(Originally written on 6 Juni 2007)
Aku dan Ita, my sister (suatu fakta yang dengan ikhlas kami terima, for nothing we can do about it), punya SEDIKIT sekali persamaan. Dan di antara yang sedikit itu, kami punya (fortunately) a same sense of humour. We often laugh at not-important-and-stupid-things… Including our selves. Tapi adalah sebuah rahasia yang semua orang tahu (then what the heck I called it as a secret for?) bahwa jauh lebih menyenangkan untuk mentertawakan kebodohan orang lain. That’s the most obvious explanation, kenapa film-film semacam Jomblo (that’s a good example), bahkan Kanan Kiri Oke (A NOT good example) sukses menarik orang untuk datang ke bioskop, dan membayar untuk melihat sekumpulan orang bodoh. Sementara sebagian besar kalangan akademisi (hey, as a lecturer, bukankah aku seharusnya tergolong ke dalam definisi tersebut?) menganggap bahwa stupidity adalah kutukan terbesar di dunia, bagi kami (aku dan Ita, jelas bukan para akademisi that we were talking about) justru it what makes the world goes around. Begitu juga dengan hukum alam, orang baik, cinta dan perdamaian, and such things, you know….
But it is a fact, that stupidity often creates laugh, dan mau dibawa kemana hidup kita di dunia ini tanpa canda tawa yang ceria???
Aku sempat melalui fase dimana aku mencoba memaknai hidup (yeah, give me a break…) dengan membaca karya-karya filosofis… Tapi setelah menyadari bahwa those wise words are too wise for me to understand (Okay, I confess…aku aja yang bolot kalo sudah menyangkut filosofi..), kayaknya kok aku jauh lebih bahagia kalo bisa tertawa ya? With all respect, mungkin berbagai siasat perang dari siapa-itu-namanya-si-filsuf-di-zaman-cina-itu mungkin memang mengagumkan, tapi aku jauh lebih bisa mengerti tentang jungkir-baliknya Rebecca Bloomwood menghadapi berbagai persoalan hidup. Melihat bahwa I’m not the only one who do silly things and say stupid things, it really makes my days brighter… Jadi bagi aku (dan Ita, just to ensure you that I’m not the only one who has this idea), sometimes stupidity, atau ke-bolot-an, ke-lemot-an, they’re not to be avoided at all… Bahkan those silly people in books, movies (or real life, people like us ), menjadi penyelamat hidup bagi kami…. They are the saviour of our lifes, who show that life is nice anyway. Yeah, kita masih punya peperangan, kebencian, iri-dendam (Hah??) dimana-mana... Tapi selama kita masih bisa tertawa, we can face it all...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Sabtu, 30 Juni 2007
Sang Penyelamat Dunia...Versi Kami!
(Originally written on 6 Juni 2007)
Aku dan Ita, my sister (suatu fakta yang dengan ikhlas kami terima, for nothing we can do about it), punya SEDIKIT sekali persamaan. Dan di antara yang sedikit itu, kami punya (fortunately) a same sense of humour. We often laugh at not-important-and-stupid-things… Including our selves. Tapi adalah sebuah rahasia yang semua orang tahu (then what the heck I called it as a secret for?) bahwa jauh lebih menyenangkan untuk mentertawakan kebodohan orang lain. That’s the most obvious explanation, kenapa film-film semacam Jomblo (that’s a good example), bahkan Kanan Kiri Oke (A NOT good example) sukses menarik orang untuk datang ke bioskop, dan membayar untuk melihat sekumpulan orang bodoh. Sementara sebagian besar kalangan akademisi (hey, as a lecturer, bukankah aku seharusnya tergolong ke dalam definisi tersebut?) menganggap bahwa stupidity adalah kutukan terbesar di dunia, bagi kami (aku dan Ita, jelas bukan para akademisi that we were talking about) justru it what makes the world goes around. Begitu juga dengan hukum alam, orang baik, cinta dan perdamaian, and such things, you know….
But it is a fact, that stupidity often creates laugh, dan mau dibawa kemana hidup kita di dunia ini tanpa canda tawa yang ceria???
