Minggu, 03 Februari 2013

Hujan


Kemarin, dalam perjalanan menuju kampus, teman saya mengeluh tentang hujan yang turun di pagi itu. Secara dia mengeluh terus menerus selama 10 menit, saya menoleh, mengangkat alis sambil nanya:
“Memangnya kenapa kalau hujan? Main hujan asik kok…”

Dia menatap saya dengan heran.
“Main hujan?”

Saya mengangguk. Dan lalu bercerita bahwa waktu sekolah dulu, saya pernah berlari-lari di lapangan, di tengah hujan, sampai akhirnya guru saya harus memanggil saya untuk kembali masuk kelas. Waktu itu saya kelas 3 SMA.
Dia memutar bola matanya, as if it was something stupid.

Yeah, maybe it was stupid. But it was nice.

I remember that I enjoyed every second of the moment. Every rain drops that fell on my skin, sending a nice cold feeling all over my body. I remember that I was laughing heartily, and my friend who was with me literally smiling from ear to ear.

And believe me, it was not the last time for me to walk and run under the rain.

Sampai sekarang pun, kalo hujannya masih sekedar rintik-rintik biasa, saya suka males bawa payung. Kalau saya pas lagi di luar dan mulai gerimis, saya bakal mendongak dan menatap langit, merasakan butiran hujan yang mulai berjatuhan.

I always love the rain. I don’t know why, the rain always seems to be very magical to me.
The music of falling rain, the sparkling tear drops.
And rain always brings memories back to my heart, to be replayed in my mind, like an old song that I keep on humming.

Ada begitu banyak kenangan tentang hujan bagi saya. Setiap titiknya membasuh luka.

Hujan itu akhir dari mendung, awal dari pelangi.

Dan saya, saya tidak akan pernah bosan untuk memandang hujan, menikmati hujan, merasakan hujan. 

picture from here

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Minggu, 03 Februari 2013

Hujan


Kemarin, dalam perjalanan menuju kampus, teman saya mengeluh tentang hujan yang turun di pagi itu. Secara dia mengeluh terus menerus selama 10 menit, saya menoleh, mengangkat alis sambil nanya:
“Memangnya kenapa kalau hujan? Main hujan asik kok…”

Dia menatap saya dengan heran.
“Main hujan?”

Saya mengangguk. Dan lalu bercerita bahwa waktu sekolah dulu, saya pernah berlari-lari di lapangan, di tengah hujan, sampai akhirnya guru saya harus memanggil saya untuk kembali masuk kelas. Waktu itu saya kelas 3 SMA.
Dia memutar bola matanya, as if it was something stupid.

Yeah, maybe it was stupid. But it was nice.

I remember that I enjoyed every second of the moment. Every rain drops that fell on my skin, sending a nice cold feeling all over my body. I remember that I was laughing heartily, and my friend who was with me literally smiling from ear to ear.

And believe me, it was not the last time for me to walk and run under the rain.

Sampai sekarang pun, kalo hujannya masih sekedar rintik-rintik biasa, saya suka males bawa payung. Kalau saya pas lagi di luar dan mulai gerimis, saya bakal mendongak dan menatap langit, merasakan butiran hujan yang mulai berjatuhan.

I always love the rain. I don’t know why, the rain always seems to be very magical to me.
The music of falling rain, the sparkling tear drops.
And rain always brings memories back to my heart, to be replayed in my mind, like an old song that I keep on humming.

Ada begitu banyak kenangan tentang hujan bagi saya. Setiap titiknya membasuh luka.

Hujan itu akhir dari mendung, awal dari pelangi.

Dan saya, saya tidak akan pernah bosan untuk memandang hujan, menikmati hujan, merasakan hujan. 

picture from here

Tidak ada komentar:

Posting Komentar