya bakal serius.



Another thing about my name, is its meaning and history. Dulu, kalo saya nanya ke orang tua saya soal makna nama saya, penjelasannya gini. “Utami” itu dari kata utama, atau bisa juga diartikan sebagai “yang pertama”. Soalnya saya kan anak sulung. Kalo “Irawati”, itu dari kata “Ira” *yang adalah gabungan dari nama orang tua saya, Irhamna dan Rastuti*, dan “wati” yang maksudnya adalah perempuan. Jadi, kesimpulannya, arti nama saya adalah anak perempuan pertama dari irhamna dan rastuti yang diharapkan menjadi yang paling utama. Ecieee… keren ya…

Tapi…

Begitu saya sudah mulai lebih dewasa untuk bisa mengerti bahwa kenyataan hidup terkadang bisa kejam, barulah saya tahu sejarah munculnya nama saya. Waktu Mama hamil saya, adalah zaman dimana yang namanya USG tidak terjangkau oleh kaum pekerja seperti ayah saya. Tapi sekitar 95% orang yakin bahwa si calon bayi ini bakal muncul sebagai anak laki-laki. Soalnya kata Mama, saya aktif banget bergerak dalam rahimnya Mama. Saya sampe keliatan *keliatan lho, bukan cuma kerasa* lagi nendang-nendang perut Mama. Nah, atas dasar fakta itulah, ayah saya lalu berasumsi bahwa yang bakalan nongol adalah anak cowok. Disiapkanlah nama Sutami Irawan untuk saya. Sutami itu nama almarhum mantan Mentri PU zaman dulu. Kata Abah, Ir. Sutami itu adalah orang yang sangat pintar, dan juga sangat jujur. Begitu dia pensiun, dia kembali ke rumahnya di sebuah gang sempit. Makanya Abah seneng banget sama beliau. Irawan ya, kayak Irawati tadi. Tapi kalo “wan” ya, untuk anak laki-laki. 

Kemudian…jeng jeeeeenggg… tibalah hari bersejarah itu, 14 Februari, hari launchingnya saya sebagai salah satu umat manusia. 

And of course, berbeda dari dugaan orang kalau yang bakal muncul adalah bayi cowok, yang dengan imutnya hadir adalah saya, si bayi mungil perempuan yang manis dan menggemaskan.
Secara Abah dan Mama saya sudah merasa kehabisan inspirasi untuk nyariin nama yang baru lagi, jadilah nama “Sutami Irawan” yang sudah disiapkan itupun dirombak jadi “Utami Irawati”

Ngeeek…ngoookkk….

Sebagai pembanding, nama adek saya itu Yunita Ira Safira. Yunita artinya bulan Juni tanggal tiga, Ira adalah gabungan dari Irhamna dan Rastuti, Safira itu dari diambil dari kata safir, jadi maksudnya permata gitu lho. Kalau dirangkum, nama adek saya jadinya lahir pada tanggal tiga Juni, dan merupakan permata bagi keluarga. Dan kata Mama, Abah perlu waktu beberapa hari untuk memikirkan nama adek saya itu.
Ahahaha -_-.

Baiklah, mungkin salah satu resiko jadi anak pertama kayak saya adalah ya kayak gini ini, segala sesuatu seperti jadi kelinci percobaan.

Eeeeniweeeiii… terlepas dari sejarah nama saya yang yang bernuansa “yang-penting-punya-nama-deh”, saya tetep suka nama saya kok. Ejaannya kan gak susah =D. Dan toh, bagi saya, nama pemberian orang tua say aitu adalah salah satu bentuk doa dari orang tua saya kan? 

And I believe, what matters is who I am, not merely just what my name is =). 

1 komentar:

  1. Baguuss:D

    Kalo kata Pak Watson nama saya dulu hasil dari kocokan! :D -__- *entah harus senang atau bagaimana*

    Tapi bagaimana pun, saya tetap suka nama saya XD *inikokmalahcurhatnarsis*

    BalasHapus

Selasa, 24 April 2012

Tentang Nama Saya



You might have known, kalo nama saya itu Utami Irawati. Khas Indonesia banget ya? 
Kalau orangnya lumayan deket sama saya, biasanya manggilnya Ami. Mahasiswa saya dan kolega *wetsaaahh… kolega!* saya yang lain manggil saya Bu Utami. Bapak Ibu saya kadang-kadang manggil saya Cami. *silahkan ketawa -_-*. Beberapa temen saya di kost dulu ada yang manggil saya Cumi *masih untung bukan Cumi Keriting*. And can you guess, gimana adek saya manggil saya? “Mochi Pochi Dochie Kuaciiiii….”

Seandainya bisa, saya ingin mencoret dia dari daftar warisan setiap kali dia memanggil saya seperti itu.

Tapi lama-kelamaan, saya jadi suka iseng menganalisis gimana cara orang memanggil saya. Dan berikut adalah beberapa hasil kesimpulan dari analisis-kurang-kerjaannya saya:



  • Kalau orang Banjar, biasanya manggilnya Ami. Tapi yang orang Jawa, sebagian besar lebih banyak memanggil saya Utami. Seriusan deh. Tapi kata Retno, salah satu temen deket saya waktu kuliah dulu, itu karena nama saya memang sebetulnya adalah nama khas orang Jawa. Iya juga kali ya? Sering deh kejadian, orang suka gak percaya kalo saya asli dari suku Banjar. Apalagi saya kalo baru ketemu orang, atau dalam suasana formal, biasanya logat saya gak muncul logat Banjarnya. Bahkan pernah nih, waktu itu di ruang Prodi saya lagi ngomong sama Bu Maria pake Bahasa Banjar. And guess what, salah satu mahasiswa saya yang denger langsung takjub, dan nanya ke saya: “Ibu bisa ya Bu pake bahasa Banjar?”. Trus, kalo saya memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama saya, ujug-ujug suka ditanya: “udah lama ya Mbak tinggal di Banjar?” 


      Kenapa sih orang suka sekali mempertanyakan ke-Banjar-an sayaaaaa???
  • Saya dulu bisa menebak-nebak suasana hati atasan saya yang dulu dari bagaimana cara dia memanggil saya. Kalau dia memanggil saya “Ami”, it means that he is in a good mood. Tapi kalau dia memanggil saya “Bu Utami…”, it would be very likely that I am in trouble. Ketua Prodi saya yang sekarang juga, biasanya manggil saya “Ami” aja. Tapi kalau dia manggil saya “Bu Ami”, biasanya omongannya bakal serius.



Another thing about my name, is its meaning and history. Dulu, kalo saya nanya ke orang tua saya soal makna nama saya, penjelasannya gini. “Utami” itu dari kata utama, atau bisa juga diartikan sebagai “yang pertama”. Soalnya saya kan anak sulung. Kalo “Irawati”, itu dari kata “Ira” *yang adalah gabungan dari nama orang tua saya, Irhamna dan Rastuti*, dan “wati” yang maksudnya adalah perempuan. Jadi, kesimpulannya, arti nama saya adalah anak perempuan pertama dari irhamna dan rastuti yang diharapkan menjadi yang paling utama. Ecieee… keren ya…

Tapi…

Begitu saya sudah mulai lebih dewasa untuk bisa mengerti bahwa kenyataan hidup terkadang bisa kejam, barulah saya tahu sejarah munculnya nama saya. Waktu Mama hamil saya, adalah zaman dimana yang namanya USG tidak terjangkau oleh kaum pekerja seperti ayah saya. Tapi sekitar 95% orang yakin bahwa si calon bayi ini bakal muncul sebagai anak laki-laki. Soalnya kata Mama, saya aktif banget bergerak dalam rahimnya Mama. Saya sampe keliatan *keliatan lho, bukan cuma kerasa* lagi nendang-nendang perut Mama. Nah, atas dasar fakta itulah, ayah saya lalu berasumsi bahwa yang bakalan nongol adalah anak cowok. Disiapkanlah nama Sutami Irawan untuk saya. Sutami itu nama almarhum mantan Mentri PU zaman dulu. Kata Abah, Ir. Sutami itu adalah orang yang sangat pintar, dan juga sangat jujur. Begitu dia pensiun, dia kembali ke rumahnya di sebuah gang sempit. Makanya Abah seneng banget sama beliau. Irawan ya, kayak Irawati tadi. Tapi kalo “wan” ya, untuk anak laki-laki. 

Kemudian…jeng jeeeeenggg… tibalah hari bersejarah itu, 14 Februari, hari launchingnya saya sebagai salah satu umat manusia. 

And of course, berbeda dari dugaan orang kalau yang bakal muncul adalah bayi cowok, yang dengan imutnya hadir adalah saya, si bayi mungil perempuan yang manis dan menggemaskan.
Secara Abah dan Mama saya sudah merasa kehabisan inspirasi untuk nyariin nama yang baru lagi, jadilah nama “Sutami Irawan” yang sudah disiapkan itupun dirombak jadi “Utami Irawati”

Ngeeek…ngoookkk….

Sebagai pembanding, nama adek saya itu Yunita Ira Safira. Yunita artinya bulan Juni tanggal tiga, Ira adalah gabungan dari Irhamna dan Rastuti, Safira itu dari diambil dari kata safir, jadi maksudnya permata gitu lho. Kalau dirangkum, nama adek saya jadinya lahir pada tanggal tiga Juni, dan merupakan permata bagi keluarga. Dan kata Mama, Abah perlu waktu beberapa hari untuk memikirkan nama adek saya itu.
Ahahaha -_-.

Baiklah, mungkin salah satu resiko jadi anak pertama kayak saya adalah ya kayak gini ini, segala sesuatu seperti jadi kelinci percobaan.

Eeeeniweeeiii… terlepas dari sejarah nama saya yang yang bernuansa “yang-penting-punya-nama-deh”, saya tetep suka nama saya kok. Ejaannya kan gak susah =D. Dan toh, bagi saya, nama pemberian orang tua say aitu adalah salah satu bentuk doa dari orang tua saya kan? 

And I believe, what matters is who I am, not merely just what my name is =). 

1 komentar:

  1. Baguuss:D

    Kalo kata Pak Watson nama saya dulu hasil dari kocokan! :D -__- *entah harus senang atau bagaimana*

    Tapi bagaimana pun, saya tetap suka nama saya XD *inikokmalahcurhatnarsis*

    BalasHapus