Aku sempat melalui fase dimana aku mencoba memaknai hidup (yeah, give me a break…) dengan membaca karya-karya filosofis… Tapi setelah menyadari bahwa those wise words are too wise for me to understand (Okay, I confess…aku aja yang bolot kalo sudah menyangkut filosofi..), kayaknya kok aku jauh lebih bahagia kalo bisa tertawa ya? With all respect, mungkin berbagai siasat perang dari siapa-itu-namanya-si-filsuf-di-zaman-cina-itu mungkin memang mengagumkan, tapi aku jauh lebih bisa mengerti tentang jungkir-baliknya Rebecca Bloomwood menghadapi berbagai persoalan hidup. Melihat bahwa I’m not the only one who do silly things and say stupid things, it really makes my days brighter… Jadi bagi aku (dan Ita, just to ensure you that I’m not the only one who has this idea), sometimes stupidity, atau ke-bolot-an, ke-lemot-an, they’re not to be avoided at all… Bahkan those silly people in books, movies (or real life, people like us ), menjadi penyelamat hidup bagi kami…. They are the saviour of our lifes, who show that life is nice anyway. Yeah, kita masih punya peperangan, kebencian, iri-dendam (Hah??) dimana-mana... Tapi selama kita masih bisa tertawa, we can face it all...
Aku dan Ita, my sister (suatu fakta yang dengan ikhlas kami terima, for nothing we can do about it), punya SEDIKIT sekali persamaan. Dan di antara yang sedikit itu, kami punya (fortunately) a same sense of humour. We often laugh at not-important-and-stupid-things… Including our selves. Tapi adalah sebuah rahasia yang semua orang tahu (then what the heck I called it as a secret for?) bahwa jauh lebih menyenangkan untuk mentertawakan kebodohan orang lain. That’s the most obvious explanation, kenapa film-film semacam Jomblo (that’s a good example), bahkan Kanan Kiri Oke (A NOT good example) sukses menarik orang untuk datang ke bioskop, dan membayar untuk melihat sekumpulan orang bodoh. Sementara sebagian besar kalangan akademisi (hey, as a lecturer, bukankah aku seharusnya tergolong ke dalam definisi tersebut?) menganggap bahwa stupidity adalah kutukan terbesar di dunia, bagi kami (aku dan Ita, jelas bukan para akademisi that we were talking about) justru it what makes the world goes around. Begitu juga dengan hukum alam, orang baik, cinta dan perdamaian, and such things, you know….
But it is a fact, that stupidity often creates laugh, dan mau dibawa kemana hidup kita di dunia ini tanpa canda tawa yang ceria???
Aku sempat melalui fase dimana aku mencoba memaknai hidup (yeah, give me a break…) dengan membaca karya-karya filosofis… Tapi setelah menyadari bahwa those wise words are too wise for me to understand (Okay, I confess…aku aja yang bolot kalo sudah menyangkut filosofi..), kayaknya kok aku jauh lebih bahagia kalo bisa tertawa ya? With all respect, mungkin berbagai siasat perang dari siapa-itu-namanya-si-filsuf-di-zaman-cina-itu mungkin memang mengagumkan, tapi aku jauh lebih bisa mengerti tentang jungkir-baliknya Rebecca Bloomwood menghadapi berbagai persoalan hidup. Melihat bahwa I’m not the only one who do silly things and say stupid things, it really makes my days brighter… Jadi bagi aku (dan Ita, just to ensure you that I’m not the only one who has this idea), sometimes stupidity, atau ke-bolot-an, ke-lemot-an, they’re not to be avoided at all… Bahkan those silly people in books, movies (or real life, people like us ), menjadi penyelamat hidup bagi kami…. They are the saviour of our lifes, who show that life is nice anyway. Yeah, kita masih punya peperangan, kebencian, iri-dendam (Hah??) dimana-mana... Tapi selama kita masih bisa tertawa, we can face it all...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tsun-Zu Mi....Tsun-Zu!!!
BalasHapus