Setelah tertunda selama 7 bulan gituuu...akhirnya aku jadi juga berangkat sekolah... Alhamdulillah...bisa sekolah lagi, dan ga lagi disuruh-suruh untuk mengerjakan misi-misi imposibelnya Dekan... Dan, yang pasti, lepas dari pertanyaan paling menyebalkan selama tujuh bulan terakhir : 'kapan berangkat?'. Iya sih, sebagian dari yang bertanya memang beneran peduli, sebagian lagi cuma sekedar basa-basi karena ga punya topik obrolan lagi, sebagian lagi mungkin cuma karena udah refleks terbiasa nanya seperti itu. Tiap kali bertanya, jawabanku cukup bervariasi, tergantung mood dan siapa yang aku hadapi. Kalo mood lagi baik, biasanya aku bakal menjawab disertai penjelasan kenapa berangkatnya mestitertunda. Kalo moodnya masih lumayan tapi ga baik banget, jawabannya ya standar, 'Desember atau Januari kali yaa... doakan aja'. Kalo moodnya lagi rusuh, jawabannya : 'emang penting ya?'. Kalo moodnya lagi ga jelas, jawabannya : 'Berangkat ke mana? Banjarmasin? Sore ini. Mau oleh-oleh apa?'. Pernah saking betenya, jawabanku malah gini : 'Hm...gini aja deh, saya minta nomor telfon sama e-mailnya kamu aja, jadi begitu saya mau berangkat, nanti kamu langsung saya undang untuk menghadiri press conference mengenai keberangkatan saya. Kalo ga sempet dateng di press conference, ya minimal press releasenya bisa saya kirimkan. Oke?'.
Kerusuhan mengenai exit permit dan sedikit drama menjelang keberangkatan udah pernah dibahas (hmm..emang kuliah ya dibahas?) di posting sebelumnya. Keberangkatan dari Jakarta sih ga terlalu macam-macam. Lolos dengan manis di Imigrasi tanpa harus membayar fiskal (salah satu keuntungan jadi PNS...Haha. Lumayan...satu jeti bo'...satu jeti!!!), dan...apakah aku menitikkan airmata saat Qantas Airlines itu membawaku meninggalkan tanah airku yang tidak akan kulihat selama 1,5 tahun ke depan? Jelas tidaaaak.... Karena aku langsung ketiduran. Ya iya laaah... Berangkatnya jam 23.55 gituuu.... Dan aku terbangun sesaat setalah take off, dan menolak tawaran pramugari untuk makan malam (sesuatu yang sangaaat aku sesali pada akhirnya). Transitnya di Perth. Ih, waktu matahari terbit aku kan pas di pesawat...it was beautiful... Nyampe Perth, turun dari pesawat...pemeriksaan lagi...dan untungnya, ga ada masalah... yang jadi masalah adalah, aku dengan berat badanku yang 35 kilo (harusnya 36 kg, thank's untuk DIPA PBI yang sukses bikin aku kurus kering lagi) mesti menggeret koper seberat 29 kg, menenteng tas seberat 2 kg, dan ransel seberat 6 kg... Nelangsa oh nelangsa....Ternyata mesti pindah bandara, harus ke terminal penerbangan domestik lagi, untung pake shuttle bus. Aku padahal udah niat, kalo perlu aku datang ke kantor satpamnya dan dengan wajah memelas minta dianterin... Nyampe di terminal domestik, aku menghabiskan waktu 30 detik di depan mesin ajaib untuk terkagum-kagum dengan fakta bahwa, aku mesti mencetak boarding pass ku sendiri!! Yah, setelah celingukan kiri-kanan depan-belakang nyari contekan, dengan penuh rasa tidak percaya diri aku menyentuh-nyentuh layar (sambil berdoa semoga aku tidak melakukan kebodohan-kebodohan konyol, say...membuat aku balik terbang ke Jakarta, mungkin?). Eh, sukses...lumayan...ga sia-sia IPku 3, aku berhasil dengan manisnya memperoleh Boarding Pass yang imut ituuu...!!! Habis masukin bagasi (si Mbak..eh, salah, Miss ya? yang jaga counter ramaaaah banget), masuk ke ruang tunggu, tapiii...pemeriksaan lagiii... Sampai sepatu dan kacamata juga disuruh untuk dilepas, ditaruh di keranjang, terus dilewatin mesin Xray itu. Untung sepatu baru. Nunggu di Gate 1, ketebak dong apa yang aku lakukan? Tidur lagiii!!! Eh, tapi sempet berkirim-kirim SMS ria... walopun tarifnya ngajak miskin banget. EMPAT RIBU RUPIAH!!! Waktu udah dalam pesawat yang ke Melbourne, aku tidak sudi lagi mengulangi kesalahan yang sama, begitu pramugarinya nawarin makanan, aku langsung manggut-manggut dengan penuh semangat. Tapi ya terpaksa milih sereal aja, supaya aman.
