Kemarin, dalam perjalanan menuju kampus, teman
saya mengeluh tentang hujan yang turun di pagi itu. Secara dia mengeluh terus
menerus selama 10 menit, saya menoleh, mengangkat alis sambil nanya:
“Memangnya kenapa kalau hujan? Main hujan asik
kok…”
Dia menatap saya dengan heran.
“Main hujan?”
Saya mengangguk. Dan lalu bercerita bahwa waktu
sekolah dulu, saya pernah berlari-lari di lapangan, di tengah hujan, sampai
akhirnya guru saya harus memanggil saya untuk kembali masuk kelas. Waktu itu
saya kelas 3 SMA.
Dia memutar bola matanya, as if it was something
stupid.
Yeah, maybe it was stupid. But it was nice.
I remember that I enjoyed every second of the
moment. Every rain drops that fell on my skin, sending a nice cold feeling all
over my body. I remember that I was laughing heartily, and my friend who was
with me literally smiling from ear to ear.
And believe me, it was not the last time for me
to walk and run under the rain.
Sampai sekarang pun, kalo hujannya masih sekedar
rintik-rintik biasa, saya suka males bawa payung. Kalau saya pas lagi di luar
dan mulai gerimis, saya bakal mendongak dan menatap langit, merasakan butiran
hujan yang mulai berjatuhan.
I always love the rain. I don’t know why, the
rain always seems to be very magical to me.
The music of falling rain, the sparkling tear
drops.
And rain always brings memories back to my heart,
to be replayed in my mind, like an old song that I keep on humming.
Ada begitu banyak kenangan tentang hujan bagi
saya. Setiap titiknya membasuh luka.
Hujan itu akhir dari mendung, awal dari pelangi.
Dan saya, saya tidak akan pernah bosan untuk
memandang hujan, menikmati hujan, merasakan hujan.
picture from here |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar