Minggu, 27 April 2008

I don't care either. That's it.

Malam tadi, waktu sedang berusaha menyusun kalimat yang terdengar akademis untuk menunjukkan approach yang lebih baik untuk digunakan daripada EIA, dapet e-mail kayak gini dari salah satu kenalan jaman SMA dulu:

Permisi
Assalamu Alaikum
Unda handak cek haja nah nang unda kirimi ni email alamatnya masih valid (masih online) kada. Soalnya maaf unda handak maadakan pambarsihan alamat email yang kada aktif lagi soalnya di contacts dah bejibun alamat-alamat email.
Jadi maaf haja lah buat kekawalan nang kada balas ni email alamat emailnya unda hapus from my list. "I need friends, not ghost"
ANDA TAK SUKA, SAYA TAK PEDULI

*Terjemahan:

Gue mau ngecek aja, yang gue kirimin imel ini alamatnya masih valid enggak. Soalnya maaf, gue mau melakukan pembersihan alamat e-mail yang nggak aktif lagi. Soalnya di contact udah bejibun alamat-alamt email. jadi maaf saja buat teman-teman yang ga balas email ini alamat emailnya gue hapus dari my list.

Saya langsung mengernyitkan kening. Apa coba yang terlintas di pikiran saya? Sengak amat sih? So what? Toh selama ini juga dia jarang mengirim e-mail (paling tidak kepada saya). Isi e-mailnya pun menurut saya bukan hal yang terlalu signifikan untuk ditanggapi. sekedar e-mail2 forward-an. Dan sepertinya dia udah jadi orang yang begituuuu maha penting sampai pembersihan address booknya harus diumumkan dengan cara, yang menurut saya, tidak menyenangkan. Saya tidak mempermasalahkan bahasa daerah yang dia gunakan. However, saya juga masih sering menggunakan bahasa daerah saya sendiri. Saya bangga kok jadi orang Banjar. Sangat bangga. Saya berusaha menghargai suku dan bahasa saya dengan menggunakan pilihan kata yang sopan dalam penggunaan bahasa tersebut untuk komunikasi secara umum. Dan saya, entah karena tidak terbiasa, tidak bisa menganggap pilihan kata yang dia gunakan itu sebagai bahasa yang sopan. And ooohhh...all those words written in CAPITAL LETTERS. Isn't it a convention that CAPITAL LETTERS mean you're shouting at the one who read your mail?

Saya tidak begitu peduli kalau nama saya dihapus dari address booknya. Toh kami tidak pernah sekelas waktu SMA dulu. Dan saya bahkan tidak begitu yakin dia masih inget atau tidak pada saya, sebagaimana saya juga tidak begitu yakin betulkah dirinya yang saya ingat. In a short sentence, it's nothing to loose anyway.

Jadi..., inilah balasan saya untuk e-mail dia:

Hi there,
Just drop by to say that I'm still using this e-mail. In fact, I don't have other than this one, selain e-mail dengan domain kampus: uiuta1@student.monash.edu.au
Oh, and FYI, I don't really care kalo misalnya nama aku dihapus dari address book kamu. Sumonggo... Kalau kamu memang merasa tidak ada gunanya ada namaku di address book kamu, ya dihapus aja kenapa? Ga usah pake pengumuman mau pake pembersihan segala. Berasa kayak orang penting aja. *Pfffhhh... Like I care, anyway*. I don't really like people shouting out in their e-mails anyway. And no offense, tapi cara kamu berbicara di imel juga sort of ill-manner buat saya. Nope, not the language. Jangan lalu menuduh saya udah terlalu sombong untuk berbahasa daerah. Saya masih bangga kok jadi orang Banjar. Sangat bangga. Dan saya masih berbicara dalam bahasa Banjar. But i do it in a style, a more mannered way, i say.
Oh, satu lagi: kamu bilang : "ANDA TAK SUKA, SAYA TAK PEDULI ". Well, surprise...surprise... I don't care either. That's it.

That's me. You're treating me good, I treat you as well as you do. But treat me in that way, I can be worse than you...

Gambar pinjem dari sini

1 komentar:

  1. wuiw.. sengak amat yah,.. hehhe emang nyebelin siyh dapat kasus kek gitu...cara penyampaiannya itu lho... melebihi batas kesopanan.. sampe pake kata² "I need friends, not ghost" n ANDA TAK SUKA, SAYA TAK PEDULI..
    asli ngeri banged... idih,,, sok penting,,

    *kok jadi cc yg emosi ya???heheh*

    BalasHapus

Minggu, 27 April 2008

I don't care either. That's it.

Malam tadi, waktu sedang berusaha menyusun kalimat yang terdengar akademis untuk menunjukkan approach yang lebih baik untuk digunakan daripada EIA, dapet e-mail kayak gini dari salah satu kenalan jaman SMA dulu:

Permisi
Assalamu Alaikum
Unda handak cek haja nah nang unda kirimi ni email alamatnya masih valid (masih online) kada. Soalnya maaf unda handak maadakan pambarsihan alamat email yang kada aktif lagi soalnya di contacts dah bejibun alamat-alamat email.
Jadi maaf haja lah buat kekawalan nang kada balas ni email alamat emailnya unda hapus from my list. "I need friends, not ghost"
ANDA TAK SUKA, SAYA TAK PEDULI

*Terjemahan:

Gue mau ngecek aja, yang gue kirimin imel ini alamatnya masih valid enggak. Soalnya maaf, gue mau melakukan pembersihan alamat e-mail yang nggak aktif lagi. Soalnya di contact udah bejibun alamat-alamt email. jadi maaf saja buat teman-teman yang ga balas email ini alamat emailnya gue hapus dari my list.

Saya langsung mengernyitkan kening. Apa coba yang terlintas di pikiran saya? Sengak amat sih? So what? Toh selama ini juga dia jarang mengirim e-mail (paling tidak kepada saya). Isi e-mailnya pun menurut saya bukan hal yang terlalu signifikan untuk ditanggapi. sekedar e-mail2 forward-an. Dan sepertinya dia udah jadi orang yang begituuuu maha penting sampai pembersihan address booknya harus diumumkan dengan cara, yang menurut saya, tidak menyenangkan. Saya tidak mempermasalahkan bahasa daerah yang dia gunakan. However, saya juga masih sering menggunakan bahasa daerah saya sendiri. Saya bangga kok jadi orang Banjar. Sangat bangga. Saya berusaha menghargai suku dan bahasa saya dengan menggunakan pilihan kata yang sopan dalam penggunaan bahasa tersebut untuk komunikasi secara umum. Dan saya, entah karena tidak terbiasa, tidak bisa menganggap pilihan kata yang dia gunakan itu sebagai bahasa yang sopan. And ooohhh...all those words written in CAPITAL LETTERS. Isn't it a convention that CAPITAL LETTERS mean you're shouting at the one who read your mail?

Saya tidak begitu peduli kalau nama saya dihapus dari address booknya. Toh kami tidak pernah sekelas waktu SMA dulu. Dan saya bahkan tidak begitu yakin dia masih inget atau tidak pada saya, sebagaimana saya juga tidak begitu yakin betulkah dirinya yang saya ingat. In a short sentence, it's nothing to loose anyway.

Jadi..., inilah balasan saya untuk e-mail dia:

Hi there,
Just drop by to say that I'm still using this e-mail. In fact, I don't have other than this one, selain e-mail dengan domain kampus: uiuta1@student.monash.edu.au
Oh, and FYI, I don't really care kalo misalnya nama aku dihapus dari address book kamu. Sumonggo... Kalau kamu memang merasa tidak ada gunanya ada namaku di address book kamu, ya dihapus aja kenapa? Ga usah pake pengumuman mau pake pembersihan segala. Berasa kayak orang penting aja. *Pfffhhh... Like I care, anyway*. I don't really like people shouting out in their e-mails anyway. And no offense, tapi cara kamu berbicara di imel juga sort of ill-manner buat saya. Nope, not the language. Jangan lalu menuduh saya udah terlalu sombong untuk berbahasa daerah. Saya masih bangga kok jadi orang Banjar. Sangat bangga. Dan saya masih berbicara dalam bahasa Banjar. But i do it in a style, a more mannered way, i say.
Oh, satu lagi: kamu bilang : "ANDA TAK SUKA, SAYA TAK PEDULI ". Well, surprise...surprise... I don't care either. That's it.

That's me. You're treating me good, I treat you as well as you do. But treat me in that way, I can be worse than you...

Gambar pinjem dari sini

1 komentar:

  1. wuiw.. sengak amat yah,.. hehhe emang nyebelin siyh dapat kasus kek gitu...cara penyampaiannya itu lho... melebihi batas kesopanan.. sampe pake kata² "I need friends, not ghost" n ANDA TAK SUKA, SAYA TAK PEDULI..
    asli ngeri banged... idih,,, sok penting,,

    *kok jadi cc yg emosi ya???heheh*

    BalasHapus