Jumat, 08 Mei 2009

My Trouble with the Machine

Orang-orang yang kenal (baik)sama saya, pasti hafal kebiasaan saya yang sangat addicted dengan minum kopi. Untungnya bukan tipe kopi yang serius sih, maksud saya, saya jarang minum yang model-model kopi item gitu. Di Indonesia dulu saya sudah cukup bahagia sentosa dengan coffeemix. Dan Alhamdulillah disini juga ada yang jual. Nah, kalo di kampus atau di tempat lain, saya biasanya minum latte (regular size, with 2 sugar) atau cappuccino. Mas-mas yang di Meeting Point (kantin di kampus saya sekarang) juga sampai hafal sama saya. Kalo saya udah nongol di kounter, dia akan langsung ngomong: "Latte, regular one?". Dan saya bakalan nyengir sambil ngomong: "Yes, please...".

Nah, akhir-akhir ini, saya semakin terkurung di perpustakaan Matheson. Blame my essay and minor thesis for that. Makanya saya mulai mengalihkan pilihan ke coffee vending machine yang ada di lantai bawah Matheson. Pertama, kalo beli pake vending machine itu, saya ga usah keluar dari perpus (which would take me around 5-10 minutes). Kedua, it's cheaper. Yah, walopun memang ukurannya lebih kecil sih. Lagian kalo beli di Meeting Point, saya suka ga tega aja kalo liat ada donat yang seakan-akan kesepian menanti pembeli, atau kentang goreng yang dengan pilunya memanggil-manggil saya... Anyway, pagi ini, setelah mengambil buku dan memprint materi kuliah, saya pun menghampiri vending machine di pojokan Matheson. Untunglah lagi bener-bener tidak ada orang. Oh iya, di pojokan itu ada 3 vending machine, satu untuk kopi, satu untuk snack, satunya lagi untuk soft-drink dan air mineral. Dengan gaya seorang profesional, saya masukkanlah koin 2 dolar ke slotnya. Pencet angka 94 (capuccino with sugar) dan memencet tombol "strong". Jeglek! Terdengarlah suara yang familiar itu, pertanda mesinnya mulai bekerja.

Tapi saya jadi kaget. Karena...keluarlah serbuk dari mesin itu, TAPI GELAS KARTONNYA GA KELUAR!!! Saya ternganga memandangi serbuk kopi itu berhamburan begitu saja. Saya berbalik, mengecek kondisi sekitar. Untungnya karena sudah menjelang akhir semester, semua orang yang lagi ada di perpus sedang serius semua memandangi monitor komputer. Jesss... Saya berbalik lagi memandangi vending machine yang tidak mengeluarkan gelas itu. Sekarang...AIR PANASNYA MULAI MENGALIR KELUAR! Arrrggghh...wajah saya kayaknya langsung pucat...


Dan tanpa berpikir apa-apa lagi, saya...langsung lari dari tempat kejadian. Oh My God Oh My God Oh My God Oh My God Oh My God... It was such a MESS. Kebayang aja apa yang terjadi kalo kita membuat kopi TANPA gelas/cangkir/mug. That was exactly what happened with that d*mn vending machine!

Gee... Tuhan, inikah caraMu menyuruhku insap supaya ga kebanyakan minum kopi lagi???


Oh iya, gambar di atas (dipinjem dari
sini) ga mirip-mirip banget sama vending machine yang ada di Matheson itu. Yang di Matheson mah lebih gede lagi. But at least, bayangkanlah kekacauan yang terjadi saat proses pembuatan kopi terjadi tanpa si gelas mungil itu berada di tempat yang seharusnya...

1 komentar:

  1. whoaa, mendebarkan banget mba, untung ga ada yg liat... apa persediaan gelasnya lagi habis ya...

    BalasHapus

Jumat, 08 Mei 2009

My Trouble with the Machine

Orang-orang yang kenal (baik)sama saya, pasti hafal kebiasaan saya yang sangat addicted dengan minum kopi. Untungnya bukan tipe kopi yang serius sih, maksud saya, saya jarang minum yang model-model kopi item gitu. Di Indonesia dulu saya sudah cukup bahagia sentosa dengan coffeemix. Dan Alhamdulillah disini juga ada yang jual. Nah, kalo di kampus atau di tempat lain, saya biasanya minum latte (regular size, with 2 sugar) atau cappuccino. Mas-mas yang di Meeting Point (kantin di kampus saya sekarang) juga sampai hafal sama saya. Kalo saya udah nongol di kounter, dia akan langsung ngomong: "Latte, regular one?". Dan saya bakalan nyengir sambil ngomong: "Yes, please...".

Nah, akhir-akhir ini, saya semakin terkurung di perpustakaan Matheson. Blame my essay and minor thesis for that. Makanya saya mulai mengalihkan pilihan ke coffee vending machine yang ada di lantai bawah Matheson. Pertama, kalo beli pake vending machine itu, saya ga usah keluar dari perpus (which would take me around 5-10 minutes). Kedua, it's cheaper. Yah, walopun memang ukurannya lebih kecil sih. Lagian kalo beli di Meeting Point, saya suka ga tega aja kalo liat ada donat yang seakan-akan kesepian menanti pembeli, atau kentang goreng yang dengan pilunya memanggil-manggil saya... Anyway, pagi ini, setelah mengambil buku dan memprint materi kuliah, saya pun menghampiri vending machine di pojokan Matheson. Untunglah lagi bener-bener tidak ada orang. Oh iya, di pojokan itu ada 3 vending machine, satu untuk kopi, satu untuk snack, satunya lagi untuk soft-drink dan air mineral. Dengan gaya seorang profesional, saya masukkanlah koin 2 dolar ke slotnya. Pencet angka 94 (capuccino with sugar) dan memencet tombol "strong". Jeglek! Terdengarlah suara yang familiar itu, pertanda mesinnya mulai bekerja.

Tapi saya jadi kaget. Karena...keluarlah serbuk dari mesin itu, TAPI GELAS KARTONNYA GA KELUAR!!! Saya ternganga memandangi serbuk kopi itu berhamburan begitu saja. Saya berbalik, mengecek kondisi sekitar. Untungnya karena sudah menjelang akhir semester, semua orang yang lagi ada di perpus sedang serius semua memandangi monitor komputer. Jesss... Saya berbalik lagi memandangi vending machine yang tidak mengeluarkan gelas itu. Sekarang...AIR PANASNYA MULAI MENGALIR KELUAR! Arrrggghh...wajah saya kayaknya langsung pucat...


Dan tanpa berpikir apa-apa lagi, saya...langsung lari dari tempat kejadian. Oh My God Oh My God Oh My God Oh My God Oh My God... It was such a MESS. Kebayang aja apa yang terjadi kalo kita membuat kopi TANPA gelas/cangkir/mug. That was exactly what happened with that d*mn vending machine!

Gee... Tuhan, inikah caraMu menyuruhku insap supaya ga kebanyakan minum kopi lagi???


Oh iya, gambar di atas (dipinjem dari
sini) ga mirip-mirip banget sama vending machine yang ada di Matheson itu. Yang di Matheson mah lebih gede lagi. But at least, bayangkanlah kekacauan yang terjadi saat proses pembuatan kopi terjadi tanpa si gelas mungil itu berada di tempat yang seharusnya...

1 komentar:

  1. whoaa, mendebarkan banget mba, untung ga ada yg liat... apa persediaan gelasnya lagi habis ya...

    BalasHapus