Penasaran sama salah satu alamat blog yang dikasih Farah, mampirlah aku ke blog salah satu temen SMAku dulu yang pernah jadi ketua OSIS. Well, frankly speaking, sebenernya aku ga nyangka itu blognya dia. Aku juga meng-akses (penggunaan istilah ini tepat ga sih?) alamat blog itu cuma karena bener-benr lupa bahwa Echa yang dimaksud oleh Farah adalah Ersa Fahriannoor. Ealah...anak ini tooohhh... Yah, sekali lagi, maafkan daku yang memang ga pernah jadi ratu gaul di jaman SMA dulu. Wah, salut deh buat Ersa yang dengan begitu penuh semangat berusaha melestarikan kebudayaan Banjar. Jadi, kalo ada yang tertarik dengan hal-hal menarik tentang kebudayaannya orang Banjar, maen-maenlah ke situsnya Ersa. You’ll find some interesting things about Banjarese culture.
Nah, salah satu hal yang menarik perhatian buat aku adalah, silsilah keturunan keluarganya si Eca, yang membuktikan bahwa dia masih terkait secara langsung (apa tidak langsung sih? Soalnya lumayan panjang gitu deh silsilahnya) dengan Kesultanan Banjar. Wuiihhh...
Hm, aku sendiri sih ga begitu tertarik dengan pohon-pohonan keluarga. Kalo buat aku, skrip sinetron Indonesia lebih simpel dan kalah rumit dibandingkan silsilah keluarga aku. Dan herannya, Mama tuh hafal banget deh dengan keluarga, kerabat dan percabangan serta ranting-rantingnya. Lagian, aku lebih suka dikenal sebagai aku sendiri dengan apa yang sudah aku lakukan, bukan dikenal karena aku adalah keturunan klan atau keluarga tertentu. I am what I am, I want to be known by myself and things that I have done. But please don’t take it wrong. Aku bangga kok sama keluargaku. I have the most fascinating parents and sister in this world.
Dan, bukan berarti aku sama sekali tidak tahu asal usulku, dikit-dikit tau juga koookkk…. Jadi kan pernah saking bosennya dengan celaan Ita soal proposrsi wajahku, yang menurutnya 2/3 isinya hidung semua, aku nanya ke Mama, kira-kira faktor genetik kah yang bertanggung jawab atas penampakan struktural wajahku. Mulailah Mama menjabarkan konsep historis dari keluarga Abah. For your information, aku dan Ita adalah salah satu contoh keadilan Tuhan terhadap umatnya. Anak Mama dan Abah cuma dua, secara fisik, aku tuh betul-betul fotokopiannya Abah, sementara Ita menuruni garis-garis wajahnya Mama…tuuuhh kan? Tuhan adil kan? Mama dan Abah mendapatkan jatah yang sama untuk menurunkan garis wajahnya kepada keturunannya.
Kembali ke aspek historis keluarganya Abah. Keluarga Abah itu berasal dari Kuin, salah satu daerah tertua di Banjar, malah katanya salah satu titik pertama perkembangan kota Banjarmasin ya berawal dari sini. Terus, kakeknya Abah itu adalah keturunan orang Timur Tengah, karena ayahnya adalah pedagang (ini masih dipertanyakn deh, karena Mama sendiri tidak yakin tentang soal pekerjaannya, yang Mama cukup yakin cuma asal daerahnya) dari daerah Hadratul Maut sana…. Pernah denger nama daerah itu ga sih? Aku sama Geografi tidak pernah seiring sejalan, jadi cuma manggut-manggut ga jelas aja waktu Mama menyebutkan nama yang aneh itu… Tapi perasaan pernah deh, waktu nonton MetroTV kemaren, ada dokumentari tentang daerah tersebut yang memang nun jauh di Timur Tengah sana… Well, itulah latar belakang yang mendasari kenapa daku berwajah eksotik ala Najwa Shihab. Paling enggak, waktu aku SMA dulu tu ya…kalo keluar sekolah para tukang becak langsung dengan pedenya menawarkan diri untuk mengantarkan aku pulang ke Kampung Arab…
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Rabu, 31 Oktober 2007
My Ancestor
Penasaran sama salah satu alamat blog yang dikasih Farah, mampirlah aku ke blog salah satu temen SMAku dulu yang pernah jadi ketua OSIS. Well, frankly speaking, sebenernya aku ga nyangka itu blognya dia. Aku juga meng-akses (penggunaan istilah ini tepat ga sih?) alamat blog itu cuma karena bener-benr lupa bahwa Echa yang dimaksud oleh Farah adalah Ersa Fahriannoor. Ealah...anak ini tooohhh... Yah, sekali lagi, maafkan daku yang memang ga pernah jadi ratu gaul di jaman SMA dulu. Wah, salut deh buat Ersa yang dengan begitu penuh semangat berusaha melestarikan kebudayaan Banjar. Jadi, kalo ada yang tertarik dengan hal-hal menarik tentang kebudayaannya orang Banjar, maen-maenlah ke situsnya Ersa. You’ll find some interesting things about Banjarese culture.
Nah, salah satu hal yang menarik perhatian buat aku adalah, silsilah keturunan keluarganya si Eca, yang membuktikan bahwa dia masih terkait secara langsung (apa tidak langsung sih? Soalnya lumayan panjang gitu deh silsilahnya) dengan Kesultanan Banjar. Wuiihhh...
Hm, aku sendiri sih ga begitu tertarik dengan pohon-pohonan keluarga. Kalo buat aku, skrip sinetron Indonesia lebih simpel dan kalah rumit dibandingkan silsilah keluarga aku. Dan herannya, Mama tuh hafal banget deh dengan keluarga, kerabat dan percabangan serta ranting-rantingnya. Lagian, aku lebih suka dikenal sebagai aku sendiri dengan apa yang sudah aku lakukan, bukan dikenal karena aku adalah keturunan klan atau keluarga tertentu. I am what I am, I want to be known by myself and things that I have done. But please don’t take it wrong. Aku bangga kok sama keluargaku. I have the most fascinating parents and sister in this world.
Dan, bukan berarti aku sama sekali tidak tahu asal usulku, dikit-dikit tau juga koookkk…. Jadi kan pernah saking bosennya dengan celaan Ita soal proposrsi wajahku, yang menurutnya 2/3 isinya hidung semua, aku nanya ke Mama, kira-kira faktor genetik kah yang bertanggung jawab atas penampakan struktural wajahku. Mulailah Mama menjabarkan konsep historis dari keluarga Abah. For your information, aku dan Ita adalah salah satu contoh keadilan Tuhan terhadap umatnya. Anak Mama dan Abah cuma dua, secara fisik, aku tuh betul-betul fotokopiannya Abah, sementara Ita menuruni garis-garis wajahnya Mama…tuuuhh kan? Tuhan adil kan? Mama dan Abah mendapatkan jatah yang sama untuk menurunkan garis wajahnya kepada keturunannya.
Kembali ke aspek historis keluarganya Abah. Keluarga Abah itu berasal dari Kuin, salah satu daerah tertua di Banjar, malah katanya salah satu titik pertama perkembangan kota Banjarmasin ya berawal dari sini. Terus, kakeknya Abah itu adalah keturunan orang Timur Tengah, karena ayahnya adalah pedagang (ini masih dipertanyakn deh, karena Mama sendiri tidak yakin tentang soal pekerjaannya, yang Mama cukup yakin cuma asal daerahnya) dari daerah Hadratul Maut sana…. Pernah denger nama daerah itu ga sih? Aku sama Geografi tidak pernah seiring sejalan, jadi cuma manggut-manggut ga jelas aja waktu Mama menyebutkan nama yang aneh itu… Tapi perasaan pernah deh, waktu nonton MetroTV kemaren, ada dokumentari tentang daerah tersebut yang memang nun jauh di Timur Tengah sana… Well, itulah latar belakang yang mendasari kenapa daku berwajah eksotik ala Najwa Shihab. Paling enggak, waktu aku SMA dulu tu ya…kalo keluar sekolah para tukang becak langsung dengan pedenya menawarkan diri untuk mengantarkan aku pulang ke Kampung Arab…
Nah, salah satu hal yang menarik perhatian buat aku adalah, silsilah keturunan keluarganya si Eca, yang membuktikan bahwa dia masih terkait secara langsung (apa tidak langsung sih? Soalnya lumayan panjang gitu deh silsilahnya) dengan Kesultanan Banjar. Wuiihhh...
