Malem ini, pas lagi surfing gitu, iseng baca-baca blog orang, dan nemu beberapa hal yang bikin aku jadi mikir. Yang pertama adalah blog-nya Adhitya Mulya, yang entah kenapa keliatan lagi sentimen banget sama beberapa tokoh top politiknya Indonesia. Bukaaannn...bukan pandangan politiknya yang bikin aku tertarik (I try to keep away as far as possible from politics). Tapi salah satu ucapan dia, tentang gimana kita bisa membuat negara ini lebih baik. Aku lupa kalimat persisnya gimana, tapi intinya dia bilang, untuk bisa membuat negara ini lebih baik, ga usah sok-sok-an mau jadi presiden dan menjanjikan berbagai hal, kenapa sih ga nyoba untuk jadi warga negara yang baik dan membantu kerja presiden yang sekarang, instead of just criticize but do nothing? Bener banget. Kita suka komentar macem-macem, tapi suka ga kepikiran (ato males aja?) buat betul-betul melakukan sesuatu. Si Adhitya Mulya juga bilang, kalo mau perubahan, just do something. Hmm. Bener. Jadi mikir, apa ada yang telah aku lakukan untuk membuat suatu perubahan (at least bagi aku) ke arah yang lebih baik?
Satu lagi adalah blog temen SMA ku dulu, yang sekarang udah jadi penulis.. Dia cerita tentang kenangan masa kecil dia dulu, tentang cita-cita dia yang ga kesampaian untuk buka puasa bersama-sama keluarganya. Aku jadi pengen nangis, dan merasa bersyukur banget dengan keluarga yang aku miliki saat ini. Jangankan buka puasa waktu Ramadhan, waktu Abah-Mama puasa Syawal aja, dan aku kebetulan ga bisa ikut puasa, Mama tetep menyediakan menu buat buka untuk aku. Aduh, jadi malu merangkap terharu euy...Kami bukan keluarga yang kaya secara materi, hanya sekedar cukup untuk makan sederhana sehari-hari, dan at least, Abah-Mama berhasil membiayai kuliah kami sampai selesai di PTN. Tapi, aku merasa sangat kaya dengan keluarga ini. Walaupun aku dan Ita suka mendefinisikan keluarga kami sebagai keluarga yang aneh, dengan bentuk-bentuk pengungkapan kasih sayang yang tidak wajar dan suka hiperbolis, still, we love being in this family. Dan tiba-tiba aku sadar...betapa berharganya saat-saat kami makan bersama... Keluarga kami memang tidak sempurna, tapi toh, dalam ketidaksempurnaan itu, kami tetap berusaha untuk bersama-sama, even though we’re being separated by distance...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Rabu, 31 Oktober 2007
Memang Tidak Sempurna
Malem ini, pas lagi surfing gitu, iseng baca-baca blog orang, dan nemu beberapa hal yang bikin aku jadi mikir. Yang pertama adalah blog-nya Adhitya Mulya, yang entah kenapa keliatan lagi sentimen banget sama beberapa tokoh top politiknya Indonesia. Bukaaannn...bukan pandangan politiknya yang bikin aku tertarik (I try to keep away as far as possible from politics). Tapi salah satu ucapan dia, tentang gimana kita bisa membuat negara ini lebih baik. Aku lupa kalimat persisnya gimana, tapi intinya dia bilang, untuk bisa membuat negara ini lebih baik, ga usah sok-sok-an mau jadi presiden dan menjanjikan berbagai hal, kenapa sih ga nyoba untuk jadi warga negara yang baik dan membantu kerja presiden yang sekarang, instead of just criticize but do nothing? Bener banget. Kita suka komentar macem-macem, tapi suka ga kepikiran (ato males aja?) buat betul-betul melakukan sesuatu. Si Adhitya Mulya juga bilang, kalo mau perubahan, just do something. Hmm. Bener. Jadi mikir, apa ada yang telah aku lakukan untuk membuat suatu perubahan (at least bagi aku) ke arah yang lebih baik?
Satu lagi adalah blog temen SMA ku dulu, yang sekarang udah jadi penulis.. Dia cerita tentang kenangan masa kecil dia dulu, tentang cita-cita dia yang ga kesampaian untuk buka puasa bersama-sama keluarganya. Aku jadi pengen nangis, dan merasa bersyukur banget dengan keluarga yang aku miliki saat ini. Jangankan buka puasa waktu Ramadhan, waktu Abah-Mama puasa Syawal aja, dan aku kebetulan ga bisa ikut puasa, Mama tetep menyediakan menu buat buka untuk aku. Aduh, jadi malu merangkap terharu euy...Kami bukan keluarga yang kaya secara materi, hanya sekedar cukup untuk makan sederhana sehari-hari, dan at least, Abah-Mama berhasil membiayai kuliah kami sampai selesai di PTN. Tapi, aku merasa sangat kaya dengan keluarga ini. Walaupun aku dan Ita suka mendefinisikan keluarga kami sebagai keluarga yang aneh, dengan bentuk-bentuk pengungkapan kasih sayang yang tidak wajar dan suka hiperbolis, still, we love being in this family. Dan tiba-tiba aku sadar...betapa berharganya saat-saat kami makan bersama... Keluarga kami memang tidak sempurna, tapi toh, dalam ketidaksempurnaan itu, kami tetap berusaha untuk bersama-sama, even though we’re being separated by distance...
Satu lagi adalah blog temen SMA ku dulu, yang sekarang udah jadi penulis.. Dia cerita tentang kenangan masa kecil dia dulu, tentang cita-cita dia yang ga kesampaian untuk buka puasa bersama-sama keluarganya. Aku jadi pengen nangis, dan merasa bersyukur banget dengan keluarga yang aku miliki saat ini. Jangankan buka puasa waktu Ramadhan, waktu Abah-Mama puasa Syawal aja, dan aku kebetulan ga bisa ikut puasa, Mama tetep menyediakan menu buat buka untuk aku. Aduh, jadi malu merangkap terharu euy...Kami bukan keluarga yang kaya secara materi, hanya sekedar cukup untuk makan sederhana sehari-hari, dan at least, Abah-Mama berhasil membiayai kuliah kami sampai selesai di PTN. Tapi, aku merasa sangat kaya dengan keluarga ini. Walaupun aku dan Ita suka mendefinisikan keluarga kami sebagai keluarga yang aneh, dengan bentuk-bentuk pengungkapan kasih sayang yang tidak wajar dan suka hiperbolis, still, we love being in this family. Dan tiba-tiba aku sadar...betapa berharganya saat-saat kami makan bersama... Keluarga kami memang tidak sempurna, tapi toh, dalam ketidaksempurnaan itu, kami tetap berusaha untuk bersama-sama, even though we’re being separated by distance...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar