Enggak. Saya tidak sedang menghadapi tuntutan pencemaran nama baik seperti Luna Maya ataupun perbuatan tidak menyenangkan *entah kenapa, artis Andi Soraya yang muncul di benak saya kalo soal perbuatan tidak menyenangkan ini*. Ini menyangkut soal lulus tidaknya mahasiswa, alias sidang skripsi. Waktu jaman saya masih berstatus mahasiswa dulu sih, ngetopnya dengan judul sidang pendadaran. Waktu sekolah kemaren, *FORTUNATELY* di kampus saya ga ada tuh yang namanya oral defence. Terus, apakah saya sekarang mesti menghadapi sidang skripsi? Enggak. Saya MENGURUSI sidang.
Begitu saya mulai nongol ria di kantor setelah menunaikan tugas belajar *yang lebih banyak diisi dengan main dan jalan-jalan sih, sebenernya*, salah satu tugas yang dialihkan ke saya adalah jadi panitia Tugas Akhir. Kalo di PS Kimia Unlam sini mah namanya PK I dan PK II, PK itu singkatan dari Penelitian Kimia. Nah, ada 3 sidang yang mengiringi kewajiban mahasiswa dalam menunaikan tugasnya di PK I dan II ini. Mulai dari Sidang Proposal, Seminar Tugas Akhir, dan “gong”nya tentu saja, Sidang Skripsi. Tugas saya selaku panitia TA ini mulai dari mengurus pendaftaran mahasiswa yang mau maju sidang, mencarikan penguji, mengkonfimasikan tanggal kepada penguji, menyediakan berkas lembar penilaian sidang, sampai menghitung nilai sidang yang diperoleh mahasiswa.
Sebenernya sih panitia TA ini ada 2 orang, saya sama Dahlena. Tapi karena Dahlena kemaren lagi cuti hamil, saya yang wanita tangguh inipun jadi single fighter buat ngurusin sidang. Salah satu perbedaan kunci antara saya dan Dahlena adalah: tingkat ketegaan yang berbeda secara menyolok. Dahlena biasanya bisa luluh kalo liat mahasiswa yang pasang aksi sedikit mengenaskan. Makanya, kadang-kadang ada aja mahasiswa yang bisa daftar untuk maju sidang rada molor. Kalo saya? Hohohoho…, saya akan melipat kedua tangan di dada, mengangkat alis dan berkata dengan nada beberapa oktaf lebih tinggi daripa Whitney Houston: “Enggak. Kalau kamu memang mau maju sidang tanggal segitu, mestinya kamu daftar ke saya SEPULUH hari sebelumnya, dan sudah masukin naskah kamu 7 hari sebelum tanggal itu. Sekarang liat kalender deh, sorry to say, kamu udah telat. BANGET.”. Dan mungkin karena reputasi saya sebagai dosen yang tidak mudah terbujuk rayuan, mahasiswa tiba-tiba jadi lebih tertib buat daftar TA. Selain itu, saya juga punya suatu senjata andalan untuk “memotivasi” mahasiswa biar daftar sidangnya ga molor. Saya tinggal mengancam mereka: “Kalo daftarnya telat, terpaksa saya yang jadi dosen penguji kamu.”. Biasanya, mereka dengan penuh kesadaran langsung mengumpulkan berkas pendaftaran yang diperlukan. Kenapa ini bisa jadi senjata andalan? Karena saya juga punya reputasi sebagai dosen “berbisa” kalo lagi jadi penguji… Akahahahahahaha… In other words, saya dikenal sebagai dosen dengan senyum dan pertanyaan yang sungguh intimidatif bagi mahasiswa yang disidang. Padahal perasaan saya nanyanya gitu-gitu aja kooook :D.
Anyway, jadi inget. Ada satu naskah yang harus say abaca untuk diujikan hari Selasa nanti.
I’m outta here for now!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Sabtu, 09 Januari 2010
Dari Sidang ke Sidang…
Enggak. Saya tidak sedang menghadapi tuntutan pencemaran nama baik seperti Luna Maya ataupun perbuatan tidak menyenangkan *entah kenapa, artis Andi Soraya yang muncul di benak saya kalo soal perbuatan tidak menyenangkan ini*. Ini menyangkut soal lulus tidaknya mahasiswa, alias sidang skripsi. Waktu jaman saya masih berstatus mahasiswa dulu sih, ngetopnya dengan judul sidang pendadaran. Waktu sekolah kemaren, *FORTUNATELY* di kampus saya ga ada tuh yang namanya oral defence. Terus, apakah saya sekarang mesti menghadapi sidang skripsi? Enggak. Saya MENGURUSI sidang.
Begitu saya mulai nongol ria di kantor setelah menunaikan tugas belajar *yang lebih banyak diisi dengan main dan jalan-jalan sih, sebenernya*, salah satu tugas yang dialihkan ke saya adalah jadi panitia Tugas Akhir. Kalo di PS Kimia Unlam sini mah namanya PK I dan PK II, PK itu singkatan dari Penelitian Kimia. Nah, ada 3 sidang yang mengiringi kewajiban mahasiswa dalam menunaikan tugasnya di PK I dan II ini. Mulai dari Sidang Proposal, Seminar Tugas Akhir, dan “gong”nya tentu saja, Sidang Skripsi. Tugas saya selaku panitia TA ini mulai dari mengurus pendaftaran mahasiswa yang mau maju sidang, mencarikan penguji, mengkonfimasikan tanggal kepada penguji, menyediakan berkas lembar penilaian sidang, sampai menghitung nilai sidang yang diperoleh mahasiswa.
Sebenernya sih panitia TA ini ada 2 orang, saya sama Dahlena. Tapi karena Dahlena kemaren lagi cuti hamil, saya yang wanita tangguh inipun jadi single fighter buat ngurusin sidang. Salah satu perbedaan kunci antara saya dan Dahlena adalah: tingkat ketegaan yang berbeda secara menyolok. Dahlena biasanya bisa luluh kalo liat mahasiswa yang pasang aksi sedikit mengenaskan. Makanya, kadang-kadang ada aja mahasiswa yang bisa daftar untuk maju sidang rada molor. Kalo saya? Hohohoho…, saya akan melipat kedua tangan di dada, mengangkat alis dan berkata dengan nada beberapa oktaf lebih tinggi daripa Whitney Houston: “Enggak. Kalau kamu memang mau maju sidang tanggal segitu, mestinya kamu daftar ke saya SEPULUH hari sebelumnya, dan sudah masukin naskah kamu 7 hari sebelum tanggal itu. Sekarang liat kalender deh, sorry to say, kamu udah telat. BANGET.”. Dan mungkin karena reputasi saya sebagai dosen yang tidak mudah terbujuk rayuan, mahasiswa tiba-tiba jadi lebih tertib buat daftar TA. Selain itu, saya juga punya suatu senjata andalan untuk “memotivasi” mahasiswa biar daftar sidangnya ga molor. Saya tinggal mengancam mereka: “Kalo daftarnya telat, terpaksa saya yang jadi dosen penguji kamu.”. Biasanya, mereka dengan penuh kesadaran langsung mengumpulkan berkas pendaftaran yang diperlukan. Kenapa ini bisa jadi senjata andalan? Karena saya juga punya reputasi sebagai dosen “berbisa” kalo lagi jadi penguji… Akahahahahahaha… In other words, saya dikenal sebagai dosen dengan senyum dan pertanyaan yang sungguh intimidatif bagi mahasiswa yang disidang. Padahal perasaan saya nanyanya gitu-gitu aja kooook :D.
Anyway, jadi inget. Ada satu naskah yang harus say abaca untuk diujikan hari Selasa nanti.
I’m outta here for now!
Begitu saya mulai nongol ria di kantor setelah menunaikan tugas belajar *yang lebih banyak diisi dengan main dan jalan-jalan sih, sebenernya*, salah satu tugas yang dialihkan ke saya adalah jadi panitia Tugas Akhir. Kalo di PS Kimia Unlam sini mah namanya PK I dan PK II, PK itu singkatan dari Penelitian Kimia. Nah, ada 3 sidang yang mengiringi kewajiban mahasiswa dalam menunaikan tugasnya di PK I dan II ini. Mulai dari Sidang Proposal, Seminar Tugas Akhir, dan “gong”nya tentu saja, Sidang Skripsi. Tugas saya selaku panitia TA ini mulai dari mengurus pendaftaran mahasiswa yang mau maju sidang, mencarikan penguji, mengkonfimasikan tanggal kepada penguji, menyediakan berkas lembar penilaian sidang, sampai menghitung nilai sidang yang diperoleh mahasiswa.
Sebenernya sih panitia TA ini ada 2 orang, saya sama Dahlena. Tapi karena Dahlena kemaren lagi cuti hamil, saya yang wanita tangguh inipun jadi single fighter buat ngurusin sidang. Salah satu perbedaan kunci antara saya dan Dahlena adalah: tingkat ketegaan yang berbeda secara menyolok. Dahlena biasanya bisa luluh kalo liat mahasiswa yang pasang aksi sedikit mengenaskan. Makanya, kadang-kadang ada aja mahasiswa yang bisa daftar untuk maju sidang rada molor. Kalo saya? Hohohoho…, saya akan melipat kedua tangan di dada, mengangkat alis dan berkata dengan nada beberapa oktaf lebih tinggi daripa Whitney Houston: “Enggak. Kalau kamu memang mau maju sidang tanggal segitu, mestinya kamu daftar ke saya SEPULUH hari sebelumnya, dan sudah masukin naskah kamu 7 hari sebelum tanggal itu. Sekarang liat kalender deh, sorry to say, kamu udah telat. BANGET.”. Dan mungkin karena reputasi saya sebagai dosen yang tidak mudah terbujuk rayuan, mahasiswa tiba-tiba jadi lebih tertib buat daftar TA. Selain itu, saya juga punya suatu senjata andalan untuk “memotivasi” mahasiswa biar daftar sidangnya ga molor. Saya tinggal mengancam mereka: “Kalo daftarnya telat, terpaksa saya yang jadi dosen penguji kamu.”. Biasanya, mereka dengan penuh kesadaran langsung mengumpulkan berkas pendaftaran yang diperlukan. Kenapa ini bisa jadi senjata andalan? Karena saya juga punya reputasi sebagai dosen “berbisa” kalo lagi jadi penguji… Akahahahahahaha… In other words, saya dikenal sebagai dosen dengan senyum dan pertanyaan yang sungguh intimidatif bagi mahasiswa yang disidang. Padahal perasaan saya nanyanya gitu-gitu aja kooook :D.
Anyway, jadi inget. Ada satu naskah yang harus say abaca untuk diujikan hari Selasa nanti.
I’m outta here for now!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar