Lebaran lewat SMS

Salah satu indikator perkembangan teknologi mungkin adalah cara orangmengucapkan Selamat Idul Fitri. Inget ga sih jaman dulu banget...waktu menjelang Idul Fitri, kantor pos bakalan penuh dengan orang-orang yang pada kompakan ngrim kartu Lebaran? Sampai sekitar 6 tahun yang lalu juga aku masih gitu. Uang saku waktu bulan puasa sengaja ditabung biar pas deket-deket hari H bisa beli kartu Lebaran. Jatah THR juga kadang-kadang dimohonkan untuk dibayar bertahap, dengan pencairan tahap pertama yang lebih awal, supaya list orang yang wajib dikirimin kartu Lebaran bisa memperoleh haknya di tahun itu. Kalo ga salah nih, aku masih make sistem kartu :Lebaran sampe sekitar tahun kedua kuliah kali yaaa....
Terus, kartu Lebaran mulai tergempur oleh kehadiran handphone... Mulailah jamannya bertukar ucapan lewat SMS. Jelaslah lebih praktis. Bisa dilakukan dimana saja. Lagi sambil nunggu angkot juga bisa. Tapi meskipun praktis, tetap tak lepas dari beberapa masalah berikut:

• Operator Sibuk!
  Ada berapa juta orang sih yang sekarang pake handphone? Dan tiap orang ga mungkin ngirim SMS Lebaran cuma ke satu dua orang aja. Seandainya tuh ya sinyal yang dipancarkan tiap kali ada sms bisa keliatan, kayaknya menjelang Lebaran kayak gini Indonesia bakal mengalami kemacetan total, karena sinyal-sinyal yang berseliweran sekian banyak. Jadi aja kita ngirim sms-nya kapan, nyampenya kapan. Kalo lagi ga direstui dan diberkahi juga, malah bisa ga nyampe. Terus, kadang-kadang, mungkin saking pusingnya para operator provider menyampaikan amanat para pengirim, sms yang sama bisa terkirim berulang-ulang ke nomor yang sama... Wah, kesannya kita kan ngerasa banyak dosa banget sama orang yang bersangkutan, dan sangat desperate minta dimaafkan
• Standar Banget
  Kalo semua orang pake handphone yang canggih (dan bisa memanfaatkan kecanggihannya, tentu saja), mungkin MMS bisa bener-bener jadi pengganti kartu Lebaran kali ya... Tapi marilah melihat kenyataan bahwa dari berjuta-juta sms Lebaran, sebagian besar bentuknya ya...text message biasa. Jadi ucapannya juga biasanya standar. Begitu ada ucapan yang puitis dikit, biasanya hasil forward-an dari sms-sms sebelumnya. Seharusnya ga terlalu jadi masalah sih, yang penting kan niat dan ketulusan kita untuk minta maaf ya...
  

Well, tapi tetep aja manusia narsis yang satu ini merasa gengsi untuk mengirimkan ucapan yang standar, atau hasil forward-an yang entah berawal dari mana. Gini-gini aku masih berusaha menghargai HAKI lho! Jadi biasanya akhir Ramadhan juga kuisi dengan merenungkan, puitisasi kalimat macam apa lagi sih yang cocok untuk dikirim di tahun ini.
Inilah sms yang terkirim kepada orang-orang di list phonebook ku untuk tahun 1428 H
Versi 1
Nuansa di hari yang fitri, tiada lengkap tanpa ungkapan setulus hati: Selamat Idul Fitri 1428 H, mohon maaf atas segala khilaf, lahir dan batin
Versi 2
Rangkaian kata, semua menuju 1 arti. Rangkuman rasa, sema menjadi 1 makna: ’Selamat Idul Fitri 1428 H, mohon keikhlasannnya memaafkan semua yang tak berkenan’
Versi 3
IMAN membuat kita tabah menghadapi cobaan, IKHLAS meringankan semua beban, TULUS membuat maaf lebih menyejukkan. Selamat Idul Fitri 1428 H, mohon maaf lahir & batin

Garing? Jayus? Biarin! Yang penting orisinil! Dan mengingat bakat aku yang mengkhawatirkan di bidang sastra menyastra, seperti itu udah suatu pencapaian tersendiri lho....