Hm, aku sendiri sih ga begitu tertarik dengan pohon-pohonan keluarga. Kalo buat aku, skrip sinetron Indonesia lebih simpel dan kalah rumit dibandingkan silsilah keluarga aku. Dan herannya, Mama tuh hafal banget deh dengan keluarga, kerabat dan percabangan serta ranting-rantingnya. Lagian, aku lebih suka dikenal sebagai aku sendiri dengan apa yang sudah aku lakukan, bukan dikenal karena aku adalah keturunan klan atau keluarga tertentu. I am what I am, I want to be known by myself and things that I have done. But please don’t take it wrong. Aku bangga kok sama keluargaku. I have the most fascinating parents and sister in this world.
Dan, bukan berarti aku sama sekali tidak tahu asal usulku, dikit-dikit tau juga koookkk…. Jadi kan pernah saking bosennya dengan celaan Ita soal proposrsi wajahku, yang menurutnya 2/3 isinya hidung semua, aku nanya ke Mama, kira-kira faktor genetik kah yang bertanggung jawab atas penampakan struktural wajahku. Mulailah Mama menjabarkan konsep historis dari keluarga Abah. For your information, aku dan Ita adalah salah satu contoh keadilan Tuhan terhadap umatnya. Anak Mama dan Abah cuma dua, secara fisik, aku tuh betul-betul fotokopiannya Abah, sementara Ita menuruni garis-garis wajahnya Mama…tuuuhh kan? Tuhan adil kan? Mama dan Abah mendapatkan jatah yang sama untuk menurunkan garis wajahnya kepada keturunannya.
Kembali ke aspek historis keluarganya Abah. Keluarga Abah itu berasal dari Kuin, salah satu daerah tertua di Banjar, malah katanya salah satu titik pertama perkembangan kota Banjarmasin ya berawal dari sini. Terus, kakeknya Abah itu adalah keturunan orang Timur Tengah, karena ayahnya adalah pedagang (ini masih dipertanyakn deh, karena Mama sendiri tidak yakin tentang soal pekerjaannya, yang Mama cukup yakin cuma asal daerahnya) dari daerah Hadratul Maut sana…. Pernah denger nama daerah itu ga sih? Aku sama Geografi tidak pernah seiring sejalan, jadi cuma manggut-manggut ga jelas aja waktu Mama menyebutkan nama yang aneh itu… Tapi perasaan pernah deh, waktu nonton MetroTV kemaren, ada dokumentari tentang daerah tersebut yang memang nun jauh di Timur Tengah sana… Well, itulah latar belakang yang mendasari kenapa daku berwajah eksotik ala Najwa Shihab. Paling enggak, waktu aku SMA dulu tu ya…kalo keluar sekolah para tukang becak langsung dengan pedenya menawarkan diri untuk mengantarkan aku pulang ke Kampung Arab…
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Salam,
BalasHapusBoleh minta info nggak? Kebetulan saya riset tentang people in Kuin. Beberapa hal ingin saya ketahui. Sejarah keluarga bapak Anda yang berdarah Timur Tengah menarik saya. Terutama soal clan itu.
Apa yang saya kerjakan bisa dilihat di algembira.blog.com.
Thanks.
yudi yusmili