Sabtu, 03 Mei 2008

Terima Kasih Saya untuk Mereka...

Kemarin tanggal 2 Mei. Hari Pendidikan Nasional. Sekitar beberapa hari yang llau saya sempat bilang ke Jamie tentang Hari Pendidikan Nasional Indonesia. Dia bilang: "You're lucky, we don't even have any National Education Day like you to show that we care about education". Well...sadly to say, apa sih sebenernya artinya Hardiknas itu? Toh, cerita tentang guru lebih banyak sedihnya dibanding senengnya. Banyak sih sekarang guru-guru yang datang mengajar ke sekolah naik mobil keluaran terbaru. Tapi, tetap...lebih banyak lagi cerita tentang guru yang tidak menerima gaji selama berbulan-bulan. Guru yang harus menempuh perjalanan sejauh 2 jam untuk mengajar 2-3 kelas sekaligus. Masih ada saja siswa-siswa yang dengan 'sombong'nya ngomong: "Ah, dasar guru sialan...rese' deh...". Astaghfirullah.....

Sejak kecil cita-cita saya jadi guru. Kenapa? Karena bagi saya sosok guru adalah seseorang yang menakjubkan. Dan saya sangat terinspirasi oleh Abah, yang dulu pernah mengajar sebagai dosen LB di Fakultas Teknik. Saya ingat sekali, waktu masih berusia 6-7 tahun, saya selalu ikut Abah untuk mengajar. Dan saya selalu terkagum-kagum melihat Abah yang seperti bercerita dengan gambar-gambar, huruf-huruf dan angka-angka ajaib di papan tulis (Oh iya...Abah dulu sempet ngajar Mekanika Teknik IV, V dan VI). Sampai saat saya kuliah, sebagian besar dosen saya juga banyak yang inspirasional buat saya. Seperti misalnya Pak Eko dan Pak Muchalal yang selalu datang lebih pagi dibanding mahasiswanya (padahal kuliahnya jam 7 pagi).

Tapi pada dasarnya, banyak dari sosok guru adalah orang-orang yang menakjubkan. Dan tetap saja, keindahan dari keikhlasan mereka sepertinya tak perlu dianggap penting. Jujur saja, saya sampai setengah jam yang lalu tidakpernah tahu siapa yang sebenarnya sosok pencipta lagu "Hymne Guru". Padahal saya sudah hafal lagu itu semenjak kelas 1 SD (Oh, pleaaaaseee.....Siapa sih yang tidak kena kewajiban menghafal lagu ini di jaman SD dulu?). Dan saya miris membaca profil Pak Sartono di sini. Dan ini hanya seglintir kecil dari sekian ribu tokoh guru lainnya yang perjuangannya dianggap tidak cukup penting untuk dihargai.

Saya mungkin masih belum punya kemampuan dan kuasa apapun untuk merubah nasib guru di Indonesia. Tapi yang pasti, saya sangat mengapresiasi semua jasa, pengorbanan dan perjuangan guru dan pendidik. Saya hanya mampu menghaturkan untaian terima kasih dan rangkaian doa untuk semua yang pernah mendidik saya, untuk semua yang pernah memberikan pembelajaran kepada saya, untuk semua yang pernah menanamkan ilmu di benak saya.

Untuk teman-teman saya yang juga berprofesi sebagai pendidik, Selamat Hari Pendidikan Nasional. Semoga kita tidak pernah kehilangan semangat dan dedikasi kita untuk terus berjuang di jalan ini....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sabtu, 03 Mei 2008

Terima Kasih Saya untuk Mereka...

Kemarin tanggal 2 Mei. Hari Pendidikan Nasional. Sekitar beberapa hari yang llau saya sempat bilang ke Jamie tentang Hari Pendidikan Nasional Indonesia. Dia bilang: "You're lucky, we don't even have any National Education Day like you to show that we care about education". Well...sadly to say, apa sih sebenernya artinya Hardiknas itu? Toh, cerita tentang guru lebih banyak sedihnya dibanding senengnya. Banyak sih sekarang guru-guru yang datang mengajar ke sekolah naik mobil keluaran terbaru. Tapi, tetap...lebih banyak lagi cerita tentang guru yang tidak menerima gaji selama berbulan-bulan. Guru yang harus menempuh perjalanan sejauh 2 jam untuk mengajar 2-3 kelas sekaligus. Masih ada saja siswa-siswa yang dengan 'sombong'nya ngomong: "Ah, dasar guru sialan...rese' deh...". Astaghfirullah.....

Sejak kecil cita-cita saya jadi guru. Kenapa? Karena bagi saya sosok guru adalah seseorang yang menakjubkan. Dan saya sangat terinspirasi oleh Abah, yang dulu pernah mengajar sebagai dosen LB di Fakultas Teknik. Saya ingat sekali, waktu masih berusia 6-7 tahun, saya selalu ikut Abah untuk mengajar. Dan saya selalu terkagum-kagum melihat Abah yang seperti bercerita dengan gambar-gambar, huruf-huruf dan angka-angka ajaib di papan tulis (Oh iya...Abah dulu sempet ngajar Mekanika Teknik IV, V dan VI). Sampai saat saya kuliah, sebagian besar dosen saya juga banyak yang inspirasional buat saya. Seperti misalnya Pak Eko dan Pak Muchalal yang selalu datang lebih pagi dibanding mahasiswanya (padahal kuliahnya jam 7 pagi).

Tapi pada dasarnya, banyak dari sosok guru adalah orang-orang yang menakjubkan. Dan tetap saja, keindahan dari keikhlasan mereka sepertinya tak perlu dianggap penting. Jujur saja, saya sampai setengah jam yang lalu tidakpernah tahu siapa yang sebenarnya sosok pencipta lagu "Hymne Guru". Padahal saya sudah hafal lagu itu semenjak kelas 1 SD (Oh, pleaaaaseee.....Siapa sih yang tidak kena kewajiban menghafal lagu ini di jaman SD dulu?). Dan saya miris membaca profil Pak Sartono di sini. Dan ini hanya seglintir kecil dari sekian ribu tokoh guru lainnya yang perjuangannya dianggap tidak cukup penting untuk dihargai.

Saya mungkin masih belum punya kemampuan dan kuasa apapun untuk merubah nasib guru di Indonesia. Tapi yang pasti, saya sangat mengapresiasi semua jasa, pengorbanan dan perjuangan guru dan pendidik. Saya hanya mampu menghaturkan untaian terima kasih dan rangkaian doa untuk semua yang pernah mendidik saya, untuk semua yang pernah memberikan pembelajaran kepada saya, untuk semua yang pernah menanamkan ilmu di benak saya.

Untuk teman-teman saya yang juga berprofesi sebagai pendidik, Selamat Hari Pendidikan Nasional. Semoga kita tidak pernah kehilangan semangat dan dedikasi kita untuk terus berjuang di jalan ini....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar