Day 19 - Name The Places that You Have Lived
Ahahahaha…. Jadi semacam bernostalgia gini ih temanya. Anyway, saya udah sempet tinggal di beberapa kota berbeda.
Banjarmasin
Kota tempat saya lahir. Tempat saya dibesarkan (berasa lirik lagu nasional gituuuu…hahahaha) sampe akhirnya lulus SMA. Banjarmasin ini… how should I describe it?
Kota tua yang berusaha mengikuti zaman. And ended up dengan ribuan ruko disana-sini. Sering mati lampu. The public transport sucks.
Still, its my hometown. Kota dimana masih ada tukang jualan sayur yang bisa bergosip dengan para ibu-ibu. Masih ada tukang kredit keliling yang pembayarannya per hari. Yang dalam angkot tiba-tiba bisa ngobrol dengan sok akrabnya.It’s an old city anyway. An old city that will always be my hometown.
Not a perfect one, for sure. But it’s a place where I will always fond those familiar face with those familiar smiles, even from strangers on the street. Oh, and have I told you, bahwa yang namanya Soto Banjar itu adalah soto paling enak di antara berjenis-jenis soto se Nusantara?
Yogyakarta
Lulus SMA, saya keterima PBUD di UGM. That’s one of my turning point in life: living in Yogyakarta. Satu yang paling saya suka dari Yogya: it’s a miniature of Indonesia. Begitu majemuk. Saya belajar banyak dari kota ini, terutama tentang perbedaan, tentang realitas hidup. Tentang persahabatan.
Bagi saya, hidup selama di Yogya ini salah satu yang paling dominan dalam membentuk kepribadiannya saya.
Banyaaaak banget yang saya suka dari Yogya. Gampang nyari buku. Banyak acara musik. Banyak tontonan gratis. MURAH. Serius. Yogya itu, salah satu kota yang paling bersahabat dengan kantong.
Banjarbaru
Sempet tinggal disini, nge-kost, pas awal-awal nge-dosen. Secara rutenya waktu itu cuma Banjarmasin – kampus – kost – kampus –kost – Banjarmasin lagi, gak terlalu berasa aja tinggal disini. Ingetnya cuma seru-seruan bareng sama anak kost. Nyahahahaha….
Melbourne
Waktu S2 kemaren, I had this chance to live in this vibrant city. And I LOOOOVEEE this city. Great public transportation system. Dan seperti Jogja, I was amazed by how the city is so rich in cultural differences.
There’s something for everyone in the city. Di kota ini saya belajar banyak hal (di luar soal doing assignments for my study lho yaaa…). Dan salah satunya: respecting each other.
Oh, dan secara disini saya jadi Sekretaris MIIS, semacam organisasi untuk mahasiswa Indonesia di Monash, kampusnya saya, jadilah saya semakin banyak belajar tentang menghadapi berbagai macam orang yang berbeda-beda. Termasuk jadi ketua kelompengkargo alias pengiriman barang waktu kita pada balik ke Indonesia. Living in Jogja have shaped my personality, I think that living in Mebourne added up some finishing touches on it =)
So, Day 19, FINISHED!
Tinggal berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain menyenangkan sekaligus merepotkan, komentar balik ya ke blog saya myfamilylifestyle.blogspot.com
BalasHapus