Daaann.... Jam 14.35...aku tiba juga di Melbourne.... Alhamdulillah....
Hmm...
Kayaknya....ada yang masih bermasalah deh...
...
...
Mana penjemputku?????
Dengan desperatenya aku berputar-putar mencari siapapun yang membawa papan nama bertuliskan namaku...kok ya sampe bandara itu aku puterin (dan percaya deh, bandaranya jauuuuuh lebih gede daripada Syamsuddin Noor) si penjemput masih belum ada yaa...
Setelah aku mulai memikirkan langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah darurat ini (Halah!) muncullah si bule yang dengan terengah-engah mendatangiku, lengkap dengan papan nama bertuliskan namaku (keren kaaan...). "You walk very quick!!!" kata dia.... Gua nyengir. Dalam kondisi normal aja aku jalannya udah gaya mobil balap, apalagi kalo lagi panik kayak gitu!!! Yah, akhirnya... sampai juga....
Semuanyaaa.... Doakan aku yaaaa!!!!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Jumat, 11 Januari 2008
Akhirnya Sampai Juga!!!
Setelah tertunda selama 7 bulan gituuu...akhirnya aku jadi juga berangkat sekolah... Alhamdulillah...bisa sekolah lagi, dan ga lagi disuruh-suruh untuk mengerjakan misi-misi imposibelnya Dekan... Dan, yang pasti, lepas dari pertanyaan paling menyebalkan selama tujuh bulan terakhir : 'kapan berangkat?'. Iya sih, sebagian dari yang bertanya memang beneran peduli, sebagian lagi cuma sekedar basa-basi karena ga punya topik obrolan lagi, sebagian lagi mungkin cuma karena udah refleks terbiasa nanya seperti itu. Tiap kali bertanya, jawabanku cukup bervariasi, tergantung mood dan siapa yang aku hadapi. Kalo mood lagi baik, biasanya aku bakal menjawab disertai penjelasan kenapa berangkatnya mestitertunda. Kalo moodnya masih lumayan tapi ga baik banget, jawabannya ya standar, 'Desember atau Januari kali yaa... doakan aja'. Kalo moodnya lagi rusuh, jawabannya : 'emang penting ya?'. Kalo moodnya lagi ga jelas, jawabannya : 'Berangkat ke mana? Banjarmasin? Sore ini. Mau oleh-oleh apa?'. Pernah saking betenya, jawabanku malah gini : 'Hm...gini aja deh, saya minta nomor telfon sama e-mailnya kamu aja, jadi begitu saya mau berangkat, nanti kamu langsung saya undang untuk menghadiri press conference mengenai keberangkatan saya. Kalo ga sempet dateng di press conference, ya minimal press releasenya bisa saya kirimkan. Oke?'.
