Seperti biasa, salah satu agenda di akhir
Tahun Akademik: Yudisium Sarjana. Termasuk juga untuk tahun akademik kali ini.
Semenjak saya menjabat sebagai Sekretaris
PS tahun 2010 kemaren, kekna ini salah satu periode yudisium yangpaling
stress-able deh. Nyiahahahaha…
A little background. Di Prodi kami, urutan
untuk jadi sarjana itu: seminar hasil – sidang skripsi – sidang yudisium. Jadi
setelah lulus sidang skripsi, mahasiswa masih harus mengumpulkan beberapa
syarat administratif agar namanya bisa diajukan mengikuti sidang yudisium. Sidang
yudisium itu sendiri semacam rapat di tingkat Fakultas yang memutuskan apakah
si mahasiswa sudah layak dinyatakan bergelar sarjana atau tidak.
Di awal semester, sebenernya jadwal sidang
yudisium itu udah fix tanggal 11 Agustus. Jadi saya sebagai panitia skripsi
sudah mematok target, sidang skripsi terakhir itu paling nggak tanggal 4
Agustus. Asumsi saya, perlu waktu 3-4 hari untuk revisi naskah skripsi setelah
sidang, lalu masih perlu waktu 1-2 hari untuk menjilid skripsinya. Secara nih
ya, pas tanggal 11 Agustus itu mahasiswa sudah harus mengumpulkan skripsi yang
telah disahkan penguji (di lembar pengesahan tanda tangan penguji sudah
lengkap) dan dalam keadaan dijilid.
TAPI....
TERNYATA...
Oh well… things happened.
One of the problems is, penelitian di lab
itu gak selamanya lancar. Ada mahasiswa yang cerita ke saya kalo dia sempet
stress, karena dia sudah ngirim sampel untuk analisis. Dan ternyata, teknisi
yang menganalisis sampel dia…cuti selama 2 minggu. Saya udah ketawa garing jaya
aja. Belum lagi hal semacam bahan kimia yang habis. Instrumen analisis yang
rusak. Ditolak lab dari instansi lain untuk analisis. Data penelitian yang
tidak bersahabat.
Next, Alhamdulillah, banyak mahasiswa PS
Kimia yang ternyata lolos untuk ikut berbagai event. Jadi aja pas minggu-minggu
genting menjelang tanggal sidang yudisium itu: ada mahasiswa yang lagi ikut
PIMNAS di Jogja. Ada yang lagi ikut pelatihan UWM di Palembang. Ada yang ikut
training Technopreneurship di Jakarta.
Jadilah saya memundurkan jadwal seminar
hasil dan sidang skripsi.
Saya tau kok, orang-orang di Akademik dan
prodi lain mungkin pada ngomongin, pada mempertanyakan kenapa PS kami paling
telat aja, paling rusuh untuk pelaksanaan seminar hasil dan sidang skripsi ini.
Whatever. They can talk whatever they want. Bagi saya, mahasiswa saya sudah
berusaha sebaik-baiknya. Dan toh, mereka terlambat maju karena ikut event yang
mengatasnamakan Fakultas MIPA. Saya cuma ingin memperjuangkan supaya mereka
bisa jadi sarjana.
Sementara mahasiswa PS lain sudah kelar
dengan sidang skripsinya, kami di PS Kimia dengan polosnya baru memulai seminar
hasil. Dua minggu terakhir di bulan Juli, jadwal seminar hasil pun padat
merayap. Masalahnya, tidak hanya jadwal
yang mepet, mahasiswa yang berencana lulus untuk periode ini ini ada 28 orang.
Yep. 28 people. We only have 10 days untuk seminar hasil, dan 28 orang yang mau
seminar.
Next, habis seminar hasil, muncullah sidang
skripsi.
Bayangkan saja, sidang skripsi pertama
adalah tanggal 3 Agustus, dan terakhir tanggal 9 Agustus. 6 hari efektif untuk
sidang skripsi, dengan 28 mahasiswa. Go figure.
Selama 3 minggu lebih, saya dan Retno
pontang-panting menyusun jadwal. Berusaha mengakomodir keinginan mahasiswa dan
dosen. Gimana caranya deh biar bisa pada maju sidang. Yang sidangnya bisa
dibikin paralel, ya dibikin paralel. Pernah lho dalam sehari ada 7 mahasiswa
yang maju sidang skripsi. Dan rekor saya, menguji 5 orang dalam sehari. Dua
diantaranya paralel. Jadi pada sidang sesi kedua, saya minta giliran nanya di
awal, lalu selesai jatah saya nanya, saya pamit ke ruangan satunya lagi untuk
menguji mahasiswa yang lain lagi.
Bodo amat deh. Yang ada di pikiran saya
cuma satu: semua mahasiswa ini harus bisa maju sidang, harus bisa ikut
yudisium, dan harus lulus jadi sarjana dalam periode ini. Walaupun untuk itu
saya harus jadi gasing untuk ngurusin mereka.
Jadilah semenjak awal Agustus, saya
spanning tinggi. Gak bisa liat mahasiswa, saya langsung mencecar mereka dengan
pertanyaan: “Udah tau jadwal sidangnya kan? Seminar hasil kemaren udah direvisi
kan? Jangan lupa konfirmasi ke penguji. Inget, tanggal 10 udah harus dijilid ya
skripsinya.” Intinya, saya yang pada dasarnya sudah cerewet, jadi lima kali
lebih cerewet dan galak daripada biasanya.
Uban saya nambah 8 helai dalam 3 hari *yes,
I did the counting, by the way*.
Waktu hari H sidang yudisium, dari jam 8
saya udah pasrah. Sempet panik karena 3 orang mahasiswa belum mengumpulkan
skripsi mereka. Toh akhirnya Ari dan Yodi muncul *dengan wajah lecek karena
begadang* dan menyerahkan skripsi mereka. Si Riza juga akhirnya muncul, dan
legalah saya. 28 eksemplar skripsi siap dibawa naik ke ruang rapat Dekanat.
Bukti perjuangan mereka meraih gelar Sarjana Sains |
Pas sidang yudisiumnya, para mahasiswa
nungguin di selasar, dan saya…ketiduran di ruangan saya. Mhuahahahaha…. Baru
berasa capeknyaaaa… Secara ya, semenjak seminar hasil kan saya pulang sore
terus *mana pas bulan puasa pula*. Malamnya masih harus membaca naskah yang
saya jadi penguji.
Eh, tapi seminar dan sidang skripsi selama
bulan puasa gini lumayan ada untungnya juga sih. Karena tiap kali seminar dan
sidang para mahasiswa kan ngasih bingkisan gitu, jadilah saya punya 10 botol
sirup, dan bertoples-toples kue kering. Mama gak usah beli kue kering lagi deh
buat Lebaraaaan :D.
Akhirnya, Alhamdulillah… 28 mahasiswa kami
dinyatakan lulus sebagai sarjana :”).
Selalu. Saya selalu merasa terharu begitu
mereka dinyatakan lulus. Waktu Pak Budi turun dan kembali ke ruangan, terus
ngomong: “Yak! Semua lulus. Selamat yaaa….”, rasanya plong dan legaaaa banget.
Apalagi periode ini kan banyak mahasiswa alih jenjang yang lulus. Waktu mereka
salaman sama saya, berasa legaaa banget bahwa mereka akhirnya berhasil lulus.
After all those days dimana mereka harus kuliah sambil kerja, tugas dinas
sambil penelitian dan menulis skripsi… Salut buat mereka :”).
Mahasiswa regular juga, whuaaa….seneng
banget liat mereka akhirnya bisa lulus. Apalagi salah satu mahasiswa bimbingan
saya. Dia sendiri sebenarnya sudah pesimis bakal bisa lulus. Tapi Pak Sunardi
dan saya mati-matian mengusahakan supaya dia tetep melanjutkan skripsi, maju
seminar dan sidang dan akhirnya bisa ikut yudisium. Saya pengen nangis rasanya
waktu dia dengan wajah setengah gak percaya ngomong: “Bu, jadi beneran ini saya
resmi jadi sarjana Bu? Beneran Bu?”.
The Fresh Graduates! Eh, yang lulus yudisium mereka, tapi kok yang cengirannya paling lebar saya yak? |
Yep. Satu tahap terlalui. But really, ini
sama sekali bukan akhir. Justru bagi keduapuluh delapan fresh-graduates ini,
hidup mulai memasuki tahapan yang baru. And I wish you nothing but the best of
success that waiting ahead of you =).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar