Selasa, 10 Juli 2012

Setelah Pengumuman SNMPTN


Tanggal 6 Juli kemaren, pasti banyak yang deg-degan abis pol-polan. Secara hasil SNMPTN diumumkan. Agak lucu sih sebenernya, harusnya kan pengumumannya tanggal 7, dimajukan jadi tanggal 6. Terus, pas udah hari H, yang harusnya jam 7 malem WIB, dimajukan 1 jam jadi jam 6 sore WIB. Setdah, panitianya ngerti kali ya bahwa yang pada ikut SNMPTN udah resah gundah gulana, dan memutuskan tidak mau berlama-lama membiarkan mereka dalam penantian.

Anyway…. Karena ada beberapa temen saya yang ikut SNMPTN, saya juga ikut penasaran dengan hasilnya. And really, it’s just so nice to hear some good news =). Dita keterima di FKG Unpad *that is just so WOW!*, Qisty di Sastra Prancis Unpad, ada Rahma juga di Arsitektur UI. (gila ya, temen-temen saya pinter-pinter…lah saya? *melipir* *ngegoretin pasir pake lidi*). Buat temen-temen yang keterima SNMPTN, once again, selamat yaaa :D. Welcome to a new stage called “life at a university”. Udah keterima SNMPTN, jangan disia-siakan deh. Banyak lho yang gak seberuntung kalian, dan mau bertukar nasib dengan kalian. Banyak banget.

Still, yang namanya hidup, ya gitu. Ups and downs. Beberapa masih belum beruntung, dan masih harus mencari cara lain untuk keterima di jurusan/PTN yang diinginkan.  But hey, it’s definitely not the end of the world :”). Gak lulus SNMPTN bukan berarti arga mati bahwa cita-cita harus terhenti. Yang namanya suatu cita-cita, layak untuk diperjuangkan. Dan Tuhan Maha Mendengar, Tuhan Maha Mengabulkan. Tidak akan ada doa dan usaha yang sia-sia kok.

Ikut seneng dengan teman-teman yang lulus SNMPTN. Ngerasa sedih juga dengan temen-temen yang ternyata jalannya bukan lewat SNMPTN. Tapi, masih ada satu golongan peserta SNMPTN yang… how should I say it?

Jujur ya, saya gak habis pikir dengan orang-orang yang sedih…karena lulus SNMPTN..di pilihan kedua atau ketiga.

Gini deh, seandainya saya yang udah mati-matian usaha untuk keterima di PTN, dan harus berhadapan dengan orang yang ngomong gini: “Yah, gimana dong nih. Gua lulus SNMPTN, tapi CUMA di pilihan kedua. Gimana dong? Ambil gak usah ya?”, saya bakal sakit ati. Pengen ngelemparin 
Banyak lhooo yang bersedia mengambil alih jatah kamu yang udah kerima ituuu…

Bandingkan deh ya, antara jumlah peserta yang mendaftar dan ikut tes, dengan jumlah peserta yang keterima. Berapa perbandingannya? Lulus SNMPTN itu sudah berkah, rezeki dari Tuhan. Dan kamu malah sedih karena diberi rezeki? Sombong. Serius, orang sombong kan yang tidak menghargai rezeki yang tidak semua orang bisa memilikinya?

Hal lain yang saya gak bisa ngerti dari orang-orang semacam ini: kalau memang mereka semenjak awal tidak berminat dengan jurusan di pilihan yang ditulis pada pilihan kedua atau ketiga itu… Lalu ngapain ditulis waktu di awal daftar kemaren? Logikanya dimana toh? Boleh lho, pilihan kedua dan ketiga itu dikosongkan kalau memang hati dan niatnya cuma untuk di satu jurusan tertentu. 

Okelah, mungkin ada beberapa orang yang karena (tekanan) orang tua, harus mengisikan pilihan kedua atau ketiga dengan suatu jurusan tertentu. Tapi kalau memang yang mengisi pilihan selain pilihan pertama itu kamu sendiri, ya…silakan, your choice toh?

Bukan masalah “terserah-gue-dong-mau-milih-jurusan-apa”. Memilih jurusan waktu daftar SNMPTN, itu satu hal. Keterima di satu jurusan tertentu, itu adalah hasil dari pilihan itu, and that’s another thing. Ini yang harus dipertanggungjawabkan, kan? Karena sesungguhnya, kemauan dan kemampuan untuk mempertanggungjawabkan suatu pilihan itu adalah ciri kedewasaan.

Memang sih, ada beberapa alasan waktu mengisikan pilihan waktu SNMPTN, atau kalau lingkupnya mau diperluas, waktu mau menentukan kuliah kemana.

1. Yang penting kuliah
Golongan yang penting bisa kuliah, di jurusan apapun, di perguruan tinggi manapun. Pasrah amat yak? Gak papa sih, selama pas sudah mulai kuliah nanti, bener-bener diniatin dan dijalanin dengan serius.

2. Yang penting kuliah di Perguruan Tinggi Negeri
Pada dasarnya memang banyak yang orientasinya adalah kuliah di PT Negeri. Terutama bagi yang masih sangat mempertimbangkan biaya. Memang banyak PTN yang sekarang biaya kuliahnya udah ngajak miskin. Tapi tetap saja, kuliah di PTN masih punya image “lebih aman”, baik dari segi finansial, maupun dari segi reputasi. Kalau memang orientasinya PTN, ya strateginya memilih jurusan yang tingkat persaingannya untuk keterima disitu tidak terlalu ketat. Jurusannya kurang popular? Shouldn’t be a problem =). Yang penting adalah bagaimana waktu menjalaninya. Alumni dari suatu jurusan yang terdengar kurang bonafid tidak berarti gak bisa sukses lhooo…

3. Yang penting kuliah di jurusan “A”
Biasanya kalau orientasinya seperti ini, adalah orang yang sudah tau pasti mereka minatnya dimana, tertariknya di bidang apa. Jadi waktu SNMPTN pun, jurusan yang diinginkan di setiap pilihan sama, tapi cuma Perguruan Tinggi-nya aja yang berbeda. Kalaupun tidak lolos di SNMPTN, masih bisa nyoba lewat jalur lain. Kalau jalannya memang bukan di PTN, masih bisa nyari kesempatan di PTS yang menawarkan jurusan yang sama. 

Saya dulu sempet nyaris ikut SNMPTN. Waktu menjelang mau lulus SMA, saya udah punya planning gini:

1. daftar PMDK di Kimia UGM.
2. kalo gak keterima PMDK, saya ikut UMPTN. Pilihan pertama, Kimia UGM, karena memang minat utama saya ya Kimia. Pilihan kedua di Teknik Sipil UGM, mengikuti keinginan orang tua. Karena saya mikir, motivasi utama saya kan membuat orang tua saya bangga, jadi insya Alloh, saya akan berusaha sebaik mungkin disana nanti dengan motivasi tersebut. Pilihan ketiga, Komunikasi Unpad. Karena saya tertarik di bidang komunikasi. Saya suka membaca, dan saya sejak dulu merasa that communication is one of the thing that keeps the world going.
3. kalo gak lulus SNMPTN, saya daftar D3 Analis Kimia di Unpad. Dengan asumsi, kalo lulus D3, saya masih punya pilihan untuk melanjutkan ke jenjang S1.

Orientasi saya waktu itu: kuliah di PTN. Karena ayah saya cuma PNS, dan kuliah di PTS sepertinya cuma akan jadi beban bagi orang tua saya. Tapi selain itu, saya juga melihat kemampuan dan minat saya. Gak mungkin lah saya maksain diri masuk Kedokteran, secara saya migren terus kalo belajar Biologi. 

Susah menentukan jurusan? Ahahaha…memang sih ya, waktu SMA itu bener-bener pencarian jati diri. Banyak ikutan ekskul waktu SMA juga bisa bikin kita tau, kita merasa nyaman di lingkungan yang seperti apa. Selain itu, niat buat mencari tahu soal jurusan yang menarik buat kita juga membantu banget. Cuma galau dan nulis status-status gak jelas di ef-be atau ngetwit soal bingung milih jurusan apa nanti gak bakal bikin kita tambah mantap buat menentukan jurusan. Mending hape androidnya dipake buat searching tentang jurusan yang kita pengen itu. 

Well, one thing that should be remembered, the main key, bukan soal kuliah di PTN, atau di jurusan tertentu. It’s not about what university you go to, but how you handle a university’s life. Because what determines who you are, is what you do and how you do it =).

3 komentar:

  1. emang harus ad bimbingan dari orang tua ya buat tau bakat minat kita kuliah nanti. :D

    event blogger: review tempat makan favorit, berhadiah Galaxy pocket dan voucher2 lho!

    BalasHapus
  2. waaa... this post is worth to be put in the article for teen magazine! :)

    BalasHapus
  3. Kak mau nanya kalo d3 analis kimia unpad bisa lanjut s1 ke jurusan apa dan ke ptn mana ya?

    BalasHapus

Selasa, 10 Juli 2012

Setelah Pengumuman SNMPTN


Tanggal 6 Juli kemaren, pasti banyak yang deg-degan abis pol-polan. Secara hasil SNMPTN diumumkan. Agak lucu sih sebenernya, harusnya kan pengumumannya tanggal 7, dimajukan jadi tanggal 6. Terus, pas udah hari H, yang harusnya jam 7 malem WIB, dimajukan 1 jam jadi jam 6 sore WIB. Setdah, panitianya ngerti kali ya bahwa yang pada ikut SNMPTN udah resah gundah gulana, dan memutuskan tidak mau berlama-lama membiarkan mereka dalam penantian.

Anyway…. Karena ada beberapa temen saya yang ikut SNMPTN, saya juga ikut penasaran dengan hasilnya. And really, it’s just so nice to hear some good news =). Dita keterima di FKG Unpad *that is just so WOW!*, Qisty di Sastra Prancis Unpad, ada Rahma juga di Arsitektur UI. (gila ya, temen-temen saya pinter-pinter…lah saya? *melipir* *ngegoretin pasir pake lidi*). Buat temen-temen yang keterima SNMPTN, once again, selamat yaaa :D. Welcome to a new stage called “life at a university”. Udah keterima SNMPTN, jangan disia-siakan deh. Banyak lho yang gak seberuntung kalian, dan mau bertukar nasib dengan kalian. Banyak banget.

Still, yang namanya hidup, ya gitu. Ups and downs. Beberapa masih belum beruntung, dan masih harus mencari cara lain untuk keterima di jurusan/PTN yang diinginkan.  But hey, it’s definitely not the end of the world :”). Gak lulus SNMPTN bukan berarti arga mati bahwa cita-cita harus terhenti. Yang namanya suatu cita-cita, layak untuk diperjuangkan. Dan Tuhan Maha Mendengar, Tuhan Maha Mengabulkan. Tidak akan ada doa dan usaha yang sia-sia kok.

Ikut seneng dengan teman-teman yang lulus SNMPTN. Ngerasa sedih juga dengan temen-temen yang ternyata jalannya bukan lewat SNMPTN. Tapi, masih ada satu golongan peserta SNMPTN yang… how should I say it?

Jujur ya, saya gak habis pikir dengan orang-orang yang sedih…karena lulus SNMPTN..di pilihan kedua atau ketiga.

Gini deh, seandainya saya yang udah mati-matian usaha untuk keterima di PTN, dan harus berhadapan dengan orang yang ngomong gini: “Yah, gimana dong nih. Gua lulus SNMPTN, tapi CUMA di pilihan kedua. Gimana dong? Ambil gak usah ya?”, saya bakal sakit ati. Pengen ngelemparin 
Banyak lhooo yang bersedia mengambil alih jatah kamu yang udah kerima ituuu…

Bandingkan deh ya, antara jumlah peserta yang mendaftar dan ikut tes, dengan jumlah peserta yang keterima. Berapa perbandingannya? Lulus SNMPTN itu sudah berkah, rezeki dari Tuhan. Dan kamu malah sedih karena diberi rezeki? Sombong. Serius, orang sombong kan yang tidak menghargai rezeki yang tidak semua orang bisa memilikinya?

Hal lain yang saya gak bisa ngerti dari orang-orang semacam ini: kalau memang mereka semenjak awal tidak berminat dengan jurusan di pilihan yang ditulis pada pilihan kedua atau ketiga itu… Lalu ngapain ditulis waktu di awal daftar kemaren? Logikanya dimana toh? Boleh lho, pilihan kedua dan ketiga itu dikosongkan kalau memang hati dan niatnya cuma untuk di satu jurusan tertentu. 

Okelah, mungkin ada beberapa orang yang karena (tekanan) orang tua, harus mengisikan pilihan kedua atau ketiga dengan suatu jurusan tertentu. Tapi kalau memang yang mengisi pilihan selain pilihan pertama itu kamu sendiri, ya…silakan, your choice toh?

Bukan masalah “terserah-gue-dong-mau-milih-jurusan-apa”. Memilih jurusan waktu daftar SNMPTN, itu satu hal. Keterima di satu jurusan tertentu, itu adalah hasil dari pilihan itu, and that’s another thing. Ini yang harus dipertanggungjawabkan, kan? Karena sesungguhnya, kemauan dan kemampuan untuk mempertanggungjawabkan suatu pilihan itu adalah ciri kedewasaan.

Memang sih, ada beberapa alasan waktu mengisikan pilihan waktu SNMPTN, atau kalau lingkupnya mau diperluas, waktu mau menentukan kuliah kemana.

1. Yang penting kuliah
Golongan yang penting bisa kuliah, di jurusan apapun, di perguruan tinggi manapun. Pasrah amat yak? Gak papa sih, selama pas sudah mulai kuliah nanti, bener-bener diniatin dan dijalanin dengan serius.

2. Yang penting kuliah di Perguruan Tinggi Negeri
Pada dasarnya memang banyak yang orientasinya adalah kuliah di PT Negeri. Terutama bagi yang masih sangat mempertimbangkan biaya. Memang banyak PTN yang sekarang biaya kuliahnya udah ngajak miskin. Tapi tetap saja, kuliah di PTN masih punya image “lebih aman”, baik dari segi finansial, maupun dari segi reputasi. Kalau memang orientasinya PTN, ya strateginya memilih jurusan yang tingkat persaingannya untuk keterima disitu tidak terlalu ketat. Jurusannya kurang popular? Shouldn’t be a problem =). Yang penting adalah bagaimana waktu menjalaninya. Alumni dari suatu jurusan yang terdengar kurang bonafid tidak berarti gak bisa sukses lhooo…

3. Yang penting kuliah di jurusan “A”
Biasanya kalau orientasinya seperti ini, adalah orang yang sudah tau pasti mereka minatnya dimana, tertariknya di bidang apa. Jadi waktu SNMPTN pun, jurusan yang diinginkan di setiap pilihan sama, tapi cuma Perguruan Tinggi-nya aja yang berbeda. Kalaupun tidak lolos di SNMPTN, masih bisa nyoba lewat jalur lain. Kalau jalannya memang bukan di PTN, masih bisa nyari kesempatan di PTS yang menawarkan jurusan yang sama. 

Saya dulu sempet nyaris ikut SNMPTN. Waktu menjelang mau lulus SMA, saya udah punya planning gini:

1. daftar PMDK di Kimia UGM.
2. kalo gak keterima PMDK, saya ikut UMPTN. Pilihan pertama, Kimia UGM, karena memang minat utama saya ya Kimia. Pilihan kedua di Teknik Sipil UGM, mengikuti keinginan orang tua. Karena saya mikir, motivasi utama saya kan membuat orang tua saya bangga, jadi insya Alloh, saya akan berusaha sebaik mungkin disana nanti dengan motivasi tersebut. Pilihan ketiga, Komunikasi Unpad. Karena saya tertarik di bidang komunikasi. Saya suka membaca, dan saya sejak dulu merasa that communication is one of the thing that keeps the world going.
3. kalo gak lulus SNMPTN, saya daftar D3 Analis Kimia di Unpad. Dengan asumsi, kalo lulus D3, saya masih punya pilihan untuk melanjutkan ke jenjang S1.

Orientasi saya waktu itu: kuliah di PTN. Karena ayah saya cuma PNS, dan kuliah di PTS sepertinya cuma akan jadi beban bagi orang tua saya. Tapi selain itu, saya juga melihat kemampuan dan minat saya. Gak mungkin lah saya maksain diri masuk Kedokteran, secara saya migren terus kalo belajar Biologi. 

Susah menentukan jurusan? Ahahaha…memang sih ya, waktu SMA itu bener-bener pencarian jati diri. Banyak ikutan ekskul waktu SMA juga bisa bikin kita tau, kita merasa nyaman di lingkungan yang seperti apa. Selain itu, niat buat mencari tahu soal jurusan yang menarik buat kita juga membantu banget. Cuma galau dan nulis status-status gak jelas di ef-be atau ngetwit soal bingung milih jurusan apa nanti gak bakal bikin kita tambah mantap buat menentukan jurusan. Mending hape androidnya dipake buat searching tentang jurusan yang kita pengen itu. 

Well, one thing that should be remembered, the main key, bukan soal kuliah di PTN, atau di jurusan tertentu. It’s not about what university you go to, but how you handle a university’s life. Because what determines who you are, is what you do and how you do it =).

3 komentar:

  1. emang harus ad bimbingan dari orang tua ya buat tau bakat minat kita kuliah nanti. :D

    event blogger: review tempat makan favorit, berhadiah Galaxy pocket dan voucher2 lho!

    BalasHapus
  2. waaa... this post is worth to be put in the article for teen magazine! :)

    BalasHapus
  3. Kak mau nanya kalo d3 analis kimia unpad bisa lanjut s1 ke jurusan apa dan ke ptn mana ya?

    BalasHapus