Kerusuhan mengenai exit permit dan sedikit drama menjelang keberangkatan udah pernah dibahas (hmm..emang kuliah ya dibahas?) di posting sebelumnya. Keberangkatan dari Jakarta sih ga terlalu macam-macam. Lolos dengan manis di Imigrasi tanpa harus membayar fiskal (salah satu keuntungan jadi PNS...Haha. Lumayan...satu jeti bo'...satu jeti!!!), dan...apakah aku menitikkan airmata saat Qantas Airlines itu membawaku meninggalkan tanah airku yang tidak akan kulihat selama 1,5 tahun ke depan? Jelas tidaaaak.... Karena aku langsung ketiduran. Ya iya laaah... Berangkatnya jam 23.55 gituuu.... Dan aku terbangun sesaat setalah take off, dan menolak tawaran pramugari untuk makan malam (sesuatu yang sangaaat aku sesali pada akhirnya). Transitnya di Perth. Ih, waktu matahari terbit aku kan pas di pesawat...it was beautiful... Nyampe Perth, turun dari pesawat...pemeriksaan lagi...dan untungnya, ga ada masalah... yang jadi masalah adalah, aku dengan berat badanku yang 35 kilo (harusnya 36 kg, thank's untuk DIPA PBI yang sukses bikin aku kurus kering lagi) mesti menggeret koper seberat 29 kg, menenteng tas seberat 2 kg, dan ransel seberat 6 kg... Nelangsa oh nelangsa....Ternyata mesti pindah bandara, harus ke terminal penerbangan domestik lagi, untung pake shuttle bus. Aku padahal udah niat, kalo perlu aku datang ke kantor satpamnya dan dengan wajah memelas minta dianterin... Nyampe di terminal domestik, aku menghabiskan waktu 30 detik di depan mesin ajaib untuk terkagum-kagum dengan fakta bahwa, aku mesti mencetak boarding pass ku sendiri!! Yah, setelah celingukan kiri-kanan depan-belakang nyari contekan, dengan penuh rasa tidak percaya diri aku menyentuh-nyentuh layar (sambil berdoa semoga aku tidak melakukan kebodohan-kebodohan konyol, say...membuat aku balik terbang ke Jakarta, mungkin?). Eh, sukses...lumayan...ga sia-sia IPku 3, aku berhasil dengan manisnya memperoleh Boarding Pass yang imut ituuu...!!! Habis masukin bagasi (si Mbak..eh, salah, Miss ya? yang jaga counter ramaaaah banget), masuk ke ruang tunggu, tapiii...pemeriksaan lagiii... Sampai sepatu dan kacamata juga disuruh untuk dilepas, ditaruh di keranjang, terus dilewatin mesin Xray itu. Untung sepatu baru. Nunggu di Gate 1, ketebak dong apa yang aku lakukan? Tidur lagiii!!! Eh, tapi sempet berkirim-kirim SMS ria... walopun tarifnya ngajak miskin banget. EMPAT RIBU RUPIAH!!! Waktu udah dalam pesawat yang ke Melbourne, aku tidak sudi lagi mengulangi kesalahan yang sama, begitu pramugarinya nawarin makanan, aku langsung manggut-manggut dengan penuh semangat. Tapi ya terpaksa milih sereal aja, supaya aman.
Daaann.... Jam 14.35...aku tiba juga di Melbourne.... Alhamdulillah....
Hmm...
Kayaknya....ada yang masih bermasalah deh...
...
...
Mana penjemputku?????
Dengan desperatenya aku berputar-putar mencari siapapun yang membawa papan nama bertuliskan namaku...kok ya sampe bandara itu aku puterin (dan percaya deh, bandaranya jauuuuuh lebih gede daripada Syamsuddin Noor) si penjemput masih belum ada yaa...
Setelah aku mulai memikirkan langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah darurat ini (Halah!) muncullah si bule yang dengan terengah-engah mendatangiku, lengkap dengan papan nama bertuliskan namaku (keren kaaan...). "You walk very quick!!!" kata dia.... Gua nyengir. Dalam kondisi normal aja aku jalannya udah gaya mobil balap, apalagi kalo lagi panik kayak gitu!!! Yah, akhirnya... sampai juga....
Semuanyaaa.... Doakan aku yaaaa!!!!
Kerusuhan mengenai exit permit dan sedikit drama menjelang keberangkatan udah pernah dibahas (hmm..emang kuliah ya dibahas?) di posting sebelumnya. Keberangkatan dari Jakarta sih ga terlalu macam-macam. Lolos dengan manis di Imigrasi tanpa harus membayar fiskal (salah satu keuntungan jadi PNS...Haha. Lumayan...satu jeti bo'...satu jeti!!!), dan...apakah aku menitikkan airmata saat Qantas Airlines itu membawaku meninggalkan tanah airku yang tidak akan kulihat selama 1,5 tahun ke depan? Jelas tidaaaak.... Karena aku langsung ketiduran. Ya iya laaah... Berangkatnya jam 23.55 gituuu.... Dan aku terbangun sesaat setalah take off, dan menolak tawaran pramugari untuk makan malam (sesuatu yang sangaaat aku sesali pada akhirnya). Transitnya di Perth. Ih, waktu matahari terbit aku kan pas di pesawat...it was beautiful... Nyampe Perth, turun dari pesawat...pemeriksaan lagi...dan untungnya, ga ada masalah... yang jadi masalah adalah, aku dengan berat badanku yang 35 kilo (harusnya 36 kg, thank's untuk DIPA PBI yang sukses bikin aku kurus kering lagi) mesti menggeret koper seberat 29 kg, menenteng tas seberat 2 kg, dan ransel seberat 6 kg... Nelangsa oh nelangsa....Ternyata mesti pindah bandara, harus ke terminal penerbangan domestik lagi, untung pake shuttle bus. Aku padahal udah niat, kalo perlu aku datang ke kantor satpamnya dan dengan wajah memelas minta dianterin... Nyampe di terminal domestik, aku menghabiskan waktu 30 detik di depan mesin ajaib untuk terkagum-kagum dengan fakta bahwa, aku mesti mencetak boarding pass ku sendiri!! Yah, setelah celingukan kiri-kanan depan-belakang nyari contekan, dengan penuh rasa tidak percaya diri aku menyentuh-nyentuh layar (sambil berdoa semoga aku tidak melakukan kebodohan-kebodohan konyol, say...membuat aku balik terbang ke Jakarta, mungkin?). Eh, sukses...lumayan...ga sia-sia IPku 3, aku berhasil dengan manisnya memperoleh Boarding Pass yang imut ituuu...!!! Habis masukin bagasi (si Mbak..eh, salah, Miss ya? yang jaga counter ramaaaah banget), masuk ke ruang tunggu, tapiii...pemeriksaan lagiii... Sampai sepatu dan kacamata juga disuruh untuk dilepas, ditaruh di keranjang, terus dilewatin mesin Xray itu. Untung sepatu baru. Nunggu di Gate 1, ketebak dong apa yang aku lakukan? Tidur lagiii!!! Eh, tapi sempet berkirim-kirim SMS ria... walopun tarifnya ngajak miskin banget. EMPAT RIBU RUPIAH!!! Waktu udah dalam pesawat yang ke Melbourne, aku tidak sudi lagi mengulangi kesalahan yang sama, begitu pramugarinya nawarin makanan, aku langsung manggut-manggut dengan penuh semangat. Tapi ya terpaksa milih sereal aja, supaya aman.
Daaann.... Jam 14.35...aku tiba juga di Melbourne.... Alhamdulillah....
Hmm...
Kayaknya....ada yang masih bermasalah deh...
...
...
Mana penjemputku?????
Dengan desperatenya aku berputar-putar mencari siapapun yang membawa papan nama bertuliskan namaku...kok ya sampe bandara itu aku puterin (dan percaya deh, bandaranya jauuuuuh lebih gede daripada Syamsuddin Noor) si penjemput masih belum ada yaa...
Setelah aku mulai memikirkan langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah darurat ini (Halah!) muncullah si bule yang dengan terengah-engah mendatangiku, lengkap dengan papan nama bertuliskan namaku (keren kaaan...). "You walk very quick!!!" kata dia.... Gua nyengir. Dalam kondisi normal aja aku jalannya udah gaya mobil balap, apalagi kalo lagi panik kayak gitu!!! Yah, akhirnya... sampai juga....
Semuanyaaa.... Doakan aku yaaaa!!!!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar