Rabu, 22 Januari 2014

Philadelphia in A Few Hours

Philadelphia! Sounds like a familiar city? Naaahhh… Mungkin Philly gak seterkenal NY atau Boston, misalnya. But actually, Philly is one of the most historical cities in the USA. One of the most historical thing, the drafting, signing and declaration of US Declaration of Independence alias proklamasi kemerdekaannya Amerika Serikat itu di Philadelphia. Bahkan Philly pernah jadi ibukota USA di zaman Perang Revolusi. So now you get the idea of how important this city is in the US history.

TAPI…

Saya gak punya bayangan apa-apa tentang Philly ini. Entah kenapa, kalau denger Philadelphia, yang terbayang bagi saya malah lagunya Bruce Springsteen zaman dulu, yang judulnya Streets of Philadelphia. Dan dari lagu itu, kok Philly kesannya suram banget yak?

South Station
Eniwei, karena jarak Philly – NY yang cuma sekitar 2 jam naik bus, kami memutuskan untuk nglaju aja ke Philly. Sayangnya jadwal bus agak tidak bersahabat, sehingga kami nyampe Philly waktu udah menjelang siang, sekitar jam 11 gitu. Padahal bus kami untuk balik ke NYC jam bakal berangkat jam 7 malem.

Dengan kebutaan kami soal Philly, Alhamdulillah banget, ada temen saya dari Panama waktu Pre Academic dulu, Cristina, yang dengan sungguh baik hati sekali nge-guide kami. Padahal pas awalnya saya gak kepikir lho untuk menghubungi Cristina ini. I even forgot that she is in Philly. Cuma lewat komen di FB, she told me to contact here once we arrive there. Begitu nyampe di Philly, dia nyamperin kita ke South Station. Betewe, karena sudah sempet terbiasa dengan Penn Station yang agak kumuh, South Station ini berasa gede dan baguuuussss banget.

Begitu Cristina dateng sekitar jam 11.30, dia langsung mengeluarkan selembar kertas berisikan daftar nama tempat. Dia ngomong gini, “Okay, since you only have about 6 hours, I have made this list about places that we can go within that 6 hours.”. Sumpah kita langsung merasa terharu. Apalagi dia yang bener-bener ngatur rutenya supaya kita bisa sekali jalan, termasuk naik transportnya apa aja. Kalo nggak ada dia, entah gimana nasib kami para taveler polos ini :”)

Tujuan pertama, adalah The Liberty Bell, the iconic symbol of US Independence. Dan karena lokasinya berdekatan, kita juga sempet liat-liat Indepence Hall.
Yustika, Eka, Ifa, saya dan Cristina. By seeing the Liberty Bell, we have officially visited Philadelhia!
Habis dari sana, keliling-keliling daerah Old Town, sempet masuk juga ke The Carpenter’s Hall, salah satu bangunan historis yang dulu juga jadi salah satu tempat pertemuan para tokoh-tokoh dalam sejarah USA.
The Independence Hall
Carpenter's Hall

Kemudian kita ke ke daerah pusat kota, where we could see the City Hall. Sodara-sodara, saya jatuh cinta pada kota ini. Bangunan-bangunannya yang klasik, entah kenapa, somehow membuat saya merasa seperti di Jogja. Ambience-nya saya suka. Berasa beda benget dengan hiruk pikuknya New York. Saya, Ifa dan Eka (yang kebetulan sekali kita bertiga dulu sama-sama S-1 nya di UGM) jadi merasa kalo ini adalah versi USAnya dari Jogja. The city is just so beautiful.

Habis dari City Hall, sempet liat-liat Love Park sebentar. Lalu kita ke Philadelphia Museum of Arts. Nggak masuk sih :p, cuma foto di depannya aja. But I think, one of the most highlighted moment adalah waktu kita jalan kaki dari City Hall ke Arts Museum melewati Benjamin Franklin Parkway. Sepanjang Franklin Parkway ini, bendera dari berbagai negara dipasang. Dan kita dengan penuh semangat nyari bendera Indonesia. Engg… Sempet ketuker sama bendera Monaco sih sebenernya. Tapi begitu kita liat Merah Putih dengan tulisan “Indonesia” di bawahnya… I don’t know. Maybe it’s just me being emotional. But a thousand of feelings came to me. I had these glassy eyes, just to see the red ad white flag on the blue sky. Itu bendera saya. Itu negara saya. Indonesia.

Merah Putih di langit Philadelphia
Karena dimanapun saya berada, Merah Putih selalu di jiwa
The Rocky Statue
Philadelphia Art of Museum


After the museum, we went to Franklin Square. Karena sudah mulai gelap, di Franklin Square ini ada light show gitu dalam rangka Natal dan Tahun Baru. It was a niiiice shooow! And one of the thing that I was fascinated about, ada bapak-bapak bertopi lucu yang ngider setiap kali selesai satu sesi pertunjukan, just greeted people and asked them about how they felt about the light show. Dia juga yang berhalo-halo di mikrofon setiap kali pertunjukannya mau mulai atau baru selesai.
si Bapak bertopi lucuuuu

After the show, kita balik ke South Station where the bus would depart, tapi sama Cristina kita diajak lewat China Town Station, biar bisa liat suasananya China Town di Philly.

Jam 6.30an nyampe di South Station. Capek. Tapi puas banget. Cuma dalam waktu beberapa jam, kita udah liat how beautiful Philly is. Kita jadi agak nyesel, kenapa justru lebih lama di NY ya daripada di Philly? Hahahahaha…. Oh well. Dan tentu saja, we were so grateful that we had Cristina. She was not just a guide, dia lebih jadi bidadari penyelamat perjalannya kita :”). Betewe, Cristina ini juga dari Panama. And yes, I had the trip to Pittsburgh, Chicago and Indianapolis with other friends that are also Panamanians. NYAHAHAHAHAHA…
Maybe in a parallel world I am actually a Panamanian or something.

So yeah, anyway, I put this city in the list that I still want to visit again :).

1 komentar:

  1. Ternyata Pilly kotanya tenang ya :) kira2 kalo sbg tempat tinggal asik juga ga mbak? Sayang saya ga dpt ijin milih kampus dikota ini :(

    BalasHapus

Rabu, 22 Januari 2014

Philadelphia in A Few Hours

Philadelphia! Sounds like a familiar city? Naaahhh… Mungkin Philly gak seterkenal NY atau Boston, misalnya. But actually, Philly is one of the most historical cities in the USA. One of the most historical thing, the drafting, signing and declaration of US Declaration of Independence alias proklamasi kemerdekaannya Amerika Serikat itu di Philadelphia. Bahkan Philly pernah jadi ibukota USA di zaman Perang Revolusi. So now you get the idea of how important this city is in the US history.

TAPI…

Saya gak punya bayangan apa-apa tentang Philly ini. Entah kenapa, kalau denger Philadelphia, yang terbayang bagi saya malah lagunya Bruce Springsteen zaman dulu, yang judulnya Streets of Philadelphia. Dan dari lagu itu, kok Philly kesannya suram banget yak?

South Station
Eniwei, karena jarak Philly – NY yang cuma sekitar 2 jam naik bus, kami memutuskan untuk nglaju aja ke Philly. Sayangnya jadwal bus agak tidak bersahabat, sehingga kami nyampe Philly waktu udah menjelang siang, sekitar jam 11 gitu. Padahal bus kami untuk balik ke NYC jam bakal berangkat jam 7 malem.

Dengan kebutaan kami soal Philly, Alhamdulillah banget, ada temen saya dari Panama waktu Pre Academic dulu, Cristina, yang dengan sungguh baik hati sekali nge-guide kami. Padahal pas awalnya saya gak kepikir lho untuk menghubungi Cristina ini. I even forgot that she is in Philly. Cuma lewat komen di FB, she told me to contact here once we arrive there. Begitu nyampe di Philly, dia nyamperin kita ke South Station. Betewe, karena sudah sempet terbiasa dengan Penn Station yang agak kumuh, South Station ini berasa gede dan baguuuussss banget.

Begitu Cristina dateng sekitar jam 11.30, dia langsung mengeluarkan selembar kertas berisikan daftar nama tempat. Dia ngomong gini, “Okay, since you only have about 6 hours, I have made this list about places that we can go within that 6 hours.”. Sumpah kita langsung merasa terharu. Apalagi dia yang bener-bener ngatur rutenya supaya kita bisa sekali jalan, termasuk naik transportnya apa aja. Kalo nggak ada dia, entah gimana nasib kami para taveler polos ini :”)

Tujuan pertama, adalah The Liberty Bell, the iconic symbol of US Independence. Dan karena lokasinya berdekatan, kita juga sempet liat-liat Indepence Hall.
Yustika, Eka, Ifa, saya dan Cristina. By seeing the Liberty Bell, we have officially visited Philadelhia!
Habis dari sana, keliling-keliling daerah Old Town, sempet masuk juga ke The Carpenter’s Hall, salah satu bangunan historis yang dulu juga jadi salah satu tempat pertemuan para tokoh-tokoh dalam sejarah USA.
The Independence Hall
Carpenter's Hall

Kemudian kita ke ke daerah pusat kota, where we could see the City Hall. Sodara-sodara, saya jatuh cinta pada kota ini. Bangunan-bangunannya yang klasik, entah kenapa, somehow membuat saya merasa seperti di Jogja. Ambience-nya saya suka. Berasa beda benget dengan hiruk pikuknya New York. Saya, Ifa dan Eka (yang kebetulan sekali kita bertiga dulu sama-sama S-1 nya di UGM) jadi merasa kalo ini adalah versi USAnya dari Jogja. The city is just so beautiful.

Habis dari City Hall, sempet liat-liat Love Park sebentar. Lalu kita ke Philadelphia Museum of Arts. Nggak masuk sih :p, cuma foto di depannya aja. But I think, one of the most highlighted moment adalah waktu kita jalan kaki dari City Hall ke Arts Museum melewati Benjamin Franklin Parkway. Sepanjang Franklin Parkway ini, bendera dari berbagai negara dipasang. Dan kita dengan penuh semangat nyari bendera Indonesia. Engg… Sempet ketuker sama bendera Monaco sih sebenernya. Tapi begitu kita liat Merah Putih dengan tulisan “Indonesia” di bawahnya… I don’t know. Maybe it’s just me being emotional. But a thousand of feelings came to me. I had these glassy eyes, just to see the red ad white flag on the blue sky. Itu bendera saya. Itu negara saya. Indonesia.

Merah Putih di langit Philadelphia
Karena dimanapun saya berada, Merah Putih selalu di jiwa
The Rocky Statue
Philadelphia Art of Museum


After the museum, we went to Franklin Square. Karena sudah mulai gelap, di Franklin Square ini ada light show gitu dalam rangka Natal dan Tahun Baru. It was a niiiice shooow! And one of the thing that I was fascinated about, ada bapak-bapak bertopi lucu yang ngider setiap kali selesai satu sesi pertunjukan, just greeted people and asked them about how they felt about the light show. Dia juga yang berhalo-halo di mikrofon setiap kali pertunjukannya mau mulai atau baru selesai.
si Bapak bertopi lucuuuu

After the show, kita balik ke South Station where the bus would depart, tapi sama Cristina kita diajak lewat China Town Station, biar bisa liat suasananya China Town di Philly.

Jam 6.30an nyampe di South Station. Capek. Tapi puas banget. Cuma dalam waktu beberapa jam, kita udah liat how beautiful Philly is. Kita jadi agak nyesel, kenapa justru lebih lama di NY ya daripada di Philly? Hahahahaha…. Oh well. Dan tentu saja, we were so grateful that we had Cristina. She was not just a guide, dia lebih jadi bidadari penyelamat perjalannya kita :”). Betewe, Cristina ini juga dari Panama. And yes, I had the trip to Pittsburgh, Chicago and Indianapolis with other friends that are also Panamanians. NYAHAHAHAHAHA…
Maybe in a parallel world I am actually a Panamanian or something.

So yeah, anyway, I put this city in the list that I still want to visit again :).

1 komentar:

  1. Ternyata Pilly kotanya tenang ya :) kira2 kalo sbg tempat tinggal asik juga ga mbak? Sayang saya ga dpt ijin milih kampus dikota ini :(

    BalasHapus